Anda di halaman 1dari 46

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti dan Judul Penelitian Variabel Yang Alat Analisis Hasil Penelitian

Tahun Penelitian Diteliti


1 Masrur , 2013 Kepemimpinan kepala Kepemimpinan Wawancara Kepemimpinan kepala

sekolah dalam kepala sekolah Observasi sekolah dalam

meningkatkan mutu (Variabel X) meningkatkan mutu

pendidikan di SMA 3 Mutu pendidikan cukup baik

Negeri Malang Pendidikan

(Variabel Y)
2 Muhammad Kepemimpinan kepala Kepemimpinan Observasi Kepemimpinan kepala

Lubabul Uman, sekolah dalam kepala sekolah Wawancara sekolah dalam

2018 meningkatkan mutu (Variabel X) Dokumentasi meningkatkan mutu

pembelajaran di SD Mutu Triagulasi pendidikan cukup baik

Nurul Islam Purwoyoso Pembelajaran Analisis

Semarang (Variabel Y) Deskriptif

3 M.Isa Idris, 2018 Kepemimpinan kepala Kepemimpinan Observasi Dalam kepemimpinan

madrasah dalam kepala Wawancara kepala madrasah

meningkatkan mutu madrasah Dokumentasi ditemukan

pendidikan di MIN 3 (Variabel X) kepemimpinan yang

Waykanan Lampung Mutu demokratis

pendidikan

(Variabel Y)
4 Nurhayani, 2013 Kepemimpinan kepala Kepemimpinan Wawancara Kepemimpinan kepala

sekolah dalam kepala sekolah Observasi seklah dalam

meningkatkan mutu (Variabel X) Dokumentasi meningkatkan mutu

pendidikan di SMP Mutu pendidikan cukup baik

Negeri 3 Unggaran Pendidikan

(Variabel Y)
2.2 Konsep Manajemen

7
8

Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan

kualitas secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia

(SDM) yang berkualitas. Pengembangan Sumber Daya Manusia merupakan

proses peningkatan kemampuan manusia agar mampu melakukan terobosan-

terobosan. Proses pengembangan Sumber Daya Manusia tersebut harus

menyentuh berbagai bidang kehidupan yang tercermin dalam pribadi pimpinan,

termasuk pemimpin pendidikan, seperti kepala sekolah.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling

berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana tertuang dalam

Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: “Kepala sekolah bertanggungjawab

atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan

tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pememliharaan sarana

dan prasarana”. Dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang

Standar Nasional Pendidikan Tanggal 16 Mei 2005 Pasal 38 ayat 2 berbunyi:“

Kriteria untuk menjadi kepala SD/MI meliputi: a) Berstatus sebagai guru

SD/MI; b)Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; c) Memiliki

pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SD/MI; dan d)

Memiliki kemampuan kepimpinanan dan kewirausahaan di bidang pendidikan.”

serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor : 13 Tahun 2007 Tanggal

17 April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah Pasal 1 ayat berbunyi

“Untuk diangkat sebagai kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi

standar kepala sekolah/madrasah yang berlaku nasional.”


9

Fakta empirik menunjukkan bahwa masih banyaknya kepala sekolah

yang belum menjalankan tugas sesuai peran dan fungsinya sebagai pemimpin

pendidikan. Fenomena ini disebabkan karena kurang memenuhi standar proses

pengangkatan, rendahnya kinerja kepala sekolah dengan ditandai kurangnya

motivasi, semangat kerja, kurangnya komitmen dalam melakukan tugas, dan

banyak faktor penghambat lain sebagai pemicu melemahnya produktivitas kerja

kepala sekolah yang akhirnya menurunkan kinerja kepemimpinan kepala

sekolah. Semua itu akan berakibat menurunnya mutu pendidikan karena

rendahnya proses pendidikan yang akhirnya berdampak pada output serta

outcome pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti sangat tertarik untuk membahas

kepemimpinan kepala sekolah. Untuk mempermudah dalam pemahaman

pembahasan ini, berikut saya sajikan kerangka teoritisnya.

2.3 Manajer dan Manajemen

2.3.1 Manajer

Manajer secara umum adalah setiap orang yang memiliki

tanggungjawab atas bawahan dan sumber daya-sumber daya organisasi

lainnya.

Manajer diklasifikasikan dengan dua cara:

1. Menurut tingkatan dalam organisasi adalah rendah, menengah dan

tinggi.

2. Menurut kegiatan-kegiatan dalam organisasi adalah manajer umum dan

fungsional.
10

Pengertian manajer adalah seseorang yang mengarahkan orang lain

dan bertanggungjawab atas pekerjaan tersebut.

2.3.2 Manajemen

Manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan,

menginterpretasikan, dan mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan

fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia,

pengarahan kepemimpinan dan pengawasan.

Persamaan manajemen pendidikan dengan manajemen lainnya

adalah cakupan fungsi-fungsinya yaitu perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), aktualisasi (actuating) dan pengendalian

(controlling).

Substansi manajemen pendidikan lebih memusatkan diri pada

substansi-substansi yang berkaitan dengan proses-proses pendidikan yaitu

manajmen pengajaran, peserta didik, ketenagakerjaan, keuangan, sarana dan

prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat dan layanan-layanan khusus.1

2.4 Bidang Garapan Manajemen Sekolah

1
Mantja, 2007. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan dan Manajemen Pendidikan dan Supervisi
Pengajaran. Malang: Elang Mas, hlm. 68
11

Pengertian manajemen sekolah sebenarnya merupakan aplikasi dari ilmu

manajemen dalam bidang pendidikan.

a. Bidang Kurikulum

Prinsip utama manajemen kurikulum berusaha agar proses belajar mengajar

dapat berjalan dengan baik dan teratur dengan tolak ukur tujuan yang hendak

dicapai baik pendidik maupun peserta didik.

Tanah manajemen kurikulum sekolah meliputi:

1) Perencanaan

2) Pengorganisasian dan koordinasi

3) Pelaksanaan

4) Pengendalian atau evaluasi2

b. Bidang Kesiswaan

Manajmen kesiswaan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan,

dilaksanakan secara sengaja untuk memberikan pembinaan secara kontinyu

terhadap peserta didik agar kegiatan belajar mengajar dengan efektif dan efisien

dan dapat menuju pada tujuan yang ingin dicapai.

Dalam manajemen kesiswaan harus bisa memperlakukan siswa sebagai

subjek bukan obyek, sehingga siswa harus didorong untuk dapat berperan serta

dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan

mereka.

Manajemen kesiswaan juga berfungsi untuk memberikan motivasi

kepada siswa, supaya berusaha untuk dapat menyenangi dan menyesuaikan


2
Sutomo, 2007, Manajemen Sekolah. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang, hlm. 27
12

dengan kondisi siswa yang sangat beragam baik fisik, status ekonomi, minat

dan bakat, sehingga potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara

optimal baik kemapuan kognitif, afektif maupun psykomotor.3

c. Bidang personalia yang mencakup tenaga edukatif dan tenaga administrasi

Dalam manajemen ini sumber daya manusia adalah komponen yang

paling berharga, dan sumber daya manusia ini akan berperan secara optimal jika

dikelola dengan baik. Kultur dan organisasi yang ada di sekolah serta perilaku

manajerial sangat mempengaruhi tercapainya tujuan yang ingin dicapai.

Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia hal yang amat

penting dalam manajemen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi

dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompeensi

dari setiap personil di sekolah mutlak diperlakukan.

Personil yang ada di sekolahterdiri dari tenaga edukatif atau akademik

yaitu yaitu guru atau pengajar tetap atau tidak tetap. Sedang tenaga non edukatif

atau administrative meliputi pegawai tata usaha tetap dan tidak tetap.

d. Bidang Keungan

Manajemen keuangan adalah merupakan seluruh proses kegiatan yang

direncanakan dan dilaksanakan atau diusahakan dengan sungguh-sungguh untu

menunjang dan memperlancar kegiatan yang dilakukan dalam lembaga

pendidikan tersebut supaya bisa berjalan secara efektif dan efisien.

Manajemen keuangan di sekolah terutama berkaitan dengan kiat-kiat dan

usaha-usaha untuk menggali dana guna dimanfaatkan untuk pelaksanaan proses

3
Sutomo, 2007, Manajemen Sekolah. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang, hlm. 32
13

kegiatan belajar mengajar. Dana yang sudah ada dikelola dengan maksimal

dikaitkan dengan rencana jangka pendek maupun jangka panjang, baik untuk

keperluan fisik atau tempat kegiatan, sarana prasarana maupun untuk

kesejahteraan personil yang ada di sekolah.

Sesuai dengan fungsi manajemen yang dikemukakan oleh L Gulick

antara lain reporting (pelaporan) dan budgeting (penganggaran), maka

merupakan salah satu tugas dalam manajemen keuangan antara lain membuat

anggaran dan melaporkan tentang apa yang telah dilaksanakan berdasarkan

anggaran yang ada.

e. Bidang Sarana Prasarana

Bidang sarana prasarana mencakup segala hal yang menunjang secara

langsung dan tidak langsung pada pencapaian tujuan. Dalam manajmen ini akan

merencanakan dan membuat program sarana baik secara fisik seperti gedung,

membeler dan peralatan sekolah yang lain yang diperlukan dalam proses belajar

mengajar juga membuat program untuk perawatan sarana yang sudah ada

sehingga dapat memperpanjang umur pemakaiana.

Dalam manajemen ini juga membuat program perawatan secara intensif

dan membentuk tim untuk melaksanakan serta membuat daftar sarana,

menyiapkan jadwal kegiatan perawatan serta menyiapakan lembar evaluasi atas

hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian.

f. Bidang Hubungan Sekolah dan Masyarakat (Humas)


14

Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat berkaitan langsung dengan

bagaimana sekolah dapat menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar.

Dalam dunia pendidikan tidak bisa terlepas dari pihak lain yang nantinya

akan mendukung, membantu maupun bekerjasama untuk dapat mensukseskan

pelaksanaan proses belajar mengajar maupun dalam hal penyaluran tamatan ke

dalam masyarakat umum.

Hal ini berarti bahwa sekolah merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dengan masyarakat. Hubungan yang serasi dan seimbang akan dapat

memberikan umpan balik antara sekolah dengan masyarakat, dengan demikian

maka tidak hanya sekolah saja yang bertanggungjawab, tetapi masyarkat secara

tidak langsung juga bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan,

sehingga hasil pendidikan bermanfaat bagi masyarakat,

2.5 Kepemimpinan Kepala Sekolah

2.5.1 Definisi Kepemimpinan

Istilah kepemimpinan (leadhership) berasal dari kata leader artinya

pemimpin atau to lead artinya memimpin. Pemimpin adalah seseorang yang

mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam

kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan

untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-

tugas yang harus dilakukan.

Stoner dan Feeman menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses

pengarahan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya


15

dengan pekerjaan terhadap para anggota kelompok. Daft menyatakan

kepemimpinan adalah kemapuan untuk mempengaruhi orang lain kea rah

pencapaian tujuan. Bartol dan Martin menyatakan kepemimpinan adalah

proses mempengaruhi orang lain tentang pencapaian prestasi ke arah tujuan

organisasi. Secara luas definisi kepemimpinan meliputi proses

mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku

pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki

kelompok.4

Sedangkan menurut Koontz dan Donnel, kepemimpinan adalah

suatu seni dan proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mereka

mau bekerja dengan sungguh-sunguh untuk meraih tujuan kelompok.

Menurut Stogdill, kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi

aktivitas kelompok dalam rangka pemuasan dan pencapaian tujuan.

Sedangkan menurut George Terry, kepemimpinan adalah kegiatan

dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh

kemauan untuk tujuan kelompok.

Menurut Dirawat dkk, dalam bukunya "pengantar kepemimpinan

pendidikan" yang menyatakan bahwa: Kepemimpinan berarti kemampuan

dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi,

mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa

orang lain agar ia menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu

yang dapat membantu mencapai sesuatu maksud atau tujuan-tujuan tertentu.

4
Turi, O.L, 2009. Budaya Kepemimpinan Lokal dalam Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Kendari: Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan Universitas Jakarta, hlm. 9
16

Firman Allah SWT sebagaimana tertera dalam Q.S. Ali Imron ayat

104 yang mangatakan sebagai berikut:

Artinya :

"Hendaklah ada diantara kalian, segolongan umat penyeru kepada

kebajikan, yang tugasnya menyuruh berbuat baik dan mencegah

kemungkaran, Merekalah orang-orang yang beruntung” (Qs.Al-Imran: 104).

Dalam kepemimpinan faktor pemimpin tidak dapat dilepaskan dari

orang yang dipimpin, keduanya saling tergantung sehingga salah satu tidak

mungkin ada tanpa yang lain. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT

Q.S. An-Nahl ayat 125 sebagai berikut:

Artinya: "Serulah kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan peringatan

yang baik. Dan bantahlah mereka dengan (bantahan) yang lebih baik.

Sungguh, Tuhanmu, ialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan ialah yang lebih mengetahui orang yang mendapat

bimbingan.
17

Definisi kepemimpinan yang lain seperti dikutib oleh Fred E,

Fieldler dan Martin M. Chemers dalam Wahjosumidjo (2002: 21) sebagai

berikut:5

1. Leadership is the exercises of authority and the making of decisions

(Dubin;1951). Kepemimpinan adalah aktifitas para pemegang

kekuasaan dan membuat keputusan.

2. Leadership is the initiation of acts that results in a consistent pattern of

group interaction directed toward the solution of mutual problems

(Humphill; 1954). Kepemimpinan adalah langkah pertama yang

hasilnya berupa pola interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan

menyelesaikan problem-problem yang saling berkaitan.

3. Leaderships is the procces of influencing group activities toward goal

setting and goal achievement (Stogdill;1948). Kepemimpinan adalah

suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka

perumusan dan pencapaian tujuan.

Dari berbagai pengertian kepemimpinan diatas, para ahli manajemen

berpendapat bahwa “kepemimpinan sebagai suatu konsep manajemen di

dalam kehidupan organisasi mempunyai kedudukan strategis dan

merupakan gejala sosial yang selalu diperlukan dalam kehidupan

kelompok”.

James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive Command

yang dimaksud dengan “Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan

5
Wahjosumiddjo, 2002. Kepemimpinan dan Motivasi. Ghalia Indonesia. Hlm. 21
18

dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah

kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.6

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

adalah kemampuan mengarahkan dan mempengaruhi kelompok maupun

individu yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan.

Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan

kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-

sifat sebagai barikut : (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4)

berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang

stabil, dan (7) teladan.7

2.5.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “Kepala” dan

“Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu

organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga

dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara

umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu

lembaga di mana tempat menerima dan memberi pelajaran.

Wahjosumidjo mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah

seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu

sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat

dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid

yang menerima pelajaran”.8


6
Sadili Samsudin, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Pustaka Setia. hlm. 287
7
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Professional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hlm. 115
8
Wahjosumidjo.2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Raja Grafindo, hlm. 83
19

Sementara Rahman mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah

adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki

jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah”.9

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa “kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai

kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada di sekolah,

sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan

bersama”.

Kepemimpinan Kepala Sekolah sangat luas sekali bagi satu

individu. Sebuah solusi dapat diberikan dengan keterlibatan dan bantuan

orang lain untuk memenuhi tugas dan tuntutan tak terbatas, sumber daya

yang dikumpulkan Kepala Sekolah adalah suatu alternative praktis. Suatu

pendekatan bersama atau tim dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas

kepemimpina.

Kepemimpinan kepala sekolah berarti suatu bentuk komitmen

para guru, murid, dan warga sekolah untuk selalu meningkatkan dan

mengembangkan kompetensinya dan bertujuan agar kualitas profesional

untuk menjalankan dan memimpin sumber daya sekolah untuk mau

bekerjasama dalam mencapai tujuan sekolah bersama.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah

adalah “kemampuan yang dimiliki seorang kepala sekolah untuk

mempangaruhi semua komponen sekolah (guru, murid dan staf) agar mau

9
Rahman (at all). 2006.Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Jatinangor Alqaprint. Hlm 106
20

bekerja bersama, melakukan tindakan bersama dan perbuatan bersama

dalam mencapai visi, misi dan tujuan sekolah”.

2.6 Standar Kompetensi Kepala Sekolah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007 tentang

standar kepala sekolah atau madrasah bahwa untuk diangkat sebagai kepala sekolah

atau madrasah seseorang wajib memenuhi standar kepala sekolah atau madrasah

yang terdiri dari kualifikasi umum, kualifikasi khusus, kompetensi managerial,

kompetensi kepribadian, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan

kompetensi sosial.

1. Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (DIV)

b. kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang

terakreditasi;

c. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56

tahun;

d. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut

jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak /Raudhatul

Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3

(tiga) tahun di TK/RA; dan

e. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS)

dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh

yayasan atau lembaga yang berwenang.


21

2. Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah/Madrasah Kepala Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut:

a. Berstatus sebagai guru SD/MI;

b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI; dan

c. Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang

ditetapkan Pemerintah.

3. Kompetensi Kepribadian

a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan

menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.

b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.

c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala

sekolah/madrasah

d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.

e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai

kepala sekolah/ madrasah.

f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

4. Kompetensi Sosial

a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah

b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

5. Kompetensi Manajerial

a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan

perencanaan
22

b. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.

c. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya

sekolah/ madrasah secara optimal.

d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju

organisasi pembelajar yang efektif.

e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif

bagi pembelajaran peserta didik.

f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia

secara optimal.

g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/ madrasah dalam

rangkapendayagunaan secara optimal.

h. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka

pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/ madrasah.

i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan

penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.

j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

k. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan

yang akuntabel, transparan, dan efisien.

l. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian

tujuan sekolah/ madrasah.

m. Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam mendukung

kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.


23

n. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung

penyusunan program dan pengambilan keputusan.

o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan

pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.

p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program

kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan

tindak lanjutnya.

6. Kompetensi Supervisi

a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan

profesionalisme guru.

b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan

pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka

peningkatan profesionalisme guru.

7. Kompetensi Kewirausahaan

a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.

b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai

organisasi pembelajar yang efektif.

c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok

dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.

d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi

kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.


24

e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa

sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

2.7 Peran Kepala Sekolah

Kepemimpinan merukan ruh yang menjadi pusat sumber gerak organisasi

untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan yang berkaitan dengan kepala sekolah

dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektik

dengan guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala sekolah harus dapat

mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan

penuh pertimbangan terhadap guru baik secara individu maupun sebagai kelompok.

Perilaku instrumental merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan secara

langsung diklarifikasikan dalam peranan dan tugas-tugas diorientasikan dan secara

langsung diklarifikasi dalam peranan.

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor penentu utama

pemberdayaan guru dan peningkatan mutu proses dan produk pembelajaran. Kepala

sekolah adalah orang yang bertanggungjawab apakah guru dan staf sekolah dapat

bekerja secara optimal kultur sekolah dan kultur pemebelajaran dibangun oleh gaya

kepemimpinan kepala sekolah dalam berinteraksi dengan guru.

Besarnya tanggungjawab kepala sekolah digambarkan oleh Sergiovani,

Burlingame, Coombs, dan Thruston (1987) dalam Danim (2003:197), bahwa kepala

sekolah untuk jenjang dan jenis sekolah apapun merupakan orang yang memiliki

tanggungjawab utama yaitu apakah guru dan staf dapat bekerja sesuai dengan tugas
25

pokok dan fungsinya. Tugas-tugas kepala sekolah bersifat ganda, yang satu sama

lain memiliki kaitan erat baik langsung atau tidak langsung.10

Tugas kepala sekolah menurut Danim (2003: 197) yaitu:

a. Merumuskan tujuan dan sasaran-sasaran sekolah

b. Mengevaluasi kinerja guru

c. Mengevaluasi kinerja staf sekolah

d. Menata dan menyediakan sumber-sumber organisasi sekolah

e. Membangun dan menciptakan iklim psikologis yang baik antar

komunitas sekolah

f. Menjalin hubungan dan kepedulian terhadap masyarakat

g. Membuat perencanaan bersana staf dan komunitas sekolah

h. Menyusun penjadwalan kerja

i. Mengatur masalah-masalah pembukuan melakukan negosiasi dengan

pihak eksternal

j. Memecahkan konflik antar sesama guru dan antarpihak pada komunitas

sekolah

k. Menerima masukan dari guru dan staf untuk persoalan yang tidak dapat

diselesaikan

l. Memotivasi guru dan karyawan untuk tampil optimal

m. Melakukan fungsi supervisi pembelajaran atau pembinaan professional

n. Melaksanakan kegiatan lain yang mendukung operasi sekolah

10
Sudarwin, Danim. Tugas Kepala Sekolah, Jakarta, Bumi Aksara , 2003. Hlm.197
26

Adapun peran kepala sekolah menurut Mulyasa (2007: 98) yang dikenal

dengan EMASLIM, sebagai berikut11:

a. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)

b. Kepala sekolah sebagai manajer

c. Kepala sekolah sebagai administrator

d. Kepala sekolah sebagai supervisor

e. Kepala sekolah sebagai leader

f. Kepala sekolah sebagai innovator

g. Kepala sekolah sebagai motivator

Dalam mengimbangi keadaan yang seringkali berubah, kepala sekolah tidak

hanya dituntut sebagai educator dan administrator, melainkan juga harus berperan

sebagai manajer dan supervisor yang mampu menerapkan manajmen yang bermutu.

Indikasinya ada pada iklim kerja dan proses pembelajaran yang kondusif, kreatif

dan berprestasi.

Kepala sekolah harus bertanggungjawab atas jalannya lembaga sekolah dan

kegiatan yang ada di sekolah. Kepala sekolah mempunyai kegiatan pokok yang

harus diemban yaitu merencanakan, mengorganisasi, mengadakan staf,

mengarahkan atau orientasi sasaran, mengoordinasi, memantau dan menilai atau

evaluasi.

Kepala sekolah mempunyai peranan dalam pembinaan program pengajaran.

Pembinaan pengajaran adalah suatu usaha memperbaiki program pengajaran untuk

dipahami oleh setiap kepala sekolah. Dengan mengetahui dan memahami tahap-

tahap proses perbaikan pengajaran akan membantu para kepala sekolah untuk
11
Mulyasa. E. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 98
27

melaksanakan pembinaan program pengajaran. Ada 4 fase proses pembinaan

pengajaran yaitu:

a. Penilaian sasaran program (assessing program objectives) dalam fase ini

perlu diuji keadaan program pengajaran dengan tuntutan masyarakat dan

kebuthan mereka yang belajar

b. Merencanakan perbaikan program (planning program improvement),

dalam tahap ini perlu dubentuk struktur yang tepat, mengusahakan dan

memanfaatkan informasi, serta mengadakan spesifikasi sumber-sumber

yang diperlukan program.

c. Melaksanakan perubahan program (implementing program change),

termasuk memotivasi para guru

d. Evaluasi perubahan program (evaluasi of program change constitutes),

dalam hal ini perlu merencanakn evaluasi dan penggunaan alat ukur

yang tepat untuk hasil pengajaran12

2.8 Konsep Supervisi Kepala Sekolah

Istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua akar kata,

yaitu: super yang artinya “di atas” dan vision mempunyai arti “melihat” maka

secara keseluruhan supervisi diartikan sebagai “melihat dari atas”. Dengan

pengertian itulah maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh

pengawas dan kepala sekolah, karena sebagai pejabat yang berkedudukan di atas

atau yang lebih tinggi dari guru.13

12
Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm 207
13
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar supervise. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004. Hlm. 4
28

Dan yang termasuk kategori supervisor dalam pendidikan, menurut struktur

organisasi P&K, yang berlaku sekarang ini adalah kepala sekolah, penilik

sekolah, dan para pengurus tingkat kabupaten atau kota madya, serta staf kantor

bidang yang ada di setiap provinsi.

Dalam bukunya Basic Principle of Supervision, Adams dan Dickey

mendefinisikan supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki

pengajaran, program itu pada hakikatnya adalah perbaikan hal belajar dan

mengajar.14

Para ahli pendidikan juga tampaknya masih banyak keragaman penafsiran

maupun tanggapan dalam istilah supervisi,15 diantaranya adalah:

1. Menurut Burton dan Brueckner (1955) supervisi adalah suatu teknik

pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara

bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak.

2. Menurut Neagley (1980) supervisi adalah setiap layanan kepada guru-

guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan instruksional, layanan

belajar, dan pengembangan kurikulum.

3. Kimball Wiles (1956) mengemukakan bahwa “Supervision is an

assistence in the development of a better teaching-learning

situation” yaitu suatu bantuan dalam pengembangan dan peningkatan

situasi pembelajaran (belajar mengajar) yang lebih baik. Hal ini sejalan

14
Piet. A. Sahertian. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2000. Hlm. 17
15
Syaiful Sagala. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta. 2009.
Hlm. 194
29

dengan pendapat N.A. Amatembun (1981) yang memfokuskan

perbaikan ini pada kinerja pembelajaran, sehingga guru secara

profesional memberikan bantuan dan layanan belajar.

4. Sedangkan Oteng Sutisna (1982) menjelaskan bahwa supervisi yaitu

ide- ide pokok dalam menggalakkan pertumbuhan profesional guru,

mengembangkan kepemimpinan demokratis, melepaskan energi,

memecahkan masalah- masalah belajar mengajar dengan efektif.

5. Jadi pada hakikatnya, supervisi adalah sebagai bantuan dan bimbingan atau

tuntunan profesional bagi guru dalam melaksanakan tugas instruksional

guna memperbaiki hal belajar dan mengajar dengan melakukan stimulasi,

koordinasi, dan bimbingan secara kontinu sebagai bagian dari peningkatan

mutu pembelajaran.

6. Kepala sekolah sebagai supervisor harus betul-betul mengerti bantuan apa

yang dibutuhkan oleh guru dalam melaksanakan dan meningkatkan kualitas

profesionalnya. Meningkatkan mutu pembelajaran menjadi landasan

profesionalisme supervisi pendidikan, karenanya diperlukan perubahan dan

pengembangan visi berorientasi pada mutu, kecerdasan siswa, dan paradigma

baru pendidikan.

7. Sebagaimana Alfonso (1981), Neagley dan Evans (1980), dan Marks Stroops

(1978) melukiskan hubungan supervisi, proses pembelajaran, dan hasil belajar

pada gambar berikut:

PERILAKU
SUPERVISI/PEMBINAAN
PROFESIONAL
30

PERILAKU INTERAKSI SUPERVISI PERILAKU


MENGAJAR PENDIDIKAN MENGAJAR

HASIL BELAJAR DAN


MUTU PENDIDIKAN

BAGAN 2.2

Interaksi Supervisi Pendidikan

Interaksi dalam kegiatan supervisi pendidikan ditampakkan pada:

(1) perilaku supervisor dalam memberi layanan kepada guru yang disebut

dengan pembinaan profesional dengan memberikan penguatan pada

perilaku mengajar guru; (2) supervisor membantu menumbuhkan

profesionalisme guru dengan meningkatkan intensitas pelayanan

supervisor terhadap guru; dan (3) upaya guru membantu peserta didik

mencapai harapan belajarnya dengan menggunakan teknik-teknik yang

sesuai dengan tuntutan belajarnya. Artinya kemampuan supervisor

memberi supervisi kepada guru mengatasi kesulitan belajar siswa

menjadi jaminan bahwa kualitas layanan belajar sesuai harapan.

2.9 Tujuan Supervisi Kepala Sekolah

Merumuskan tujuan-tujuan supervisi pendidikan menurut Amatembun haruslah

memperhatikan beberapa faktor yang sifatnya khusus, yaitu memperhatikan dengan


31

sungguh-sungguh kegiatan yang betul-betul dapat membantu meningkatkan kinerja

guru dalam melaksanakan tugas mengajar sebagai tugas utamanya.

Kegiatan supervisi yang lebih efektif dilakukan apabila supervisor

mempersiapkan segala sesuatunya dengan cermat, persiapan yang cermat itulah yang

dapat membantu guru mencari dan memecahkan masalah belajar peserta didik.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa tujuan supervisi adalah untuk

mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik dan berkualitas khususnya

yang dilakukan oleh guru.

Secara Nasional, tujuan konkrit dari supervisi pendidikan adalah:

1) Membantu guru melihat dengan jelas tujuan pendidikan.

2) Membantu guru membimbing pengalaman belajar murid.

3) Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern, metode dan

pengalaman belajar.

Membantu dalam menilai kemajuan murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.

Tujuan di sini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: tujuan umum

dan tujuan khusus.

a) Tujuan supervisi pendidikan secara umum adalah

memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik

melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Usaha-usaha

ke arah perbaikan belajar mengajar ini ditujukan kepada

pencapaian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukan

pribadi anak secara maksimal.

b) Tujuan khusus dari supervisi pendidikan adalah sebagaimana


32

pendapatnya M. Rifai, MA yaitu:

1) Membantu guru agar dapat lebih mengerti atau menyadari tujuan-

tujuan pendidikan disekolah dan fungsi sekolah dalam mencapai

tujuan pendidikan.

2) Membantu guru agar mereka lebih mengerti dan menyadari

kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi siswanya, supaya

dapat membantu siswa lebih baik.

3) Untuk melaksanakan kepemimpinan yang efektif dengan cara

yang demokratis dalam rangka meningkatkan kegiatan-kegiatan

yang profesional di sekolah dan hubungan antara staf yang

kooperatif untuk bersama-sama meningkatkan kemampuan

masing- masing.

4) Menemukan kemampuan dan kelebihan tiap guru dan

memanfaatkan serta mengembangkan kemampuan itu dengan

memberikan tugas-tugas tanggung jawab yang sesuai dengan

kemampuanya.

5) Membantu guru meningkatkan penampilanya di ruang kelas.

6) Membantu guru dalam masa orientasi supaya cepat

menyesuaikan diri dengan tugasnya dan mendayagunakan

kemampuanya secara maksimal.

7) Membantu menemukan kesulitan belajar siswa-

siswanya dan merencanakan tindakan-tindakan perbaikan.

8) Menghindari tuntutan-tuntutan terhadap guru


33

yang di luar batas kewajaran, baik dari dalam

(sekolah) maupun dari luar (masyarakat).

Jadi, tujuan supervisi pendidikan adalah untuk mengembangkan

situasi belajar mengajar yang lebih baik dan berkualitas khususnya

yang dilakukan oleh guru.

Dalam supervisi pendidikan, kepala sekolah selaku supervisor

harus mampu merefleksikan semua tujuan di atas. Dengan melaksanakan

semua tujuan-tujuan di atas diharapkan terjadi perubahan perilaku

mengajar guru ke arah yang lebih baik yang pada akhirnya akan

menunjang prestasi belajar siswa.

2.10 Fungsi Supervisi Kepala Sekolah

Fungsi utama dari supervisi adalah pada perbaikan dan peningkatan

kualitas pengajaran, hal ini sesuai dengan pernyataan dari Franseth Jane

maupun Ayer (dalam Encyclopedia of Educational research): Chester Harris

bahwa membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga ada

usaha perbaikan merupakan fungsi utama supervisi.

Sedangkan menurut Briggs bahwa fungsi utama supervisi bukan

perbaikan pembelajaran saja, tapi untuk mengkoordinasi, menstimulasi, dan

mendorong ke arah pertumbuhan profesi guru. Ada analisa yang lebih luas

seperti yang dikemukakan oleh Swearingen dalam bukunya Supervision of

Instruction – Fondation and Dimension (1961) yang menjelaskan delapan

fungsi supervisi:

1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah


34

2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah

3) Memperluas pengalaman guru-guru

4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif

5) Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus

6) Menganalisis situasi belajar-mengajar

7) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap

anggota staf

8) Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam

merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan

kemampuan mengajar guru-guru.

Selain itu, fungsi-fungsi supervisi yang sangat penting diketahui oleh

para pemimpin termasuk kepala sekolah, menurut Ngalim Purwanto adalah

sebagai berikut:

1) Dalam Bidang Kepemimpinan:

a. Menyusun rencana dan policy bersama.

b. Mengikut sertakan anggota kelompok (guru, murid dan

karyawan) dalam berbagai kegiatan.

c. Memberi bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi

dan memecahkan persoalan.

d. Dan lain-lain.

2) Dalam Hubungan Kemanusiaan:

a. Memanfaatkan kesalahan yang pernah dialaminya untuk dijadikan

pelajaran demi perbaikan selanjutnya.


35

b. Mengarahkan anggota kelompok pada sikap dan demokratis.

c. Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang

dihadapi anggota kelompok.

d. Dan lain-lain.

3) Dalam Pembinaan Proses Kelompok :

a. Mengenal masing- masing pribadi anggota kelompok baik

kelemahan maupun kemampuannya.

b. Menimbulkan dan memelihara sikap percaya antara sesama

anggota maupun antara anggota dengan pemimpinya.

c. Memupuk sikap dan kesedihan tolong menolong.

d. Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota.

4) Dalam Bidang Administrasi Personal:

a. Menempatkan personal pada tempat dan tugas yang sesuai

dengan kecakapan dan kemampuan masing- masing.

b. Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan

meningkatkan daya kerja serta hasil maximal

5) Dalam Bidang Evaluasi:

a. Menguasai teknik pengumpulan data untuk memperoleh data

yang lengkap, benar dan dapat diolah menurut norma - norma

yang ada.

b. Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian yang

mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan

mengadakan perbaikan- perbaikan.


36

Dari beberapa penjelasan fungsi di atas, maka menjadi jelas juga bahwa

peran utama dari fungsi supervisi pendidikan adalah membantu meneliti,

menilai, memperbaiki dan menumbuhkan suatu iklim perbaikan bagi proses

belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, agar mereka dapat mengajar

lebih baik lagi dan profesional. Sehingga yang pada akhirnya diharapkan

tujuan pendidikan dapat tercapai dengan maksimal.

2.11 Prinsip-prinsip Supervisi Kepala Sekolah

Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan

pendidikan ialah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan

korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Untuk itu kepala sekolah

dalam melaksanakan tugas profesional sebagai seorang supervisor harus

berlandaskan prinsip-prinsip supervisi demi kesuksesan tugasnya. Adapun

prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Prinsip Ilmiah (Scientific)

Prinsip ilmiah ini mengandung ciri-ciri sebagai berikut:

a) Sistematis yang berarti dilaksanakan secara teratur, terencana, dan

berkelanjutan.

b) Objektif yaitu data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi nyata.

c) Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti

angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.

2. Prinsip Demokratis

Service dan bantuan yang diberikan pada guru berdasarkan

hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru


37

merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung

makna yang menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan

berdasarkan atasan dan bawahan tapi berdasarkan kesejawatan.

3. Prinsip Kooperatif

Menegmbangkan usaha bersama untuk menciptakan situasi belajar

mengajar yang lebih baik.16

4. Prinsip Konstruktif dan Kreatif

Membina inisiatif guru dan mendorong guru untuk aktif menciptakan

suasana pembelajaran yang menimbulkan rasa aman dan bebas

mengembangkan potensi-potensinya.

Sedangkan menurut Pangaribuan yang dikemukakan oleh Syaiful

Sagala, bahwa prinsip-prinsip yang harus dijadikan pedoman dan diterapkan

dalam mengembangkan supervisi adalah17:

a) Ilmiah

Kegiatan supervisi yang dilaksanakan harus benar-benar

sistematis, obyektif, dan menggunakan instrumen atau sarana yang

memberikan informasi yang dapat dipercaya dan dapat menjadi bahan

masukan dalam mengadakan evaluasi terhadap situasi belajar mengajar.

b) Kooperatif

Program supervisi dikembangkan atas dasar kerjasama antar

supervisor dengan supervisee, sehingga kepala sekolah mampu


16
Suryo Subroto, Manajmen Pendidikan di Sekolah , Jakarta: Rineke Cipta, 2004. Hlm 176
17
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Ibid, hlm, 198
38

bekerjasama dengan guru-guru, peserta didik, dan seluruh warga

sekolah yang berkepentingan dalam peningkatan kualitas belajar

mengajar.

c) Konstruktif dan kreatif

Supervisor mampu membina guru agar mengambil inisiatif

sendiri dalam mengembangkan situasi belajar mengajar, serta mampu

menggerakkan guru-guru untuk mengembangkan diri dan profesinya

sehingga giat memperbaiki program pengajaran dan pendidikan secara

konstruktif.

d) Realistik

Pelaksanaan supervisi pendidikan harus memperhitungkan dan

memperhatikan segala sesuatu yang sungguh-sungguh ada di dalam suatu

situasi atau kondisi secara obyektif. Dan harus dihindari terjadinya

kegiatan yang sifatnya berpura-pura atau program yang muluk-muluk.

e) Progresif

Setiap kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari ukuran dan

perhatian apakah setiap langkah yang ditempuh memperoleh kemajuan.

f) Inovatif

Supervisor dan guru-guru harus terbuka terhadap perubahan yang

terjadi di ilmu pengetahuan, teknologi dan sosial. Sehingga mampu


39

mengikhtiarkan perubahan dengan penemuan baru dalam rangka

perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan.

Kepala sekolah perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip tersebut

dengan cara memahami dan menguasai dengan seksama tugas dan tanggung

jawab guru sebagai tenaga kependidikan yang profesional, karena jika sikap

supervisor yang memaksakan kehendak, menakut-nakuti guru, dan perilaku

negatif lainnya akan melumpuhkan kreatif guru. Sikap korektif tersebut harus

diganti dengan sikap kreatif, dimana setiap orang mampu menumbuhkan dan

mengembangkan kreatifitasnya untuk perbaikan pengajaran.

2.13 Teknik-teknik Supervisi Kepala Sekolah

Upaya untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi

sumber daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai teknik supervisi.

Menurut WJS Purwo Darminto bahwa teknik adalah cara yang dipakai dalam

supervisi, teknik supervisi adalah metode-metode yang dipakai oleh supervisor

dalam melaksanakan supervisi.

Pada umumnya alat dan teknik supervisi dapat dibedakan dalam dua macam

alat atau teknik (John Minor Gwyn, 1963: 326-327), yaitu: teknik individual dan

teknik kelompok.

Adapun teknik-teknik supervisi yang dimaksud tersebut adalah:

1. Teknik Individual
40

Teknik individual adalah pelaksanaan supervisi pendidikan yang

diberikan pada guru-guru tertentu yang mempunyai masalah dan bersifat

perorangan. Bila masalah yang dihadapi adalah masalah yang bersifat pribadi,

apalagi khusus atau secret, maka teknik yang digunakan sebaiknya adalah teknik

individual/perorangan dengan pertemuan empat mata dan dijamin kerahasiaannya.

Teknik-teknik supervisi pendidikan yang bersifat individual antara lain

adalah kunjungan kelas, observasi kelas, dan saling mengunjungi kelas.

a. Kunjungan Kelas

Kunjungan kelas adalah kunjungan sewaktu-waktu yang

dilakukan oleh seorang supervisor untuk melihat atau mengamati

seorang guru yang sedang mengajar yang berfungsi sebagai alat untuk

mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar guru dan cara

belajar siswa dan bertujuan memperoleh data mengenai keadaan

yang sebenarnya untuk melihat apa kelemahan yang sekiranya

perlu diperbaiki.

Dan memperoleh data yang diperlukan bagi tindakan-

tindakan administratif dalam usaha menyediakan fasilitas dan sarana

yang diperlukan untuk membina situasi belajar mengajar yang lebih

baik.

b. Observasi Kelas

Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi

dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, dan

rasional mengenai fenomena- fenomena yang diselidiki. 35 Kegiatan


41

observasi kelas merupakan salah satu cara untuk menentukan data-

data aktual dan kongkrit tentang masalah- masalah yang dihadapi

guru di depan kelas.

Dengan observasi kelas, supervisor dapat mempelajari situasi

belajar mengajar yang sedang berlangsung yang meliputi faktor-

faktor yang berpengaruh di dalamnya yang mencakup kegiatan-

kegiatan guru, kegiatan-kegiatan murid, dan masalah-masalah yang

timbul, serta proses belajar mengajar tersebut.

c. Saling Mengunjungi (Intervisition) Kelas

Kunjungan antar kelas dapat pula digolongkan sebagai teknik

layanan atau pembinaan profesional secara perseorangan, yang

dimaksud dengan saling mengunjungi (intervisition) kelas ialah

seorang guru mengunjungi guru lain yang sedang mengajar,

ataupun mengadakan observasi.

Saling mengunjungi (intervisition) kelas ini perlu diatur dan

dikembangkan dengan sebaik -baiknya. Walaupun kunjungan ini

berlangsung antar guru yang satu dengan yang lain, pengaturan dan

perencanan dilakukan bersama -sama dengan kepala

sekolah/ supervisor.

2. Teknik Kelompok

Teknik yang bersifat kelompok adalah teknik-teknik yang

digunakan itu dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan

sejumlah guru dalam satu kelompok. Bila supervisor memperhitungkan


42

bahwa masalah yang dihadapi bawahannya adalah sejenis, maka

penyelesaiannya dapat dilakukan dengan teknik kelompok.

Adapun kegiatan yang dapat dilaksanakan di antaranya adalah:

a. Studi Kelompok Antar Guru

Guru-guru yang mengajar dalam mata pelajaran yang sama

berkumpul untuk mempelajari suatu masalah yang sama, atau

sejumlah bahan mata pelajaran, selain itu juga membahas ilmu

pengetahuan yang sedang berkembang.

b. Diskusi Kelompok/Tukar Menukar Pendapat

Hakikat diskusi terletak pada suatu kegiatan saling bertukar

pikiran mengenai suatu masalah antara dua orang atau lebih.

Pertukaran pendapat tentang suatu masalah untuk dipecahkan

bersama.

Dengan adanya diskusi dapat mengembangkan keterampilan

anggota atau guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dengan jalan

bertukar pikiran di antara guru. Dalam diskusi ini, supervisor dapat

memberikan pengarahan, bimbingan, nasehat-nasehat, ataupun saran-

saran yang diperlukan.

c. Pelajaran Contoh (Demontrasen Teaching)

Dapat dikatakan sebagai suatu teknik yang bersifat kelompok,

bilamana supervisor itu memberikan penjelasan-penjelasan kepada

guru-guru tentang mengajar yang baik, setelah seorang guru yang baik

memberikan pejelasan kepada guru-guru yang dikunjungi


43

sebelumnya.

Dan dapat dikatakan juga sebagai teknik yang bersifat

perorangan, jika supervisor menggunakan suatu kelas dan

memberikan penjelasan tentang teknik mengajar yang baik bagi

seorang guru.

Suatu demonstrasi yang baik harus direncanakan dengan

teliti dan mempunyai suatu tujuan tertentu dan memberi kesempatan

kepada guru untuk melihat metode-metode mengajar yang baru atau

berbeda. Sudah banyak hal yang diketahui oleh para guru, tetapi apa

yang diketahui itu belum dilaksanakan dalam praktek pengajaran

sehari-hari. Maka yang tepenting ialah bagaimana metode ini

dipergunakan lebih efektif. Bagi guru-guru nasehat saja tidak cukup.

Mereka memerlukan contoh bagaimana mempergunakan metode

itu dalam pengajaran secara efektif.

Di sini nyatalah betapa pentingnya demonstrasi mengajar

sebagai salah satu teknik supervisi pendidikan. Demonstrasi

hendaklah dilakukan oleh orang yang ahli, mungkin kepala sekolah,

mungkin penilik/pengawas, seorang guru, atau ahli yang lainnya.

Jadi, semua teknik-teknik supervisi pendidikan tersebut di atas

merupakan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan, bukan suatu tujuannya

yang hendak dicapai. Namun hanya sebagai alat yang dapat dianggap efektif

dalam mencapai suatu tujuan yang ditetapkan.

2.14 Mutu Pendidikan


44

Definisi mutu menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan

sebagai ukuran baik buruk suatu benda, kadar, taraf ,derajat atau kualitas.

Sedangkan secara istilah menurut pakar manajemen adalah :

1) Menurut Juran, mutu adalah kecocokan penggunaan produk untuk

memenuhi kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguna produk tersebut

didasarkan atas lima ciri utama yaitu, teknologi, psikologis, waktu,

kontraktuan (adanya jaminan), etika/sopan santun.

2) Menurut Crosby, mutu adalah conformance to requirement.18 Mutu

adalah sesuai yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki

mutu apabila sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang telah

ditentukan oleh instansi, standar mutu tersebut meliputi bahan baku, proses

produksi, dan produk jadi.

3) Menurut Deming, mutu adalah kesesuaian dengan produk pasar atau

konsumen. Perusahan atau instansi yang

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar seorang

mebicarakan masalah kualitas, misalnya mengenai kualitas sebagian besar produk

yang lebih baik daripada dalam negeri. Konsep kualitas sendiri seringkali dianggap

sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas

desain atau kesesuaian. Akan tetapi aspek ini bukanlah satu-satunya aspek kualitas.

TQM merupakan konsep yang jauh lebih luas, yang tidak hanya menekankan pada

aspek hasil tetapi juga kualitas manusia kualitas prosesnya. Bahkan Stephen Uselac

18
John Wiley, “The Portable MBA
45

menegaskan bahwa kualitas bukan hanya mencakup produk dan jasa, tetapi juga

meliputi proses, lingkungan dan manusia.19

Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara

universal, dari definisi-definisi di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu:

a. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan

b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan

c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap

meruapkan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa

mendatang).

Terdapat lima dimensi pokok yang menentukan kualitas penyelenggaraan

pendidikan, yaitu:

a. Keadaan (reability) yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan

secara tepat waktu, akurat dan memuaskan.

b. Daya tangkap (responsiveness) yaitu kemauan para tenaga kependidikan untuk

membantu para peserta didik dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

Proses pembelajaran hendaknya diupayakan interaktif dan memungkinkan para

peserta didik mengembangkan kapasitas, kreatifitas, dan kapabilitas.

c. Seluruh tenaga kependidikan harus benar-benar kompeten dibidangnya,

reputasi penyelenggaraan pendidikan yang positif di mata masyarakat, sikap

dan perilaku seluruh tenaga kependidikan mencerminkan profesionalisme dan

kesopanan.

d. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang

baik antara murid dan guru


19
Diana, A, dan Tjiptono. F. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta: PeNERBIT. Andi.Hlm. 3-4
46

e. Bukti langsung (tangible), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, tenaga

kependidikan dan sarana komunikasi. (Mulyasa, 2003: 227-228)

Faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Kurikulum

b. Media atau alat pembelajaran

c. Proses Belajar Mengajar (PBM) meliputi penguasaan materi, penggunaan

metode mengajar, penampilan guru, dan pendayagunaan alat atau fasilitas.

2.15 Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan

Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah memerlukan titik berangkat

dari pola pemikiran yang memandang sekolah sebagai suatu sistem. Sekolah terdiri

dari berbagai komponen yang saling membutuhkan dan berinteraksi antara satu

dengan yang lainnya.

Melalui penggarapan seluruh komponen sekolah, pendidikan bermutu tinggi

apabila setiap anak didik berkembang secara optimal sesuai kemampuannya serta

dapat mengembangkan kemampuannya itu bagi kepentingan masyarakat.

Pendidikan yang bermutu tinggi membawa setiap anak didik kearah

pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Dalam peningkatan mutu pendidikan,

ada beberapa metode yang digunakan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah

manajemen mutu terpadu yang biasa disebut dengan Total Quality Manajemen

(TQM).

Menurut Bounds yang dikutip oleh E.Mulyasa menyatakan bahwa

manajemen mutu terpadu adalah suatu sistem manajemen yang berfokus kepada

orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan


47

pelanggan (costumers) pada biaya yang sesungguhnya yang secara berkelanjutan

terus menerus.

Mulyadi mengemukakan TQM merupakan pendekatan sistem secara

menyeluruh bukan suatu bidang atau program terpisah dan merupaka bagian

terpadu strategi tingkat tinggi. Sistem ini bekerja secara horizontal, melibatkan

semua karyawan dari atas sampai bawah.20

Manajmen mutu pendididak (TQM) dapat diterapkan dalam lembaga

pendidikan, dengan prinsip-prinsip :

a. Penerapan TQM untuk meningkatkan fungsi-fungsi administrasi secara

luas untuk mengelola proses pendidikan secara keseluruhan.

b. Menintegrasi TQM dalam kurikulum

c. Penggunaan TQM dalam metode pembelajaran di kelas

d. Penggunaan TQM untuk mengelola aktifitas riset dan pengembangan

(Mulyasa, 2003: 225)

Konsep manajemen mutu terpadu dalam pendidikan memandang bahwa

lembaga pendidikan merupakan industry jasa bukan sebagai proses produksi. Oleh

karena itu, manajemen mutu terpadu merupakan input, proses dan output untuk

memuaskan pelanggan pendidikan (orangtua dan masyarakat).

Dalam konteks pengembangan TQM untuk layanan pendidikan berarti

semua perangkat sekolah dari kepala sekolah, guru, karyawan, dan tenaga

kebersihan harus benar-benar memiliki kultur pelayanan terbaik siswa dan orangtua

siswa sehingga mereka puas, tidak hanya diakhir setelah putra-putrinya lulus tetapi

sejak awal mereka masuk ke halaman sekolah merasa aman, nyaman dan
20
Mulyasa, E. 2003. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 224
48

terlindungi, terhargai dan terlayani, oleh perangkat sekolah yang berada di front

line.

Dalam konteks pendidikan sekolah itu berkualitas jika mampu

melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan rancangan-rancangan yang

ditetapkan bersama antara sekolah dengan komite sekolah, mencapai hasil belajar

sesuai dengan target yang direncanakan, serta sesuai pula dengan harapan orangtu

siswa, pemerintah, siswa, para pengguna lulusan baik sekolah maupun perguruan

tinggi tempat siswa melanjutkan studinya, maupun dunia kerja. (Rosyada, 2007:

268)

Sedangkan menurut E. Mulyasa sekolah yang bermutu tidak hanya dilihat

dari mutu lulusannya tetapi juga mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu

memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang berlaku.

Menurut Green Wood dalam Rosyada (2007: 270) pelanggan pendidikan

adalah sebagai berikut21:

a. Siswa-siswa yang memperoleh pelajaran

b. Orangtua siswa yang membayar baik langsung maupun tidak langsung

untuk biaya pendidikan anak-anaknya

c. Pendidikan lanjut tempat siswa melanjutkan study

d. Para pemakai tenaga kerja yang perlu untuk merekrut staf terampil,

memiliki keahlian dan berpendidikan sesuai kebutuhan

e. Negara yang memerlukan pegawai terdidik dengan baik

21
Rosyada, Dede. 2007. Paradigma Pendidikan Demokrasi Sebuah Model Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT. Rencana Prenada Media Grup. Hlm: 268
49

Adapun usaha yang dilakukan kepala sekolah guna meningkatkan mutu

pendidikan adalah dengan menciptakan suasana kerja yang menyenangkan,

aman dan menantang. Usaha ini akan membawa dampak yang positif bagi

tumbuhnya sikap terbuka dari guru-guru, guru-guru juga harus di dorong agar

kreatif serta memiliki kerja tinggi. Tinggi rendahnya mutu pendidikan (sekolah)

dapat dilihat dari berhasil tidaknya kepemimpinan yang dilaksanakan oleh

kepala sekolah.

2.16 Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Peran kepala sekolah sebagai pelaksana program sekolah karena

berhubungan langsung dengan pengambilan keputusan. Paling tidak seorang

manajer memiliki tiga macam keterampilan yaitu:

a. Keterampilan konseptual keterampilan konseptual merupakan

keterampilan memahami dan mengelola organisasi

b. Keterampilan manusiawi adalah keterampilan melakukan kerjasama

memotivasi dan membangkitkan etos kerja para pegawai

c. Keterampilan teknis merupakan keterampilan mengoperasikan alat-alat,

metode dan fasilitas lainnya yang tradisonal maupun modern.

Kepala sekolah sebagai perencana memiliki fungsi dan peran

mengidentifikasi dan merumuskan hasil kerja yang ingin dicapi oleh sekolah dan
50

mengidentifikasi serta merumuskan cara atau metode untuk mencapai hasil yang

diharapkan.

Mutu pendidikan, sebagai salah satu pilar pengembangan sumber daya

manusia sangat penting maknanya bagi pembangunan Nasional. Manajeman

peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu metode peningkatan yang bertumpu

pada lembaga itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasar kepada

ketersediaan data kuantitatif dan kualitatif, dan memperdayakan semua komponen

lembaga pendidikan untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan

kemampuan organisasi guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

Sedangkan menurut Mulyasa adalah bahwa pendidikan bermutu tidak hanya

dilihat dari kualitas lulusannya, tetapi juga mencakup bagaimana lembaga

pendidikan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu

yang berlaku. Pelanggan dalam hal ini adalah pelanggan internal (tenaga

kependidikan) serta pelanggan eksternal (peserta didik, orangtua, masyarakat dan

pemakai lulusan).22

Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

pendidikan berupa pelayanan kepada pelanggan, dalam bidang pendidikan

pelayanan pendidikan berarti semua perangkat sekolah dari kepala sekolah, guru

dan karyawan dan tenaga kebersihan melakukan berbagai bidang yaitu kurikulum,

kesiswaan dan proses belajar mengajar.

22
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm 226
51

Kepala sekolah sebagai manajer dalam meningkatkan mutu pendidikan

memerlukan kepala sekola yang pandai dalam mengidentifikasi serta mampu

merumuskan hasil kerja yang ingin dicapai oleh sekolah.

Kemudian, kepala sekolah harus bisa mengorganisasikan pekerjaannya yang

mencakup pemberian dan pembagian tugas dan wewenang kepada masing-masing

staf dengan sarana atau alat dan sumber yang lain dan mengkoordinasikan

pelaksanaan tugas untuk mewujudkan rencana yang dibuat.

Dengan begitu peran kepala sekolah harus selalu memberikan pengawasan

kepada guru dengan melihat langsung kegiatan belajar mengajar di kelas, serta

mengadakan diskusi tentang metode-metode yang diajarkan kepada siswa agar

tercapai hasil yang diharapkan.

2.17 Kerangka Pikir

Output dan outcome sekolah menjadi baik tergantung dari bagaimana

kepemimpinan kepala sekolah dijalankan, sehingga akan membentuk sekolah

menjadi baik. Kepala sekolah berlatar belakang pendidikan, kepribadian, sosial

dan manajerial tinggi merupakan syarat kompetensi. Kepala sekolah yang

kompeten dan komitmen kuat menjadi modal untuk meningkatan mutu

pendidikan sekolah. Hal tersebut dapat saya gambarkan sebagai berikut;

Kondisi dan pelaksanaan


prestasi sekolah

Kepemimpinan
kepala sekolah
dalam
menjalankan
peran dan
fungsi sebagai
EMASLIM
52

Kompetensi
Peningkatan
manajerial
mutu sekolah
kepala sekolah

Bagan 2.3

Kerangka Pikir

Anda mungkin juga menyukai