Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DALAM EKSPLORASI


SUMBER DAYA ALAM AIR TANAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geofisika

Dosen Pembimbing :

Febriwan Mochamad S.Si., M.Si.

Disusun oleh

Nama : Rena Nur Fauziah

NPM : 270110180025

Kelas : E

PROGRAM SUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber dayanya baik yang dapat
diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui dan tersebar dari sabang sampai merauke.
Semua sumber daya tersebut tidak sendirinya muncul di hadapan kita tetapi kita harus
mengerahkan usaha agar dapat memanfaatkannya untuk kesejahteraan bersama. Keterbatasan
pengetahuan ataupun seorang ahli dalam mengolah sumber daya alam tersebut menjadi kendala
yang besar, sehinnga kita perlu mempelajari cara atau metode untuk mengeksplorasi atau
mengungkap informasi yang terdapat dalam bumi apalagi sebagai calon geeologist. Salah satu
cara eksplorasi yang sering digunakan adalah dengan metode geofisika. Metode geofisika
merupakan ilmu yang mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip fisika untuk mengetahui
dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan bumi, atau dapat pula diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip fisika. Metode ini dapat menghasilkan informasi tentang
struktur dan komposisi lapisan di dalam bumi. Ilmu geofisika cakupannya sangat luas dimulai
dari fisika dan ujungnya eksplorasi. Metode eksplorasi geofisika diantaranya, geolistrik,
seismik, GPR, gravity dan magnetik. Pada makalah ini akan dibahas salah satu metode geofisika
yaitu geolistrik dalam eksplorasi air tanah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi indikasi adanya air tanah di suatu wilayah?
2. Apa faktor yang mempengaruhi keterdapatan air tanah ?
3. Bagaimana cara eksplorasi air tanah menggunakan metode geolistrik ?
4. Bagaimana hubungan air tanah dengan batuan yang ditemukan ?

C. Manfaat dan Tujuan

- Manfaat : Dapat lebih memahami proses pencarian suatu sumber daya alam yang berguna bagi
kehidupan serta tentunya menambah wawasan baik dengaon teori maupun studi kasus yang
ditemukan

- Tujuan : Untuk mendapatkan berbagai ilmu tentang metode geofisika yang berhubungan
dengan ekslorasi dan memenuhhi tugas

1
II. TEORI DASAR

Metode geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran
listrik di dalam bumi. Pendekteksian di bawah permukaan meliputi pengukuran medan potensial,
arus, dan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus
kedalam bumi. Metode geolistirk yang dikenal antara lain : metode Potensial diri (SP),
Magnetulluric, Elektromagnetik, Induced Polarization (IP), Resistivitas (Tahanan jenis).

Pada metode geolistrik tahanan jenis ( resistivitas ), arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi
melalui dua elektroda arus (terletak diluar konfigurasi). Beda potensial yang terjadi diukur
melalui dua elektroda potensial yang berada di dalam konfigurasi. Dari hasil pengukuran arus
dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat dilakukan perhitungan untuk
menentukan nilai tahanan jenis semu, sehingga didapatkan variasi harga tahanan jenis masing-
masing lapisan di bawah titik ukur (titik sounding). Umumnya, metode tahanan jenis ini hanya
baik untuk eksplorasi dangkal, sekitar 100 m. Jika kedalaman lapisan lebih dari harga tersebut,
informasi yang diperoleh kurang akurat, hal ini disebabkan melemahnya arus listrik untuk jarak
bentangan yang semakin besar. Metode tahanan jenis ini lebih banyak digunakan dalam
engineering geology (Loke, M. H., 1999). Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda potensial
dan elektroda arus, dikenali beberapa jenis konfigurasi metode tahanan jenis yaitu:

 Konfigurasi schlumberger
- Jarak antara elektroda arus dan elektroda potensial lebih besar
daripada antar elektroda potensial serta jarak antara elektroda
potensial (p1-p2) adalah 1/5 dari jarak elektoda arus (c1-c2)

 Konfigurasi wenner
- Jarak antara elektroda arus dengan elektroda potensial l serta
elektroda potensial dengan potensial adalah sama yaitu c1-p1
= p1-p2 = p2-c2 = a, serta jarak antara elektroda arus adalah 3
kali jarak elektroda potensial.
 Konfigurasi pole-dipole
- Elektroda arus (A-B) ditempatkan sepasang begitupun dengan
elektroda potensial (M-N), serta dua elektroda arus dan dua
elektroda potensial ditempatkan terpasang dengan jarak na,
sedangkan masing-masing a
2
III. PEMBAHASAN DAN ANALISIS BESERTA STUDI KASUS

A. Pembahasan
Air tanah merupakan salah satu sumber untuk kebutuhan air makhluk hidup di muka bumi.
Menurut Soemarto (1989) air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan
geologi. Lapisan tanah yang terletak di bawah permukaan tanah dinamakan lajur jenuh (saturated
zone), dan lajur tidak jenuh terletak di atas lajur jenuh sampai ke permukaan tanah, yang rongga-
rongganya berisi air dan udara. Dalam usaha untuk mendapatkan susunan mengenai lapisan
bumi, kegiatan penyelidikan melalui permukaan tanah atau bawah tanah haruslah dilakukan, agar
bisa diketahui ada atau tidaknya lapisan pembawa air (akuifer), ketebalan dan kedalamannya
serta untuk mengambil contoh air untuk dianalisis kualitas airnya. Beberapa metode penyelidikan
permukaan tanah yang dapat dilakukan, diantaranya : metode geologi, metode gravitasi, metode
magnit, metode seismik, dan metode geolistrik.
Dari metode-metode tersebut, metode geolistrik adalah metode yang banyak sekali
digunakan dan hasilnya cukup baik (Bisri,1991). Prinsip kerja metode geolistrik adalah
mengukur tahanan jenis (resistivity) dengan mengalirkan arus listrik kedalam batuan atau tanah
melalui elektroda arus kemudian arus diterima oleh elektroda potensial. Beda potensial antara
dua elektroda tersebut diukur dengan volt meter dan dari harga pengukuran tersebut dapat
dihitung tahanan jenis semua batuan. Secara teoritis setiap batuan memiliki daya hantar listrik
dan harga tahanan jenis masing-masing. Batuan yang sama belum tentu mempunyai nilai tahanan
jenis yang sama. Sebaliknya harga tahanan jenis sama bisa dimiliki oleh batuan-batuan berbeda.
Dalam eksplorasi diketahui, lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable,
seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air
tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh.

B. Analisis
Keterdapatan air tanah pada suatu daerah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu
iklim/musim (banyak hujan dan evapotraspirasi), kondisi penutup lahan (Land Cover), kondisi
Geomorfologi, kondisi geologi, dan aktivitas manusia. Semua faktor tersebut pastinya menjadi
subuah acuan dalam melakukan eksplorasi air tanah. Karena metode yang dilakukan adalah
geolistrik resistivitas maka sangat berhubungan dengan resistivita pada batuan tersebut dan prose

3
pengaliran listrik. Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan/mineral digolongkan menjadi
tiga yaitu: Konduktor baik : 10-8 < ρ < 1 Ωm, konduktor pertengahan : 1 < ρ < 107 Ωm, dan
isolator : ρ > 107 Ωm
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya harga tahanan jenis pada bawah permukaan
diantaranya:

 Jenis Material
Besarnya tahanan jenis tergantung pula pada daya hantar listrik setiap material. Semakin
mudah material menghantarkan arus listrik, maka tahanan jenisnya semakin kecil.
 Kandungan Air Dalam Batuan
Semakin banyak kandungan air dalam batuan, maka tahanan jenisnya semakin kecil, karena
air merupakan media penghantar arus listrik yang baik.
 Porositas Batuan
Semakin besar porositas batuan, berarti semakin banyak pori-pori dalam batuan, maka
semakin kecil tahanan jenisnya karena semakin banyak air yang terkandung di dalamnya.
 Sifat Kimiawi
Air asin lebih mudah menghantarkan listrik daripada air tawar, sehingga tahanan jenisnya
semakin kecil. Hal ini disebabkan karena terdapatnya ion-ion (Na+ dan Cl-) yang mampu
menghantarkan arus listrik.

C. Studi Kasus
Penelitian ini dilakukan di Kampus Tegal Boto – Universitas Jember. Sedangkan
penentuan lintasan dan titik pengukuran geolistrik dilakukan di rencana lokasi gedung Teknik
Kampus Tegal Boto Universitas Jember. Pengukuran geolistrik yang diterapkan pada penelitian
ini adalah geolistrik sounding (vertikal) konfigurasi Schlumberger. Jumlah titik sounding
sebanyak 5 titik dengan panjang lintasan sepanjang 850 meter.
Pengukuran tahanan jenis di lokasi penelitian merupakan pengukuran tahanan jenis semu.
Data tahanan jenis semu tersebut diolah atau diinversi dengan persamaan matematis untuk
mendapatkan nilai tahanan jenis yang sebenarnya. Dalam penelitian ini input data tahanan jenis
semu dioleh dengan menggunakan perangkat lunak IPI2WIN. Hasil pengolahan data
pseudosection berupa distribusi tahanan jenis sebenarnya terhadap penampang melintang di
bawah permukaan tanah. Hasil pengolahan data yang diperoleh berupa penampang resistivitas

4
yang menggambarkan nilai distribusi lapisan bawah permukaan tanah pada masing-masing titik
sounding. Pada penampang resistivitas tersebut, perubahan nilai resistivitas dinyatakan dalam
bentuk citra warna yang berbeda beda dengan kedalaman atau ketebalan lapisan tertentu sesuai
dengan nilai resistivitasnya.Berdasarkan hasil interpretasi peta geologi dan hidrogeologi,
menunjukkan bahwa lapisan pembawa air (akuifer) di lokasi penelitian tergolong akuifer dengan
tingkat produktivitas sedang yang menyebar secara luas. Pada akuifer ini potensi air tanah yang
dapat dimanfaatkan kurang dari 5 liter/detik. Akuifer ini diperkirakan berasal dari daerah resapan
Gunung Argopuro dan Gunung Raung.
Dari hasil penyelidikan geolistrik di lokasi Gedung Teknik, Kampus Tegal Boto Univesitas
Jember, maka dapat disimpulkan bahwa, secara geologi batuan di lokasi penelitian didominasi
oleh endapan vulkanik muda yang terdiri dari tuf, breksi, lahar dan lava andesit sampai basal.
Secara hidrogeologi, lokasi penelitian merupakan akuifer yang memiliki aliran melalui celah dan
ruang antar butir. Akuifer ini bersifat sedang dengan penyebaran luas. Keterusan dan kedalaman
muka air tanah sangat beragam. Debit sumur yang dapat dimanfaatkan kurang dari 5 liter/detik.
Hasil pendugaan dengan geolistrik yang dikorelasikan dengan referensi kuantitatif, menunjukkan
bahwa sebagian besar batuan di titik sounding 2 sampai 5 merupakan lapisan batuan keras yang
mempunyai nilai resistivitas tinggi (diatas 500 Ωm). Lapisan ini kurang mempunyai sifat sebagai
lapisan pembawa air (akuifer). Namun demikian apabila akan dilakukan pengeboran air tanah
sebaiknya di lakukan di titik sounding 1 (S1) yang berpotensi sebagai lapisan pembawa air
(akuifer).
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat direkomendasikan bahwa : Untuk mengetahui
distribusi nilai resistvitas secara horisontal, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan cara
pengukuran geolistrik metode mapping. Apabila akan dilakukan pengeboran air tanah di lokasi
penelitian, maka disarankan untuk dilakukan pengeboran di titik sounding 1 (s1), dengan
kedalaman pengeboran sampai 100 – 125 m. Setelah dilakukan pengeboran, sebaiknya dilakukan
pengukuran well logging, untuk mendapatkan posisi lapisan akuifer tipis. Dengan cara ini dapat
ditentukan letak saringan yang tepat dari akuifer yang disadap, sehingga akan didapatkan hasil
eksploitasi air tanah yang maksimal.

5
IV. KESIMPULAN

Sumber daya alam yang ada di Indonesia harus dimanfaatkan secara maksimal mungkin
untuk memenuhi kebuhan. Salah satunya adalah air tanah yang merupakan sumber kehidupan
bagi makhluk hidup di muka bumi. Faktor yang mempengaruhi keterdapatan air tanah yaitu
iklim/musim, kondisi penutup lahan, kondisi gieomorfologi, kondisi geologi, dan aktivitas
manusia. Dalam mengambil air tanahpun kita tidak boleh langsung mengebor dimana saja,
sebelumnya harus ada proses untuk menganalisis keterdapatan air tanah di bawah permukaan
terlebih dahulu. Metode yang dilakukan biasanya metode geofisika dan yang sering dipakai
adalah metode geolistrik resistivitas karena kita ketahui bahwa air adalah penghantar listrik yang
baik. Dalam analisis air tanah erat hubungannya dengan yang namanya akuifer yaitu lapisan
pembawa air. Dengan metode resistivitas dapat menginterpretasi jenis dan sebaran batuan serta
struktur geologi yang berperan untuk mengetahui jenis dan sebaran akuifer yang ada walaupun
demikian tidak semua batuan berfungsi sebagai akuifer.

6
V. DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., Za’ari, & Supoyo. (2003). Eksplorasi, eksploitasi Sumber Daya Mineral Air Bawah
Tanah : Studi Kasus Di Kawasan Industri Pasuruan Jawa Timur. Proceedings of Joint The
32 nd IAGI dan The 28 th HAGI Annual Convention and Exhibition.

As'ari. (2011). Pemetaan Air Tanah Di Kabupaten Jeneponto Dengan Metode Geolistrik. Jurnal
Sainstek, 1-7.

Halik, G. Widodo, J. (2008). Pendugaan Potensi Air Tanah dengan Metode Geolistrik
Konfigurasi Schlumberger di Kampus Tegal Boto Universitas Jember. Jurnal. Fakultas
Teknik. Universitas Jember. Jember

Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Hendayana, Heru. 1994. Metode Resistivity Untuk Eksplorasi Air Tanah. Jurusan Teknik
Geologi. Fakultas Teknik. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Simoen, Sunarso. 1980. Diktat Kuliah Geohidrologi. Jurusan Teknik Geologi. Fakultas Teknik.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Telford, G. (1990). Applied Geophysics. London: Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai