Jurusan Perikanan
Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2021
Kata Pengantar
Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi merupakan tahapan yang harus dilalui
oleh seluruh mahasiswa di Jurusan Perikanan untuk dapat menyelesaikan pendidikan
tingkat sarjana dan mendapatkan gelar Sarjana Perikanan (S.Pi). Dalam penyusunannya,
diperlukan ketelitian yang tinggi sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan. Petunjuk teknis ini disusun untuk melengkapi Panduan
Penulisan Skripsi yang sudah ada di lingkungan Fakultas Pertanian, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. Adanya petunjuk teknis ini diharapkan dapat mempermudah
mahasiswa dalam penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi di Jurusan Perikanan dan
mendapatkan hasil yang maksimal.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa petunjuk teknis ini masih belum sempurna.
Saran dan perbaikan dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
petunjuk teknis di masa mendatang. Semoga petunjuk teknis ini bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.
Tim Penyusun
Sumber pustaka yang ditulis oleh hanya dua penulis, maka pada daftar pustaka
cukup dipisahkan dengan tanda koma (,) tidak perlu menggunakan dan/and/&.
Penulisan dalam tubuh tulisan menggunakan dan untuk sumber pustaka dallam
bahasa Indonesia dan and untuk sumber pustaka dalam bahasa inggris.
Sumber pustaka yang ditulis oleh 3-10 penulis, maka pada daftar pustaka
dituliskan semua penulisnya. Dalam tubuh tulisan format penulisannya
ditambahkan “et al”. setelah nama pertama.
Sumber pustaka yang ditulis oleh lebih dari 10 penulis, maka pada daftar
pustaka dituliskan semua penulisnya hingga penulis ke 10 dan diikuti dengan “et
al”..
Pada daftar pustaka yang ditulis miring hanya nama latin/nama spesies.
Buku
Nama penulis. Tahun Terbit. Judul Buku. KotaTerbit:Penerbit. Jumlah total halaman.
Nama instansi. Tahun Terbit. Judul Buku. Kota Terbit: Penerbit. Jumlah total.halaman.
Dumont HJ, Negrea SV. 2002. Branchiopoda. Leiden: Backhuys Publishers. 398 p.
Effendi H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan
perairan. Yogyakarta: Kanisius. 257 hlm.
Romimohtarto K, Juwana S. 2005. Biologi laut: ilmu pengetahuan tentang biota laut.
Jakarta: Djambatan. 484 hlm.
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. 2012. Kota Serang dalam Angka. Serang:
Badan Pusat Statistik. 50 hlm.
Zobel RW. 1991. Genetic control of root system. p 25-28. In: Waisel JA, Eshel, Kafkafi
U. Plant roots the hidden half. New York: Dekker. 246 p.
Skripsi/Tesis/Disertasi
Nama Penulis. Tahun Terbit. Judul Tulisan. Skripsi/Tesis/Disertasi. Kota: Prodi
Fakultas Universitas. Jumlah halaman total.
Palallo A. 2013. Distribusi makroalga pada ekosistem lamun dan terumbu karang di
Pulau Bonebatang, Kecamatan Ujung Tanah, Kelurahan Barrang Lompo,
Makassar. Skripsi. Makassar: Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
Hasanuddin. 68 hlm.
Utami E. 2006. Analisis respons tingkah laku ikan pepetek (Secutor insidiator) terhadap
intensitas cahaya berwarna. Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor. 81 hlm.
Fitri ADP. 2008. Respons penglihatan dan penciuman ikan kerapu terhadap umpan
terkait dengan efektivitas penangkapan. Bogor: Disertasi. Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor. 235 hlm.
Jurnal Ilmiah
Nama penulis. Tahun Terbit. Judul Tulisan. Nama jurnal. Vol(nomor):halaman artikel
Dokumen Paten
Nama inventor. Tahun Bulan Tanggal Terbit. Judul peten. Negara pemberi patent.
Nomor patent
Dornajafi, M., Proctor, M.B., Lowy, D.A., Dilli, Z., Peckerar, M.C., inventor; Flexel
LLC. 2013 May 2. Zinc-water battery and system. United Stated Patent.
US0108935A1.
Susanto A, Putra Y, Fitri ADP, Sutanto H. 2015. Karakteristik cahaya lampu pada
bagan tancap di perairan Teluk Banten. Prosiding. Seminar Nasional Perikanan
Tangkap 6. Bogor: 22 Okt 2015, Indonesia. Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan FPIK IPB-FK2PT. Hal 66-75. ISBN 978-979-1225-34-2.
ABSTRACT
Spiny rock crab (Thalamita crenata) is one of crustaceans that are found abundantly in
the mangrove. Spiny rock crab has low economic value because not many people take
advantage of its existence. Information about the morphometric parameters can be
assumed growth rate of the spiny rock crab, so its availability in nature can be
estimated. Research on the morphometric parameters and weight relationship of the
spiny rock crab has not been done. This research is important to determine the
biological aspects of spiny rock crab. The method used is an experimental fishing for 30
days. Collapsible traps were fitted with a single system. Relation of the morphometric
parameters (length, width and thickness) and weight of spiny rock crab has value of r
(correlation coefficient) very closely and value of R2 (determination coefficient) in
relation morphometric parameters can explain the weight of spiny rock crab. The
correlation coefficient (r) and determination coefficient (R2) in carapace width and
weight relationships have the highest value. This suggests that the width of the carapace
tends to affect weight than carapace length and thickness. The growths of the
morphometric parameters and weight relationship have a negative allometric. Sex ratio
between males and females have a value 1,13:1. The condition factor (K) males spiny
rock crab has a value of 1,06 and females 1,03. The condition factor (K) can be affected
by sea water quality. Water quality of mangrove in Panjang island has a temperature
range 20,5-34,8°C, salinity 10-30 ppt and pH 8 can be tolerated by spiny rock crab.
RINGKASAN
Hubungan panjang karapas dan bobot kepiting batu jantan memiliki koefisien korelasi
(r) sebesar 0,893 dan betina 0,840 yang berarti keduanya memiliki hubungan yang erat.
Analisis hubungan tebal karapas-bobot dan lebar karapas-bobot memiliki hasil yang
sama yaitu nilai r menunjukkan korelasi yang erat. Koefisien korelasi (r) dan
determinasi (R2) tertinggi terdapat pada hubungan lebar karapas-bobot kepiting batu
jantan dengan nilai r=0,893 dan R2=0,797 sedangkan kepiting batu betina memiliki nilai
r=0,848 dan R2=0,719. Lebar karapas kepiting batu memiliki hubungan yang lebih erat
untuk dapat menduga bobot tubuhnya.
Hubungan panjang-lebar karapas kepiting batu jantan memiliki nilai r sebesar 0,997 dan
R2 sebesar 0,994 sedangkan pada kepiting batu betina memiliki r sebesar 0,930 dan R2
sebesar 0,865. Nilai ini menyatakan hubungan panjang-lebar karapas memiliki korelasi
yang sangat erat dan parameter panjang dapat menjelaskan parameter lebar karapas
sebesar 99,4% pada kepiting batu jantan dan betina sebesar 86,5%. Sifat pertumbuhan
kepiting batu pada analisis hubungan parameter morfometrik dan bobot memiliki sifat
allometrik negatif, karena keempat hasil analisis regresi menunjukkan nilai b<3. Sifat
ini menyatakan bahwa penambahan parameter morfometrik lebih dominan daripada
penambahan bobot kepiting batu.