Anda di halaman 1dari 10

BAB 4

SURVEI PENDAHULUAN

Pendahuluan

Survei pendahuluan data menjadi senjata terbaik bagi auditor untuk memperoleh pemahaman, informasi,
dan perspektif yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan audit.

Survei merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi, tanpa melakukan verifikasi secara
terperinci, tentang kegiatan yang akan di audit. Survey pendahuluan merupakan proses yang bertujuan
untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan diperiksa.

Survei pendahuluan dapat dilakukan dengan sejumlah teknik audit. Penggunaan berbagai teknik audit
tersebut dimaksudkan agar tercapai kombinasi optimal dari berbagai upaya untuk memperoleh dan
menganalisis informasi yang relevan dengan penilaian risiko secara efisien dan efektif. Terdapat dua
klasifikasi utama dari teknik-teknik audit pada tahap survey pendahuluan, yaitu yang berkaitan dengan
langkah-langkah survey pendahuluan di kantor unit auditor internal (on desk/off site audit), dan di lokasi
unit yang diaudit (on site audit).

Melakukan Studi Awal

Studi awal yang dilakukan audito rmencakup penelaahan atas kertas kerja pada tahun sebelumnya,
temuan-temuan audit,bagan organisasi, dan dokumen-dokumen lain yang akan membantu untuk
lebihmemahami subjek audit.

Studi awal juga mencakup penelaahan saksama atas bagan organisasi danpernyataan tanggung jawab dan
kewenangan. Dokumen tersebut dapat menunjukkanposisi aktivitas klien dalam hierarki perusahaan, apa
yang diharapkan manajemensenior atas manajemen di bawahnya, dan kewenangan apa yang diberikan
kepadamanajer operasi. Penelaahan harus dilakukan secara saksama atas kata-kata yangtertera.
Pernyataan wewenang dan tanggung jawab seringkali dibuat oleh orang yangmelakukan aktivitas
tersebut. Dalam beberapa hal, pernyataan tersebut bisa dilebih-lebihkan dan auditor harus skeptic
menyikapinya. Beberapa hal yang perludiperhatikan apabila audit yang dilakukan adalah audit berulang
(repeat audit) adalahmempelajari permanent file yang berisi laporan audit terdahulu, informasi
lainnyayang relevan dengan penugasan berikutnya.

Pendokumentasian

Pendokumentasian merupakan merupakan beberapa langkah yang akanmengarah pada pertemuan awal
antara auditor dengan manajer kalien. Dokumentasiberupa kuisioner penting untuk bahan
wawancaea/diskusi.

Daftar Pengingat

Dalam setiap permulaan audit, auditor internal kadang kala bingung, “apa yang akan dikerjakan
selanjutnya?” Meskipun setiap penugasan audit tidak sama, namun terdapat langkah langkah awal tertentu
yang berlaku untuk setiap audit.Langkah-langkah ini harus dicatat dalam daftar pengingat sehingga
memudahkanpekerjaan. Daftar pengingat tidak dirancang untuk menghambat inisiatif ataukreativitas.
Daftar tersebut menyederhanakan proses perencanaan dengan membantuauditor melakukan pekerjaan
secara terorganisasi dan dengan langkah awal yangminimum. Daftar pengingat membantu auditor
mengorganisasikan kertas kerjamereka dan membuat tahap audit selanjutnya lebih sederhana untuk
dikerjakan.

Daftar Isi

Sebelum auditor mulai melakukan instruksi-instruksi yang terdapat dalamdaftar pengingat, sebaiknya
siapkan dahulu daftar isi. Langkah ini dilakukan sebelum tahap perencanaan audit. Daftar isi akan
memaksa audit untuk:

1) mendaftar masalah-masalah tertentu yang harus ditangani seiring dengan kemajuan penugasan
2) membuat acuan kertas kerja.
3)
Pengurangan Biaya

Pengurangan biaya secara langsung memperngaruhi laba perusahaan. Pada umumnya manajemen
mengharapkan penugasan audit internal menghasilkan pengurangan biaya, maupun peningkatan operasi.
Beberapa ususlan pengurangan biaya dari auditor berasal dari kombinasi kondisi yang ada,
keberuntungan, kecerdikan, dan kecakapan memahami masalah. Namun pencarian pengurangan biaya
dapat dilakukan menggunakan suatu metode jika auditor mengetahui apa yang harus diperhatikan.

Catatan Kesan
Informasi yang tercatat dalam catatan kesan tidak mencerminkan kompilasi tujuan dari fakta-fakta yang
terdokumentasi dengan baik. Namun demikian, catatan tersebut tetap bernilai karena manajemen tidak
hanya memerhatikan fakta-fakta nyata dalam audit, tetapi juga memerhatikan aspek manusia yang terlibat
dalam audit.
Catatan kesan (record of impression) tidak dibuat untuk diberikan kepada manajemen. Fungsinya adalah
sebagai daftar pengingat bagi auditor ketika mereka sedang melakukan pembicaraan rahasia dengan
manajemen senior. Catatan kesan dapat membantu mengidentifikasi gejala-gejala kemunduran yang
membutuhkan perhatian khusus dan membutuhkan perbaikan dalam hubungan dengan karyawan, kondisi
kerja, manajemen, atau pengawasan.
Kuesioner
Penelaahan awal yang dilakukan auditor internal dikantor mereka sendiri normalnya akan memberikan
pandangan yang cukup bagi auditor untuk menghasilkan pertanyaan-pertanyaan cerdas tentang entitas
yang diaudit.
Penelaahan dikantor umumnya akan mengahasilkan sebuah daftar yang dikembangkan dari catatan-
catatan berikut ini : dokumen permanen, laporan audit dan kertas kerja tahun sebelumnya dan akte
manajemen untuk aktivitas yang akan diaudit. Dari bahan-bahan ini, auditor dapat merancang pertanyaan-
pertanyaan untuk (1) memenuhi tujuan audit mereka, (2) bertemu manajer klien pada pertemuan awal.
Bentuk kuesioner dengan susunan pertanyaan pada sisi kiri halaman dan jawaban disisi kanan merupakan
bentuk yang berguna dan bisa menjadi catatan agenda pertemuan. Pertanyaan-pertanyaan berikut yang
layak ditanyakan :

 Berapa bagian/seksi yang ada pada aktivitas anda?


 Berapa banyak karyawan yang ditugaskan pada bidang ini?
 Aktivitas-aktivitas apa yang dilakukan
 Apakah terdapat prosedur-prosedur tertulis untuk aktivitas tersebut?
 Aktivitas apa yang menurut anda paling penting?

Kuesioner informal ini bisa diperluas atau dipersempit sesuai kondisi. Jenis pertanyaan bisa bervariasi,
tergantung pada apakah audit yang diusulkan bersifat organisasional (untuk satu unit organisasi) atau
fungsional (mengikuti fungsi atau program dari awal hingga akhir dan melintasi batas organisasional).
Dalam organisasional, pertanyaan yang berorientasi pada manusia akan lebih mendominasi. Sementara
dalam audit fungsional atau audit program, pertanyaan yang diajukan akan lebih berkenaan dengan alur
kerja, hubungan dengan organisasi lain, dan umpan balik.

Kuesioner formal, yang diberikan ke klien sebelum auditor datang mengaudit, terkadang bisa
bermanfaat khususnya untuk klien yang berada di lokasi yang jauh. Kuesioner dapat menjadi semacam
‘persiapan’ akan datangnya auditor. Kuesioner juga dapat menghilangkan sedikit keengganan dan rasa
curiga mengenai audit yang akan dilakukan dan melibatkan supervisor klien sebagai mitra sejak awal.
Kuesioner dapat memberi peluang bagi karyawan manajemen untuk memahami diri mereka sendiri,
karena pertanyaan yang disiapkan dengan baik dapat berfungsi sebagai lembar evaluasi diri yang efektif.
Kuesioner juga bisa mencerminkan penghematan yang substansial, karena penugasan audit lebih baik
dilakukan oleh orang-orang yang sangat berkualifikasi untuk menyelesaikannya dengan cepat. Bila audit
dilakukan di lokasi yang jauh, kuesioner bisa dikirim bersama memorandum yang ditandatangani
direktur pusat yang menerima laporan dari manajemen cabang.

Bertemu Klien
Pertemuan auditor internal dengan manajer klien memberi peluang bagi auditor untuk menjelaskan tujuan
dan pendekatan audit yang akan dilakukan. Dalam beberapa situasi, auditor justru ingin membahas
keseluruhan peran auditor internal dalam organisasi. Namun, fokus pertama pertemuan adalah tentang
audit yang dilakukan.
Mengatur Jadwal Pertemuan
Waktu dan tempat pertemuan harus diatur terlebih dahulu. Jika memungkinkan, hindari kunjungan
mendadak, meskipun audit yang tidak diberitahukan terlebih dahulu mungkin perlu untuk dilakukan
dalam audit kas, audit keamanan, atau hal-hal yang rawan. Bila tidak ada hal-hal khusus seperti ini,
pemberitahuan terlebih dahulu lebih sopan dan akan dihargai serta tidak merugikan audit.
Wawancara
Karena penguasaan teknik-teknik wawancara yang efektif pada hakikatnya adalah tanggung jawab
professional, maka auditor internal harus memahami bagian-bagian penting dari wawancara dan berusaha
menguasainya. Wawancara bukanlah sebuah tindakan tunggal, melainkan bagian dari sebuah proses.
Wawancara yang sukses didasarkan pada penerapan saksama enam langkah penting: persiapan,
penjadwalan, pembukaan, pelaksanaan, penutupan, dan pencatatan.
Persiapan. Tentukan tujuan dan siapkan pertanyaan-pertanyaan untuk mencapai tujuan tersebut.
Penjadwalan. Rencanakan jadwal dengan saksama. Jangan berkunjung dengan mendadak kecuali
memang diperlukan. Berdasarkan norma-norma kesopanan, penting bagi penanya untuk menyusun jadwal
dan tempat pertemuan.
Pembukaan. Beritahu klien dengan jujur tujuan wawancara dan bagaimana hasilnya akan digunakan.
Pelaksanaan. Wawancara merupakan pelaksanaan komunikasi, dan auditor internal harus memiliki
keahlian dalam proses komunikasi.
Penutupan. Jangan terlena dengan pembicaraan. Cobalah akhiri wawancara dengan nada positif dengan
meringkas kesepakatan atau puji tindakan-tindakan yang layak dipuji.
Pencatatan. Auditor harus menerapkan teknik-teknik yang memungkinkan mereka menangkap, secepat
mungkin, apa yang dikatakan dan apa yang dipelajari selama wawancara.
Beberapa auditor menggunakan alat perekam secara langsung saat wawancara. Namun, orang yang
ditanya bisa tidak nyaman dengan itu dan dalam kondisi tertentu , alat tersebut bisa menghambat
keterbukaan dan pengungkapan penuh. Salah satu cara lain yang tidak terlalu mengganggu orang yang
diwawancara adalah dengan menyusun pertanyaan pada halaman terpisah. Kemudian begitu informasi
dikumpulkan ,tulis kembali dengan catatan ringkas , segera mungkin setelah wawancara. Kita bisa
memberikan bukti kepada manajer yang tidak merasa memberikan pernyataan, dengan mengatakan: “jika
Anda ingat, pada tanggal 13 April saat kita membahas masalah ini, Anda sudah setuju dengan kenyataan
atau kesimpulan kami. Saya menyatat tanggapan Anda di sini, bisa Anda ingat –ingat lagi?”
Mengumpulkan Bahan Bukti
1. Perencanaan
 Tentukan tujuan aktifitas organisasi, baik jangka panjang ataupun jangka pendek
 Dapatkan salinan kebijakan ,arahan dan prosedur
 Dapatkan salinan anggaran
 Tentukan proyek atau studi kasus yang tengah berlangsung
 Tentukan apakah rencana untuk masa depan telah dibuat
 Tanyakan jika ada ide-ide, perhatikan yang belum direalisasikan
 Tentukan cara menetapkan sasaran dan siapa yang menetapkan atau yang membantu
menetapkannya
2. Pengorganisasian
 Dapatkan salinan bagan organisasi
 Dapatkan salinan deskripsi jabatan
 Tanyakan hubungan dengan organisasi lain
 Telaah tata letak fisik, catatan peralatan, serta lokasi dan kondisi aktiva
 Tentukan perubahan-perubahan organisasional apa yang dilakukan akhir-akhir ini atau sejak
audit terakhir
 Dapatkan informasi mengenai otoritas yang didelgasikan dan tanggung jawab yang diemban
 Dapatkan informasi menganai lokaso, sifat, dan ukuran kantor cabang
3. Pengarahan
 Dapatkan salinan instruksi bagi karyawan
 Tanyakan kepada karyawan apakah instruksi sudah cukup jelas dan bisa dipahami
 Tentukan apakah rentang manajemen dan pengawasan memungkinkan arah kerja yang
memadai
 Tentukan apakah kewenangan sama dengan tanggung jawab
 Pada badan-bada pemerintah, tentukan masalah-masalah penting yang akan menarik minat
legislatif atau publik
Identifikasi hambatan-hambatan bagi kemapuan organisasi untuk melaksanakan tugas-tugas
yang diembannya
4. Kontrol
 Dapatkan salinan kerja standard dan pedoman tertulis
 Telaah sistem dan alur kerja. Waspada dengan penghambur-hamburan pesanan penjualan,
peralatan atau bahan baku yang berlebih, karyawan yang mengangkut, perbaikan dan
perkerjaan ulang yang ekstensif, bahan sisa yang berlebih, dan kondisi kerja yang buruk
 Telaah data financial historis, kenali trennya
 Telaah laporan oprasi finansial: 1). Aggaran dibandingkan dengan pendapatan dan
pengeluaran, 2). Kemajuan dalam hal waktu dan target biaya, 3). Peningkatan atau
pengurangan produktifitas unit yang diproduksi dibandingkan dengan jumlah karyawan, 4).
Penerimaan dan pengeluaran yang mengindikasikan tern
 Identifikasi aktivitas atau prosedur khusus yang akan digambarkan dengan bagan alir, seperti
penyusunan kontrak, pemeriksaan aplikasi pinjaman, menyetujui atau tidak menyetujuinya
pinjaman, penjualan aktiva, melakukan sewa guna usaha,periklanan, menetapkan harga,
merekrut karyawan, meminjam dana, dan memili pemasok. Tindakan-tindakan ini harus
mencerminkan aktivitas yang diperiksa. Cerminan aktivitas lebih penting disbanding volume
Hal-Hal Umum
Auditor internal umumnya mencari apakah terdapat:

 Duplikasi tugas dan dokumen


 Pembelian yang tidak dianggrkan
 Ketiadaan dan tanggung jawab untuk tugas yang diberikan
 Ketiadaan wewenang untuk melakukan pekerjaan
 Tidak adanya kontrol atas aktivitas-aktivitas
 Pemborosan yang dilakukan
 Karyawan yang tidak memiliki latar belakang, pendidikan atau pelatihan yang memadai untuk
melakukan pekerjaannya
 Pemanfaatan karyawan atau sumber daya yang tidak efektif
 Catatan atau laporan yang jarang dikonsultasikan atau memiliki manfaat , tidak diperlukan atau
salinan laporan yang berlebih
 Pesanan penjualan yang berlebihan atau malah tidak ada pesanan sama sekali padahal diharapkan
ada. Kemungkinan penggunaan alat pemerosesan data dan bukan metode manual
 Standar,anggaran dan sasaran yang diterapkan sebagai pendoman kerja
 Instruksi-instruksi yang tidak jelas
 Keluhan-keluhan pelanggan, rasio persediaan yang kurang bagus, kualitas yang selalu buruk dari
pemasok, jeda waktu antara penerimaan bahan baku yang kurang berkualitas dan pengeluaran
nota debit
 Peningkatan volume retur. Laporan penting kantor cabang
 Biaya pengerjaan ulang yang berlebihan
Jika bebrapa masalah ini memang ada, maka akan dimasukan kedalam program audit untuk
dikembangkan. Bila pengembangan tersebut dilakukan pada saat survei, maka tidak sesuai dengan
tujuannya. Tetapi jika manajemen setuju dengan saran-saran yang diberikan dan bersedia melakukan
timdakan perbaikan, maka tidak ada gunanya menahan informasi tersebut.
Pengamatan
Auditor internal diharapkan mampu untuk:

 Menentukan tujuna,sasaran dan standar


 Menilai kontrol untuk mencapai tujuan-tujuan ini
 Mengevaluasi resiko
 Menentukan kontrol untuk meminimalkan resiko
 Membuat penentuan resiko secara statistic
 Menilai gaya manajemen
Tujuan, Sasaran, dan Standar
Selama survei pendahuluan auditor internal harus menentukan tujuan aktivitas yang diaudit (bukan tujuan
audit), melainkan tujuan aktivitas itu sendiri. Mendapatkan gambaran aktivitas yang tepat dan kesesuaian
misinya dengan sasaran strategis perusahaan merupakan cerminan profesionalisme auditor internal.
Auditor internal harus bisa membedakan tujuan, sasaran dan standar. Tujuan secara harfiah berti sesuatu
yang dilontarkan sebelum (pemikiran). Sasaran adalah tonggak, sasaran memiliki makna kuantitatif.
Standar bersifat otoriatis, standar memiliki tingkat pencapaian,target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Standar biasanya memiliki 2 peran, sebagai sasaran yang dicapai atau sebagai ukuran keberhasilan.
Untuk hasil-hasil program, sasaran biasanya mencerminkan apa yang ingin dicapai pihak berwenang
seperti legislatif, dewan komisaris, direktur utama. Informasi mengenai sasaran ini bisa jadi penting.
Audit internal yang tidak melaporkan pencapaian tujuan dan sasaran tidak layak disebut Audit
berorientasi manajemen yang efektif (effective management oriented audit). Berikut ini beberapa
penyebab tujusn tidak dinyatakan secara jelas:

 Sengaja agar kebijakan dan prosedur manajemen tidak dapat mengidentifikasikan tujuan proram
dengan jelas
 Sasaran dan standar bisa jadi belum dipahami oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk
memenuhinya
 Faktor-faktor seperti factor sosiologi, ekonomi, dan manusia tidak dipertimbangkan secara
menyeluruh ketika menetapkan sasran dan standar
 Tujuan dan sasaran awal bisa jadi berubah , namun pernyataan formal tentang perubahan tersebut
belum pernah dilakukan
Auditor internal harus ingat bahwa mereka adalah staf, tidak memiliki wewenang ataupun tanggungjawab
untuk menetapkan tujuan,sasaran atau standar untuk karyawan operasional. Tanpa pemahaman yang jelas
dan kesepakatan tentang aspek manajerial, sebuah auditbisa jadi sia-sia.
Saat melakukan survei auditor internal harus senantiasa mengingat dengan tepat tujuan dan sasaran yang
sedang atau seharusnya diupayakan untuk dimiliki organisasi klien. Auditor harus mencoba menentukan
apakah:

 Pernyataan formal tentang tujuan sudah disiapkan untuk klien


 Tujuan tersebut sesuai dengan rencana strategis dari organisasi (suatu rancangan besar bagi
perusahaan)
 Orang-orang yang akan dibatasi dengan tujuan,sasaran dan standar berpartisipasi dalam
penetapannya
 Tujuan diketahui oleh semua orang yang akan berpartisipasi dalam pencapaianya
 Tujuan tersebut secara realistis mempertimbangkan sumber daya yang tersedia bagi aktifitas
 Tujuan tersebut menuntun aktivitas dalam menghadapi kendala dan kendali internal
 Sasaran dan standar yang ditetapkan akan memotivasi orang untuk mencapai lebih dari apa yang
bisa mereka capai
 Laporan formal dan periodic disiapkan untuk menunjukan tingkat pencapaian tujuan dan
terpenuhinya sasaran serta standar
 Tujuan, sasaran, standar secara periodic dievaluasi ulang dan didefinisikan ulang
Kontrol-kontrol untuk mencapai tujuan
Jika tujuan, sasaran, dan standar telah diidentifikasi dan disepakati selama survei pendahuluan, langkah
selanjutnya adalah menentukan kontrol apa, atau yang seharusnya diterapkan untuk memastikan bahwa
hasil-hasil yang diinginkan akan dicapai.
Auditor internal dihadapkan pada sejumlah kontrol potensial ketika mereka melakukan survei
pendahuluan. cara paling produktif untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kontrol adalah dengan
mengenali masalah kemudian mencarikontrol yang bisa mengidentifikasi atau mencegah masalah-
masalah tersebut, atau mencari kontrol yang seharusnya bisa mengurangi risiko.
Satu cara untuk mengidentifikasi masalah adalah dengan percakapan dengan orang-orang dalam aktivitas
yang sedang diaudit, atau dengan orang-orang pada aktivitas hilir yang menanggung kesulitan dari
aktivitas hulu. Dimana pun risiko diketahui berada, suatu kontrol seharusnya diharapkan untuk
membantu mencegah dampak buruk daririsiko. Penentuan kecukupan kontrol merupakan kompetensi
profesional.
Risiko
Peran dan tanggung jawab auditor internal sehubungan dengan risiko telah menjadi topic hangat dalam
diskusi-diskusi profesi di tahun-tahun terakhir. Sebelum auditor internal mengelola risiko atau
memutuskan alokasi sumber daya yang terlibat dalam manajemen risiko, hubungan lebih erat antara
manajemen risiko dan audit internal telah lama disarankan. Pada kenyataannya, beberpa pengamat
menyarankan bahwa titik awal perencanaan audit internal haruslah risiko-
risiko organisasional, atau ancaman bagi pencapaian tujuan-tujuan usaha.
Auditor internal mencari pengamanan yang bisa membantu mencegah kerugian dari risiko-risiko tersebut.
Mereka tidak boleh dipengaruhi oleh jabatan pegawai, catatan lampau tentang perilaku yang baik, atau
reputasi yang tinggi yang dikatakan oleh pegawai lainnya.
Dalam survei pendahuluan, eksposur-eksposur potensial untuk aktivitas-aktivitas tertentu harus
diidentifikasikan dan kontrol yang dibutuhkan untuk melindungi dari eksposur tersebut juga harus
diidentifikasi dan dievaluasi. Contoh-contoh eksposur yang mungkin dihadapi adalah:

 Persediaan cek kosong, stok cek kosong yang tidak dijaga akan rawan pemalsuan. Eksposurnya
jelas
 Stempel tanda tangan, stempel tanda tangan disalahgunakan untuk menandatangani cek, sehingga
membutuhkan kontrol yang ketat.
 Keamanan pabrik, jika satpam tidak dirotasi secara periodic, mereka bisa jadi apatis dan tidak
waspada.
 Penanganan barang-barang sisa dan barang-barang bekas, jika barang-barang sisa tidak dipisah-
pisah ke dalam tempat yang berbeda sesuai kategori masing-masing maka harga yang diperoleh
dari pedagang barang bekas bisa berkurang.
 Alat uji yang tidak dikapitalisasi, peralatan ini yang biayanya bisa jadi telah dibebankan ke beban
pengujian atau penelitian, bisa jadi tidak ada kontrolnya.
Kontrol Risiko
Ketika auditor internal telah mengenali risiko, mereka harus mencari kontrol yang dirancang untuk
menghadapinya. Kontrol yang tidak memadai atau tidak efektif harus didiskusikan segera dengan manajer
klien. Survei pendahuluan memberi perusahaan pondasi untuk penyiapan program audit yang
berkonsentrasi pada masalah-masalah penting bagi manajemen.
Penentuan Risiko
Auditor internal tidak dapat menuntut diterapkannya kontrol yang biayanya melebihi risiko yang harus
dihadapi. Konsep ini disebut “keyakinan yang wajar” oleh American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA). Undang-undang Praktik Korupsi Asing Amerika Serikat(U.S Foreign Corrupt
Practices Act) mensyaratkan organisasi mematuhi hukum agar tercapai “sistem kontrol akuntansi yang
memadai untuk memberikan keyakinan yang wajar...” pengertian“wajar” membutuhkan kebijakan
manajemen, namun kebijakan tersebut harus didokumentasikan. Manajemen harus siap untuk
menunjukkan bahwa kontrol yang diabaikan memang sengaja dihapuskan dengan alasan yang sah.
Manajemen yang Efektif
Selama survei pendahuluan, dan khususnya selama wawancara dengan manajemen operasional, auditor
internal bisa menilai manajer. Jika manajemen efektif, auditor internal dapat mengurangi cakupan audit.
Kadang kala, masalah manajemen bukanlah kesalahan manajer operasi. Orang-orang ini bisa jadi bekerja
di bawah kendala yang menghambat mereka melakukan pekerjaan dengan efektif. Bila auditor internal
mendeteksi kelemahan yang terjadi akibat kendala tersebut, mereka harus menyajikan kondisi dan
penyebabnya ke manajemen yang lebih tinggi. Penilaian auditor yang objektif mungkin lebih didengar
dibandingkan keluhan dari manajer operasi.
Kondisi-kondisi berikut mungkin merupakan kendala-kendala yang harus dihadapi:

 Meminta manajer menghabiskan waktu mereka untuk memperbaiki masalah dan bukan
merencanakan pencegahan masalah
 Menaham sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang dapat diterima.
 Memberi tanggung jawab tanpa mendelegasikan kewenangan yang diperlukan.
 Mementingkan jadwal dibandingkan hal lain, termasuk kualitas, biaya, keamanan, ekologi, dan
kebutuhan manusia.
 Tidak melibatkan manajemen operasi dan supervisi dalam penetapan sasaran dan tujuan.
 Menciptakan sindrom ketakutan di perusahaan secara keseluruhan.
 Menghambat kreativitas.
 Tidak memberikan manajer operasi informasi yang diperlukan untuk mengukur produktivitas mereka
sendiri.
 Tidak menginformasikan manajer operasi rencana, tujuan, dan sasaran perusahaan.
 Tidak menempatkan manajer yang tepat untuk suatu pekerjaan.
Aspek Manusia
Kontrol yang baik tidak dengan sendirinya dapat menjamin bahwa suatu aktivitas akan dilaksanakan
dengan baik kecuali terdapat sejumlah orang yang kompeten untuk melakukannya. Untuk itu, survei
pendahuluan harus mencakup, jikalayak, penelaahan catatan dan praktik pegawai. Penelaahan tersebut
bisa jadi tidak memungkinkan auditor membuat penentuan yang definitif, namun bisa memberikan sinyal
bahaya dan memengaruhi program audit.
Pengamatan Fisik
Pengamatan fisik selayaknya berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap pertama, auditor internal harus
berkeliling fasilitas perusahaan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai lokasi, kondisi,
dan tata letak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai kebijakan, prosedur,
dan bagan organisasi.
Pembuatan Bagan Alir
Bagan alir memotret suatu proses. Bagan alir ini memberikan gambaran sistem dan merupakan sarana
untuk menganalisis operasi kompleks – analisis yang tidak selalu bisa dicapai dengan narasi yang rinci.
Pembuatan bagan alir yang formal seharusnya distandardisasi dalam departemen audit. Biasanya akan
sangat membantu bila bagan alir dikoordinasikan dengan auditor eksternal – akuntan independen –
sehingga masing-masing dapat menggunakan hasil pekerjaan satu sama lain. Tetapi tidak semua bagan
alir harus rinci, formal, atau ekstensif.
Pelaporan
Survei yang dilakukan dengan baik biasanya menghasikan sejumlah informasi yang bermanfaat. Jika
survei memberi keyakinan adanya sistem, kontrol, pengawasan, dan manajemen yang baik, maka bisa
menjadi dasar keputusan tidak dilakukannya audit.
Selama penelaahan hasil-hasil survei dengan manajemen, pelaporan temuan positif dan negatif bisa jadi
kondusif bagi hubungan auditor-klien. Pendekatan ini mengomunikasikan apa yang dicari auditor
internal: kerja sama yang sehat, objektif, tidak bisa terhadap penilaian operasi.
Membuat Anggaran Survei
Tujuan survei adalah agar lebih mengenal. Makin kenal auditor dengan aktivitas yang ada, maka makin
sedikit waktu yang dibutuhkan untuk melakukan survei. Perubahan signifikan dalam tujuan, prosedur,
sistem operasi, otomatisasi, organisasi, manajeman, dan karyawan juga akan memengaruhi waktu yang
diperlukan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah. Semua faktor harus dipertimbangkan dalam
membuat anggaran survei. Tetapi bahkan jika auditor merasa cukup memahami aktivitas, mereka harus
selalu waspada akan dua faktor yang dapat berubah: orang dan perilaku mereka.

Anda mungkin juga menyukai