Anda di halaman 1dari 8

Pekanbaru, 27 November 2020

Hal : Pengajuan Judul Tugas


Akhir Kepada
Yth.Ketua Jurusan Akuntansi S1 UIN
Suska Riau di-
Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Eva Elpina


Nim : 11770323478
Program studi : Akuntansi S1
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan
Fakultas : Ekonomi dan Ilmu Sosial

Dengan ini mengajukan judul tugas akhir kepada Bapak sebagai syarat menyelesaikan
pendidikan pada prodi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Adapun judul Tugas Akhir saya adalah sebagai berikut:

PENGARUH REAL INTEREST RATE, LEVERAGE DAN CAPITAL


INTENSITY TERHADAP FINANCIAL DISTRESS (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2017-2019)

Demikian surat pemberitahuan pengajuan judul ini saya sampaikan, atas persetujuan Bapak
saya ucapkan terimakasih.

Menyetujui :

Ketua Jurusan Akuntansi S1 Hormat saya

Nasrullah Djamil, SE, M. Si,Ak, CA Eva Elpina


NIP : 19780808200701100
PENGARUH REAL INTEREST RATE, LEVERAGE DAN CAPITAL
INTENSITY TERHADAP FINANCIAL DISTRESS
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun
2017-2019)

A. Latar Belakang

Indonesia masih termasuk dalam negara berkembang yang memiliki fondasi


ekonomi yang belum stabil. Dan ketidakstabilan ini mempunyai efek yang sangat
besar terhadap perusahaan-perusahaan kecil maupun perusahaan besar di Indonesia.

Ditambah lagi pada awal Maret 2020 Indonesia mengonfirmasi kasus pertama
infeksi virus corona penyebab Covid-19 yang menyebabkan hampir seluruh sektor
terdampak, tak hanya kesehatan, Sektor ekonomi juga mengalami krisis ekonomi
yang cukup parah tidak hanya di Indonesia tapi berbagai negara didunia juga
terkena dampak serius akibat pandemi virus corona.

Pembatasan aktivitas masyarakat berpengaruh pada aktivitas bisnis yang


kemudian berimbas pada perekonomian. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS)
Agustus ini menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020
minus 5,32 persen. Sebelumnya, pada kuartal I 2020, BPS melaporkan bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 2,97 persen, turun jauh dari
pertumbuhan sebesar 5,02 persen pada periode yang sama 2019 lalu.

Naik dan turunnya keadaan perekonomian inilah yang membuat perusahaan


perlu melakukan replan terhadap rencana dan rekalkulasi terhadap laporan
keuangan agar tetap bertahan. Apabila perusahan tidak berhati-hati dalam membuat
keputusan di kondisi ekonomi Indonesia yang masih belum stabil, perusahaan akan
mengalami kerugian seperti penurunan kepercayaan investor dan konsumen
terhadap perusahaan. Bila perusahaan-perusahaan mulai kehilangan kepercayaan
dari investor, dan tidak mampu mendapatkan kembali kepercayaan tersebut, maka
investor akan menarik dana yang digunakan untuk membantu sistem operasional
perusahaan dan mengakibatkan perusahaan bisa di forced delisting dari Bursa Efek

1
Indonesia karena mereka memasuki kondisi financial distress atau tahap penurunan
kondisi keuangan perusahaan yang terjadi sebelum kebangkrutan atau likuidasi1,
yang mengakibatkan perusahaan tidak diizinkan memperdagangkan sekuritasnya di
BEI lagi karena tidak memenuhi syarat sebagai anggota. Karena itu sangatlah
penting bagi perusahaan untuk mampu memprediksi kemungkinan financial
distress terhadap perusahaan mereka sendiri, apabila perusahaan tidak survive di
tahap ini dan terus mengalami kesulitan keuangan maka mau tidak mau perusahaan
harus gulung tikar atau menyatakan bahwa mereka telah bangkrut dan hal tersebut
adalah hal paling menakutkan untuk semua perusahaan.

Menurut Platt dan Platt dalam Triswidjanti (2017) financial distress


didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi yang terjadi sebelum terjadinya
kebangkrutan atau likuidasi. Financial distress dapat dilihat ketika perusahaan
sedang mengalami kesulitan keuangan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
membayar hutang. Hal ini menunjukkan kondisi keuangan perusahaan tidak sehat,
namun belum mengalami kebangkrutan.

Permasalahan keuangan atau financial distress sudah menjadi momok bagi


seluruh perusahaan, karena permasalahan keuangan dapat menyerang seluruh jenis
perusahaan walaupun perusahaan yang bersangkutan adalah perusahaan yang besar.
Peliknya permasalahan keuangan pada perusahaan menjadi bahan yang menarik
untuk diteliti karena banyak perusahaan berusaha untuk menghindari permasalahan
ini. Selain itu, permasalahan keuangan memiliki pengaruh yang besar, dimana
bukan hanya pihak perusahaan yang mengalami kerugian, tetapi juga stakeholder
dan shareholder perusahaan juga akan terkena dampaknya (Agusti, 2013).

1
Ni Nyoman Tria Suhartiningsih, dan Ni Gusti Putu Wirawati, Prediksi Financial Distress pada
Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Badung, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
Vol.18,No.1: 176-188, 2017

2
Seorang manajer harus bisa mengetahui apakah perusahaan yang dipimpin
dalam keadaan sehat atau tidak sehat. Perusahaan yang tidak sehat akan cepat
mengalami kegagalan. Akibatnya kebangkrutan pun melanda peusahaan tersebut.
Dibutuhkan analisis yang dapat memprediksi kondisi perusahaan kedepannya.
Kesalahan prediksi dimasa mendatang akan menjadi hal yang fatal dalam
kelangsungan perusahaan, kesalahan prediksi mengakibatkan kehilangan
pendapatan atau investasi yang sudah ditanamkan kedalam sebuah perusahaan.
Pentingnya suatu analisis prediksi kebangkrutan menjadi sangat dibutuhkan oleh
beberapa pihak terkait, seperti investor, bank, pemerintah dan yang utama
perusahaan itu sendiri. Prediksi yang benar juga akan membuat perusahaan
mengetahui lebih dini kondisi keuangan perusahaannya.

Financial distress terjadi ketika perusahaan tidak mampu untuk membayar


kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang jika dibiarkan terus menerus
dapat menyebabkan kebangkrutan. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya
jumlah kegagalan bisnis ialah real interest rate dan leverage. Tingkat bunga rill
(real interest rate) adalah perbedaan diantara tingkat bunga nominal dan tingkat
inflasi. Suku bunga yang makin tinggi dapat memperlesu perekonomian, ketika
suku bunga naik maka berpengaruh terhadap perhitungan bunga bagi kreditur
dalam menentukan beban bunga. Dengan demikian makin tinggi bunga riil maka
akan semakin tinggi pula bunga bagi perusahaan yang berarti juga dapat membuat
perusahaan mengalami financial distress.

Kenaikan suku bunga akan meningkatkan biaya modal (cost of capital) dalam
bentuk beban bunga yang harus ditanggung perusahaan, sehingga labanya bisa
terpangkas. Kedua, ketika suku bunga tinggi, biaya produksi akan meningkat dan
harga produk akan semakin mahal sehingga konsumen mungkin menunda
pembeliannya dan menyimpan dananya di bank, sehingga akan menurunkan
penjualan, menurunnya penjualan juga akan menurunkan laba, yang akan
berdampak terhadap probabilitas financial distress perusahaan (Irvan dan Kartika,
2016).

3
Selain real interest rate yang mempengaruhi financial distress sebagaimana
yang telah dijelaskan diatas perusahaan juga perlu melakukan analisis laporan
keuangan. Kasmir, mengatakan hasil analisis laporan keuangan akan memberikan
informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan2. Dengan mengetahui
kelemahan perusahaan, perusahaan dapat melakukan perbaikan dan dengan
mengetahui kekuatan perusahaan, perusahaan akan dapat meningkatkan kekuatan
yang sudah dimiliki, atau bahkan menemukan kekuatan atau peluang baru.

Didalam laporan keuangan terdapat informasi yang dapat menentukkan posisi


perusahaan pada saat ini, dan dengan informasi tersebut, perusahaan dan investor
membutuhkan instrument yang mampu menginterpretasikannya, yaitu dengan
menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai pengukur
atau indikator yang bermanfaat untuk memprediksi apabila perusahaan sedang
mengalami financial distress. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat
kesehatan suatu perusahaan, apakah perusahaan tersebut akan mengalami kepailitan
atau tidak.

Rasio keuangan yang dapat digunakan adalah rasio leverage, sudah banyak
peneliti yang menggunakan rasio ini sebagai salah satu alat untuk mengetahui
financial distress. Karena, rasio hutang/leverage menunjukkan seberapa banyak
hutang yang digunakan untuk membiayai kegiatan Kasmir, Analisis Laporan
Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016) operasi perusahaan. Dan
menurut Kasmir, leverage menggambarkan sejauh mana asset perusahaan dibiayai
dengan utang, dengan kata lain sejauh mana kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dan
untuk mengetahui apabila perusahaan akan dibubarkan atau dilikuidasi3. Rasio ini
penting untuk diketahui oleh para pengusaha guna mengetahui apabila dia harus
menggunakan modal pinjaman atau modal sendiri untuk melanjutkan kelangsungan
proses produksi perusahaan. Apabila perusahaan menggunakan terlalu banyak

2
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016)
3
Kasmir, 2016 op.cit

4
hutang dan tidak mampu mengelolanya dengan baik, kemungkinan financial
distress pada perusahaan akan meningkat, karena itulah menganalisis rasio leverage
sangat lah penting, seperti yang dikatakan oleh Mardiyanto yaitu, analisis rasio
leverage dapat dipandang sebagai peringatan dini kemungkinan terjadinya
kebangkrutan atau kesulitan keuangan. Terdapat beberapa penelitian mengenai
leverage yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya4.10 Lee et
al.,(2011), Pourali et al.,(2013b), Lee et al., (2011), Lindawati (2016), dan
Kamaludin dan Pribadi (2011) menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh
terhadap financial distress dan menemukan bahwa leverage dapat meningkatkan
financial distress. Sedangkan Menurut penelitian Lee (2015), Nyamboga et al.,
(2014) dan Mas’ud dan Srengga (2016) menyatakan bahwa DER tidak memiliki
pengaruh terhadap financial distress.

Rasio lain yang dapat digunakan untuk mengetahui financial distress adalah
rasio capital intensity. Rasio capital intensity adalah salah satu dari rasio aktifitas
yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya
perusahaan atau menilai kemampuan perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasi. Rasio capital intensity sering sekali dihubungkan dengan jumlah modal
perusahaan yang tertanam dalam bentuk fixed asset dan inventory. Dan merupakan
salah satu indikator prospek perusahaan di masa mendatang, digunakan untuk
menilai seberapa besar modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan pendapatan
dalam merebut pasar yang di inginkan oleh perusahaan. Dengan mengetahui
kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan asset yang dimiliki, investor akan
lebih menaruh kepercayaan terhadap perusahaan tersebut. Karena tingkat efisiensi
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghemat atau menggunakan
assetnya sebaik mungkin, membuat capital intensity merupakan salah satu rasio
yang memiliki hubungan terhadap estimasi kesulitan keuangan.

4
Handono Mardiyanto, Inti Sari Manajemen Keuangan, (Jakarta: Grasindo,2009)

5
Penelitian ini menggunakan metode Z-score Altman dalam memprediksi
kebangkrutan. Tujuannya adalah ingin mengetahui perusahaan yang paling
mengindikasikan kebangkrutan dan seberapa besar tingkat kemungkinan
kebangkrutannya. Model Z-score Altman merupakan model yang tepat dan akurat
dalam membahas penelitian-penelitian mengenai analisis kebangkrutan perusahaan
dibandingkan metode-metode lain. Penelitian ini membahas tentang prediksi
kebangkrutan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.

Membandingkan penghasilan efektif dari investasi yang berbeda-beda,


dengan menghitung nilai sekarang atau nilai yang akan datang dengan
memperkirakan tingkat inflasi pada masa yang akan datang, Kefektifan perusahaan
dalam menentukan modal apa yang harus digunakan untuk melakukan kegiatan
operasional mereka, dan kemampuan perusahaan untuk menggunakan sumber daya
atau asset yang dimiliki sebaik mungkin yang mampu mendeteksi atau
memprediksi financial distress adalah alasan kenapa penulis melakukan penelitian
yang berjudul “ PENGARUH REAL INTEREST RATE, LEVERAGE DAN
CAPITAL INTENSITY TERHADAP FINANCIAL DISTRESS (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2017-
2019) ”.

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan penelitian ini, penulis merumuskan masalah yang akan


dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah Real Interest Rate berpengaruh terhadap financial distress pada
perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di BEI tahun 2017-2019
2. Apakah capital intensity berpengaruh terhadap financial distress pada
perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di BEI tahun 2017-2019
3. Apakah Leverage berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan
sektor aneka industri yang terdaftar di BEI tahun 2017-2019

6
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap financial distress pada
perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di BEI tahun 2017-2019
2. Untuk mengetahui pengaruh capital intensity terhadap financial distress
pada perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di BEI tahun 2017-
2019
3. Untuk mengetahui pengaruh Leverage terhadap financial distress pada
perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di BEI tahun 2017-2019

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:


1. Bagi peneliti, Peneliti bisa menambah wawasan serta dapat
mengimplementasikan atau menerapkan teori yang telah diperoleh selama
masa perkuliahan.

2. Bagi akademis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan


konstribusi positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat
dijadikan bahan referensi bagi penelitian sejenis untuk menambah dan
mengembangkan wawasan pengetahuan dalam hal penelitian financial
distress pada perusahan keluarga yang ada di indonesia.

3. Bagi investor, informasi dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja


keuangan perusahaan dan mengambil keputusan mengenai sekuritas yang
dimiliki pada perusahaan di mana ia berinvestasi.

Anda mungkin juga menyukai