MAKALAH SENGKETA PAJAK Doc
MAKALAH SENGKETA PAJAK Doc
SENGKETA PAJAK
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Witri 125030400111050
Isnawati 125030400111054
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia kepada
kami sehingga kami senantiasa dapat menyelesaikan makalah Laboratorium Perpajakan III
tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Laboratorium Perpajakan
III yang diberikan oleh Ibu Priandhita Sukowidyanti Asmoro S.E, MSA, Ak selaku dosen
pengampu mata kuliah Laboratorium Perpajakan III.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Priandhita Sukowidyanti Asmoro
S.E, MSA, Ak yang telah memberikan pengajaran kepada kami, serta kepada teman-teman
yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini disajikan terutama kepada mahasiswa yang mengambil mata kuliah
Laboratorium Perpajakan III, baik yang ada di luar maupun di dalam lingkup Universitas
Brawijaya. Makalah ini juga dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi kalangan
pelajar, mahasiswa, mapun praktisi pajak.
Namun, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah
ini.
Penyusun
Page 2 of 20
DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. DASAR HUKUM..........................................................................................................4
B. PENGADILAN PAJAK................................................................................................4
C. GUGATAN PAJAK......................................................................................................5
D. JANGKA WAKTU UNTUK MENGAJUKAN GUGATAN.......................................9
E. BANDING.....................................................................................................................9
F. PUTUSAN BANDING SETELAH SELESAIANYA
LELANG......................................................................................................................11
G. PENINJAUAN KEMBALI.........................................................................................12
CONTOH KASUS..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
Page 3 of 20
PENDAHULUAN
Sengketa pajak adalah adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara
Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada Pengadilan
Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk Gugatan atas
pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
A. DASAR HUKUM
a. Pasal 1 angka 5 UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
b. Pasal 31 ayat [3] UU 14/2002 jo. Pasal 23 ayat [2] , Pasal 27 ayat [1] Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
B. PENGADILAN PAJAK
Pengertian
Kedudukan
c. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan di tempat lain yang ditetapkan oleh Ketua.
c. Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas
keputusan keberatan kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
d. Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas
pelaksanaan penagihan Pajak atas Keputusan pembetulan atau, Keputusan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 dan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
e. Pengadilan Pajak mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada
pihak-pihak yang bersengketa dalam sidang-sidang Pengadilan Pajak.
f. Pengadilan Pajak dapat memanggil atau meminta data atau keterangan yang berkaitan
dengan Sengketa Pajak dari pihak ketiga sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
a. Pengadilan Pajak terdiri dari Pimpinan, Hakim Anggota, Sekretaris dan Panitera
b. Pimpinan Pengadilan Pajak terdiri seorang Ketua dan paling banyak 5(lima) orang
Wakil Ketua
C. GUGATAN PAJAK
Definisi Gugatan
Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No.14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan
Pajak definisi gugatan adalah sebagai berikut :
“Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau
penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap keputusan yang
Page 5 of 20
dapat diajukan Gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku”
d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan hanya dapat diajukan kepada
badan peradilan pajak.”
Dari ketentuan pasal 23 ayat (2) tersebut langsung dapat kita ketahui bahwa lingkup
masalah perpajakan yang dapat diajukan gugatan adalah lebih luas/banyak bila dibandingkan
dengan pengajuan banding. Banding hanya mengakomodir permasalahan dari Surat
Keputusan Keberatan, sedangkan gugatan dapat meliputi gugatan terhadap berbagai
keputusan dibidang penagihan pajak, berbagai keputusan dibidang keberatan pajak,
pengurangan pajak, pembatalan pajak serta keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan
keputusan perpajakan.
Khusus untuk pengajuan gugatan atas penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan penerbitan
Surat Ketetapan Keberatan terdapat Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih detail yaitu
Pasal 36 ayat (2) huruf g dan huruf h Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah
Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
selengkapnya sebagai berikut :
Page 6 of 20
”Pasal 36 ayat (2)”
Berdasarkan ketentuan Pasal 36 ayat (2) ini SKP berdasarkan hasil pemeriksaan yang
tidak sesuai prosedur yang dapat digugat adalah atas SKP hasil pemeriksaan yang dimulai
setelah tanggal 31 Desember 2007 tanpa memperhatikan tahun pajak yang diperiksa, artinya
bila pemeriksaan telah dimulai 1 Januari 2008 (dimulainya pemeriksaan sederhana lapangan
adalah terhitung sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan diterima oleh Wajib Pajak)
walaupun tahun pajak yang diperiksa tahun 2007 ke bawah apabila prosedur pemeriksaan
dilanggar maka atas SKP hasil pemeriksaan tersebut dapat diajukan gugatan ke Pengadilan
Pajak. Namun apabila jenis prosedur yang dilanggar dalam pemeriksaan adalah pemeriksa
tidak terlebih dahulu memberikan kesempatan pada Wajib Pajak untuk melakukan
pembahasan akhir-Closing Conference atau tidak terlebih dahulu mengirimkan SPHP, maka
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pembatalan berdasarkan kuasa Pasal 36 ayat (1)
huruf d UU No. 28 Tahun 2007 Tentang KUP (mengenai hal ini lihat artikel berjudul :
Permohonan Pembatalan SKP Dari Hasil Pemeriksaan Tanpa Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan Atau Pembahasan Akhir berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Huruf d UU No. 28
Tahun 2007 Tentang KUP).
Sama halnya dengan SKP hasil pemeriksaan, atas Surat Keputusan Keberatan yang
dapat diajukan gugatan ke pengadilan pajak adalah Surat Keputusan Keberatan yang
pengajuan keberatannya diajukan setelah tanggal 31 Desember 2007, dengan demikian atas
Surat Keputusan Keberatan yang pengajuan keberatannya sebelum 31 Desember 2007 hanya
dapat diajukan banding ke pengadilan pajak.
Page 7 of 20
Ruang lingkup kewenangan Pengadilan Pajak atas pengajuan gugatan adalah
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal Pasal 31 ayat (3) UU No.14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak sebagai berikut :
“Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas
pelaksanaan penagihan Pajak atau Keputusan pembetulan atau Keputusan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 dan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku”.
Page 8 of 20
c. Terhadap keputusan selain gugatan terhadap pelaksanaan penagihan pajak adalah
30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima keputusan yang digugat. Penentuan
jangka waktu tersebut agar benar-benar diperhatikan;
d. Surat gugatan harus ditandatangani dan apabila surat gugatan ditandatangani bukan
oleh Wajib Pajak harus dilampiri dengan surat kuasa khusus sebagaimana diatur
dalam Pasal 32 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000.
e. Bahwa yang diajukan gugatan adalah merupakan objek gugatan yang dapat
diajukan gugatan sesuai Pasal 23 ayat (1) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000.
E. BANDING
Proses banding merupakan upaya hukum yang dapat diambil untuk memutiskan
sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak
dengan Direktorat Jendral Pajak sebagai akibat dikeluarkannya Surat Keputusan Keberatan.
Dasar hukum
“definisi banding dalam undang undang tersebut adalah “upaya hukum yang dapat
dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap suatu keputusan yang
dapat diajukan Banding,berdasarkan peraturan perundang undangan perpajakan yang
berlaku”
Page 9 of 20
b. Lebih jauh Pasal 31 ayat (2) UU Pengadilan Pajak menjelaskan lingkup sengketa
yang dapat diajukan banding yaitu,” Pengadilan Pajak dalam hal banding hanya
memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain
oleh peraturan perundang undangan yang berlaku”
c. Pasal 27 Undang undang No. 28 Tahun 2007 tentang KUP, mengandung point
penting dalam tindakan banding sebagai berikut :
2. Diajukan paling lama 3 bulan sejak Surat Ketetapan Keberatan diterima dilampiri
copy SK tersebut
3. Pajak terutang saat pengajuan banding belum merupakan utang pajak dan
tertangguh sampai dengan 1 bulan sejak putusan banding
4. Apabila banding ditolak atau dikabulkan sebagian , WP dikenai sanksi 100% dari
pajak kurang bayar setelah dikurangi sebagian pajak yang telah dibayar sebelum
pengajuan banding.
Angka 4 huruf a dan huruf b dari Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S –
4042/Pj.07/2007 tanggal 18 September 2007 Tentang Tertib Administrasi Yang Berkaitan
Dengan Penanganan Sidang Banding Dan Gugatan Di Pengadilan Pajak menyatakan
pemenuhan ketentuan formal surat permohonan banding Wajib Pajak yaitu mengenai hal-hal
sebagai berikut :
Page 10 of 20
7.Apabila surat permohonan banding ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak harus
dilampiri dengan surat kuasa khusus sebagaimana diatur dalam Pasal 32 Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- undang Nomor 16 Tahun 2000.
8.Materi yang diajukan banding juga merupakan materi yang diajukan keberatan.
F. PUTUSAN BANDING SETELAH SELESAINYA LELANG
Banding Padasaat Keluar Surat Pengumuman Pelelangan
Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dapat mengajukan gugatan kepada PP terhadap :
Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang;
diajukan paling lambat 14 hari sejak pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan atau Pengumuman Lelang;
Apabila setelah pelaksanaan lelang wajib pajak memperoleh keputusan kebveratan atau
putusan banding yang mengakibatkan utang pajak menjadi kurang atau nihil sehingga
menimbulkan kelebihan pembayaran pajak maka wajib pajak tidak dapat meminta atau tidak
berhak menuntyut pengembalian barang yang telah dilelang, kelebihan pembayaran pajak
tersebut dikembalikan dalam bentuk uang.
Putusan Banding
Putusan Banding adalah surat terbanding kepada Pengadilan Pajak yang berisi jawaban
atas alasan banding yang diajukan oleh pemohon banding.Putusan Banding merupakan
putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap, serta bukan Keputusan Tata Usaha
Negara Dalam sejarah banding, jika dibuatkan prosentase Putusan Banding, maka sebagian
besar Putusan Banding berpihak ke Wajib Pajak.
Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau
seluruhnya maka kelebihan pembayaran dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga
sebesar 2% sebulan, untuk selama-lamanya 24 bulan.
G. PENINJAUAN KEMBALI
Page 11 of 20
Peninjauan Kembali
Apabila pihak yang bersangkutan tidak/belum puas dengan putusan Pengadilan Pajak,
maka pihak yang bersengketa dapat mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah
Agung melalui Pengadilan Pajak.
a. Permohonan peninjauan kembali (PK) hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada
Mahkamah Agung (MA) melalui Pengadilan Pajak.
b. Permohonan peninjauan kembali (PK) tidak menangguhkan atau menghentikan
pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak.
c. Permohonan peninjauan kembali (PK) dapat dicabut sebelum diputus, dan dalam hal
sudah dicabut permohonan peninjauan kembali tersebut tidak dapat diajukan lagi.
Page 12 of 20
ditemukan surat-surat bukti yang hari dan tanggal ditemukannya harus dinyatakan
dibawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang.
c. Pengajuan permohonan peninjauan kembali (PK) berdasarlan alasan huruf c, d dan e
dilakukan dalam jangka waktutu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak putusan dikirim.
b. Diajukan secara tertulis oleh Pemohon, Ahli Waris, atau kuasa hukum yang ditunjuk
secara khusus untuk itu dengan menyebutkan alasan-alasan dan dilampiri bukti-bukti.
- Pemohon, yaitu para pihak yang berperkara
- Ahli waris, dalam hal para pihak yang berperkara telah meninggal dunia
- Kuasa hukum,
Dasar hukum :
- Pasal 68 ayat (1) UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-undang
No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung jo Pasal 3 Per MA No. 03 Tahun
2002 tanggal 23 Oktober 2002.
- Pasal 123 Het Herziene Indonesish Reglement (HIR)
- SE MA No. 6 Tahun 1994 tentang Surat Kuasa Khusus
Page 13 of 20
- Pasal 2 ayat (1) huruf b Per MA No. 02 Tahun 2009 tanggal 12 Agustus 2009
Tentang Biaya Proses Penyelesaian Perkara dan Pengelolaannya Pada Mahkamah
Agung dan Badan Peradilan Yang Berada di Bawahnya
Page 14 of 20
undangan yang berlaku. Maka tenggang waktu pengajuan Penjauan Kembali-nya dilakukan
dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga ) bulan sejak putusan dikirim.(Pasal 93) :
a. Mahkamah Agung memeriksa dan memutus permohonan Peninjauan Kembali
dengan ketentuan :
- Dalam jangka waktu 6 ( enam ) bulan sejak permohonan peninauan kembali diterima
oleh Mahkamah Agung telah mengambil putusan melalui pemeriksaan acara biasa
- Dalam jangka waktu 6 ( enam ) bulan sejak permohonan Peninjauan Kembali
diterima oleh Mahkamah Agung telah mengambil putusan, dalam hal Pengadilan
Pajak mengambil putusan memelalui acara cepat ;
b. Putusan atas permohonan Peninjauan Kembali sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum ;
Page 15 of 20
f. Jawaban atau tanggapan atas Peninjauan Kembali yang diterima di Kepaniteraan
PTUN harus dibubuhi hari dan tanggal penerimaan yang dinyatakan di atas surat
jawaban tersebut ;
g. Dalam waktu 30 ( tiga puluh ) hari setelah menerima jawaban tersebut berkas
Peninjauan Kembali berupa berkas A dan B dikirim ke Mahkamah Agung ;
h. Dalam menentukan panjar beaya Peninjauan Kembali diperhitungkan :
- Menetapkan beaya peninjauan kembali yang ditentukan Mahkamah Agung ;
- Biaya pengiriman uang melalui bank ;
1. Ongkos kirim berkas ;
2. Beaya pemberitahuan berupa :
Pemberitahuan pernyataan PENINJAUAN KEMBALI dan alasan
PENINJAUAN KEMBALI ;
Pemberitahuan atas jawaban PENINJAUAN KEMBALI ;
Pemberitahuan penyampaian salinan putusan kepada pemohon
PENINJAUAN KEMBALI ;
Pemberitahuan bunyi putusan PENINJAUAN KEMBALI kepada
termohon PENINJAUAN KEMBALI
i. Foto copy relas pemberitahuan bunyi putusan Mahkamah Agung agar supaya dikirim
ke Mahkamah Agung
Page 16 of 20
CONTOH KASUS
Premi Asuransi yang Ditanggung Oleh Pemberi Kerja Merupakan Objek PPh Pasal 21
Kronologi :
Wajib Pajak adalah suatu Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang diperiksa oleh Karikpa
berwenang untuk tahun pajak 1991;
SKP PPh Pasal 21 tahun pajak 1991 diterbitkan tanggal 21 Januari 1993, yang
menetapkan kurang bayar;
Wajib Pajak mengajukan keberatan tetapi ditolak melalui keputusan tanggal 25 Pebruari
1994;
Banding diajukan ke MPP melalui surat tertanggal 24 Mei 1994 dan diterima oleh MPP
pada tanggal yang sama, tetapi baru diputus oleh BPSP pada tanggal 16 Nopember 1999.
Dasar Hukum Materi Banding :
Sengketa bermula dari koreksi positif objek PPh Pasal 21 tahun pajak 1991, berupa
tunjangan pajak serta social charges dan home-office over-head, yang merupakan unsur biaya
gaji yang dilaporkan di SPT PPh Pasal 25/Pasal 29 (SPT Tahunan PPh Badan). Wajib Pajak
hanya menyetujui koreksi objek PPh Pasal 21 berupa tunjangan pajak, sedangkan atas koreksi
lainnya diajukan keberatan sampai banding ke MPP, karena menurut Wajib Pajak koreksi
lainnya tersebut termasuk dalam pengertian natura/kenikmatan.
1. Premi Asuransi Karyawan yang Ditanggung Oleh Pemberi Kerja Termasuk Objek
PPh Pasal 21
Page 17 of 20
Dari hasil pemeriksaan, Fiskus melakukan koreksi positif objek PPh Pasal 21 atas
pengeluaran-pengeluaran yang dilaporkan sebagai unsur biaya gaji di SPT PPh Pasal 25/Pasal
29 (SPT Tahunan PPh Badan), meliputi : honor local support staff, fee/subcontract expense,
dan salary cost. Pengeluaran tersebut berupa pembayaran honor dan tunjangan pajak kepada
karyawan, yang semestinya menambah penghasilan karyawan dan wajib dipotong PPh Pasal
21-nya, tetapi Wajib Pajak belum melakukannya.
Koreksi objek PPh Pasal 21 juga dilakukan atas pengeluaran berupa social charges dan
home-office over-head yang merupakan premi asuransi karyawan yang ditanggung oleh
pemberi kerja. Koreksi Fiskus berdasar pada asas deductibility-taxability yang dianut UU PPh
yang berlaku di Indonesia, dan sesuai pula dengan Pasal 4 ayat (3) huruf c dan huruf d, serta
Pasal 9 ayat (1) huruf c dan huruf d UU Nomor 7 Tahun 1983 (UU PPh).
Fiskus menolak keberatan Wajib Pajak dengan mengacu pada alasan dan ketentuan
yang mendasari koreksi. Pembayaran honor dan tunjangan pajak sudah jelas merupakan
objek PPh Pasal 21. Sementara premi asuransi karyawan yang ditanggung oleh pemberi kerja,
Fiskus menjelaskan, bahwa berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-19/PJ.23/1984
tanggal 28 Mei 1984, iuran asuransi kecelakaan kerja yang ditanggung oleh perusahaan
merupakan penghasilan bagi karyawan. Dengan demikian, pengeluaran berupa social
charges dan home-office over-head juga merupakan objek PPh Pasal 21, meskipun tidak
dibayarkan kepada pegawai melainkan dibayarkan langsung kepada perusahaan asuransi.
Wajib Pajak menjelaskan, bahwa social charges dan home-office over-head meliputi
asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi dwiguna, dan asuransi bea-siswa yang tidak
dibayarkan kepada karyawan, melainkan langsung kepada perusahaan asuransi, sehingga
merupakan natura/kenikmatan. Sesuai dengan UU Nomor 7 Tahun 1983 (UU PPh),
natura/kenikmatan bukan merupakan penghasilan bagi karyawan tetapi juga bukan
merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari laba perusahaan dalam menghitung PPh
Badan.
Page 18 of 20
Pertimbangan dan Putusan Majelis :
Majelis sudah mengirimkan Surat Uraian Banding yang dibuat Fiskus, mengenai
koreksi positif objek PPh Pasal 21. Tetapi sampai dengan saat dilakukannya persidangan,
Wajib Pajak tidak memberikan tanggapan atau bantahan. Oleh karena itu, Majelis hanya
melakukan penelitian terhadap data-data yang ada dalam berkas banding, berupa Kertas Kerja
Pemeriksaan (KKP) serta keterangan yang disampaikan Fiskus, dan penjelasan Wajib Pajak
tersebut di dalam Surat Permohonan Bandingnya.
Page 19 of 20
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengajuan dan
Penyelesaian Keberatan
http://www.ortax.com
http://www.pajakonline.com
Page 20 of 20