Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ANALISIS FARMASI
UJIAN TENGAH SEMESTER
“OBAT OMERETIK”

DI SUSUN OLEH

DESI RANTE TA’DUNG


1801252
KELAS STIFA E 2018
No. Urut absen : 37

DOSEN PENGAMPUH : IMRAWATI, S.Si.,Apt.

PROGRAM STUDI STRATA SATU


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2020
Soal :

1. Metode pemisahan dan penetapan kadar senyawa turunan analgesik dan


antipiretik
2. Sediaan yang ada di pasaran dengan komposisi, indikasi, dosis, pemerian,
organoleptik ?
3. Pemisahan bentuk sediaan analisis kualitatif dan kuantitatif ?
4. Metode klasik atau modern dengan instrumen ?
5. Daftar pustaka (jika berupa jurnal sertakan filenya) !
PEMBAHASAN

Metode pemisahan dan penetapan kadar senyawa turunan analgesik dan


antipiretik

Metode yang sering dipakai untuk mengidentifikasi piroksikam adalah

menggunakan spektrofotometri ultraviolet-visible Banarjee (2002).

Menurut Anief (1991), rasa sakit atau nyeri yang kita rasakan ini dapat

dikurangi atau dihilangkan dengan menggunakan obat penghilang rasa nyeri atau

analgetika tanpa menghilangkan kesadaran. Kebanyakan analgetik juga memberi

efek antipiretik. Antipiretik ini adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh

yang tinggi dan dapat juga mengurangi rasa sakit yang diderita. Kapsul omeretik

yang mengandung piroxikam merupakan salah satu contoh obat analgetika

sintetik yang biasa digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan radang.

Piroxikam termasuk golongan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang

merupakan suatu kelompok obat yang heterogen ((Katzung, 1994; Munaf, 1994).

Sediaan yang ada di pasaran dengan komposisi, indikasi, dosis, pemerian,


organoleptik

 Sediaan yang ada dipasaran (Iso, 2018) : artimatic, bitrafarm, counterpain,


pxm, denicam, faxiden, feldco 20, feldco gel, feldene, feldene gel, grazeo,
infeld, laraneuma, licofel, miradene, pirofel, piroxicam, rexil, rheficam,
rodene.
 Komposisi (Iso, 2011) : pirosikam 20 mg.
 Indikasi : untuk terapi sosmatik, pada remoid atritis, osteoritits, anklisong
spondylitis, musculoskeletal dan gout akut (Iso, 2014).
 Dosis (Iso, 2011) : rheumatoid artritis, osteoaritits, spondilitis ankilosa :
sehari 1x 1 kapsul, ganguan otot selektal akut: saheri 1x 2 kapsul atau
terbagi pada hari pertama atau kedua, selanjutnya sehari 1 x 1 kap selama
7-14 hari, gout akut: dosis awal, selama 1x 2 kapsul; dilanjutkan 2 kapsul
dalam dosis tunggal atau dosis terbagi selama 4-6 hari.
 Pemerian pirosikam (Farmakope Indonesia, 2014) :
 Nama Lain : PIROXICAM
 Nama Resmi : PIROSIKAM
 Nama Kimia : 4 – Hidroksi – 2Metil – N – 2 – Piridil – 2H – 1,2
– Benzotiazin – 3 – Karboksamida1,1 – dioksida
 RM/BM : C15H13N3O4S/331,35
 Rumus Struktur :

 Organoleptik (Farmakope Indonesia, 2014) : serbuk; hampir putih atau


cokelat terang atau kuning teran; tidak berbau. Bentuk monohidrat
berwarna kuning.

Pemisahan bentuk sediaan analisis kualitatif dan kuantitatif


Piroksikam dapat dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa
kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya High Pressure
Liquid Chromatography (HPLC) dan spektrofotometri ultraviolet-visible,
sedangkan untuk analisa kualititatif dapat menggunakan metode Thin Layer
Chromatography (TLC) dan menggunakan reagen spesifik. Banerjee (2002)
melakukan identifikasi piroksikam dan meloksikam menggunakan
spektrofotometri ultraviolet dan didapat panajng gelombang piroksikam yaitu
325 nm. Moritz (2007) mengidentifikasi piroksikam dari obat tradisional dan
didapat serapan maksimum dipanjang gelombang 358, 289, dan 256 nm.

Analisa standar piroksikam menggunakan spektrofotometri pernah


dilakukan oleh Azmi, et al (2009) menggunakan spektrofotometer ultraviolet-
visible 1601, piroksikam dari Sigma Chemical Company, dan reagen ferric
sulphate. Hasil analisa menunjukkan panjang gelombang optimum yaitu 504 nm,
dimana pada panjang gelombang ini terbentuk kompleks antara reagen dengan
piroksikam.

 Analisis kualitatif

Kegunaan spektrofotometri ultraviolet dalam analisis kualitatif


sangat terbatas, karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya
dapat mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan
minimum, karena itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui, tidak
memungkinkan. Penggunaannya terbatas pada konfirmasi identitas
dengan menggunakan parameter panjang gelombang puncak absorpsi
maksimum, λmax, nilai absorptivitas, a, nilai absorptivitas molar, ε, atau
nilai ekstingsi, A1%, 1 cm, yang spesifik untuk suatu senyawa yang
dilarutkan dalam suatu pelarut dan pH tertentu (Satiadarma, 2004).

 Analisis kuantitatif

Penggunaan utama spektrofotometri ultraviolet adalah dalam


analisis kuantitatif. Apabila dalam alur spektrofotometer terdapat
senyawa yang mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan
radiasi yang mencapai detektor. Parameter kekuatan energi radiasi khas
yang diabsorpsi oleh molekul adalah absorban (A) yang dalam batas
konsentrasi rendah nilainya sebanding dengan banyaknya molekul yang
mengabsorpsi radiasi dan merupakan dasar analisis kuantitatif
(Satiadarma, 2004).

Penentuan kadar senyawa organik yang mempunyai gugus


khromofor dan mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak,
penggunaannya cukup luas. Konsentrasi kerja larutan analit umumnya 10
sampai 20 μg/ml, tetapi untuk senyawa yang nilai absorptivitasnya besar
dapat diukur pada konsentrasi yang lebih rendah. Senyawa yang tidak
mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak dapat juga ditentukan
dengan spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak, apabila ada reaksi kimia
yang dapat mengubahnya menjadi khromofor atau dapat disambungkan
dengan suatu pereaksi khromofor (Satiadarma, 2004).

Analisis kuantitatif secara spektrofotometri dapat dilakukan


dengan metode regresi dan pendekatan (Holme dan Peck, 1983) :
1. Metode Regresi
Analisis kuantitatif dengan metode regresi yaitu dengan
menggunakan persamaan garis regresi yang didasarkan pada harga serapan
dan konsentrasi standar yang dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling
sedikit menggunakan 5 rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat
memberikan serapan yang linier, kemudian diplot menghasilkan suatu
kurva yang disebut dengan kurva kalibrasi. Konsentrasi suatu sampel dapat
dihitung berdasarkan kurva tersebut.

2. Metode Pendekatan
Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan
membandingkan serapan standar yang konsentrasinya diketahui dengan
serapan sampel. Konsentrasi sampel dapat dihitung melalui rumus
perbandingan C= As.Cb/Ab dimana As = serapan sampel, Ab = serapan
standar, Cb = konsentrasi standar, dan C = konsentrasi sampel.

Metode klasik atau modern dengan instrument

Beradasarkan perkembangannya, metode analisis dapat dibedakan menjadi


menjadi teknik dan metode klasik, modern dan instrument. Pada periode klasik,
analisis ditandi dengan penggunaan metode-metode sederhana yang banyak
melibatkan reaksi kimia dan peralatan seperti neraca, buret, labu ukur, dan alat-alat
gelas lainnya. Sedangkan pada periode modern seperti sekarang ini, analisis
dilaksanakan denga instrument yang sudah dkendalikan dengan computer sehingga
anlisis dapat dilakukan secara computerized baik untuk kendali operasional
instrument maupun analisis data yang dihasilkan. Pada periode instrument banyak
digunakan instrument-instrument seperti spectrometer massa, dan analisis dengan
penggunaan sinar-X. dalam era ini, deteksi analit dilakukan melalui bantuan
instrument yang menggantikan deteksi cara klasik yang didasarkan atas
pinginderan manusia.terkait dengan ini, maka lahirlah terminilogy kimia analisis
instrument (Ahuja, 2001).

Metode yang digunakan adalah metode modern dengan instrumrnt


spektrofotometer Menurut tersusun dari Khopkar (1990) :

1) Sumber

Sumber yang biasa digunakan adalah lampu wolfram. Tetapi untuk


daerah UV digunakan lampu hydrogen atau lampu deuterium. Kebaikan
lampu wolfram adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada
berbagai panjang gelombang. Untuk memproleh tegangan yang stabil dapat
digunakan transformator. Jika potensial tidak stabil, kita akan mendapatkan
energi yang bervariasi. Untuk mengompensasikan hal ini maka dilakukan
pengukuran transmitan larutan sempel selalu di sertai larutan pembanding.

2) Monokromator

Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis.


Alatnya berupa prisma ataupun grating. untuk mengarahkan sinar
monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian dapat digunakan
celah.
3) Sel absorbs
Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca dapat digunakan,
tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa
karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya
adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan.
Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga
digunakan. Kita harus menggunakan kuvet untuk pelarut organik. Sel yang baik
adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam keseluruhannya.
4) Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap
cahaya pada berbagai panjang gelombang. Pada spektrofotometer, tabung
pengganda elektron yang di gunakan prinsip kerjanya telah diuraikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja, S., Scypinski,S. (2001). 139. Handbook of modern pharmaceutical
analysis.

Anief, M, (1991), Apa yang Perlu Diketahui Tentang Obat, Penerbit Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta. Halaman 1, 3, dan 36.
Azmi, S. N. H., Iqbal, B., Jaboob, M. A. M., Shahari, W., dan Rahman, N. 2009.
Spectrophotometric Determination of Piroxicam via Chelation
with Fe(III) in Commercial Dosage Forms. J. Chin Chem Soc

Banerjee, Rona. 2001. Spectroscopic studies of microenvironment dictated


structural forms of piroxicam and meloxicam. India: Saha Institute
of Nuclear Physics.

Departemen kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI

Holme, D.J. dan Peck, H. 1983. Analytical Biochemistry. London: Longman.

Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO) volume 49, 2014, ikatan sarjana
farmasi Indonesia, Jakarta.

Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO) volume 46, 2011, ikatan sarjana
farmasi Indonesia, Jakarta.

Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO) volume 51, 2018, ikatan sarjana
farmasi Indonesia, Jakarta.

Katzung, B. G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3 Edisi 8. Penerjemah


dan editor: Bagian Farmakologi FK UNAIR. Penerbit Salemba
Medika, Surabaya. Hlm 37-41

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press, Jakarta. Hlm 215-
217.
Moritz, Maria. 2007. Identification of Undeclared Synthetic Drugs in Herbal
Product Commercialized in Brazil: The “indino Talun” Case.
Brazil: Universitas Federal de Santa Catarina.

Satiadarma. 2004. Azaz Pengembangan Produk Analisis. Surabaya: Universitas


Airlangga Press.

Departemen kesehatan Republik Indonesia, 1997. Farmakope Indonesia edisi III.


Jakarta.
Katzung, B. G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3 Edisi 8. Penerjemah
dan editor: Bagian Farmakologi FK UNAIR. Penerbit Salemba
Medika, Surabaya. Hlm 37-41

Dekker, marcel, 1986. INC., Modern analysis of antibiotics. Departemen of


health and human services food and drug administrasio. Washington
D,C.
.Hidayati,Ana,Dra,M.Si, 2005. Petunjuk praktikum dasar kimia analitik I.
Malang: JJCA
Katzung, Bertram G at al. 2014. Farmakologi dasar dan klinik. Buku kedokteran
EGC. Jakarta.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI.

Nastiti, F. H.L. 2011. Pola Peresepan dan Kerasional Penggunaan Antimikroba


pada Pasien Balita di Puskesmas Kecamatan Jatinegar. Skripsi.
Program Study Enstensi Departemen Farmasi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, Depok.

Omura, S. and Sakakibara, 1984, Chemical modification and structure activity


relationship of macrolide in omura S. (Ed): macrolide antibiotics :
chemistry, biology and practice, Academic Press, Orlando 127-194.
Sastromidjojo, H, 1991, kromatografi, Edisi II, hal 26-36. liberty, Yogyakarta.
Seno, E.T. and Hutchinson, R., 1986, the biosynthesis of Tylosin and
Erythromycin in Stephen W. queener and L.E Day (Ed): The
Bacteria : A Treatise on Structure and Function, Academia Press
Inc., Orlando, 252-270.
Sukandar, E.Y., 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbit.
Utami, ER. 2011. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Maliki. Malang.

Anda mungkin juga menyukai