Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Bentuk dan Kedaulatan Negara Indonesia dan


Sistem Pemerintahan Indonesia”

NAMA KELOMPOK:
1. CHAIRUNISA MAULIDA FASRI (07)
2. DINDA SULISTIANINGRUM (08)
3. EVA DWI J (09)
4. FIKA ULMI Z.S (10)
5. FRIDA NOVIANTI (11)
6. HILMIA (12)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,
dan tak lupa salawat beriring salam kita hanturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga Penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada ini.

Makalah dengan judul “Bentuk Negara Indonesia dan Bentuk Pemerintahan Indonesia” ini disusun untuk memenuhi
nilai tugas mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang diberikan oleh bapak  linear sihotang.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak linear sihotang, selaku guru mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan serta pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan kerendahan hati, Penulis memohon maaf.

Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Jakarta, 27 Januari 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................          i

KATA PENGANTAR..................................................................................          ii


DAFTAR ISI...............................................................................................          iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................          1

A.    Latar Belakang.................................................................................          1

B.     Rumusan Masalah............................................................................          2

C.     Tujuan Penulisan..............................................................................          3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................          4

A.    Definisi Negara................................................................................          5

B.     Tujuan Negara..................................................................................          7

C.     Unsur – unsur Negara......................................................................          8

D.    Bentuk Negara dan Bentuk pemerintahan.......................................          10

E. Sistem Pemerintahan…………………………………………………………………………… 17

BAB III PENUTUP....................................................................................          20

A.    Kesimpulan......................................................................................         

B.     Saran..............................................................................................         

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................          21

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Negara sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di
daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat, didefinisikan pula oleh Roger H. Soltau dengan
alat (agency) atau wewenang (authority), yang mengatur persoalan-persoalan bersama, atas nama rakyat. Maka,
bernegara dengan baik menjadi sangat urgen bagi setiap warga negara.

Plato telah menggambarakan secara naratif alasan mengapa manusia perlu bernegara. Menurut Plato, pada mulanya
manusia hidup sendiri-sendiri. Lantaran tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan teman untuk
dapat memenuhinya. Lantas mereka bergabung dengan manusia lain. Jumlah mereka yang banyak secara tidak langsung
menuntut adanya aturan yang disepakati dan ditaati serta seorang pemimpin.

Kemudian dilanjutkan dengan pembagian tugas masing-masing agar tidak ada tumpang tindih satu sama lain. Selain itu
mereka juga membutuhkan seseorang yang memiliki otoritas guna melakukan tindakan tertentu jika terjadi sesuatu
dengan mereka. Dia juga harus sekaligus mampu menjadi penengah atas semua konflik yang terjadi. Inilah yang mereka
sebut sebagai raja atau kepala Negara. Konklusinya adalah bahwa manusia tidak dapat hidup dengan teratur, tertib dan
terjamin keamanannya tanpa adanya negara. Karena pada hakikatnya, dalam komunitas sekecil apapun diperlukan
adanya pemimpin dan aturan.

Selain dari pada itu untuk memimpin suatu negara juga harus mengetahui bagaimana sebenarnya negara, bentuk
negara dan bentuk pemerintahan di Indonesia itu sendiri. Untuk itu dalam makalah ini Penulis menkaji sedikit mengenai
hal tersebut.

B.     Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka Penulis mengambil titik permasalahan mengenai Bentuk dan Kedaulatan Negara
Indonesia dan Sistem Pemerintahan Indonesia.

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1.      Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

2.      Untuk mengetahui dan memberikan pemahaman mengenai bentuk negara dan bentuk pemerintahan di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi  Negara

Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum yaitu untuk memudahkan anggotanya dalam hal ini adalah rakyat
dalam mencapai tujuan bersama atau yang dicita - citakan. Keinginan bersama ini dirumuskan dalam suatu dokumen
yang disebut sebagai Konstitusi, termasuk didalamnya nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat sebagai anggota
negara. Sebagai dokumen yang mencantumkan cita-cita bersama, maksud didirikannya negara Konstitusi merupakan
dokumen hukum tertinggi pada suatu negara. Karenanya dia juga mengatur bagaimana negara dikelola. Konstitusi di
Indonesia disebut sebagai Undang-Undang Dasar. Dalam bentuk modern negara terkait erat dengan keinginan rakyat
untuk mencapai kesejahteraan bersama  dengan cara-cara yang demokratis. Bentuk paling kongkrit pertemuan negara
dengan rakyat adalah pelayanan publik, yakni pelayanan yang diberikan negara pada rakyat. Terutama sesungguhnya
adalah bagaimana negara memberi pelayanan kepada rakyat secara keseluruhan, fungsi pelayanan paling dasar adalah
pemberian rasa aman. Negara menjalankan fungsi pelayanan keamanan bagi seluruh rakyat bila semua rakyat merasa
bahwa tidak ada ancaman dalam kehidupannya. Dalam perkembangannya banyak negara memiliki kerajang layanan
yang berbeda bagi warganya.

Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat seluruh warga negara, atau hukum, baik yang merupakan
penjabaran atas hal-hal yang tidak jelas dalam Konstitusi maupun untuk menyesuaikan terhadap perkembangan zaman
atau keinginan masyarakat, semua kebijakan ini tercantum dalam suatu Undang-Undang. Pengambilan keputusan
dalam proses pembentukan Undang-Undang haruslah dilakukan secara demokratis, yakni menghormati hak tiap orang
untuk terlibat dalam pembuatan keputusan yang akan mengikat mereka itu. Seperti juga dalam organisasi biasa, akan
ada orang yang mengurusi kepentingan rakyat banyak. Dalam suatu negara modern, orang-orang yang mengurusi
kehidupan rakyat banyak ini dipilih secara demokratis pula.

Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu wilayah tersebut, dengan sejumlah
orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu
tempat negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh
warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.

Adapun definisi negara dari beberapa pendapat ahli yaitu sebagai berikut :

  Prof. Farid S. Negara adalah Suatu wilayah merdeka yang mendapat pengakuan negara lain serta memiliki kedaulatan.

  Georg Jellinek, Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman di wilayah
tertentu.

  Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari
kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal

  Roelof Krannenburg, Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu golongan atau
bangsanya sendiri.

  Roger H. Soltau, Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas
nama masyarakat.

  Prof. R. Djokosoetono, Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu
pemerintahan yang sama.

  Prof. Mr. Soenarko, Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai daerah tertentu, dimana kekuasaan negara
berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.

  Aristoteles, Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga pada akhirnya dapat
berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama.

Negara merupakan suatu organisasi dari rakyat negara tersebut untuk mencapai tujuan bersama dalam sebuah
konstitusi yang dijunjung tinggi oleh warga negara tersebut. Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar 1945 yang
menjadi cita-cita bangsa secara bersama-sama. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berbentuk republik
yang telah diakui oleh dunia internasional dengan memiliki ratusan juta rakyat, wilayah darat, laut dan udara yang luas
serta terdapat organisasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang berkuasa.

B.     Tujuan Negara

Sebagai suatu organisasi kekuasaan dari kumpulan orang –orang yang mendiaminya, negara memiliki suatu tujuan yang
disepakati bersama. Tujuan suatu negara bermacam –macam diantaranya:

a.       Memperluas kekuasaan;

b.      Menyelenggarakan ketertiban hukum;

c.       Mencapai kesejahteraan umum.

Adapun tujuan negara dari beberapa pendapat, konsep dan ajaran diantaranya sebagai berikut :

a.       Dalam konsep dan ajaran Plato, negara bertujuan untuk memajukan kesusilaan manusia, sebagai perseorangan
(individu) dan sebagai makhluk sosial;

b.      Dalam ajaran dan konsep Teokratis Thomas Aquinas dan Agustinus, negara bertujuan untuk mencapai dan
penghidupan dan kehidupan aman dan tenteram dengan taat kepada Tuhan;

c.       Menurut Ibnu Arabi, negara bertujuan untuk  menjalankan kebijaksanaan dengan baik, jauh dari sengketa dan
menjaga intervensi pihak –pihak asing;

d.      Menurut Ibnu Khaldum, negara bertujuan untuk mengusahakan kemaslahatan agama dan negara yang bermuara
pada kepentingan akhirat.
Namun tujuan negara dalam konteks negara sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan dan penjelasan  UUD
1945 adalah sebagai berikut:

Mensejahterakan serta memakmurkan rakyat. Negara yang sukses dan maju adalah negara yang bisa membuat
masyarakat bahagia secara umum dari sisi ekonomi dan sosial kemasyarakatan.

Melaksanakan ketertiban. Untuk menciptakan suasana dan lingkungan yang kondusif dan damani diperlukan
pemeliharaan ketertiban umum yang didukung penuh oleh masyarakat.

Pertahanan dan keamanan. Negara harus bisa memberi rasa aman serta menjaga dari segala macam gangguan dan
ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar.

Menegakkan keadilan. Negara membentuk lembaga-lembaga peradilan sebagai tempat warganya meminta keadilan di
segala bidang kehidupan.

C.    Unsur –Unsur Negara

Mahfud M.D menyatakan tiga unsur penting dalam suatu negara yaitu rakyat, wilayah dan pemerintah yang disebutnya
sebagai unsur konstitutif. Namun ketiga unsur tersebut harus ditunjang oleh unsur lain seperti dengan adanya konstitusi
dan pengakuan dari negara lain yang disebut sebagai unsur deklaratif.

Unsur –unsur pokok dalam suatu negara adalah sebagai berikut :

a.       Rakyat yaitu sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersama –sama mendiami suatu
wilayah;

b.      Wilayah yaitu unsur terpenting dalam suatu negara sebab tidak mungkin ada negara tanpa ada batas –batas
teritorial yang jelas;

c.       Pemerintah yaitu alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan
didirikannya sebuah negara;

d.      Pengakuan dari negara lain yaitu hanya bersifat menerangkan tentang adanya negara. Ada dua pengakuan negara
yaitu pengakuan de jure dan pengakuande facto.

Mengenai asal mula terjadinya negara berdasarkan fakta sejarah diuraikan sebagai berikut:

  Pendudukan (Occupatie)

Hal ini terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian diduduki dan
dikuasai.Misalnya, Liberia yang diduduki budak-budak Negro yang dimerdekakan tahun 1847.

  Peleburan (Fusi)

Hal ini terjadi ketika negara-negara kecil yang mendiami suatu wilayah mengadakan perjanjian untuk saling melebur
atau bersatu menjadi Negara yang baru. Misalnya terbentuknya Federasi Jerman tahun 1871.

  Penyerahan (Cessie)

Hal ini terjadi Ketika suatu Wilayah diserahkan kepada negara lain berdasarkan suatu perjanjian tertentu. Misalnya,
Wilayah Sleeswijk padaPerang Dunia I diserahkan oleh Austria kepada Prusia,(Jerman).

  Penaikan (Accesie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah terbentuk akibat penaikan Lumpur Sungaiatau dari dasar Laut (Delta). Kemudian di
wilayah tersebut dihuni oleh sekelompok orang sehingga terbentuklah Negara. Misalnya wilayah negaraMesir yang
terbentuk dari Delta Sungai Nil.

  Pengumuman (Proklamasi)

Hal ini terjadi karena suatu daerah yang pernah menjadi daerah jajahanditinggalkan begitu saja. Sehingga penduduk
daerah tersebut bisa mengumumkan kemerdekaannya. Contohnya, Indonesia yang pernah di tinggalkan Jepang karena
pada saat itu jepang dibom oleh Amerika di daerahHiroshima dan Nagasaki.

Banyak pula teori –teori yang ditemukan tentang terbentuknya suatu negara, diantaranya sebagai berikut :

1.      Theory Social Contract (Kontrak Sosial)

Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat menganggap bahwa negara dibentuk berdasarkan perjanjian –
perjanjian masyarakat dalam tradisi masyarakat. Teori ini meetakkan bahwa negara tidak berpotensi menjadi negara
tirani, karena keberlangsungannya bersandar pada kontrak sosial antara warga dengan lembaga negara.

  Thomas Hobbes (1588 -1679) menyatakan bahwa kehidupan manusia terpisah dalam dua zaman yakni keadaan
sebelum dan sestelah ada negara. Menurutnya keadaan alamiah sama sekali bukan keadaan yang aman dan sejahtera
tapi sebaliknya akan menimbulkan suatu keadaan sosial yang kacau tanpa hukum, tanpa pemerintah dan ikatan sebab
dibutuhkan kontrak atau perjanjian antar individu yang tadinya hidup dama keadaan alamiah berjanji akan
menyerahkan semua hak kodrat yang dimilikinya kepada sebuah badan yang disebut negara;

  John Locke (1632 -1704) menyatakan bahwa unsur pimpinan sangat penting yang mengatur kehidupan mereka demi
menghindari konflik di antara warga negara. Namun menurutnya penyelenggaraan pimpinan harus dibatasi karena
dalam melakukan perjanjian individu –individu warga negara tersebut tidak menyerahkan seluruh hak –hak alamiahnya
kecuali hak –hak asasi warga negara;

  Jean Jacques Rousseau (1712 -1778) menyatakan bahwa suatu negara bersandar pada perjanjian warga negara untuk
mengikatkan diri dengan suatu pemerintahan yang dilakukan oleh suatu organisasi politik. Menurutnya negara dibentuk
dari adanya pemimpin dari organisasi politik ditentukan  oleh yang berdaulat dari wakil –wakil warga negara.

2.      Theory Teokratis (Ketuhanan)

Teori ketuhanan dikenal juga dengan istilah doktrin teokratis. Doktrin ini memiliki pandangan bahwa hak memerintah
yang dimiliki para raja berasal dari tuhan. Para raja mengklaim sebagai wakil tuhan di dunia yang
mempertanggungjawabkan kekuasaannya hanya kepada tuhan bukan kepada manusia. Dalam sejarah tata negara
islam , pandangan teokratis serupa dengan yang dujalankan oleh negara – negara muslim sepeninggal nabi muhammad
saw.

Paham teokratis islam ini akhirnya melahirkan doktrin politik islam sebagai agama sekaligus kekuasaan. Pandangan
berkembang menjadi paham dominan bahwa dalam islam tidak ada pemisahan antara agama dengan negara. Menurut
pandangan modernis muslim kekuasaan dalam islam harus dipertanggung jawabkan baik kepada allah maupun kepada
rakyat.

3.      Teori Kedaulatan

Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena adanya dominasi negara kuat melalui
penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan menjadi pembenaran dari terbentuknya suatu negara. Melalui proses
penaklukan dan pendudukan oleh suatu kelompok etnis atas kelompok tertentusehingga dimulailah pproses
pembentukan negara. Dengan kata lain negara terbentuk karena adanya pertarungan kekuatan dimana sang pemenang
memiliki kekuatan untuk membentuk suatu negara.

D.    Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan


Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik atau lebih dikenal dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Sedangkan bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada
rangkaian institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk menegakkan kekuasaannya atas
suatu komunitas politik. Definisi ini tetap berlaku bahkan untuk pemerintahan yang tidak sah atau tidak berhasil
menegakkan kekuasaannya. Tak tergantung dari kualitasnya, pemerintahan yang gagalpun tetap merupakan suatu
bentuk pemerintahan.

Dalam berbagai literatur hukum dan apalagi dalam penggunaannya sehari-hari, konsep Bentuk Negara seringkali
dicampuradukkan dengan konsep Bentuk Pemerintahan. Hal ini juga tercermin dalam perumusan Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan bahwa: "Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk
republik". Dari kalimat ini tergambar bahwa the founding fathers Indonesia sangat menekankan pentingnya konsepsi
Negara Kesatuan sebagai definisi hakiki negara Indonesia (hakikat negara Indonesia). Bentuk dari negara kesatuan
Indonesia itu ialah republik. Jadi jelaslah bahwa konsep bentuk negara yang diartikan disini adalah republik yang
merupakan pilihan lain dari kerajaan (monarki) yang telah ditolak oleh para anggota BPUPKI mengenai kemungkinan
penerapannya untuk Indonesia modern.

Kelemahan rumusan di atas terkait dengan pengertian bentuk negara yang tidak dibedakan dari pengertian bentuk
pemerintahan. Padahal kedua konsep ini sangat berbeda satu sama lain. Karena yang dibicarakan adalah bentuk negara
berarti bentuk organ atau organisasi negara itu sebagai keseluruhan. Jika yang dibahas bukan bentuk organnya,
melainkan bentuk penyelenggaraan pemerintahan atau bentuk penyelenggaraan kekuasaan maka istilah yang lebih
tepat dipakai adalah istilah bentuk pemerintahan.

Sedangkan kata pemerintahan dalam 'sistem pemerintahan' terbatas pengertiannya pada cabang eksekutif saja.
Penggunaan kata government dalam bahasa Inggris juga sering menimbulkan kesalahpahaman. Banyak orang yang tidak
menyadari bahwa kata itu mengandung dua arti, yaitu arti luas dan arti sempit. Keduanya dipengaruhi oleh tradisi
pemerintahan yang berkembang di Inggris (British) dan Amerika Serikat. Karena Kerajaan Inggris mempraktekkan sistem
pemerintahan parlementer, maka perkataan government disana menunjuk kepada pengertian yang sempit, yaitu hanya
cabang kekuasaan eksekutif saja. Tetapi, dalam bahasa Inggris Amerika, kata government mencakup pengertian yang
luas, yaitu keseluruhan pengertian penyelenggaraan negara. Dalam konstitusi Amerika Serikat misalnya, istilah "the
Government of the United States" selain mencakup cabang eksekutif yang dipegang oleh Presiden, juga mencakup
Kongres yang terdiri atas House of Repre sentatives dan Senat.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, perlu diperjelas adanya perbedaan mendasar antara pengertian 'bentuk
negara', 'ben tuk pemerintahan', dan 'sistem pemerintahan'. Ketiga istilah tersebut sebaiknya tidak dipertukarkan satu
sama lain, sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam praktek.

Di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan bentuk negara yaitu: bentuk negara Federal, Kesatuan atau
sistem pemerintahan yang parlementer, Semi-Presidensil, dan Presidensil.

Menurut pidato Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 17 Agustus 2007 dikatakan
bahwa bentuk negara Indonesia yang paling tepat adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Empat pilar
utama yang menjadi nilai dan konsensus dasar yang selama ini menopang tegaknya Republik Indonesia adalah:
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

a.       Negara Kesatuan (Unitaris)

Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan untuk mengatur seluruh daerahnya ada di tangan
pemerintah pusat. Pemerintah pusat memegang kedaulatan sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan
antara pemerintah pusat dengan rakyat dan daerahnya dapat dijalankan secara langsung. Dalam negara kesatuan hanya
ada satu konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri (kabinet), dan satu parlemen. Demikian pula dengan
pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang memegang wewenang tertinggi dalam segala aspek pemerintahan. Ciri
utama negara kesatuan adalah supremasi parlemen pusat dan tiadanya badan-badan lain yang berdaulat. Negara
kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam sistem, yaitu:
1)      Sentralisasi, dan

2)      Desentralisasi.

Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh pemerintah pusat, sedangkan daerah
hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-peraturan dari pemerintah pusat. Daerah tidak berwewenang
membuat peraturan-peraturan sendiri dan atau mengurus rumah tangganya sendiri.

Keuntungan sistem sentralisasi:

1.      Adanya keseragaman (uniformitas) peraturan di seluruh wilayah negara;

Adanya kesederhanaan hukum, karena hanya ada satu lembaga yang berwenang membuatnya;

Penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah negara.

Kerugian sistem sentralisasi:

1)      Bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga sering menghambat kelancaran jalannya pemerintahan;

2)      Peraturan/ kebijakan dari pusat sering tidak sesuai dengan keadaan/ kebutuhan daerah;

3)      Daerah-daerah lebih bersifat pasif, menunggu perintah dari pusat sehingga melemahkan sendi-sendi
pemerintahan demokratis karena kurangnya inisiatif dari rakyat;

4)      Rakyat di daerah kurang mendapatkan kesempatan untuk memikirkan dan bertanggung jawab tentang daerahnya;

5)      Keputusan-keputusan pemerintah pusat sering terlambat.

Dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri
(otonomi, swatantra). Untuk menampung aspirasi rakyat di daerah, terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian,
pemerintah pusat tetap memegang kekuasaan tertinggi.

Keuntungan sistem desentralisasi:

1.      Pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah itu sendiri;

Peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah itu sendiri;

Tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan dapat berjalan lancar;

Partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan meningkat;

Penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah.

Sedangkan kerugian sistem desentralisasi adalah ketidakseragaman peraturan dan kebijakan serta kemajuan
pembangunan.

b.      Negara Serikat (Federasi)

Negara Serikat adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara bagian yang masing-masing tidak
berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh memiliki konstitusi sendiri, kepala negara sendiri, parlemen sendiri, dan
kabinet sendiri, yang berdaulat dalam negara serikat adalah gabungan negara-negara bagian yang disebut negara
federal.

Setiap negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan dengan konstitusi federal. Tindakan ke
luar (hubungan dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh pemerintah federal. Ciri-ciri negara serikat/ federal:
1.      Tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dewan menteri (kabinet) demi kepentingan negara bagian;

Tiap negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi tidak boleh bertentangan dengan konstitusi negara serikat;

Hubungan antara pemerintah federal (pusat) dengan rakyat diatur melalui negara bagian, kecuali dalam hal tertentu
yang kewenangannya telah diserahkan secara langsung kepada pemerintah federal.

Dalam praktik kenegaraan, jarang dijumpai sebutan jabatan kepala negara bagian (lazimnya disebut gubernur negara
bagian). Pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dengan negara bagian ditentukan oleh negara bagian,
sehingga kegiatan pemerintah federal adalah hal ikhwal kenegaraan selebihnya (residuary power).

Pada umumnya kekuasaan yang dilimpahkan negara-negara bagian kepada pemerintah federal meliputi:

Hal-hal yang menyangkut kedudukan negara sebagai subyek hukum internasional, misalnya: masalah daerah,
kewarganegaraan dan perwakilan diplomatik;

Hal-hal yang mutlak mengenai keselamatan negara, pertahanan dan keamanan nasional, perang dan damai;

Hal-hal tentang konstitusi dan organisasi pemerintah federal serta azas-azas pokok hukum maupun organisasi peradilan
selama dipandang perlu oleh pemerintah pusat, misalnya: mengenai masalah uji material konstitusi negara bagian;

Hal-hal tentang uang dan keuangan, beaya penyelenggaraan pemerintahan federal, misalnya: hal pajak, bea cukai,
monopoli, matauang (moneter);

Hal-hal tentang kepentingan bersama antarnegara bagian, misalnya: masalah pos, telekomunikasi, statistik.

Menurut C.F. Strong, yang membedakan negara serikat yang satu dengan yang lain adalah:

cara pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian;

badan yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul antara pemerintah federal dengan pemerintah
negara bagian.

Berdasarkan kedua hal tersebut, lahirlah bermacam-macam negara serikat, antara lain:

Negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah federal, dan kekuaasaan yang tidak
terinci diserahkan kepada pemerintah negara bagian. Contoh negara serikat semacam itu antara lain: Amerika Serikat,
Australia, RIS (1949);

Negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah negara bagian, sedangkan sisanya
diserahkan kepada pemerintah federal. Contoh: Kanada dan India;

Negara serikat yang memberikan  wewenang kepada mahkamah agung federal dalam menyelesaikan perselisihan di
antara pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian. Contoh: Amerika Serikat dan Australia;

Negara serikat yang memberikan kewenangan kepada parlemen federal dalam menyelesaikan perselisihan antara
pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian. Contoh: Swiss.

Persamaan antara negara serikat dan negara kesatuan bersistem desentralisasi ialah Pemerintah Pusat sebagai
pemegang kedaulatan ke luar dan sama-sama memiliki hak mengatur daerah sendiri (otonomi). Sedangkan
perbedaannya adalah mengenai asal-asul hak mengurus rumah tangga sendiri itu. Pada negara bagian, hak otonomi itu
merupakan hak aslinya, sedangkan pada daerah otonom, hak itu diperoleh dari pemerintah pusat.

Sedangkan perbincangan mengenai 'bentuk pemerintahan' (regerings vormen) berkaitan dengan pilihan antara bentuk
kerajaan (monarki), atau bentuk republik. Jika jabatan kepala negara itu bersifat turun temurun maka negara itu disebut
kerajaan. Jika kepala pemerintahannya tidak bersifat turun temurun, melainkan dipilih, maka negara itu disebut
republik. Sementara itu, dalam perkataan 'sistem pemerintahan' (regerings systeem) terkait pilihan-pilihan antara
sistem pemerintahan presidensiil, sistem pemerintahan parlementer, sistem pemerintahan campuran, yaitu quasi
presidensiil seperti di Indonesia (di bawah UUD  1945 yang asli) atau quasi parlementer seperti sistem Perancis yang
dikenal dengan istilah hybrid system, dan sistem pemerintahan collegial seperti Swiss.

Dari ketiga konsep tersebut di atas, bangsa Indonesia sejak kemerdekaan pada tahun 1945 cenderung mengidealkan
bentuk negara kesatuan (eenheidstaatsvorm), bentuk pemerintahan republik (republic regeringsvorm), dan sistem
pemerintahan presidentil (presidential system). Dalam UUD  1945, pengaturan mengenai bentuk negara dan bentuk
pemerintahan ini diatur dalam bab yang tersendiri, yaitu Bab I tentang Bentuk dan Kedaulatan. Dalam Pasal   ayat (1)
dinyatakan: "Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk republik." Ayat (2) menegaskan: "Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar." Sedangkan ayat (3)  menentukan: "Negara
Indonesia adalah Negara Hukum". Khusus mengenai bentuk negara sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 1 ayat
(1) tersebut, tidak dikategorikan sebagai objek perubahan yang diatur mekanismenya dalam pasal  7 UUD  1945. Dalam
Pasal  7 ayat (5) UUD  945, dinyatakan: "Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak dapat
dilakukan perubahan".  

Pasal ini jelas mengandung komitmen dan tekad bahwa negara Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 
1945, akan tetap berbentuk Negara Kesatuan selamanya, kecuali tentunya jika Majelis Permusyawaratan Rakyat pada
suatu hari mengubah lagi ketentuan Pasal  7 ayat (5) ini atau perubahan UUD terjadi bukan karena prosedur yang
ditentukan sendiri oleh UUD  1945 (verfassung wandlung). Namun, jika yang terakhir ini yang terjadi maka hukum yang
berlaku bukan lagi hukum konstitusi, melainkan revolusi yang mempunyai aturan hukumnya sendiri.

Dari sisi pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk pemerintahan digolongkan dalam tiga kelompok yaitu
sebagai berikut:

  Monarki adalah model pemerintahan yang dikepalai oleh raja atau ratu. Dalam praktiknya monarki tterbagi atas dua
jenis yaitu monarki absolut dengan kekuasaan tertinngi di tangan raja dan ratu serta monarki konstitusional dengan
bentuk pemerintahan yang kekuasaan kepala pemerintahannya dibatasi oleh ketentuan –ketetuan konstitusi negara;

  Oligarki adalah model pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau
kelompok tertentu;

  Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang bersandar pada kedaulatan rakyatatau yang mendasarkan
kekuasaannya pada pilihan dan kehendak rakyat melalui pemilu.

Istilah bentuk pemerintahan pun harus dibedakan pula dari istilah 'sistem pemerintahan' yang menyangkut pilihan
antara sistem presidential, sistem parlementer, atau sistem campuran. Konsepsi yang terakhir ini berkenaan dengan
sistem penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan dalam arti cabang kekuasaan eksekutif. Perbedaannya dari
pengertian bentuk pemerintahan. Pertama adalah bahwa istilah pemerintahan dalam konsepsi 'bentuk pemerintahan'
bersifat statis, yaitu berkenaan dengan ben- tuknya (vormen), sedangkan dalam 'sistem pemerintahan', aspek
pemerintahan yang dibahas bersifat dinamis. Kedua, dalam konsepsi bentuk pemerintahan, kata pemerintahan lebih
luas pengertiannya karena mencakup keseluruhan cabang kekuasaan.
E. Sistem Pemerintahan

1. Sistem pemerintahan Parlementer

Ciri-ciri Sistem Parlementer

Raja/Ratu/Presiden sebagai Kepala Negara.

Kekuasaan eksekutif dipegang dan dijalankan Kabinet yang dipimpin Perdana Menteri.

Kepala eksekutif (Perdana Menteri) bertanggungjawab kepada Parlemen (Legislatif).

PARPOL mayoritas memegang kekuasaan eksekutif.

Menganut sistem Multi Partai

Kelebihan :

Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat antara eksekutif dan
legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.

Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.

Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi berhati-hati dalam
menjalankan pemerintahan.

Kekurangan :

Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu
kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.

Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya
karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.

Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet adalah anggota parlemen dan
berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat
mengusai parlemen.

Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen
dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

2. Sistem pemerintahan Presidensial

Pemerintahan Presidensial adalah sistem yang bertolak dari konsep pemisahan kekuasaan dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara sebagaimana diajarkan oleh Monteqiueu melalui teori Trias Politica. Teori ini mengharuskan
pemisahan kekuasaan menjadi 3 yaitu :

a. Kekuasaan Eksekutif

b. Kekuasaan Legislatif

c. Kekuasaan Yudikatif
Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Presidensial :

Presiden sebagai Kepala Negara sekaligus pemegang Kekuasaan Eksekutif.

Kedudukan eksekutif tidak tergantung pada Parlemen.

Menteri-menteri merupakan pembantu Presiden.

Kekuasaan membuat Undang-Undang ada di tangan Parlemen. Presiden memiliki hak veto dalam pemberlakuan suatu
Undang-Undang.

Kelebihan :

- Sistem check dan balances dapat menghasilkan keseimbangan antar organ yang diserahi tugas kenegaraan.

Dapat mencegah terjadinya kekuasaan yang absolut.

Kedudukan badan eksekutif lebih stabil.

Penyusunan program pemerintahan dapat disesuaikan dengan masa jabatan eksekutif.

Kekurangan :

Setiap keputusan adalah hasil tawar-menawar antar legislatif dan eksekutif sehingga sering kurang tegas dalam
pengambilan suatu keputusan.

Pengambilan keputusan relatif lebih lama.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari pembahsan diatas maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai :

a)      Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik atau lebih dikenal dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

b)      Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian institusi politik yang
digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk menegakkan kekuasaannya atas suatu komunitas politik.

c)      Dalam konsep teori modern negara terbagi dalam dua bentuk yaitu Negara Kesatuan(Unitarianisme) dan Negara
Serikat

d)     Dari sisi pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk pemerintahan digolongkan dalam tiga kelompok yaitu
monarki, oligarki dan demokrasi.

B.     Saran
Sebagai warga negara, sudah selayaknya kita mengkaji lebih dalam mengenai bentuk negara dan bentuk pemerintahan
di Indonesia. Selain untuk memperluas cakrawala berpikir, kelak ketika kita menempati posisi strategis dipemerintahan.
Dan niscaya kita akan menjadi warga negara dan pemimpin yang baik, berakhlak dan rasional.

DAFTAR PUSTAKA

Makalah ‘Hubungan Negara, Agama dan Warga Negara’ Mata Kuliah Ham & Kewarganegaraan oleh Mahasiswa IP
Reguler STISIP Muhammadiyah Sinjai.

http://diajengayu-ajeng.blogspot.com/2011/04/bentuk-negara-indonesia.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia

http://www.icrp-online.org/wmview.php?ArtID=154&page=1-5

http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/2002 September/000310.html

http://liahimilp.blogspot.com/2013/07/makalah-bentuk-negara-bentuk.html

Anda mungkin juga menyukai