PCR
(RAPD, RFLP, Nested PCR, RT PCR,
Multiplex PCR) Dalam Bidang Kesehatan
Kelompok 4
➢ Fitra Syawal
➢ Delita Shinta
➢ Kamelia Husen
➢ Putri Dwi Lestari
➢ Stessi Christisni Saliani
➢ Beatrix Dolfince Atanay
➢ Angeli Margin Valensia Loupatty
➢ Shanaz Alya Wafiq Asifa
➢ Garnetha Viralda Sihasale
Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
Telah dilakukan penelitian mengenai Deteksi Variasi Genetik Gen Interleukin-6 (IL-6) dengan Metode (RFLP) Pada
Sampel Klinis Tuberkulosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya variasi genetik gen Interleukin-6 pada
sampel klinis Tuberkulosis. Variasi genetik gen IL-6 ditandai dengan terjadinya polimorfisme gen Interleukin (IL-6)
pada lokus 3’ CATG dengan metode (RFLP) pada sampel klinis Tuberkulosis Paru (darah penderita) dan sampel klinis
non Tuberkulosis Paru (darah orang sehat). Ekstraksi DNA dari sampel klinis tuberkulosis paru dilakukan dengan
menggunakan Metode Boom. Sampel yang telah diekstraksi kemudian diamplifikasi pada (PCR) dengan ukuran 360
bp. Hasil amplifikasi dipotong dengan menggunakan enzim restriksi endonuklease NlaIII. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variasi genetik gen Interleukin-6 (IL-6) pada sampel klinis Tuberkulosis tidak terdeteksi
menggunakan metode RFLP. Variasi genetik ditandai dengan polimorfisme gen Interleukin-6 (IL-6) pada situs
pemotongan CATG. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ekstraksi sampel
darah dengan metode Boom tidak terdeteksi adanya variasi genetik gen Interleukin-6 (IL-6) dengan metode RFLP
menggunakan enzim restriksi NlaIII.
Nested Polymerase Chain Reaction (Nested PCR)
● Nested PCR adalah suatu teknik perbanyakan (replikasi) sampel DNA menggunakan
bantuan enzim DNA polymerase yang menggunakan dua pasang primer PCR untuk
mengamplifikasi fragmen.
● Pasangan primer yang pertama akan mengamplifikasi fragmen yang cara kerjanya sama
dengan primer pada umumnya. Sedangkan primer yang kedua biasanya disebut primer
perangsan (sepesang primer tersebut terletak di dalam fragmen pertama), yang
berkaitan dalam fragmen produk PCR yang pertama untuk memungkinkan terjadinya
amplifikasi produk PCR kedua dimana hasilnya lebih pendek dari yang pertama.
Mekanisme Kerja
● Prinsip kerja PCR terangsang tidak jauh berbeda dengan PCR biasa, tetapi PCR
terangsang akan bekerja menggunakan dua pasang primer untuk mengamplifikasi
fragmen DNA spesifik memalui dua proses PCR secara terpisah.
● DNA mengalami denaturasi lalu memasuki fase penempelan, dimana sepasang
primer pertama melekat di kedua utas tunggal DNA dan mengamplifikasi DNA di
antara kedua primer tersebut dan terbentuklah produk PCR pertama.
● Kemudian produk PCR pertama tersebut dijalankan pada proses PCR kedua di mana
pasangan primer kedua (primer tersarang) akan mengenali sekuen DNA spesifik yang
berada di dalam fragmen produk PCR pertama dan memulai amplifikasi bagian di
antara kedua primer tersebut. Hasilnya adalah sekuens DNA yang lebih pendek
daripada sekuens DNA hasil PCR pertama
Aplikasi Teknik Nested PCR
PCR tersarang memiliki aplikasi yang luas dalam bidang kesehatan dan
identifikasi parasite. Karena PCR tersarang memiliki sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi
dibanding PCR biasa, hasil yang didapat akan lebih akurat. Keakuratan PCR tersarang karena
daerah yang diinginkan akan diamplifikasi dua kali, dengan dua set primer. Beberapa contoh
aplikasinya antara lain adalah dalam mendiagnosis penyakit tuberkulosis luar paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, deteksi Taenia solium pada penyakit taeniasis dan
diagnosis leptospirosis.
Contoh kasus Nested PCR
● Penelitian sensitivitas dan spesifisitas menggunakan nested polymerase chain reaction (nested
PCR) untuk mendeteksi keberadaan DNA Coxiella burnetii (C. burnetii). Nested PCR
menggunakan primer eksternal (OMP1, OMP2) dan internal (OMP3, OMP4), didisain dari
sekuen nukleotida gen com 1 yang mengkode OMP 27 kD serta digunakan untuk
mengamplifikasi fragmen sepanjang 501 pb dan 438 pb. Nested PCR mempunyai tingkat
sensitivitas 50 kali lebih tinggi dibandingkan dengan PCR yang hanya menggunakan primer
eksternal. Hasil uji sensitivitas didapat limit deteksi nested PCR menggunakan DNA murni
mencapai 300 pg/µl. Berdasarkan uji spesifisitas, nested PCR hanya dapat mendeteksi DNA C.
burnetii dan tidak terjadi hibridisasi silang dengan DNA Brucella abortus, Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa dan Campylobacter Jejuni. Nested PCR sudah digunakan sebagai
metode diagnosis untuk penyakit Q fever yang disebabkan oleh C. burnetii.
RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA
● RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) adalah aplikasi PCR yang digunakan untuk untuk
mendeteksi adanya suatu polimorfisme DNA dalam suatu populasi atau antarpopulasi.
Penanda RAPD pertama kali ditemukan untuk mendeteksi adanya polimorfisme dalam suatu
segmen DNA.
● teknik PCR RAPD dapat mendeteksi DNA polimorfik yang disebabkan oleh tidak adanya
amplifikasi pada suatu lokus yang disebabkan oleh adanya perbedaan urutan basa
nukleotida pada titik penempelan primer. Hal ini akan menyebabkan primer tidak dapat
menempel pada bagian tersebut sehingga tidak terjadi amplifikasi. Polimorfisme yang
dihasilkan dengan teknik PCR RAPD disebabkan adanya perubahan basa nukleotida, delesi,
dan insersi
● Prinsip kerja dari metode PCR RAPD adalah mengaplikasikan PCR dengan cara
mengamplifikasi urutan nukleotida dengan menggunakan primer acak. Primer yang
digunakan adalah oligonukleotida yang terdiri dari 5–10 nukleotida.
● Keunggulan dari teknik PCR RAPD adalah hanya dibutuhkan kuantitas sampel DNA yang
sedikit, hemat biaya, mudah dipelajari, dan primer yang mudah didapatkan. Sedangkan
kelemahannya adalah tingkat reproduksibilitasnya rendah, sensitif terhadap variasi
konsentrasi DNA, dan memerlukan optimasi suhu dan primer pada saat pengujian
RAPD digunakan untuk :
● Pendeteksian polimorfisme pada parasitoid
● Pola pewarisan dengan marker RAPD
● Pemeriksaan asal populasi
● Asal geografi seranggga hama
● Diagnosis spesies yang saling berhubungan
● Membantu mengenal karakter morfologi untuk membedakan bermacam-macam spesies.
● Membantu menetapkan suatu spesies
● Mengiidentifikasi keanekaragaman genetic suatu organisme
Contoh Kasus Metode RAPD PCR
● Contoh kasus yaitu : Variasi Genetik (Polimorfisme) Anopheles barbirostris
Dengan Menggunakan Metode PCR-RAPD
• Metode sensitif yang menunjukan ada tidaknya gen tertentu yang di ekspresikan
pada sampel tertentu