Anda di halaman 1dari 14

JUDUL

DOSEN PENGAMPU:
Raida Fuadi, SE.Ak,MM

Disusun Oleh:
Hafshah Amatullah Mardiyah (1904104010065)
Muhammad Saeef Seena (1904104010046)
Zulfikri (1904104010036)

Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan


semesta alam atas segala karunia nikmat-Nya sehingga kami dapat
menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya. Laporan yang berjudul “bla
bla bla” disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial
Budaya Dasar oleh Dosen Pengampu.
Laporan ini berisi tentang blablabla blablabla. Dalam
penyusunannya kami melibatkan berbagai pihak, baik dari dalam sekolah
maupun luar sekolah. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima
kasih atas segala dukungan yang diberikan untuk menyelesaikan laporan
ini.
Meski telah disusun secara maksimal, akan tetapi kami sebagai
manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak
kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna. Karenanya kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Banda Aceh, 12 September 2019


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................
ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 32
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Materi ini menguraikan hakikat manusia baik sebagai makhluk individu


maupun sebagai makhluk sosial. Pada hakikatnya manusia bisa dilihat sebagai
makhluk individu, sedangkan disisi lain dipandang sebagai makhluk sosial.
Paham individualisme memandang bahwa manusia semata-mata sebagai
makhluk individu dengan mengesampingkan kodratnya sebagai makhluk sosial.
Sebaliknya, pandangan sosialisme, menyatakan manusia adalah makhluk
sosial. Pandangan kita bangsa Indonesia menyatakan bahwa manusia adalah
makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia
akan berinteraksi dengan manusia lain dalam wujud interaksi sosial. Sebagai
makhluk individu dan sosial manusia akan menghadapi dilema dalam kerangka
pemenuhan kebutuhan antara kepentingan diri dan kepentingan masyarakat.
Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak
hanya bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang
khas dengan corak kepribadiannya, termasuk kemampuan kecakapannya.
Dengan demikian, manusia sebagai individu merupakan pribadi yang terpisah,
berbeda dari pribadi lain. Manusia sebagai makhluk individu adalah manusia
sebagai perseorangan yang memiliki sifat sendiri-sendiri. Manusia sebagai
individu adalah bersifat nyata, berbeda dengan manusia lain dan sebagai
pribadi dengan ciri khas tertentuyang berupaya merealisasikan potensi dirinya.
Manusia dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan
bergantung pada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus
bersosialisasi dengan manusia lain. Hal ini disebabkan manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Ia akan bergabung dengan manusia lainmembentuk kelompok-kelompok
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Dalam hal ini, manusia
sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan individu lainnya.

B. Rumusan masalah
1.
2.
3.

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
2. Mengetahui fungsi dan peran manusia sebagai individu dan makhluk
sosial.
3. Mengetahui macam-macam dinamika interaksi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian manusia sebagai makhluk individu
Manusia, mahluk dan individu secara etimologi diartikan sebagai berikut:
1.    Manusia berarti mahluk yang berakal budi dan mampu menguasai mahluk lain.
2.    Mahluk yaitu sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan.
3.    Individu mengandung arti orang seorang, pribadi, organisme yang hidupnya berdiri
sendiri. Secara fisiologis ia bersifat bebas, tidak mempunyai hubungan   organik dengan
sesama.
Kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta) atau mens(Latin) yang berarti
berpikir, berakal budi, atau homo (Latin) yang berarti manusia. Istilah individu berasal
dari bahasa Latin, yaituindividum, yang artinya sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi
atau suatu kesatuan yang terkecil dan terbatas.
Secara kodrati, manusia merupakan mahluk monodualis. Artinya selain sebagai mahluk
individu, manusia berperan juga sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk individu,
manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri atas unsur jasmani (raga) dan
rohani (jiwa) yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Jiwa dan raga inilah yang membentuk
individu.
Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan) sehingga sanggup berdiri
sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia
senantiasa akan berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi
hakikat individualitasnya (dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya). Hal
terpenting yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah bahwa manusia
dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas
hidupnya. Manusia adalah ciptaan Tuhan dengan derajat paling tinggi di antara ciptaan-
ciptaan yang lain.

KONSEKUENSI MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU


Dalam keadaan status manusia sebagai mahluk individu, segala sesuatu yang
menyangkut pribadinya sangat ditentukan oleh dirinya sendiri, sedangkan orang lain
lebih banyak berfungsi sebagai pendukung. Kesuksesan seseorang misalnya sangat
tergantung kepada niat, semangat, dan usahanya yang disertai dengan doa kepada
Tuhan secara pribadi. Demikian juga mengenai baik atau buruknya seseorang di
hadapan Tuhan dan dihadapan sesama manusia, itu semua sangat dipengaruhi oleh
sikap dan perilaku manusia itu sendiri. Jika iman dan takwanya mantap maka dihadapan
Tuhan menjadi baik, tetapi jika sebaliknya, maka dihadapan Tuhan menjadi jelek. Jika
sikap dan perilaku individunya baik terhadap orang lain, tentu orang lain akan baik pula
terhadap orang tersebut.
Konsekuensi (akibat) lainnya, masing-masing individu juga harus mempertanggung
jawabkan segala perilakunya secara moral kepada dirinya sendiri dan kepada Tuhan. Jika
perilaku individu itu baik dan benar maka akan dinikmati akibatnya, tetapi jika
sebaliknya, akan diderita akibatnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
manusia sebagai individu yang sudah dewasa memiliki konsekuensi tertentu, antara lain:
1.    Merawat diri bersih, rapi, sehat dan kuat
2.    Hidup mandiri
3.    Berkepribadian baik dan luhur
4.    Mempertanggungjawabkan perbuatannya
Supaya konsekuensi tersebut di atas dapat direalisasikan dalam suatu kenyataan, maka
masing-masing individu harus senantiasa:
1.    Selalu bersih, rapi, sehat, dan kuat
2.    Berhati nurani yang bersih
3.    Memiliki semangat hidup yang tinggi
4.    Memiliki prinsip hidup yang tangguh
5.    Memiliki cita-cita yang tinggi
6.    Kreatif dan gesit dalam memanfaatkan potensi alam
7.    Berjiwa besar dan penuh optimis
8.    Mengembangkan rasa perikemanusiaan
9.    Selalu berniat baik dalam hati
10. Menghindari sikap statis, pesimis, pasif, maupun egois

·Manusia sebagai makhluk sosial


Plato mengatakan, mahluk hidup yang disebut manusia merupakan mahluk sosial dan
mahluk yang senang bergaul/berkawan (animal society = hewan yang bernaluri untuk
hidup bersama). Status mahluk sosial selalu melekat pada diri manusia. Manusia tidak
bisa bertahan hidup secara utuh hanya dengan mengandalkan dirinya sendiri saja. Sejak
lahir sampai meninggal dunia, manusia memerlukan bantuan atau kerjasama dengan
orang lain.
Ciri utama mahluk sosial adalah hidup berbudaya. Dengan kata lain hidup menggunakan
akal budi dalam suatu sistem nilai yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Hidup
berbudaya tersebut meliputi filsafat yang terdiri atas pandangan hidup, politik,
teknologi, komunikasi, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.
Menurut Aristoteles (384 – 322 SM), manusia adalah mahluk yang pada dasarnya selalu
ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya (zoon politicon yang
artinya mahluk yang selalu hidup bermasyarakat). Pada diri manusia sejak dilahirkan
sudah memiliki hasrat/bakat/naluri yang kuat untuk berhubungan atau hidup di tengah-
tengah manusia lainnya. Naluri manusia untuk hidup bersama dengan manusia lainnya
disebut gregoriousness.
Manusia berperan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial yang dapat dibedakan
melalui hak dan kewajibannya. Namun keduanya tidak dapat dipisahkan karena manusia
merupakan bagian dari masyarakat. Hubungan manusia sebagai individu dengan
masyarakatnya terjalin dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Oleh karena
itu harkat dan martabat setiap individu diakui secara penuh dalam mencapai
kebahagiaan bersama.
Masyarakat merupakan wadah bagi para individu untuk mengadakan interaksi sosial dan
interelasi sosial. Interaksi merupakan aktivitas timbal balik antarindividu dalam suatu
pergaulan hidup bersama. Interaksi dimaksud, berproses sesuai dengan perkembangan
jiwa dan fisik manusia masing-masing serta sesuai dengan masanya. Pada masa bayi,
mereka berinteraksi dengan keluarganya melalui berbagai kasih sayang. Ketika sudah
bisa berbicara dan berjalan, interaksi mereka meningkat lebih luas lagi dengan teman-
teman sebayanya melalui berbagai permainan anak-anak atau aktivitas lainnya. Proses
interaksi mereka terus berlanjut sesuai dengan lingkungan dan tingkat usianya, dari
mulai interaksi non formal seperti berteman dan bermasyarakat sampai interaksi formal
seperti berorganisasi, dan lain-lain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi manusia hidup bermasyarakat, yaitu:
1.    Faktor alamiah atau kodrat Tuhan
2.    Faktor saling memenuhi kebutuhan
3.    Faktor saling ketergantungan
Keberadaan semua faktor tersebut dapat diterima oleh akal sehat setiap manusia,
sehingga manusia itu benar-benar bermasyarakat, sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu
Khaldun bahwa hidup bermasyarakat itu bukan hanya sekadar kodrat Tuhan melainkan
juga merupakan suatu kebutuhan bagi jenis manusia dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Jika tingkah laku timbal balik (interaksi sosial) itu berlangsung berulang kali dan terus
menerus, maka interaksi ini akan berkembang menjadi interelasi sosial. Interelasi sosial
dalam masyarakat akan tampak dalam bentuk sense of belonging yaitu suatu perasaan
hidup bersama, sepergaulan, dan selingkungan yang dilandasi oleh rasa kemanusiaan
yang beradab, kekeluargaan yang harmonis dan kebersatuan yang mantap.
Dengan demikian tidak setiap kumpulan individu merupakan masyarakat. Dalam
kehidupan sosial terjadi bermacam-macam hubungan atau kerjasama, antara lain
hubungan antarstatus, persahabatan, kepentingan, dan hubungan kekeluargaan.
Sebagai mahluk sosial, manusia dikaruniai oleh Sang Pencipta antara lain sifat rukun
sesama manusia.

B. PERANAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL

Sebagai mahluk hidup yang berada di muka bumi ini keberadaan manusia adalah
sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, dalam asrti manusia senantiasa tergantung
dan atau berinteraksi dengan sesamanya. Dengan demikian, maka dalam kehidupan
lingkungan sosial manusia senantiasa terkait dengan interaksi antara individu manusia,
interaksi antar kelompok, kehidupan sosial manusia dengan lingkungan hidup dan alam
sekitarnya, berbagai proses sosial dan interaksi sosial, dan berbagai hal yang timbul
akibat aktivitas manusia seperti perubahan sosial.
Secara sosial sebenarnya manusia merupakan mahluk individu dan sosial yang
mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai hidup dan kehidupan dalam
masyarakat. Artinya setiap individu manusia memiliki hak, kewajiban dan kesempatan
yang sama dalam menguasai sesuatu, misalnya bersekolah, melakukan pekerjaan,
bertanggung jawab dalam keluarga serta berbagai aktivitas ekonomi, politik dan bahkan
beragama. Namun demikian, kenyataannya setiap individu tidak dapat menguasai atau
mempunyai kesempatan yang sama. AKibatnya, masing-masing individu mempunyai
peran dan kedudukan yang tidak sama atau berbeda. Banyak faktor yang menyebabkan
itu bisa terjadi, misalnya kondisi ekonomi (ada si miskin dan si kaya), sosial (warga biasa
dengan pak RT, dll), politik (aktivis partai dengan rakyat biasa), budaya (jago tari daerah
dengan tidak) bahkan individu atau sekelompok manusia itu sendiri. Dengan kata lain,
stratifikasi sosial mulai muncul dan tampak dalam kehidupan masyarakat tersebut.

C. DINAMIKA INTERAKSI SOSIAL


Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Interaksi sosial
merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik
antarindividu, antarkelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok
manusia. Bentuk interaksi sosial adalah akomodasi, kerja sama, persaingan, dan
pertikaian.
Apabila dua orang atau lebih bertemu akan terjadi interaksi sosial. Interaksi sosial
tersebut bisa dalam situasi persahabatan ataupun permusuhan, bsia dengan tutur kata,
jabat tangan, bahasa dahsyat, atau tanpa kontak fisik. Bahkan, hanya dengan bau
keringat sudah terjadiinteraksi sosial karena telah mengubah perasaan atau saraf orang
yang bersangkutan untuk menentukan tindakan. Interaksi sosial hanya dapat
berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi dari kedua belah pihak. Interaksi
sosial tidak mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung
dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadp sistem sarafnya sebagai
akibat hubungan yang di maksud
Ciri-ciri interaksi sosial adalah sebagai berikut.
1. Pelakunya lebih dari satu orang
2. Adanya komunikasi antar pelaku melalui kontak sosial
3. Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebiut
dengan yang diperkirakan pelaku.
4. Ada dimensi waktu yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung
Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (social contact) dan
komunikasi. Kontak sosial berasal dari kata con atau cun yang artinya bersama-sama,
dan tango yang artinya menyentuh. Namun, kontak sosial tidak hanya secara harfiah
bersentuhan badan, tetapi bisa lewat bicara, melalui telepon, telegram, surat radio, dan
sebagainya.
Kontak dapat bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila ada kontak
langsung dengan cara berbicara, jabat tangan, tersenyum, dan sebagainya. Kontak
sekunder terjadi dengan perantara. Kontak sekunder langsung, misalnya melalui
telepon, radio, TV, dan sebagainya.
Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu
1. Kontak antar individu, misalnya seorang siswa baru mempelajari tata tertib dan
budaya sekolah
2. Kontak antarindividu, dengan suatu kelompok, misalnya seorang guru mengajar di
suatu kelas tentang suatu poko bahasan.
3. Kontak antarkelompok dengan kelompok lain, misalnya class meeting antarkelas.

Komunikasi adalah proses memberikan tafsiran pada perilaku orang lain yang berwujud
pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap, atau perasaan-perasaan apa yang ingin
disampaikan orang tersebut. Dengan tafsiran pada orang lain, seseorang memberi reaksi
berupa tindakan terhadap maksud orang lain tersebut. Misalnya, jika anda melambaikan
tangan dipinggir jalan atau halte bus maka salah satu bus yang lewat pasti akan
berhenti, jadi, komunikasi merupakan proses saling memberi penafsiran terhadap
tindakan atau perilaku orang lain.
Berlangsungnya interaksi sosial didasarkan tas berbagai faktor, antara lain faktor imitasi,
sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati, imitasi adalah proses atau tindakan
seseorang untuk meniru orang lain baik sikap, perbuatan, penampilan, dan gaya hidup.
Sugeti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan individu kepada
individu lain sehingga orang yang diberi sugesti itu melaksanakan apa yang disegestikan
tanpa sikap kritis dan rasional, identifikasi adalah upaya yang dilakukan individu untuk
menjadi sama (identik) dengan individu yang ditirunya. Proses identifikasi erat kaitannya
dengan imitasi. Simpati adala prose kejiwaan seseorang individu yang merasa tertarik
dengan individu atau kelompok karena sikap, penampilan, atau perbuatannya. Motivasi
merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang diberikan individu
kepada individu lain sehingga orang yang diberi motivasi melaksankannya dengan secara
kritis, rasional, dan tanggung jawab. Empati adalah proses kejiwaan seorang individu
untuk larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun duka.
Seperti telah dikemukakan diatas, bentuk-bentuk interaksi sosial adalah akomodasi,
kerja sama, persaingan, dan pertikaian. Secara luas, dapat dikatakan ada interaksi sosial
yang sifatnya positif, yaitu mengarah pada kerjasama antrindividu atau antarkelompok.
Interaksi sosial yng dimaksud interaksi soial yang bersifat asosiatif. Adapula interaksi
sosial yang mengarah pada bentuk-bentuk pertikaian tau konflik. Interaksi sosial
dimasud disebut dengan interaksi sosial yang bersifat disosiatif. Interaksi sosial yang
bersifat asosiatif, seperti kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Interaksi
sosial yang bersifat disasosiatif mencakup persaingan, kontroversi, dn permusuhan.
Dengn demikian, dinamika interaksi sosial yang terjadi dala kehidupan sosial dapt
beragam. Dilihat dari jenisnya ada interaksi antarindividu, interaksi individu dengan
kelompok, dan interaksi antar kelompok. Dilihat dari faktor penyebabnya, ada interaksi
yang disebabkan oleh faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivsi, dan empati.
Ada interaksi yang berbentuk pertentangan. Sedangkan jika dilihat dari sifat
interaksinya, da interaksi yang asosiatif, interaksi disasosiatif.
Interaksi sosial merupakan kunci dri semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi
sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama. Manusia sebagai mkhluk sosial pastilah
melkukan intraksi sosial dalam rngka hidup bersama.

D. DILEMA ANTARA KEPENTINGAN INDIVIDU DAN KEPENTINGAN MASYARAKAT

Setiap yang disebut manusia selalu terdiri dari dua kepentingan, yaitu kepentingan
individu yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok atau golongan dan kepentingan
masyarakat yang termasuk kepentingan rakyat . Dalam diri manusia, kedua kepentingan
itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang
dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu
kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada keluarganya,
jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah
kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkan kebingungan atau dilema
manusia jika mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan kepentingan
masyarakat.

Dilema anatara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada


pertanyaan mana yang harus diutamakan, kepentingan manusia selaku individu atau
kepentingan masyarakat tempat saya hidup bersama? Persoalan pengutamaan
kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang
berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu kelompok
masyarakat.

1. Pandangan Individualisme

Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk
individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh
dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat
bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi sentral
individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya. Paham
individualisme menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini bisa disebut juga ideologi
individualisme liberal.

Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme) pada
abad ke 18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben,
John Locke, Rousseau, dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi
liberalisme adalah sebagai berikut.

Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini , pemilikan sepenuhnya berada
pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosial,
Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan.
Pemberian kebebasan penuh pada individu
Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing-masing.
Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan
dinamika kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar
individu tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin
keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan
agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.

2. Pandangan Sosialisme

Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan
Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang
diutamakan. Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan
sosialis, hak-hak individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena
keanggotaannya dalam suatu komunitas atau kelompok.

Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil,


selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat
produksi. Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara
keseluruhan terutama yang tersisih oleh system liberalisme, mendapat keadilan,
kebebasan, dan kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan
bahwa hak-hak individu harus diletakkan dalam kerangka kepentingan masyarakat yang
lebih luas. Dalam sosialisme yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara untuk
meraih hal itu adalah dengan menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat
produksi oleh perorangan. Paham  marxisme/komunisme dipelopori oleh Karl Marx
(1818-1883).

Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang
hakikat manusia. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya
lebih ditekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka,
manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan
dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat menekankan
pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata. Menurut paham ini manusia
sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi dikorbankan untuk kepentingan
negara.

Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing. Individualisme


liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi,
imperialisme, dan kolonialisme, liberalisme mungkin membawa manfaat bagi kehidupan
politik, tetapi tidak dalam lapangan ekonomi dan sosial.  Sosialisme dalam bentuk yang
ekstrem, tidak menghargai manusia sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi
kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin terjadi kemakmuran, tetapi kepuasan
rohani manusia belum tentu terjamin.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/saumiere/kreatifitas-belanda-jendela-yang-terus-
terbuka_551063df813311c82cbc6c8a
http://tugaskuliah15.blogspot.com/2015/10/tugas-isbd-makalah-manusia-
sebagai_4.html?m=1
http://kehidupansaatini.blogspot.com/2013/03/hakikat-manusia-sebagai-makhluk.html

Anda mungkin juga menyukai