Anda di halaman 1dari 2

PEMILIHAN DAERAH BESERTA ALASANNYA

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi stunting pada balita 37,2%, yang berarti
terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6 %) dan 2007 (36,8 %). Prevalensi stunting
pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 27,6%. Di Propinsi Jawa Tengah, prevalensi stunting sebesar
33,9%. Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, menyatakan bahwa hasil dari Pemantauan
Status Gizi berdasar indikator PB/U atau TB/U angka kejadian stunting di kota Semarang
sebesar 20,37 %.
Menurut konsep kelangsungan hidup anak, pertumbuhan, dan perkembangan dari UNICEF
dalam WHO 1998 menyatakan bahwapenyebab langsung pertumbuhan adalah asupan
makanan dan penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan
keluarga, pola asuh anak dalam keluarga, sanitasi lingkungan serta pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Faktor – faktor tersebut ditentukan oleh sumber daya manusia, status ekonomi, dan
faktor pendidikan. Penyebab kegagalan pertumbuhan pada bayi berupa faktor bayi dan faktor
ibu. Faktor bayi meliputi konsumsi yang kurang, rendahnya absorbsi makanan yang dapat
menimbulkan penyakit infeksi. Faktor ibu meliputi produksi yang kurang yang diakibatkan
karena diet, penyakit dan kelelahan, serta kurangnya reflex let down karena pengaruh
psikologis maupun obat – obatan.
Masalah gizi yang ada di Kota Semarang, antara lain
1. Stunting
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi stunting pada balita 37,2%,
yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6 %) dan 2007 (36,8 %).
Prevalensi stunting pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 27,6%. Di Propinsi Jawa Tengah,
prevalensi stunting sebesar 33,9%. Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang,
menyatakan bahwa hasil dari Pemantauan Status Gizi berdasar indikator PB/U atau
TB/U angka kejadian stunting di kota Semarang sebesar 20,37 %.

2. Anemia
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi
anemia pada ibu hamil secara nasional mencapai 37,1%. Pemberian tablet Fe di
Indonesia pada tahun 2015 sebesar 85 %. Presentase ini mengalami peningkatan
dibandingkan padaa tahun 2014 yang sebesar 83,3 % karena ketidak patuhan ibu
mengkonsumsi tablet Fe selama masa kehamilan.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Kedungmundu
Kota Semarang jumlah ibu hamil yang mengalami anemia pada tahun 2016 pada bulan
September sampai dengan Desember sebanyak 28,1% dan pada tahun 2017
mengalami peningkatan sebanyak 28,9%. Tahun 2018 ibu hamil dengan anemia dari
bulan Januari sampai April sebanyak 29,5 % ibu.

3. Gizi Lebih
Remaja termasuk golongan yang rentan terhadap gizi lebih karena berbagai
pengaruh. Berdasarkan Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa, prevalensi obesitas
secara nasional pada remaja usia 14-18 tahun mengalami peningkatan signifikan dari
tahun 2007 sebesar 1,4%, pada tahun 2010 sebesar 2,5%, sedangkan pada tahun 2013
menjadi 7,3% (Riskesdas 2013). menurut Riskesdas 2010 prevalensi kegemukan pada
remaja di provinsi Jawa Tengah lebih tinggi dari prevalensi nasional yaitu 2,8%.
Riskesdas tahun 2007, prevalensi kegemukan pada remaja di Kota Semarang termasuk
satu dari lima kota Kabupaten di Jawa Tengah dengan prevalensi tertinggi yaitu 17,6%
untuk jenis kelamin perempuan 16,1% untuk laki-laki.

Referensi

Hastuti, W., Birahy, Y., Semarang, K. H., & Tengah, J. (2019). Kejadian anemia pada ibu hamil
di puskesmas kedungmundu kota semarang. 6(1), 41–46.
https://doi.org/10.34310/jskp.v6i1.218
Mustikaningrum, A. C., Subagio, H. W., & Margawati, A. (2016). Determinan kejadian stunting
pada bayi usia 6 bulan di Kota Semarang. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal
of Nutrition), 4(2), 82–88. https://doi.org/10.14710/jgi.4.2.82-88
Saidah, F., Maryanto, S., & Pontang, G. S. (2017). JGK-vol.9, no.22, Juli 2017. 9(22), 150–157.

Anda mungkin juga menyukai