PE NDAH ULUA N
D alam ilmu ekonomi konsep turunan pertama dari suatu fungsi dapat
digunakan untuk mendapatkan ongkos marjinal, pendapatan marjinal,
elastisitas, hasrat menabung marjinal (marginal propensity to save), hasrat
mengkonsumsi marjinal (marginal propensity to consume) dan lain-lain.
Modul ini menjelaskan penerapan turunan pertama pada konsep marjinal.
Konsep marjinal adalah perubahan sesaat dari suatu variabel yang berubah
besarnya karena ada perubahan kecil pada variabel lain. Selain konsep
marjinal, ilmu ekonomi banyak pula memakai konsep rata-rata. Konsep ini
membicarakan variasi perubahan-perubahan suatu variabel karena ada
perubahan variabel lain yang berubah dalam suatu interval waktu tertentu.
Dengan mempelajari modul ini Anda diharapkan mampu:
a. menunjukkan konsep perilaku konsumen dengan menggunakan konsep
turunan pertama;
b. menunjukkan konsep perilaku produsen dengan menggunakan konsep
turunan pertama;
c. menghitung elastisitas permintaan dengan menggunakan konsep turunan
pertama;
d. menghitung biaya produksi dengan menggunakan konsep turunan
pertama;
e. menghitung penerimaan produsen dengan menggunakan konsep turunan
pertama.
Kegiatan Belajar 1
A. PERILAKU KONSUMEN
dTU
MU =
dQ
P = MU
Contoh 8.1:
Berapakah jumlah barang yang akan diminta oleh konsumen apabila
harga barang per unit Rp20,00 dan kepuasan total konsumen ditunjukkan
oleh fungsi:
TU = 120 Q - 0,25 Q2 – 100
20 = 120 - 0,50 Q
0,50 Q = 100
Q = 200
Contoh 8.2:
Seorang konsumen membeli sejenis barang sebanyak 20 unit dan ia telah
memperoleh kepuasan total yang maksimum. Berapakah harga pembelian
barang tersebut per unitnya jika fungsi kepuasan total konsumen ditunjukkan
oleh fungsi:
TU = 15 Q - 0,25 Q2
Kepuasan marjinal:
dTU
MU =
dQ
MU = 15 - 0,50 Q
P = MU = 15 - 0,50 Q
P = 15 - 0,50 (20)
=5
Contoh 8.3:
Berapakah kepuasan total yang diperoleh konsumen apabila ia membeli
barang tertentu dengan harga Rp4,00 per unit dan fungsi kepuasan total
konsumen adalah:
TU = 10Q – 0,2 Q2
Kepuasan marjinal:
d TU
MU =
dQ
MU = 10 – 0,4 Q
P = 10 – 0,4 Q
4 = 10 – 0,4 Q
0,4Q = 6
Q = 15
TU = 10(15) – 0,2(15)2
= 150 – 45
= 105
Jadi kepuasan total yang diperoleh konsumen diukur dalam uang adalah
Rp105,00.
Jika Anda memperhatikan fungsi kepuasan marjinal dengan cermat,
maka Anda melihat bahwa sebenarnya fungsi kepuasan total tidak lain adalah
fungsi permintaan yang tunduk pada hukum permintaan. Untuk lebih jelasnya
cobalah Anda menggambarkan grafik fungsi kepuasan marjinal dari ketiga
kasus tersebut di atas, jika P = MU, maka bukanlah fungsi kepuasan marjinal
itu adalah juga fungsi permintaan?
B. PERILAKU PRODUSEN
Salah satu keputusan yang harus diambil oleh seorang produsen adalah
menentukan berapa output yang harus diproduksi. Setiap proses produksi,
seorang produsen dianggap mempunyai landasan teknis untuk berproduksi
yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau
persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output yang diha-
silkan dan penggunaan input-input. Tambahan output yang dihasilkan karena
ada penambahan pemakaian satu unit input disebut dengan produksi marjinal
(Marjinal Physical Product) dan diberi simbol MP.
Bila Q menunjukkan tingkat output yang dihasilkan dan x menunjukkan
tingkat penggunaan input, maka produksi marjinal dapat dirumuskan:
dQ
MP =
dx
Selain konsep produksi marjinal, dalam membicarakan perilaku
konsumen ini dipakai pula konsep produksi rata-rata (Average Product) yang
kemudian kita beri simbol AP. Produksi rata-rata adalah output rata-rata per
unit dan dirumuskan:
Q
AP =
x
Harga input (P x )
MP =
Harga output (P q )
Contoh 8.4:
Perusahaan "SOPONGIRO" memproduksi suatu jenis barang dengan
input variabel x. Output yang dihasilkan pada berbagai tingkat penggunaan
1
input ditunjukkan oleh fungsi produksi: Q = 75 + 5x2 - x3. Jika harga input
3
x yang digunakan adalah Rp2100,00 per unit dan harga output per unit
Rp100,00 berapa unit yang harus diproduksi oleh perusahaan agar
keuntungan yang diperoleh maksimum? Berapakah produksi rata-rata?
Jawaban:
Px = 2100; Pq = 100.
1 3
Fungsi produksi: Q = 75 + 5x2 - x maka MP = Q1 = 10 x - x2
3
Syarat keuntungan maksimum:
Harga input (P x )
MP =
Harga output (P q )
2100
1) 10x − x 2 =
100
10 x - x2 = 21 atau
x2 - 10 x + 21 =0
x2 - 7x - 3x + 21 =0
x(x - 7)- 3x - 7) =0
(x - 7)(x - 3) = 0
x1 =7
x2 =3
2) Pada tingkat penggunaan input tersebut produksi marjinalnya menurun.
Ini berarti fungsi produksi marjinal pada tingkat penggunaan input itu
mempunyai curam (curam negatif). Persamaan curam merupakan
turunan pertama dari fungsi
dMP
m= = 10 - 2x
dx
1) Bila kepuasan total dari seseorang dapat dinyatakan dalam rupiah dan
kepuasan yang diperoleh dengan mengkonsumsi sejenis barang
ditunjukkan oleh persamaan TU = 20Q − 0, 2Q 2 . Berapakah jumlah
barang yang akan dibeli pada tingkat harga Rp8,00 per unit? Pada
tingkat pembelian itu, berapakah kepuasan total yang diperoleh
konsumen?
1) TU = 20Q – 0,2Q2
MU = 20 – 0,4Q
20 – 0,4Q = 8
– 0,4Q = -12
Q = 30
1
2) Q = − x 3 + 10x 2 − 35x
3
dQ
MP = = − x 2 + 20x − 35
dx
px
Agar keuntungannya maksimum, maka MP =
pQ
px
Padahal px = pQ atau = 1, Jadi x 2 + 20x − 35 =1
pQ
Atau x 2 − 20x − 36 = 0
x 2 −18x − 2x + 36 = 0
(x −18)(x − 2) = 0
x1 = 18
x2 = 2
Persamaan curam kurva produksi marjinalnya:
dmp
m=
dx
m = − 2x + 20
RA NGK UMA N
dQ
MP =
dx
Q
AP =
x
Harga input (P x )
MP =
Harga output (P q )
TES FORMATIF 1
P1 B
P0 A
D
0 Q1 Q 0 Q
Q1 - Q 0 ∆Q
.100% atau .100%
Q0 Q0
Contoh 8.5:
Bila fungsi permintaan seorang konsumen ditunjukkan oleh persamaan
P = 50 - 2Q, berapakah elastisitas permintaannya pada harga (P) = 20 ?
dQ P
Rumus yang digunakan adalah ε h =
dP Q
dQ
Langkah pertama adalah mencari berapa nilai dan kemudian
dP
menentukan jumlah yang diminta (Q) pada tingkat harga P = 20.
dQ 1
=
dP dP
dQ
dP d(50 - 2Q)
= =-2
dQ dQ
dQ 1
=-
dP 2
20 = 50 - 2Q
-30 = - 2Q atau Q = 15
1 20 2
Jadi ε h = - . = - .
2 15 3
Q = 150 – 3P
Jawaban:
dQ P
Elastisitas permintaan: ε h = ×
dP Q
dQ
=−3
dP
Q = 150 – 3(40) = -4
Q = 50 – 0,5P2
dQ
=−P
dP
dQ P
εh = .
dP Q
− P.P −P 2
= =
Q Q
−(4) 2 16
= = −
42 42
Contoh 8.8:
1
Pada fungsi permintaan P = 100 − Q , hitunglah berapa elastisitas
2
permintaannya pada:
Q=0
Q = 50
Q = 100
Q = 150
Q = 200
dQ P n
εp = εh = . ∑ Xi Yi
dP Q i =1
dQ 1 dP 1
= dP ⇒ = −
dP dQ dQ 2
Jadi,
dQ 1
=− 1 =− 2
dP 2
1
Untuk Q = 0, maka P = 100 - (0) = 100
2
100
ε p = − 2. =∞
0
1
Untuk Q = 50, maka P = 100 - (50) = 75
2
75
ε p = − 2.
50
εp = − 3 =3
1
c) Untuk Q = 100, maka P = 100 - (100) = 50
2
50
ε p = − 2.
100
= − 1 =1
1
d) Untuk Q = 150, maka P = 100 - (150) = 25
2
25
ε p = − 2.
150
1 1
= − =
3 3
1
e) Untuk Q = 200, maka P = 100 - (200) = 0
2
0
ε p = − 2.
200
=0
Grafiknya
100 ε=∞
75 ε=3
50 ε=1
25 ε= 1
3
ε=0
Dari contoh di atas dapat kita pelajari bahwa nilai elastisitas yang
terkecil adalah nol dan yang terbesar adalah ∞. Semakin tinggi harga maka
elastisitasnya semakin besar. Elastisitas = 1 terjadi pada saat P = 50 dan Q =
100 atau terjadi pada pertengahan kurva permintaan.
dQ P
Dari rumus elastisitas permintaan ε h = . dapat dilihat bahwa:
dP Q
dQ 1
= dP
dP dQ
dP dQ
merupakan curam fungsi permintaan, sehingga adalah
dQ dP
kebalikan dari curam fungsi permintaan. Perhatikan gambar berikut ini:
P
PB B
0 D C Q
DC
=
BD
Pada titik B, harga adalah PB = BD dan jumlah yang diminta adalah OD.
Elastisitas harga di titik B adalah:
dQ PB
εh = =
dP Q B
DC BD
εh = .
BD OD
DC
=
OD
DC BC
Karena BD sejajar dengan AO, maka secara ilmu ukur =
OD AB
Jadi,
BC
εh =
AB
Dari sini kemudian dapat dilihat bahwa:
Untuk elastisitas tunggal:
BC
εh = 1 → =1 atau BC = AB
AB
Untuk daerah elastis:
BC
ε h >1 → >1 atau BC > AB
AB
BC
ε h <1 → <1 atau BC < AB
AB
εh = 1
εh < 1
0 Q
L A TIH A N
3) Pada tingkat harga Rp2,00 ada 8 unit barang yang diminta, tetapi bila
harga menjadi Rp4,00, hanya ada 6 unit barang yang diminta. Dengan
menganggap bahwa fungsi permintaannya adalah fungsi linear,
berapakah elastisitas permintaannya pada saat harganya:
a. Rp3,00/unit
b. Rp4,00/unit
dQ P
εp = .
dP Q
dP dQ 1 1
= − 2 , jadi = dP = −
dQ dP dQ
2
1 80 8 8
εp = − . =− =
2 35 7 7
b) Untuk Q = 37,5, maka P = 150 – 2(37,5) = 75
1 75
εp = − . = −1 =1
2 37,5
1 50 1 1
εp = − . =− =
2 50 2 2
1
2) Persamaan permintaan: P = 75 - Q dapat ditulis: Q = 225 – 3P
3
dQ P
εp = .
dP Q
dQ
=−3
dP
5 1 1
ε p = −3.
=− =
210 14 14
b) Untuk P = 45, maka Q = 225 – 3(45) = 90
45 3 3
ε p = −3. =− =
90 2 2
3) P1 = 2 Q1 = 8
P2 = 4 Q2 = 6
Persamaan permintaannya:
Q − Q1 P − P1
=
Q 2 − Q1 P2 − P1
atau
Q −8 P − 2
=
6 −8 4 − 2
−2
Q − 8 = (P − 2)
2
Q −8= − P + 2
Q =10 − P
dQ P
εp = .
dP Q
dQ
= −1
dP
a) Untuk P = 3, maka Q = 7
3 3 3
ε p = − 1. = − =
7 7 7
b) Untuk P = 4, maka Q = 6
4 2 2
ε p = − 1. = − =
6 3 3
dQ P
εp = .
dP Q
dQ
= − 4P
dP
dQ
Untuk P = 2, maka = − 4(2) = − 8 dan Q = 20 – 2(2)2 = 12
dP
2 4 4
ε p = − 8. = − =
12 3 3
a
5) Fungsi permintaan: Q = atau Q = a . P-m
Pm
dQ
= a(−m).P m −1
dP
dQ P
εp = .
dP Q
ε p = − a .m.P − m −1
Padahal Q = a . P-m
Jadi,
a .m.P − m −1 .P
εp =
a .P − m
ε p = −m = m
RA NGK UMA N
dQ
merupakan kebalikan dari curam fungsi permintaan.
dP
A. BIAYA PRODUKSI
a. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) disingkat TFC atau FC yaitu
jumlah biaya-biaya yang besarnya tetap, berapapun tingkat output yang
dihasilkan. Biaya yang termasuk biaya tetap ini misalnya: Penyusutan,
sewa gudang, asuransi dan sebagainya. Karena jumlah TFC tetap untuk
setiap tingkat output, maka kurvanya merupakan garis lurus yang sejajar
sumbu horisontal.
Rp
TFC
0 Q
Rp TVC
0 Q
c. Biaya Total (Total Cost) disingkat TC adalah jumlah dari biaya tetap dan
biaya variabel, atau
TC = FC + VC
Rp
TC
TVC
TFC
0 Q
Di samping konsep biaya total tersebut di atas, dipakai juga beberapa
konsep biaya persatuan, yaitu:
a. Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost) disingkat AFC adalah
ongkos tetap yang dibebankan pada setiap unit output,
TFC
atau AFC = , di mana Q adalah tingkat output yang dihasilkan.
Q
Untuk nilai Q yang semakin besar akan menyebabkan AFC-nya semakin
kecil, sehingga kurva AFC mempunyai bentuk turun dari kiri atas ke
kanan bawah dan semakin dekat dengan sumbu jumlah (Q) akan tetapi
tidak pernah berpotongan.
Rp
0 Q
0 B Q
Kita lihat sebuah titik A yang terletak di kurva TVC. Pada titik tersebut
jumlah barang yang diproduksi ditunjukkan oleh panjang OB dan biaya
variabel total ditunjukkan oleh panjang AB. Menurut definisi, AVC =
TVC/Q atau
AB
AVC =
OB
AB
Perhatikan bahwa tidak lain merupakan curam garis OA.
OB
Jadi AVC di setiap titik yang terletak di kurva TVC adalah sama dengan
curam garis yang menghubungkan titik tersebut dengan titik asal. Kalau lebih
jauh diperhatikan, dengan mengambil titik-titik yang bergerak dimulai dari
titik asal, mula-mula AVC atau curam garis yang menghubungkan titik
tersebut dengan titik asal nilainya besar, kemudian mengecil sampai suatu
titik tertentu dan lewat titik tersebut AVC memperbesar kembali. Jadi kalau
grafik AVC digambar akan nampak seperti berikut ini:
Rp
AVC
0 Q
c. Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost) disingkat ATC atau sering
pula disebut biaya rata-rata dan hanya disingkat AC (Average Cost)
adalah biaya total yang dibebankan pada setiap unit output yang
diproduksi atau
TC
AC =
Q
Kurvanya merupakan hasil penjumlahan AFC dan AVC dan dapat
digambarkan sebagai berikut:
Rp
AC
0 Q
Rp
MC
0 Q
Contoh 8.9:
Bila fungsi biaya rata-rata ditunjukkan oleh persamaan AC = 25 - 8Q + Q2
tentukan biaya marjinalnya (MC)!
Contoh 8.10:
Bila diketahui fungsi biaya total: TC = aQ2 + bQ + c, dengan a > 0, b ≥ 0
dan c ≥ 0, maka
TC c
Biaya rata-rata: AC = = aQ + b +
Q Q
dTC
Biaya marjinal: MC = = 2aQ + b
dQ
Contoh 8.11:
Bila fungsi biaya total ditunjukkan oleh persamaan:
TC = 10 – 4Q3 + 3Q4
TFC = 10
dTC
MC =
dQ
d(10 − 4Q3 + 3Q 4 )
=
dQ
= -12Q2 + 12Q3
Untuk Q = 2, maka
MC = -12(2) 2 + 12(2)3
= -48 + 96
= 48
AC
MC = AC
O Q
Contoh 8.12:
Bila kurva biaya rata-rata ditunjukkan oleh persamaan:
AC = 25 – 8Q + Q2.
dAC d 2 AC
= 0 dan >0
dQ dQ 2
dAC
= 0 = -8 + 2Q
dQ
2Q = 8
Q=4
2
d AC
= 2Q
dQ 2
d 2 AC
Untuk Q = 4, >0
dQ 2
Contoh 8.14:
36
Dari fungsi AC = 6Q + 7 + , berapakah biaya rata-rata minimumnya dan
Q
tunjukkan pada tingkat biaya tersebut berlaku MC = AC.
dAC d 2 AC
AC minimum bila = 0 dan >0
dQ dQ 2
dAC 36
=0=6− 2 atau
dQ Q
36
6=
Q2
Q =6
2
Q1 = − 6 (tidak dipakai)
Q2 = 6
d 2 AC 72
=
dQ 2 Q3
d 2 AC
Untuk Q = 6 , maka >0
dQ 2
AC minimum pada Q = Q = 6
36
AC = 6Q + 7 +
Q
36
= 6 6 +7+
6
= 6 6 +7+6 6
= 12 6 + 7
TC = AC . Q
36
= Q(6Q + 7 + )
Q
= 6Q2 + 7Q + 36
MC = 12Q + 7
Pada Q = 6 , maka
MC = 12 6 + 7
Jadi Q = 6 , maka MC = AC
B. PENERIMAAN
Contoh 8.15:
Bila harga suatu barang Rp 10,00 per unit dan jumlah yang dijual 50
unit, maka penerimaan:
TR = 10.50
= Rp500,00
TR Q.PQ
AR = = =P.
Q Q
Contoh 8.16:
Dari contoh 1 di atas, TR = Rp500,00 dan Q = 50, maka:
TR 500
AR = = =10 (harga barang/unit)
Q 50
Contoh 8.17:
Bila TR ditunjukkan oleh persamaan: TR = PQQ, maka
dTR
MR =
dQ
d(PQ .Q)
=
dQ
= PQ
Contoh 8.18:
Dalam pasar persaingan sempurna fungsi permintaan ditunjukkan oleh
persamaan P =10 . Penerimaan totalnya TR = P.Q = 10Q
TR P.Q
Penerimaan rata-rata AR = = = P = 10
Q Q
dTR
Penerimaan Marjinal MR = = 10
dQ
Rp
TR
D = AR = MR
0 Q
2. Pasar Monopoli
Berbeda dengan pasar persaingan sempurna yang di dalamnya terdapat
banyak penjual dan pembeli, maka dalam pasar monopoli hanya ada satu
penjual sehingga tidak ada orang lain yang menyaingi. Pasar dengan hanya
ada satu penjual ini disebut juga pasar monopoli murni. Karena seorang
produsen monopoli adalah satu-satunya produsen di dalam suatu pasar, maka
kurva permintaan yang dihadapi adalah kurva permintaan pasar, yaitu kurva
permintaan yang bentuknya menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Dalam
pasar monopoli ini produsen dapat mempengaruhi harga di pasar dengan
cara menjual barangnya lebih banyak atau sedikit dari yang diproduksi.
Dengan perkataan lain, dalam pasar monopoli produsen dapat menetapkan
harga.
Contoh 8.19:
Fungsi permintaan yang dihadapi seorang monopoli ditunjukkan oleh
persamaan:
P = 10 - 0,5Q
Penerimaan total (TR):
TR = P.Q
= (10 - 0,5Q).Q
= 10Q - 0,5Q2
TR P.Q
AR = = =P
Q Q
10Q - 0,5Q 2
=
Q
= 10 - 0,5Q
Rp
(10, 50)
TR
A
10 ε >1
B
P = AR
ε=1 ε<1
C
0 10 20 Q
AR
MR
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa bila MR positif, maka tambahan
penjualan sebanyak 1 unit akan menambah TR (TR menaik). Akan tetapi
sebaliknya bila MR negatif, maka tambahan penjualan dengan satu unit
output akan mengakibatkan TR berkurang (TR menurun).
Konsep penerimaan seringkali dihubungkan dengan elastisitas. Anda
tentunya masih ingat bahwa pada kurva permintaan, AB merupakan daerah
yang elastis (ε h >1) , BC merupakan daerah inelastis (ε h <1) dan di titik B
elastisitasnya sama dengan satu (ε h =1) . Sifat hubungan antara konsep
penerimaan dengan elastisitas adalah sebagai berikut:
Contoh 8.20:
Dalam pasar persaingan sempurna, harga suatu jenis barang adalah Rp25,00.
Berapakah AR, MR, dan TR pada saat output yang dijual sebanyak 40 unit?
Persamaan permintaan: P = 25.
Dalam pasar persaingan sempurna AR = MR = P
Jadi AR = MR = 25
TR = P.Q
= 25Q
TR = 25.40
= Rp1.000,00
Contoh 8.21:
Fungsi permintaan yang dihadapi oleh pasar monopoli ditunjukkan oleh
persamaan 2Q + 4P = 12 . Tentukan persamaan AR, MR, dan TR serta
gambarkan grafik masing-masing fungsi!
Fungsi permintaan:
2Q + 4P = 12
atau
1
P=3- Q
2
TR = P. Q
1
= (3 - Q ).Q
2
1
= 3Q - Q 2
2
Penerimaan rata-rata (AR):
TR
AR =
Q
1
3Q − Q 2
= 2
Q
1
= 3− Q
2
Penerimaan marjinal (MR):
dTR
MR =
dQ
1
d(3Q − Q 2 )
= 2
dQ
=3–Q
Rp (3, 4 12 )
3
TR = 3Q - 1 Q2
2
P = AR = 3 - 1Q
2
0 3 6 Q
MR = 3 – Q
Contoh 8.23:
Pada fungsi permintaan 2P + 3Q = 120, berapakah tambahan/penurunan
penerimaan total bila harga berubah dari Rp42,00 menjadi Rp45,00 per unit.
Berapa elastisitas permintaannya pada tingkat harga Rp42,00/unit.
Pada tingkat harga Rp42,00/unit, jumlah barang yang diminta adalah
2(42) + 3Q = 120
3Q = 36
36
Q= = 12
3
TR1 = P.Q
= 42.12
= 504
2(45) + 3Q = 120
3Q = 30
Q = 10
TR2 = P.Q
= 45.10
= 450
dQ P
Elastisitas permintaan = .
dP Q
P = 42, Q = 12
2
Persamaan 2P + 3Q = 120 dapat ditulis Q = 40 - P.
3
dQ 2
=−
dP 3
2 42
εh = − .
3 12
1
=2
3
Dari contoh ini Anda dapat melihat bahwa bila ε h > 1 , maka kenaikan
pada harga justru akan menurunkan pendapatan total.
Contoh 8.24:
Untuk fungsi permintaan P = a – bQ di mana a > 0 dan b > 0 berlaku:
1
MR = P(1 − )
εh
Fungsi permintaan: P = a – bQ
TR = P.Q
= (a – bQ).Q
= aQ – bQ2
MR = a – 2bQ
MR = a – bQ – bQ
Padahal a – bQ = P
Jadi MR = P – bQ
dP
= b , maka
dQ
dP
MR = P - .Q
dQ
dP P
Bila .Q dikalikan = 1 , maka:
dQ P
dP P dP Q
MR = P - .Q. atau MR = P – P. .
dQ P dQ P
dP Q 1 1
. = =
dQ P dQ P
.
dP Q
εh
Sehingga:
1
MR = P – P.
εh
Atau
1
MR = P(1 - ) (Terbukti)
εh
Dari sini Anda dapat melihat bahwa bila MR = 0, maka:
1
(1 − )=0
εh
1
=1 atau ε h =1
εh
Jadi, di sini kita buktikan bahwa ε h =1 terjadi pada saat MR = 0. Hal ini
sesuai dengan gambar yang terdapat pada contoh 17 dan contoh 19.
Contoh 2.25:
Fungsi permintaan P = a – bQ (dengan a dan b positif) memotong sumbu Q
di titik D. Benarkah bahwa kurva MR memotong sumbu Q tepat di tengah-
tengah OD? Gambarkan grafiknya.
Fungsi permintaan: P = a – bQ
0 = a – bQ
atau
bQ = a
a
Q= ,
b
a
Jadi ordinat titik D: ( , 0)
b
dTR
Penerimaan marjinal: MR =
dQ
d(aQ − bQ 2 )
=
dQ
= a – 2bQ
atau
2bQ = a
a 1 a
Q= atau Q= .
2b 2 b
1 a
Ordinat titik potong MR dengan sumbu Q: , 0
2b
Jadi dari hasil tersebut MR memotong sumbu Q tepat di tengah-tengah
penggal garis OD.
AR = P = a - bQ
MR = a – 2bQ
1 a a
0 Q
2 b b
L A TIH A N
1) TC = 3Q2 – 5Q + 6
dTC
MC =
dQ
= 6Q – 5
TC
AC =
Q
3Q 2 − 5Q + 6
=
Q
6
= 3Q – 5 +
Q
Jadi untuk Q < 20, MC menurun dan untuk Q > 20, MC menaik dan
MC minimum terjadi pada Q = 20.
3) TC = 4Q – Q2 + 2Q3
MC = 4 – 2Q + 6Q2
Agar MC minimum, maka:
dMC
= 0 = -2 + 12Q
dQ
1
Q=
6
d 2 MC
=12
dQ 2
1 d 2 MC
Untuk Q = , maka >0
6 dQ 2
1
Jadi minimum pada Q = .
6
TR = P.Q
= aQ – bQ2
TR
AR = = a − bQ
Q
Fungsi permintaan P + Q = 10 dapat juga ditulis: P = 10 – Q
TR = P.Q
= (10 – Q).Q
= 10Q – Q2
dTR
MR =
dQ
= 10 – 2Q
a a
Q = = C dan titik potong ( , 0) atau (C, 0)
b b
dTR d(aQ − bQ 2 )
MR = =
dQ dQ
MR = a – 2bQ
Kurva MR memotong sumbu Q bila MR = 0.
0 = a – 2bQ
a 1 a
Q= =
2b 2 b
a 1 a 1 1 a
Karena = C , maka = C , dan titik potong ( , 0) atau
b 2 b 2 2 b
1
( C , 0)
2
Jadi, bila fungsi permintaan memotong sumbu Q di titik (C, 0), maka
1
fungsi MR memotong sumbu Q di titik ( C, 0) .
2
RA NGK UMA N
C. AC = 3aQ2 + 2bQ + C
1
MC = aQ + bQ + C + d
Q
D. AC = 3aQ + Q + C
MC = 2aQ2 + 2bQ + C