Anda di halaman 1dari 4

VIRUSNYA SUDAH HILANG

Malam itu kami menjalankan aktifitas malam seperti biasa. Aku sedang bersiap untuk
merapikan buku-buku yang aku pakai untuk belajar malam karena jam sudah menunjukan
waktunya tidur . Baru saja aku selesai memakai skin care malam layaknya ritual malam
gadis milenial yang berencana langsung tidur setelah itu , namun aku mendengar suara
teriakan di luar asrama yah….. karena kamarku adalah kamar yang terdekat dari pintu depan
asrama jadi harus salah satu dari kami yang mengecek keluar . Dan akhirnya aku memakai
hijabku dan mengecek terikan itu berasal dari siapa . Ketika aku keluar ternyata itu adalah
salah satu ibu guru yang juga tinggal di lingkungan sekolah ia adalah guru matematika
namanya ibu Erna “tapi buat apa guru matematika malam-malam ke asrama ya kali.. masa
ngasih tugas ??” gumamku dalam hati karena memang saat itu kita tidak sedang belajar
normal ,katanya sih karena ada wabah virus yang pada saat itu belum jelas informasinya jadi
kita belajar dari asrama dengan waktu yang tidak menentu . Aku bertanya Kepada buk Erna
“Assalamualaikum buk ada yang bisa saya bantu ?” dengan terburu buru dan gaya bicaranya
yang cerewet ditambah raut muka yang kiler buk Erna menjawab sambil menunjuk ke arahku
“ Itu.. siapa kamu tolong panggilkan ustadzah Aniroh suruh bagi HP besok kalian pulang”
karena aku kaget sekaligus bingung jadi aku bertanya lagi “bagaimana Buk?” yah.. karena
terburu-buru mungkin buk Erna hanya menyuruhku memanggil ustadzah Aniroh dan buk
Erna sendiri yang akan berbicara dengan ustadzah Aniroh yang merupakan pembina Asrama
putri. Akupun langsung bergegas memanggil ustadzah Aniroh di rumah nya yang berada
tepat di bagian paling belakang asrama karena terburu-buru dengan suara buk Erna yang
tidak sabar dan terus menerus berteriak jadi tanpa berpikir aku mempercepat langkahku
sedikit berlari dengan lantai asrama yang masih licin karena hujan tadi sore selang beberapa
kamar dari kamarku …….GEDEBUGG!!!!!.......... aku terpeleset karena tak melihat ada
genangan air di depan syukurnya aku tidak nyemplung ke dalam kolam ikan di tengan asrama
dan syukurnya lagi ga ada orang yang lihat walaupun bunyinya lumayan besar sakitnya sih
tidak seberapa malunya itu loh makanya aku langsung bergegas berdiri dan berjalan ke rumah
ustadzah dengan sedikit kesakitan setelah menyampaikan maksudku aku langsung kembali ke
depan dan menyampaikan kepada bu Erna untuk sabar karena ustadzah Aniroh masih
bersiap-aiap .Aku kembali ke kamarku dengan bagian belakang dasterku yang basah karena
kepeleset tadi beruntung tidak ada yang memar walaupun sakit juga jadi aku hanya mengoles
minyak tawon andalanku saja karena itu teman kamarku jadi menertawakanku karena
malam-malem main air ,padahalkan aku tidak ada niat.

Di tengan tengan tertawa mereka karena dasterku yang basah bak buang air kecil di
celana aku teringat perkataan yang tadi ibu Erna katakana “ hei kalian.. coba diam dulu .. tadi
aku dengar dari buk Erna kita akan dibagikan hp te….” Belum sempat ku menyelesaikan
pembicaraan ku mereka sudah berteriak kegirangan karena akan dibagikan hp, “ ehhhhhhh..
tapi sabar dulu katanya kita juga bakal di pulangkan ke rumah masing-masing besok, tapi
belum tau kejelasannya sih jadi jangan sebarin dulu ya tunggu pemberitahuan” lanjutku ,”
tapi kan rumahku jauh harus naik pesawat.. kamu juga kan kintan” sahut Salah Satu temanku
“makanya kita tunggu berita selanjutnya , pasti setelah ini ada pengumuman” jawabku.
Tak lama setelah kita berbincang bunyi bel di depan kamarku berbunyi membuat kamar
yang tadinya rusuh karena perbincangan kita menjadi hening seketika , kemudian terdengan
suara mic yang sedang di nyalakan “Assalamualaikum anak-anak semua malam ini ada
pemberitahuan mendadak dimana mala mini kalian di perbolehkan menganbil hp dengan
maksud mengabari orang tua kalian karena besok semua siswa akan di pulangkan” setelah
selesai pembicaraan ustadzah serentak asrama ribut dengan teriakan senang karena akan
kembali ke rumah masing masing, setelah mengambil hp aku bergegas mengabari ibu di
rumah “buk, ini besok gimana memangnya ada kapal untuk balik?” dengan suara yang begitu
tenang ibu menjawab dan menyuruhku agar tidak panik dan mencari rombongan yang satu
daerah agar bisa lebih mudah.

Akupun bergegas pergi ke kamar sebelah karena ada temanku yang sedaerah denganku
diapun masih bingung soal itu dan aku memutuskan untuk pergi ke lantai atas dan bertanya
kepada kakak kelas yang kebetulan juga sedaerah denganku ,aku Kembali ke kamar dan
meminta sahabat ku untuk mengantar ke atas karena dia juga ada keperluan di atas .
sesampainya di atas kita melihat suasana sudah haru dengan tangisan awalnya kita berdua
bingung “oalah kamu ga ingat Rey mereka kan sudah lulus” sahut sahabatku dengan rawut
wajah sok tau nya “kita tanya kak Rasya aja sana tuhh” balasku, “kak pada kenapa sih
nangis?” tanya nindy dengan tiba-tiba,kemudian kak Rasya menjawab dengan air mata yang
baru di hapusnya”ini kali terakhir angkatanku di sini setelah ini tidak ada acara perpisahan
padahal kita sudah siap dengan baju wisuda kita ,setelah ini kita sudah tidak kembali sebagai
pelajar di sekolah ini lagi karena itu semuanya kecewa “ lalu melanjutkan tangisnya dengan
disambut pelukan aku dan nindy yang juga ikut terharu karena kak Rasya juga sudah sangat
dekat dengan kami. Stelah dapat kabar bahwa besok aku akan pulang bersama rombongan
menggunakan kapal aku bersama nindhy turun dan menyiapkan barang kita untuk Kembali
ke rumah besok. Pagi itu kami masih menjalankan kegiatan asrama setelah dzikir pagi selesai
nindy berbisik kepada ustadzah untuk tunggu sebentar dan memimpin doa untuk kepulangan
kita mengingat kepulangan ini bukan lantaran waktunya libur tapi karena penyebaran virus
yang sudah menjadi pandemi yang entah kapan akan berakhir. Setelah berdoa dan mendapat
arahan dari ustadzah kita bersalam-salaman satu sama lain dan saling memeluk untuk
mendoakan kebaikan.

Selama daring di rumah hari pertama kedua aku masih senang karena tidak perlu bangun jam
4 hanya untuk mandi lantaran takut terlambat karena air bersih yang sering susah di pagi hari
apalagi antrean kamar mandi yang begitu panjang , selang sebulan aku merasa pelajaran yang
biasanya aku tak perlu begitu keras untuk memahaminya sekarang harus ku pahami sendiri
dengan tuntutan sejuta target materi per semesternya . belum lagi semua terasa sepi yang
tadinya 24/7 selelu di temani teman-teman terkhusus Nindy sahabatku eh sekarang malah
hening karena aku selalu sendiri di rumah, ibuk dan bapak jarang ada di rumah lantaran
mengejar ekonomi yang makin susah di masa pandemic covid ini , adekku juga masih sibuk
dengan tugas sekolahnya. Nindy rutin menelepon video lewat Telegram membicarakan
tentang masker yang baru di belinya , tentang salah satu guru yang membuat soal 5 namum
beranak bahkan sekedar bertanya kabar ,sebelum pandemic dia adalah teman pertamaku di
bangku SMA kita selalu berbagi cerita kemana sama-sama bahkan saling bertukar makanan
dan bagian paling favorit ku adalah somai dengan telur puyu dan extra saos kacang yang
hampir setiap sore di bayarin oleh Nindy hanya buat membujukku ikut makan sore di kantin.
setiap telepon video dari Nindy dia selalu bercerita tentang angka meninggal dunia yang
sudah melunjak di kotanya dia juga selalu bertanya kapan aku Kembali ke sana agar dapat
menghaboiskan minggu-minggunya bersamaku namun lagi-lagi aku menjawab tak bisa
sekarang karena kondisi yang semakin tidak memungkinkan karena aku juga harus
membantu ibuk membereskan rumah setiap hari juga masak karena ibu harus bekerja di luar
membantu ayah. Bahkan mau keluar rumah saja susah karena pandemi.

Waktu berjalan begitu membosankan tapi aku Nindy dan teman-teman bahkan mungkin
banyak sekali remaja di luar sana yang memanfaatkan aplikasi tiktok yang sedang trend
untuk sekedar melepas penat bahkan tak jarang mendapat ilmu dari sana, hampis setiap hari
Nindy menelfon ku hanya untuk duet di aplikasi itu .sampai pada satu minggu ia tak
menelfonku sama sekali.

2 bulan kemudian…
Ia sangat susah di hubungi bahkan sampai wali kelas pun menghubunginya tapi tetap taka da
jawaban , keluarganya juga tak biasanya tertutup seperti ini.
“Assalamualaikum Nin gimana keadaanmu rindu sekali rasanya , belum ada pemberitahuan
lagi dari sekolah untuk balik asrama “ pesanku pada Nindy di telegram [ 27 juni 2020 ] .
“Nin kamu ada masalah apa ? kok jarang ngerjain tugas? Kan aku bisa bantu kalau kamu
kesulitan?” pesanku pada Nindy di telegram [ 1 juli 2020 ]
“ya sudah kalau memang kamu mau nenangin diri, nungkin kamu capek?” pesanku pada
Nindy di telegram [ 3 juli 2020 ]
“Kamu nenangin dirinya kelamaan Nin ini sudah hampir dua bulan ? ☹” pesanku pada Nindy
di telegram [19 Agustus 2020 ]
Setelah sekian banyak pesan yang aku kirim buat tau keadaan Nindy tiba-tiba tepat 5 menit
setelah aku leave dari meet pembelajaran Fisika semenit setelah aku buka buka lagi video
tiktok ku bersama Nindy notifikasi dari Nindy masuk namun hanya sekilas lalu denagn
gembira aku buka pesan itu
“Waalaikumsalam Rey ini bukde ,Nindynya sudah baikan kok dia sudah tenang , maaf bukde
baru berani buka hp nya Nindy , sehari setelah kepergian Nindy dengan cara yang tak dapat
diterima oleh pakde dan bukde lantaran tak dapat melihat Nindy untuk terakhirkalinya sebab
dia di makamkan dengan prosedur pemakaman jenazah pasien covid, kami sangat tertekan
dan menutup diri dari masyarakat, bukde kira kamu tau kalau Nindy terkena covid , tapi
Insya Allah bukde dan Pakde sudah bisa ikhlas Rey kamu kabari teman-teman minta doa ya
buat Nindy bukde mau kabari pihak sekolah” pesan masuk dari akun telegram Nindy [ 22
Agustus 2020 ]
Aku membaca pesan itu dengan syok dan air mata yang tak henti-hentinya keluar, kemudian
aku menelfon bukde yang merupakan ibunya nindy untuk memastikan pesan itu ternyata
betul dan aku masih tidak percaya dengan hal itu jdi aku tak langsung memberitahunya
kepada teman-teman lain hingga malam tiba dan Wali kelasku yang akhirnya mengumumkan
di grub sekolah di telegram tentang berita itu kemudian aku mencoba tenang dan ikhlas atas
kepergian Nindy ,

6 bulan berlalu ….
[ 20 Februari 2021 ] Saat itu keadaan dunia sudah mulai pulih dari dari pandemi dan aku
memutuskan berkunjung ke makam Nindy sebelum Kembali ke asrama.
“Nin… Katanya mau berjuang PTN tahun Ini sama-sama kita bakalan masuk UMM kan
sama-sama, katanya kita mau eksplor Jogja, akhir tahun kemaren aku ke labuan Bajo Sendiri
sedih kamu ga bisa temani aku tapi sepertinya tuhan lebih sayang sama kamu ,oh iya tenang
Nin sekarang sudah ga ada virus lagi .. aku bakalan Perjuangin PTN UMM buat kita doain
yah.. Al-Fatihah……”

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai