PANKREATITIS AKUT
DEFINISI
Pankreatitis akut adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim
pankreas diaktivasi secara prematur dan mengakibatkan autodigestif pankreas. Pankreatitis
mungkin bersifat akut atau kronis, dengan gejala ringan sampai berat. Pankreatitis merupakan
penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan
yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yangberjalan dengan cepat dan fatal yang
tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan.Secara klinis pankreatitis akut ditandai oleh nyeri
perut yangakut disertai dengan kenaikan enzim dalam darah dan urin. Berdasarkan definisi, pada
pankreatitis akut bersifat reversibel jika stimulus pemicunya dihilangkan; pankreatitis kronik
diartikan sebagai desktruksi parenkim eksokrin pankreas yang bersifat ireversibel.
EPIDEMIOLOGI
Di seluruh dunia, kejadian pankreatitis akut berkisar antara 5 sampai 80 per 100.000
penduduk, dengan insiden tertinggi tercatat di AmerikaSerikat dan Finlandia. Di Eropa dan
negara-negara maju lainnya, seperti Hong Kong, lebih banyak pasien cenderung memiliki
pankreatitis batuempedu, sedangkan di Amerika Serikat, pankreatitis yang berkaitandengan
alkoholisme adalah yang paling umum.
Usia rata-rata saat onset tergantung pada etiologi. Berikut ini adalah usia rata-rata onset untuk
berbagai etiologi :
ETIOLOGI
Patogenesis pankreatitis tidak seluruhnya dimengerti, namun hal yang mungkin penting
adalah terhalangnya aliran getah pankreas dan/atau refluks cairan empedu ke dalam duktus
pankreatikus. Beratnya kerusakan pada pankreas bervariasi mulai dari peradangan ringan dengan
edemahingga nekrosis. Pada pankreatitis kronik, peradangan yang terusberlangsung
menyebabkan fibrosis yang mula-mula terjadi di sekitarduktus asinus namun kemudian di dalam
sel-sel asinar.
KLASIFIKASI
Secara makroskopik, pankreas membengkak secara difus dan tampak pucat. Tidak
didapatkan nekrosis atau perdarahan, atau bila ada, minimalsekali. Secara mikroskopik, daerah
intersitial melebar karena adanyaedema ekstraselular, disertai sebaran sel-sel leukosit
polimorfonuklear(PMN). Saluran pankreas dapat terisi dengan bahan-bahan purulen. Tidak
didapatkan destruksi asinar.
Secara makroskopik tampak nekrosis jaringan pankreas disertai dengan perdarahan dan
inflamasi. Tanda utama adalah adanya nekrosis lemak pada jaringan-jaringan di tepi pankreas,
nekrosis parenkim dan pembuluhpembuluh darah sehingga mengakibatkan perdarahan dan dapat
mengisi ruangan retroperitoneal. Bila penyakit berlanjut, dapat timbul abses ataudaerah-daerah
nekrosis yang berdinding, yang subur untuk timbulnya bakteri sehingga dapat menimbulkan
abses yang purulen. Gambaran mikroskopis adalah adanya nekrosis lemak dan jaringan
pankreas, kantong-kantong infiltrat yang meradang dan berdarah ditemukan tersebar pada
jaringan yang rusak dan mati.
PATOGENESIS
Pankreatitis akut dimulai sebagai suatu proses autodigesti di dalam kelenjar akibat
aktivasi prematur zimogen (prekursor dari enzim digestif) dalam sel-sel asinar pankreasEnzim
ini dikeluarkan melalui duktus pankreas. Gangguan sel asinar pankreas dapat terjadi karena
beberapa sebab :
1. Obstruksi duktus pankreatikus. Penyebab tersering obstruksi adalah batu empedu kecil
(microlithiasis) yang terjebak dalam duktus. Sebab lain adalah karena plug protein (stone
protein) dan spasme sfingter Oddi pada kasus pankreatitis akibat konsumsi alkohol.
3. Iskemia sesaat dapat meningkatkan degradasi enzim pankreas.Keadaan ini dapat terjadi pada
prosedur operatif atau karenaaterosklerosis pada arteri di pankreas.Gangguan di sel asinar
pankreas akan diikuti dengan pelepasan enzim pankreas, yang selanjutnya akan merangsang sel-
sel peradangan (makrofag, neutrofil, sel-sel endotel) untuk mengeluarkan mediator inflamasi
(bradikinin, platelet activating factor (PAF) dan sitokin proinflamasi (TNF- , IL-1 beta, IL-6, IL-
8 dan intercellular adhesive molecules (ICAM 1) serta vascular adhesive molecules (VCAM)
sehingga menyebabkan permeabilitas vaskular meningkat, teraktivasinya sistem komplemen, dan
ketidakseimbangan sistem trombofibrinolitik (perdarahan). Neutrofil mempermudah pelepasan
superoksida dan enzim proteolitik (Cathepsins B, D, dan G; kolagenase; serta elastase). Kondisi
tersebut akhirnya memicu terjadinya gangguan mikrosirkulasi, stasis mikrosirkulasi, iskemia dan
nekrosis sel-sel pankreas. Kejadian di atas tidak sajaterjadi lokal di pankreas tetapi dapat pula
terjadi di jaringan/organ vital lainnya sehingga dapat menyebabkan komplikasi lokal maupun
sistemik.Secara ringkas progresi pankreatitis akut dapat dibagi menjadi 3 fase berurutan, yaitu: 1.
inflamasi lokal pankreas, 2. peradangan sistemik atausystemic inflammatory response syndrome
(SIRS), 3. disfungsi multi organ atau multiorgan dysfunctions (MODS).
MANIFESTASI KLINIS
Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang fatal. Namun
demikian abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi peritonitis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar serum CRP lebih dari 150 mg/dL atau 14.286 nmol/L dalam 48 jam masuk rumah sakit
menunjukkan bentuk pankreatitis akut berat dari pankreatitis akut ringan. Jika tingkat serum
CRP lebih dari 180 mg/dL dalam 72 jam berhubungan dengan adanya nekrosis pankreas. Serum
CRP mencapai puncaknya pada 36-72 jam setelah gejala muncul sehingga tidak membantu jika
dilakukan pada awal masuk rumah sakit.
b. Pemeriksaan Radiologi
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien pankreatitis akut meliputi non-operasi dan operasi. Pada tiga hari
pertama penting untuk menentukan tingkat keparahan pankreatitis, memberikan terapi suportif
dan evaluasi respons terapi. Pasien dengan skor APACHE > 8, komorbid berat dan gagal organ
perlu dirawat di ruang perawatan intensif.1,7 Hidrasi intravena agresif sedini mungkin, kontrol
nyeri, dan bowel rest merupakan salah satu penatalaksanaan non-operasi.6,7 Pankreatitis akut
ringan dapat dirawat di rumah tapi kebanyakan memerlukan perawatan di rumah sakit. Nutrisi
dan hidrasi dapat diberikan melalui cairan yang jernih dan kontrol nyerinya dengan narkotik
oral.10 Hal ini perlu dilakukan karena kehilangan cairan sering akibat muntah, penurunan intake
oral, cairan pada ruang ketiga, peningkatan kehilangan cairan melalui respirasi, dan
diaphoresis.Hidrasi akan mencegah komplikasi serius dari nekrosis pankreatik. Hidrasi yang
agresif dilakukan dalam 12-24 jam perawatan dengan monitoring hematokrit, BUN, dan
kreatinin. Pemberian cairan dengan cairan Ringer Laktat lebih baik dibandingkan dengan Normal
salin 0,9% oleh karena dapat lebih merusak sel asinar pankreas dan menimbulkan gap non-anion,
serta hiperkloremia asidosis metabolik.6 Awalnya diberikan 20 ml per kg dalam waktu 60
sampai 90 menit.
ERCP dengan sphincterotomy dapat menurunkan mortalitas hingga 4%. Pada pankreatitis akut
berat atau nekrosis infeksi atau koleksi cairan persisten diperlukan aspirasi perkutan dengan
bantuan CT atau operasi debridement.
Pada saat ini terapi pankreatitis akut berat telah bergeser dari tindakan pembedahan awal ke
perawatan intensif agresif. Seiring dengan berkembangnya radiologi dan endoskopi intervensi,
tindakan bedah dapat diminimalisasi. Intervensi untuk mengatasi komplikasi lokal pankreatitis
akut berat adalah:
(1) ERCP dan sfingterotomi untuk menghilangkan sumbatan dan evakuasi batu di duktus
koledokus,
(3) drainase cairan menggunakan kateter perkutan baik dengan panduan USG maupun CT scan
atau transluminal endoskopik,
(4) laparotomi terbuka direkomendasikan untuk mengevakuasi timbunan cairan yang sudah
dibungkus dengan kapsul yang tebal (walled–off).Tindakan bedah terbuka menjadi pilihan utama
apabila rumah sakit tidak mempunyai fasilitas, peralatan dan keterbatasan sumber daya manusia
yang memiliki kompetensi metode invasif minimal. Indikasi intervensi pankreatitis akut adalah
(3) gagal organ multipel yang tidak membaik dengan terapi yang diberikan selama di ICCU,
KOMPLIKASI
Berdasarkan klasifikasi Atlanta 2012, komplikasi pankreatitis akut dibagi menjadi komplikasi
gagal organ dan sistemik serta komplikasi lokal. Sistem organ yang dinilai sehubungan dengan
gagal organ adalah respirasi, jantung dan ginjal. Frekuensi terjadinya gagal organ pada pasien
dengan pankreatitis akut berat yaitu gagal organ multipel (27%), gagal respirasi (46%), gagal
ginjal (16,2%), gagal jantung (17,6%), gagal hati (18,9%), dan perdarahan saluran cerna
(10,8%). Angka mortalitas akibat gagal organ multipel sebesar 45%. Gagal organ diartikan
sebagai nilai skor ≥ 2 untuk satu dari tiga sistem organ menggunakan sistem skor dari Marshall.
Komplikasi sistemik dinilai berdasarkan adanya eksaserbasi dari penyakit penyerta yang sudah
ada, seperti: penyakit jantung koroner atau penyakit paru obstruktif kronis, yang dipicu oleh
pankreatitis akut.Komplikasi lokal secara morfologi pankreatitis akut dibedakan menjadi dua,
yaitu pankreatitis edematosa interstisial dan pankreatitis nekrosis. Bentuk dari komplikasi lokal
pankreatitis edematosa interstisial adalah timbunan akut cairan peripankreatik (acute collection
of peripancreatic fluid) dan pesudokista pankreas (pancreatic pseudocyst). Pada pasien yang
menderita pankreatitis akut, organ pankreas mengalami pembesaran difus oleh karena proses
edema inflamasi. Pada pemeriksaan CECT parenkim pankreas memperlihatkan gambaran
homogen, terkadang ditemukan cairan di bagian tepi atau yang dikenal sebagai acute collection
of peripancreatic fluid.Diagnosis pankreatitis nekrosis terinfeksi ditegakkan melalui aspirasi
jarum halus dipandu dengan CT scan. Selain itu, adanya infeksi dapat diduga apabila pada
pemeriksaan CECT didapatkan gambaran gas di parenkim pankreas atau peripankreas
PENCEGAHAN
Pankreatitis akut erat kaitannya dengan konsumsi minuman beralkohol dan batu empedu. Oleh
sebab itu, pencegahannya dapat dilakukan dengan cara:
DEFINISI
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Kehamilan
Ektopik (KE) terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium
cavum uteri. Kehamilan Ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab
kematian maternal selama kehamilan trimester pertama. Sebagian besar implantasi ekstrauterin
terjadi di tuba fallopii. Tempat yang paling sering adalah pada ampulla (80%), kemudian
berturut-turut pada pars ismika (12%), fi mbria (5%), dan pars intersisialis (0,2%), implantasi
yang terjadi di ovarium (0,2%) dan di serviks (0,2%). Sedangkan kehamilan ektopik terganggu
adalah kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. Kehamilan ektopik
terganggu merupakan suatu keadaan yang mengancam jiwa dan berkaitan dengan kecacatan serta
kematian ibu pada trimester pertama kehamilan.
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya kehamilan ektopik melibatkan banyak faktor. Secara teoritis, semua
faktor yang mengganggu migrasi embrio kedalam rongga endometrium dapat menyebabkan
kehamilan ektopik. Obstruksi merupakan penyebab dari separuh kasus kehamilan ektopik.
Obstruksi dapat terjadi karena inflamasi kronik, tumor intrauterin, dan endometriosis.
Kehamilan ektopik juga dapat terjadi karena adanya faktor mekanis yang menghambat seperti
infeksi rongga panggul, perlekatan tuba akibat operasi non ginekologis seperti apendektomi, alat
kontrasepsi (penggunaan IUD), dan penggunaan obat-obatan untuk menginduksi ovulasi.
Endosalpingitis dapat menyebabkan lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu
akibat perlekatan endosalping. Pada hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkelok-kelok
panjang dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak berfungsi secara baik. Pascaoperasi
rekanalisasi tuba dan sterilisasi yang tak sempurna. Pada prinsipnya kehamilan ektopik
disebabkan oleh hal-hal yang menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri.
MANIFESTASI KLINIS
Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah sedang
Gejala yang sering muncul pada kehamilan ektopik adalah perdarahan abnormal atau pun berupa
noda darah yang biasanya muncul pada 7 sampai 14 hari setelah keterlambatan menstruasi.
Pucat
Sakit Kepala & Pingsan
Pasien dengan kehamilan ektopik dapat mengalami sakit kepala dan pingsan berkaitan dengan
keadaan hipotensi dan hipovolemia akibat adanya perdarahan.
Nyeri abdomen dan pelvis
Kehamilan ektopik dapat menyebabkan terjadinya nyeri abdomen dan pelvis yang dapat
bersifat tajam maupun tumpul.
Gejala seperti kehamilan normal
Pasien dengan kehamilan ektopik ditandai dengan tanda-tanda seperti kehamilan normal
diantaranya mual, rasa tidak nyaman pada payudara dan amenorrhea (tidak mengalami
menstruasi pada waktu yang seharusnya).
1. Usia
Faktor risiko kehamilan ektopik terganggu meningkat seiring dengan bertambahnya usia
ibu dan meningkat 4 kali lebih tinggi pada wanita dengan usia diatas 35 tahun. Faktor risiko
untuk terjadinya kekambuhan dari kehamilan ektopik meningkat pada wanita dengan usia diatas
30 tahun, hal tersebut berkaitan dengan proses penuaan dan penurunan fungsi organ- organ
reproduksi yang dialami seiring dengan bertambahnya usia.
2. Ras
Insidensi kehamilan ektopik pada wanita kulit hitam meningkat 1,4 kali dibandingkan
dengan wanita kulit putih. Hal itu dihubungkan dengan meningkatnya kejadian infeksi menular
seksual di kalangan wanita kulit hitam yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan kerusakan
tuba fallopi.
3. Paritas
Wanita dengan status multipara memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami
kehamilan ektopik. Ibu dengan paritas lebih dari satu mempunyai risiko lebih tinggi mengalami
kehamilan ektopik terganggu, hal ini berkaitan dengan kondisi segmen bawah rahim yang telah
rapuh dan banyak pembuluh darah kecil yang mengalami kerusakan akibat riwayat persalinan.
4. Penyakit Ginekologi
Penyakit ginekologi yang meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik diantaranya
adalah gangguan pada tuba seperti infeksi tuba, penyempitan tuba fallopi yang dapat
menyebabkan hambatan dan gangguan pada proses perpindahan ovum menuju ke rongga uteri
serta penyakit radang panggul kronis:
a) Penyakit radang panggul kronis
Penyakit radang panggul kronis biasanya dapat mengenai dan mempengaruhi fungsi dari tuba
fallopi sehingga terjadi penurunan dari fungsi tuba dan dapat menyebabkan peningkatan
terjadinya risiko kehamilan ektopik.
6. Merokok
Wanita perokok memiliki peningkatan risiko mengalami kehamilan ektopik empat kali
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Bahan kimia yang terkandung
didalam rokok terbukti dapat menyebabkan reaksi yang dapat meningkatkan dua kali lebih
banyak protein yang disebut sebagai PROKR1 yang terdapat di tuba fallopi. Berlebihnya protein
PROKR1 yang terdapat di tuba fallopi menyebabkan terhambatnya kontraksi otot di tuba fallopi
sehingga mengganggu perpindahan ovum menuju ke uterus, hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kehamilan ektopik.
Kuldosentesis: adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat darah
dalam kavum Douglas. Cara ini sangat berguna untuk membuat diagnosis kehamilan ektopik
terganggu. Hasil positif bila dikeluarkan darah berwarna coklat sampai hitam yang tidak
membeku atau berupa bekuan-bekuan kecil. Hasil negatif bila cairan yang dihisap berupa: Cairan
jernih yang mungkin berasal dari cairan peritoneum normal atau kista ovarium yang pecah.
Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis atau radang appendiks yang pecah
(nanah harus dikultur). Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku,
darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.
Ultrasonografi: Cara yang paling efisien untuk mengeluarkan adanya kehamilan ektopik
adalah mendiagnosis suatu kehamilan intrauteri. Cara yang terbaik untuk mengkonfirmasi satu
kehamilan intrauteri adalah dengan menggunakan ultrasonografi. Sensitivitas dan spesifisitas
dari diagnosis kehamilan intrauteri dengan menggunakan modalitas ini mencapai 100% pada
kehamilan diatas 5,5 minggu. Royal College of Obstetricians & Gynaecologists akhir-akhir ini
merekomendasikan bahwa ultrasonografi transvaginal merupakan alat diagnostik pilihan untuk
pemeriksaan kehamilan ektopik.
Laparoskopi: hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan
ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui prosedur
laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan
uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis
mempersulit visualisasi alat kandungan tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan
laparotomi.
PENATALAKSANAAN
A. Tatalaksana Umum
• Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer Laktat (500 mL
dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama.
B. Tatalaksana Khusus
• Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi)
• Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan salpingostomi untuk
mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba dipertahankan)
• Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan kontrasepsi. Jadwalkan
kunjungan ulang setelah 4 minggu. Atasi anemia dengan pemberian tablet besi sulfas ferosus
60 mg/hari.
Referensi:
1. Kementrian Kesehatan RI. 2014. Kehamilan Ektopik. Jakarta: Kemenkes RI. Diakses pada
tanggal 13 Desember 2020 dari
http://edunakes.bppsdmk.kemkes.go.id/images/pdf/Obsgin_4_Juni_2014/Blok%2011/Kehamilan
%20ektopik%20ppt.pdf
3. Santoso, Budi. 2011. Analysis of Risk Factors Ectopic Pregnancy. Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK.Unair RSUD. Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal Kedokteran Vol. 6 No. 2 Oktober
2011: 164–168.