PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada
populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan
tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90
mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi jika
tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih besar
dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg
untuk Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh
pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg
didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan
tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90
mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
B. klasifikasi
Klasifikasi hipertensi juga banyak di ungkapkan oleh para ahli, di antaranya WHO
menetapkan klasifikasi menjadi tiga tingkat:
1. Tingkat I : tekanan darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan/kerusakan
sistem kardiovaskuler
2. Tingkat II : tekanan darah dengan gejala hipertropi kardiovaskuler, tetapi tanpa
adanya gejala-gejala kerusakan gangguan dari alat organ lain
3. Tingkat III : tekanan darah meningkat dengan gejala-gejala yang jelas dan
kerusakan gangguan faal dari target organ, sedangkan JVC IV, klasifikasi hipertensi
adalah :
Kategori tekanan sistolik (mmHg), tekanan diastolik (mmHg)
Normal < SBP = “sistole” pressure = “DBP” > = 160 dan DBP =100mmHg
C. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan –
perubahan pada :
F. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan;
yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Mual
- Muntah
- Sesak nafas
- Gelisah
- Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan
koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif,
yang memerlukan penanganan segera.
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
J. Penatalaksanaan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah
raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar
peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat
digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke
dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah
sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya
ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan
non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan
yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
3. Ciptakan keadaan rileks
4. Melakukan olah raga
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
H. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM
POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah
diantaranya :
- Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient
ischemic attack (TIA).
- Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard
acut (IMA).
- Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
- Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran
USU, Abdul Madjid (2004), meliputi:
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer
lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol
total, HDL, LDL.
Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP
(dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan
pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan
ekordiografi.
Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM)
kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium
serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit
(indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi),
urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor
penyebab hipertensi)
Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS
I. Pengkajian
a. Data biografi
Nama, TTL/Umur, golongan darah, pendidikan terakhir, agama,
status perkawinan, TB/BB, penampilan, alamat, orang terdekat yang dapat
dihubungi, hubungan dengan lansia.
b. Riwayat kesehatan
i. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien mengatakan pernah menderita hipertensi
sebelumnya.
ii. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh sakit kepala, frekuensi jantung meningkat,
ansietas, dan tekanan darah meningkat.
iii. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada keluarga yang mengalami penyakit yang diderita klien
D. Pemeriksaan fisik
TTV :
TD : Biasanya meningkat
RR : Biasanya meningkat
NADI : Biasanya meningkat
SUHU :Biasanya normal (36,5- 37,3 ͦ C )
a. Kepala
Kulit kepala bersih , tiadak ada lesi .
b. Mulut
Mukosa bibir lembab , tidak ada lesi, warnanya pink.
c. Hidung
Hidung besih , tidak ada secret.
d. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjer thiroid, kelenjer getah bening.
e. Pemeriksaan thoraks
I : Biasanya simetris kiri dan kanan
P : Vokal promituh kiri dan kanan
P : tidak ada masa
A : biasanya tidak ada terdengar suara tambahan
f. Abdomen
I : simetris kiri dan kanan
P : tidak teraba masa, tidak ansietas
P : tidak ada masa
A : bising usus normal
g. Ekstremitas
Simetris kiri dan kanan , kelemahan saat beraktifitas di ektremitas bawah.
aktivitas output
Monitor status
Tidak ada
penurunan KV
kesadaran Monitor TTV
Atur periode
latihan istirahat
Monitor
toleransi
aktivitas pasien
Monitor
adanya dispnea
Anjurkan
untuk menurun
stres
Identifikasi
penyebab
perubahan
TTV
2. Kurang pengetahuan Klien mampu Penyuluhan
klien tentang menjelaskan tentang dengan klien
penyakit b.d penyakit tentang :
kurangnya informasi KH : Pengertian
tentang proses Menjelaskan pengertian tentang
penyakit Menyebutkan faktor hipertensi
penyebab Faktor
Sebutkan tanda dan penyebab
gejala Tanda dan
Menjelaskan cara gejala
pencegahan Diet hipertensi
Cara
pencegahan
Pantau respon
klien saat
pemberian
materi:
Beri
kesempatan
klien bertanya
Evaluasi
kemampuan
klien
Beri pujian
terhadap klien
Anjurkan
klien untuk
sering kontrol
ketenaga
kesehatan.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddar, 2013, keperawatan medical bedah edisi 12. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
I. Pengkajian
A. Data biografi
Nama : Ny. E
Jenis kelamin : perempuan
Umur : 57 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : islam
Status perkawinan : janda ( meninggal )
Alamat : Pasar Gompong
Orang yang dekat dihubungi: Ny. A
Hubungan dengan klien: kakak kandung klien
B. Genogram
Ket:
: laki-laki : Meninggal
: perempuan : klien
F. Pemeriksaan fisik
TD : 180/90mmHg
RR : 20x/i
N : 80x/i
Suhu : 36,5 ͦ C
TB : 150 cm
BB : 70kg
a. Kepala
Kulit kepala bersih , tiadak ada lesi .
b. Mulut
Mukosa bibir lembab , tidak ada lesi, warnanya pink.
c. Hidung
Hidung besih , tidak ada secret.
d. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjer thiroid, kelenjer getah bening.
e. Pemeriksaan thoraks
I : Biasanya simetris kiri dan kanan
P : Vokal promituh kiri dan kanan
P : tidak ada masa
A : biasanya tidak ada terdengar suara tambahan
f. Abdomen
I : simetris kiri dan kanan
P : tidak teraba masa, tidak ansietas
P : tidak ada masa
A : bising usus normal
g. Ekstremitas
Simetris kiri dan kanan , kelemahan saat beraktifitas di ektremitas bawah.
II. Analisa data