Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
adalah proses kenaikan volume yang bersifat irreversible (tidak dapat balik) karena adanya
penambahan substansi termasuk di dalamnya ada perubahan bentuk yang menyertai
penambahan volume tersebut. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju kedewasaan
pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif yaitu makhluk hidup dikatakan dewasa apabila
alat perkembangbiakannya telah berfungsi. Seperti pada tumbuhan apabila telah berbunga
maka tumbuhan itu sudah dikatakan dewasa.
Tumbuhan juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan seperti memanjangnya
batang, akar dan sebagainya. Pemekaran bunga, pemasakan buah adalah slaah satu
perkembngan yang dialami oleh tumbuhan. Pemekaran bunga dan pemasakan buah kalau kita
teliti lebih lanjut sangatlah bervariasi sesuai dengan lingkungan dan jenis pohon itu sendiri.
Kalau kita amati, pada saat musim-musim tertentu pertumbuhan bunga sangat pesat dan
begitu juga dengan pematangan buahnya. Sebenarnya apa yang mengatur semua pemekaran
bunga, pemanjangan atau pertumbuhan tunas-tunas baru pada tumbuhan tersebut.
Oleh sebab itu kita harus tahu hal-hal yang menyebabkan semua kejadian yang terjadi
pada tumbuhan tersebut. Hormon merupakan hasil sekresi dalam tubuh yang dapat memacu
pertumbuhan, tetapi ada pula yang dapat menghambat pertumbuhan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan daripada penyusunan makalah yang berjudul Hormon Tumbuhan
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud atau disebut dengan hormone tumbuhan.
2. Untuk mengetahui hormon yang merangsang pertumbuhan tumbuhan.
3. Untuk mengetahui hormon yang menghambat tumbuhan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fitohormon
Fitohormon merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang disintesis pada bagian
tertentu dari tumbuhan. Pada umumnya diangkut ke bagian lain tumbuhan, dan pada
konsentrasi sangat rendah mampu menimbulkan tanggapan secara biokimiawi, fisiologis, dan
morfologis.
Dalam tubuh tumbuhan fitohormon berperan dalam mengendalikan aktivitas gen
melalui penguatan yang tinggi karena terjadinya transkripsi berulang DNA menjadi m-RNA
yang diikuti oleh proses translasi m-RNA menjadi enzim. Sedangkan peranan fitohormon
dalam proses morfogenesis dikendalikan oleh perpaduan fitohormon yang khas, dan bahkan
oleh jumlah relatifnya dalam perpaduan tersebut, sehingga akan menimbulkan pertumbuhan
organ yang spesifik. Pertumbuhan dapat dijelaskan secara matematik dengan kurva
pertumbuhan.
Pola pertumbuhan dalam tumbuhan dapat dibagi dalam 3 (tiga) fase, yaitu fase
logaritmik (fase eksponensial), fase linier, dan fase penuaan.
Fitohormon merupakan gabungan dari dua kata; yaitu fito dan Hormon. Fito itu sama
dengan tumbuhan sedangkan Hormon adalah hormon. Hormon yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu hormaein ini mempunyai arti : merangsang, membangkitkan atau mendorong
timbulnya suatu aktivitas biokimia sehingga fito-hormon tanaman dapat didefinisikan sebagai
senyawa organik tanaman yang bekerja aktif dalam jumlah sedikit, ditransportasikan ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses
fisiologi tanaman. Jadi, Fitohormon adalah hormon pada tumbuh-tumbuhan, zat yang
mengatur segala proses fisiologis, petumbuhan dan perkembangan, pada tumbuhan. Namun,
hormon hanyalah suatu zat yang kerjanya dikontrol oleh gen karena pada dasarnya semua
sistem kerja makhluk hidup, baik hewan/manusia atau tumbuhan, diatur sepenuhnya oleh
gen.
Menurut Gardner, sifat – sifat tertentu yang dimiliki senyawa fitohormon yaitu :

1. Tempat sintesis berbeda dari tempat aktivitas (misalnya, sintesis di pucuk dan daun
muda, tetapi responnya pada batang, akar, atau organ – organ lain).
2. Respon bisa dihasilkan meskipun jumlahnya yang sangat kecil misalnya dalam
konsentrasinya bisa sekecil nanogram)

2
3. Tidak seperti vitamin dan enzim, respon mungkin berbentuk formatif dan lastik (tidak
terpulihkan).

2.2 Struktur Kimia, Letak dan Pengaruh Fitohormon Tumbuhan


Pengelompokan hormon pada tumbuhan didasarkan dari struktur kimia, letak dan
pengaruh hormon tersebut terhadap tumbuhan itu sendiri. Macam-macam hormon pada
tumbuhan adalah sebagai berikut :

2.2.1 Auksin
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu
senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil
yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang
mengandung auksin.
Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA). Selain
IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu
4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan,
asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat
(IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil.
Auksin adalah senyawa asam asetat dengan gugus indol bersama derivatnya. Pusat
pembentukan auksin adalah ujung keleoptil (pucuk tumbuhan). Jika terkena cahaya matahari,
auksin akan mengalami kerusakan sehingga menghambat pertumbuhan tumbuhan. Hal ini
menyebabkan batang membelok ke arah datangnya cahaya karena pertumbuhan bagian yang
tidak terkena cahaya, lebih cepat daripada bagian yang terkena cahaya.
Auksin banyak diproduksi di jaringan meristem pada bagian ujung-ujung tumbuhan,
seperti kuncup bunga, pucuk daun dan ujung batang. Auksin tersebut disebarkan ke seluruh
bagian tumbuhan, tetapi tidak semua bagian mendapat bagian yang sama. Bagian yang jauh
dari ujung akan mendapatkan auksin lebih sedikit.
Berdasarkan struktur dasar molekulnya, auksin dapat dibagi menjadi indoles,
phenols, dan napthalines.
Struktur Kimia auksin

3
2.2.2 Sitokinin
Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang mendorong pembelahan
(sitokinesis). Beberapa macam sitokinin merupakan sitokinin alami (misal : kinetin, zeatin)
dan beberapa lainnya merupakan sitokinin sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan
yang tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar
selanjutnya diangkut oleh xilem menuju sel-sel target pada batang.
Ahli biologi tumbuhan juga menemukan bahwa sitokinin dapat meningkatkan
pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga menunda
penuaan daun, bunga dan buah dengan cara mengontrol dengan baik proses kemunduran
yang menyebabkan kematian sel-sel tanaman. Penuaan pada daun melibatkan penguraian
klorofil dan protein-protein, kemudian produk tersebut diangkut oleh floem ke jaringan
meristem atau bagian lain dari tanaman yang membutuhkannya. Daun kacang jogo
(Phaseolus vulgaris) yang ditaruh dalam wadah berair dapat ditunda penuaannya beberapa
hari apabila disemprot dengan sitokinin. Sitokinin juga dapat menghambat penuaan bunga
dan buah.
Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang kompleks yaitu tunas
lateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola pertumbuhan ini merupakan
hasil interaksi antara auksin dan sitokinin dengan perbandingan tertentu. Sitokinin diproduksi
dari akar dan diangkut ke tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di kuncup terminal kemudian
diangkut ke bagian bawah tumbuhan. Auksin cenderung menghambat aktivitas meristem
lateral yang letaknya berdekatan dengan meristem apikal sehingga membatasi pembentukan
tunas-tunas cabang dan fenomena ini disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar yang terdapat
di bagian bawah tajuk (daerah yang berdekatan dengan akar) biasanya akan tumbuh
memanjang dibandingkan dengan tunas aksilar yang terdapat dekat dengan kuncup terminal.
Hal ini menunjukkan ratio sitokinin terhadap auksin yang lebih tinggi pada bagian bawah
tumbuhan.
Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu cara
tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah akar yang
banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin
ini akan menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak.
Interaksi antagonis ini umumnya juga terjadi di antara ZPT tumbuhan lainnya.
Struktur kimia sitokinin

4
2.2.3 Giberelin
Giberelin berasal dari kata Gibberelia fujikuroi yaitu nama sejenis jamur parasit yang
ditemukan oleh Fujiko Kurosawa (1926) di Jepang yang ekstraknya dapat mempercepat
pertumbuhan. Akan tetapi, para peneliti belakangan ini menemukan bahwa giberelin ini
dihasilkan secara alami oleh tanaman. Penyakit rebah kecambah ini akan muncul pada saat
tanaman padi terinfeksi oleh cendawan Gibberella fujikuroi yang menghasilkan senyawa
giberelin dalam jumlah berlebihan.
Pada saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 110 macam senyawa giberelin yang
biasanya disingkat sebagai GA. Setiap GA dikenali dengan angka yang terdapat padanya,
misalnya GA6 . Giberelin dapat diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama pada
tumbuhan dikotil), ujung akar dan tunas , daun muda dan cendawan. Sebagian besar GA yang
diproduksi oleh tumbuhan adalah dalam bentuk inaktif, tampaknya memerlukan prekursor
untuk menjadi bentuk aktif. Pada spesies tumbuhan dijumpai kurang lebih 15 macam GA.
Disamping terdapat pada tumbuhan ditemukan juga pada alga, lumut dan paku, tetapi tidak
pernah dijumpai pada bakteri. GA ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidak seperti
auksin pergerakannya bersifat tidak polar.
Asetil koA, yang berperan penting pada proses respirasi berfungsi sebagai prekursor
pada sintesis GA. Kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan pada tanaman lebih
kuat dibandingkan dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh auksin apabila diberikan secara
tunggal. Namun demikian auksin dalam jumlah yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA
dapat memberikan efek yang maksimal.
Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan monokotil akan
tumbuh cepat jika diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada tumbuhan konifer misalnya
pinus. Jika GA diberikan pada tanaman kubis tinggi tanamannya bisa mencapai 2 m. Banyak
tanaman yang secara genetik kerdil akan tumbuh normal setelah diberi GA.
Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga terlibat dalam
proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin. Pada beberapa tanaman
pemberian GA bisa memacu pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji.
Disintesis pada ujung batang dan akar, giberelin menghasilkan pengaruh yang cukup
luas. Salah satu efek utamanya adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Pengaruh
GA umumnya meningkatkan kerja auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT
tersebut belum diketahui secara pasti. Demikian juga jika dikombinasikan dengan auksin,
giberelin akan mempengaruhi perkembangan buah misalnya menyebabkan tanaman apel,
anggur, dan terong menghasilkan buah walaupun tanpa fertilisasi. Diketahui giberelin
5
digunakan secara luas untuk menghasilkan buah anggur tanpa biji pada varietas Thompson.
Giberelin juga menyebabkan ukuran buah anggur lebih besar dengan jarak antar buah yang
lebih renggang di dalam satu gerombol
Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak tanaman.
Biji-biji yang membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk berkecambah seperti suhu
rendah akan segera berkecambah apabila disemprot dengan giberelin. Diduga giberelin yang
terdapat di dalam biji merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik
yang menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam jumlah
cukup akan menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang
mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di
dalam biji. Pada beberapa tanaman, giberelin menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT
lainnya misalnya dengan asam absisat yang menyebabkan dormansi biji.
Struktur Kimia Giberelin

2.2.4 Asam Absisat (ABA)


Musim dingin atau masa kering merupakan waktu dimana tanaman beradaptasi
menjadi dorman (penundaan pertumbuhan). Pada saat itu, ABA yang dihasilkan oleh kuncup
menghambat pembelahan sel pada jaringan meristem apikal dan pada kambium pembuluh
sehingga menunda pertumbuhan primer maupun sekunder. ABA juga memberi sinyal pada
kuncup untuk membentuk sisik yang akan melindungi kuncup dari kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan. Dinamai dengan asam absisat karena diketahui bahwa ZPT ini
menyebabkan absisi/rontoknya daun tumbuhan pada musim gugur. Nama tersebut telah
popular walaupun para peneliti tidak pernah membuktikan kalau ABA terlibat dalam
gugurnya daun.
Pada kehidupan suatu tumbuhan, merupakan hal yang menguntungkan untuk
menunda/menghentikan pertumbuhan sementara. Dormansi biji sangat penting terutama bagi
tumbuhan setahun di daerah gurun atau daerah semiarid, karena proses perkecambahan
dengan suplai air terbatas akan mengakibatkan kematian. Sejumlah faktor lingkungan
diketahui mempengaruhi dormansi biji, tetapi pada banyak tanaman ABA tampaknya
6
bertindak sebagai penghambat utama perkecambahan. Biji-biji tanaman setahun tetap dorman
di dalam tanah sampai air hujan mencuci ABA keluar dari biji. Sebagai contoh, tanaman dune
primroses (bunga putih) dan tanaman matahari (bunga kuning) di gurun Anza – Borrego
(California), biji-bijinya akan berkecambah setelah hujan deras .
Sebagamana telah dibahas di atas bahwa giberelin juga berperan dalam
perkecambahan biji. Pada banyak tumbuhan, rasio ABA terhadap giberelin menentukan
apakah biji akan tetap dorman atau berkecambah. Hal yang sama juga terdapat pada kasus
dormansi kuncup yang pertumbuhannya dikontrol oleh keseimbangan konsentrasi antar ZPT.
Sebagai contoh pada pertumbuhan kuncup dorman tanaman apel, walaupun konsentrasi ABA
pada kenyataannya lebih tinggi, tetapi gibberellin dengan konsentrasi yang tinggi pada
kuncup yang sedang tumbuh menunjukkan pengaruh yang sangat kuat pada penghambatan
pertumbuhan tunas dorman.
Selain perannya pada dormansi, ABA berperan juga sebagai “ stress plant growth
hormon” yang membantu tanaman tersebut menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan,
misalnya pada saat tumbuhan mengalami dehidrasi, ABA diakumulasikan di daun dan
menyebabkan stomata menutup. Hal ini walaupun mengurangi laju fotosintesis, tumbuhan
akan terselamatkan dari kehilangan air lebih banyak melalui proses transpirasi.
Struktur kimia asam absisat

2.2.5 Etilen
Buah-buahan terutama yang sudah tua melepaskan gas yang disebut etilen. Etilen
disintesis oleh tumbuhan dan menyebabkan proses pemasakan yang lebih cepat. Selain etilen
yang dihasilkan oleh tumbuhan, terdapat etilen sintetik, yaitu etepon (asam 2-
kloroetifosfonat). Etilen sintetik ini sering di gunakan para pedagang untuk mempercepat
pemasakan buah. Oleh karena itu buah yang tua sering diletakkan di tempat tertutup
(diperam) agar cepat masak.
Etilen merupakan senyawa unik dan hanya dijumpai dalam bentuk gas. senyawa ini
memaksa pematangan buah, menyebabkan daun tanggal dan merangsang penuaan. Tanaman
7
sering meningkatkan produksi etilen sebagai respon terhadap stress dan sebelum mati.
Konsentrasi etilen fluktuasi terhadap musim untuk mengatur kapan waktu menumbuhkan
daun dan kapan mematangkan buah.
Selain memacu pematangan, etilen juga memacu perkecambahan biji, menebalkan
batang, mendorong gugurnya daun, dan menghambat pemanjangan batang kecambah. Selain
itu, etilen menunda pembungaan, menurunkan dominansi apikal dan inisiasi akar, dan
menghambat pemanjangan batang kecambah.
Struktur Kimia Etilen

2.2.6 Oligosakarin
Merupakan senyawa oligogalakturonida, yaitu asam galaktrunat berantai pendek yang
merupakan sejenis gula yang dimodifikasi dan disebut GALU. Senyawa ini mirip dengan
system imun manusia, yaitu memicu respon pertahanan terhadap patogen. Selain itu, senyawa
ini mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel serta pembungaan.
Struktur kimia oligosakarin

GALU GALU GALU

2.2.7 Brasinosteroid
Brasinosteroid (BR) adalah hormon endogen berupa steroid yang dapat memacu
pertumbuhan dan dapat ditemukan pada biji, serbuk sari, dan jaringan vegetatif, serta
berfungsi pada konsetrasi nanomolar untuk memengaruhi perbesaran dan perbanyakan sel
Brasinosteroid juga berinteraksi dengan hormon tanaman yang lain contohnya auksin serta
faktor lingkungan untuk meregulasi secara keseluruhan bentuk dan fungsi tanaman Fungsinya
yang penting bagi tumbuhan adalah untuk perpanjangan organ, diferensiasi jaringan
pembuluh, kesuburan, perkembangan daun, dan respon terhadap cahaya Brasinosteroid
pertama kali diisolasi dari serbuk sari tumbuhan mustard, namun ini diketahui terdapat juga
pada beberapa spesies lainnya. Salah satu contoh brasinosteroid adalah kastasteron yang ada
pada tunas kacang polong dan berfungsi dalam proses pemanjangan tunas.

8
Struktur Kimia Brasinosteroid

2.2.8 Asam Traumalin


Asam traumalin merupakan hormon hipotetik, yaitu gabungan beberapa aktivitas
hormon yang ada (auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat). Apabila tumbuhan
mengalami luka atau perlukaan karena gangguan fisik, maka akan segera terbentuk kambium
gabus.
Pembentukan kambium gabus itu terjadi karena adanya pengaruh hormon luka (asam
traumalin). Sebenarnya, peristiwa ini merupakan hasil kerja sama antarhormon pada
tumbuhan yang disebut restitusi (regenerasi). Awalnya, luka pada tumbuhan akan memacu
pengeluaran hormon luka yang kemudian merangsang pembentukan kambium gabus.
Pembentukan kambium gabus dilakukan oleh hormon giberelin. Selanjutnya, karena
pengaruh hormon sitokinin, terbentuklah sel-sel baru yang akan membentuk jaringan penutup
luka yang disebut kalus.

2.2.9 Hormon Kalin


Kalin merupakan hormon yang mempengaruhi pembentukan organ. Hormone ini,
dihasilkan pada jaringan meristem. Berdasarkan organ yang dipengaruhinya, kalin dibedakan
atas:
a. Rhizokalin, mempengaruhi pembentukan akar.
b. Kaulokalin, mempengaruhi pembentukan batang.
c. Filokalin, mempengaruhi pembentukan daun.
d. Antokalin, mempengaruhi pembentukan bunga.

2.3 Fungsi dan kegunaan Fitohormon


Fitohormon dalam tumbuhan, mempunyai fungsi serta peranannya masing-masing
untuk pertumbuhan. Berikut adalah fungsi dan peran masing-masing hormone tumbuhan :
2.3.1 Auksin
Fungsi auksin, yaitu:
a. Merangsang perpanjangan sel.
b. Merangsang pembentukan bunga dan buah.
c. Merangsang pemanjangan titik tumbuh.
d. Mempengaruhi pembengkokan batang.
9
e. Merangsang pembentukan akar lateral.
f. Merangsang terjadinya proses diferensiasi.

2.3.2 Sitokinin
Fungsi sitokinin yaitu:
a. Merangsang proses pembelahan sel.
b. Menunda pengguguran daun, bunga, dan buah.
c. Mempengaruhi pertumbuhan tunas dan akar.
d. Meningkatkan daya resistensi terhadap pengaruh yang merugikan seperti suhu rendah,
infeksi virus, pembunuh gulma, dan radiasi.
e. Menghambat (menahan) menguningnya daun dengan jalan membuat kandungan
protein dan klorofil yang seimbang dalam daun (senescens).

2.3.3 Giberelin
Fungsi gibberellin, yaitu:
a. Merangsang pembelahan sel kambium.
b. Merangsang pembungaan lebih awal sebelum waktunya.
c. Merangsang pembentukan buah tanpa biji.
d. Merangsang tanaman tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai ukuran raksasa.
(Dwidjoseputro, 1992: 197)

2.3.4 Asam Absisat


Fungsi asam absisat, yaitu:
a. Menghambat perkecambahan biji.
b. Mempengaruhi pembungaan tanaman.
c. Memperpanjang masa dormansi umbi-umbian.
d. Mempengaruhi pucuk tumbuhan untuk melakukan dormansi.

2.3.5 Etilen
Fungsi gas etilen, yaitu:
a. Membantu memecahkan dormansi pada tanaman, misalnya pada ubi dan kentang.
b. Mendukung pematangan buah.
c. Mendukung terjadinya abscission (pelapukan) pada daun.
d. Mendukung proses pembungaan.
10
e. Menghambat pemanjangan akar pada beberapa spesies tanaman dan dapat
menstimulasi pemanjangan batang.
f. Menstimulasi perkecambahan.
g. Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar.

2.3.6 Oligosakarin
Fungsi dari hormone ini adalah untuk :
a. Memicu respon pertahanan terhadap patogen
b. Mengatur pertumbuhan diferensiasi sel dan perbungaan

2.3.7 Brasinosteroid
Fungsi dari hormone ini, diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal

2.3.8 Hormon Traumalin


Fungsi dari hormone ini adalah, merangsang sel-sel daerah luka menjadi bersifat
meristmatik sehingga mampu mengadakan penutupan bagian yang luka.

2.3.9. Hormon Kalin


Fungsi dari hormone ini adalah memacu pertumbuah organ tubuh tumbuhan.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Hormon tumbuhan adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik
yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di
bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong,
menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis)
tumbuhan. Hormon tumbuhan ada yang berfungsi sebagai pemicu pertumbuhan seperti
hormon etilen, hormon geberelin, hormon sitokinin dan hormon auksin.Ada juga hormon
yang berfungsi sebagai penghambat tumbuhan seperti hormon asam absisat dan hormon
pertahanan terhadap patogen seperti hormon oligosakarin. Dengan adanya hormon-hormon
tersebut tumbuhan dapat menyesuaikan diri untuk tetap bertahan hidup menghadapi kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan.

3.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini adalah:
3.2.1 Ketahuilah hormon-hormon yang terdapat pada tumbuhan dan fungsinya agar mampu
memanfaatkan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
3.2.2 Demikianlah makalah ini kami susun. Apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini
kami mohon maaf. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan
demikian kami ucapkan terima kasih.

12
Daftar Pustaka

Anggorowati, Sulastri. Fisiologi Tumbuhan. Pusat Penerbit Universitas Terbuka

Isbandi, J. 1983. Pertumbuhan dan perkembangan Tanaman. Yogyakarta : Fakultas Pertanian


UGM

Kamarani. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Ratna Dewi A, Intan. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman.
Bandung : Universitas Padjadjaran

Tim Penyusun, 2003. Biologi 2A Kelas 2 SMU Semester 1. Klaten: Intan Pariwara

13

Anda mungkin juga menyukai