Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SURAT MUKMINUN

MATA KULIAH : ULUMUL QURAN

DOSEN PENGAMPU : RAMLI,M.Pd

DISUSUN OLEH
AZURA

SEMESTER II

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM STAI ARRIDHO
BAGANSIAPIAPI ROKAN HILIR
RIAU
TA. 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A.         Latar Belakang
         Tanggung jawab adalah salah satu ajaran pokok dari agama. Bahwa Tuhan
Maha Adil, maka setiap orang pasti akan mempertanggung jawabkan
perbuatannya, sekecil apapun itu, dan akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Balasan bisa di terima kelak di akhirat, atau sekarang di dunia, atau bahkan dua-
duanya, dibalas di dunia dan diakhirat.
Perilaku tanggung jawab harus diterapkan dimana saja kita berada karena ini
merupakan sifat yang terpuji, oleh karena itu kita wajib bertanggung jawab atas
segala bentuk apapun yang kita perbuat, entah itu perbuatan baik ataupun tidak.
Bertanggung jawab berarti kita juga telah berlaku jujur.

B.         Rumusan Masalah

1.      Apa ayat pokok yang menjelaskan tentang tanggungjawab terhadap keluarga


dan masyarakat ?
2.      Asbabun nuzul surat MUKMINUN?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Surat ALMUKMINUN

‫ا‬++ً‫س ْونَا ا ْل ِعظَا َم لَ ْح ًما ثُ َّم أَ ْنشَأْنَاهُ َخ ْلق‬


َ ‫ض َغةَ ِعظَا ًما فَ َك‬
ْ ‫ض َغةً فَ َخلَ ْقنَا ا ْل ُم‬
ْ ‫فَ َخلَ ْقنَا ا ْل َعلَقَةَ ُم‬ 
ْ َ‫) ثُ َّم إِنَّ ُك ْم ي‬15( َ‫) ثُ َّم إِنَّ ُك ْم بَ ْع َد َذلِ َك لَ َميِّتُون‬14( َ‫سنُ ا ْل َخالِقِين‬
‫و َم‬++ َ ‫ار َك هَّللا ُ أَ ْح‬
َ َ‫آخ َر فَتَب‬َ
} )16( َ‫ا ْلقِيَا َم ِة تُ ْب َعثُون‬

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu


saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu Hilang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di
hari kiamat.”

Allah Swt. berfirman, menceritakan permulaan kejadian manusia yang dibentuk


dari saripati tanah, yaitu Adam a.s. Allah menciptakan Adam dari tanah liat kering
yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abu Yahya, dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. (Al-Mu’mimun: 12) Yakni dari saripati air.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna Min Sulalatin, artinya dari air
mani anak Adam.
Ibnu Jarir mengatakan, sesungguhnya manusia pertama dinamakan Adam karena
ia diciptakan dari tanah liat.
Qatadah mengatakan bahwa Adam diciptakan dari tanah liat.
Pendapat ini lebih jelas pengertiannya dan lebih mendekati konteks ayat, karena
sesungguhnya Adam diciptakan dari tanah liat, yaitu tanah liat kering yang berasal
dari lumpur hitam yang diberi bentuk: Hal ini berarti Adam diciptakan dari tanah,
seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

َ َ‫ب ثُ َّم إِ َذا أَ ْنتُ ْم ب‬


ِ َ‫ش ٌر تَ ْنت‬
+} َ‫ش ُرون‬ ٍ ‫{ َو ِمنْ آيَاتِ ِه أَنْ َخلَقَ ُك ْم ِمنْ تُ َرا‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kalian dari
tanah, kemudian tiba-tiba kalian (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Ar-
Rum: 20)”
،‫ر‬+‫امة بْنُ ُز َه ْي‬+‫س‬ َ َ‫ َّدثَنَا ق‬+‫ َح‬،‫وف‬+َ ْ ‫ َح َّدثَنَا ع‬،‫س ِعي ٍد‬ َ ُ‫ َح َّدثَنَا يَ ْحيَى بْن‬:ُ‫َوقَا َل اإْل ِ َما ُم أَ ْح َمد‬
ْ‫ق آ َد َم ِمن‬َ ++َ‫ "إِنَّ هَّللا َ َخل‬:‫ا َل‬++َ‫لَّ َم ق‬++‫س‬
َ ‫ ِه َو‬++‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬++‫ص‬
َ ‫َن النَّبِ ِّي‬
ِ ‫ ع‬،‫ى‬++‫وس‬ َ ‫عَنْ أَبِي ُم‬
‫ ا َء ِم ْن ُه ُم‬+‫ َج‬،‫ض‬ ِ ‫دْر اأْل َ ْر‬+ َ‫و آ َد َم َعلَى ق‬++ُ‫ ا َء بَن‬+‫ فَ َج‬،‫ض‬ ِ ‫ع اأْل َ ْر‬+
ِ +‫ َها ِمنْ َج ِمي‬+ ‫ض‬ َ َ‫ ٍة قَب‬+ ‫ض‬ َ ‫قَ ْب‬
."‫ َوبَيْنَ َذلِ َك‬،‫ب‬ ُ ِ‫ َوا ْل َخب‬، َ‫ َوبَيْنَ َذلِك‬،‫ض‬
ُ ِّ‫يث َوالطَّي‬ ُ َ‫س َو ُد َواأْل َ ْبي‬ْ َ ‫اأْل َ ْح َم ُر َواأْل‬

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id,
telah menceritakan kepada kami Auf, telah menceritakan kepada kami Usamah
ibnu Zuhair, dari Abu Musa, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: “Sesungguhnya
Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bumi,
maka Bani Adam muncul sesuai dengan tabiat tanah; di antara mereka ada yang
berkulit merah, ada yang berkulit putih, ada yang berkulit hitam, serta ada yang
campuran di antara warna-warna tersebut; dan ada yang buruk ada yang baik,
ada pula yang campuran di antara baik dan buruk.”
Abu Daud dan Turmuzi telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Auf
Al-A'rabi dengan lafaz yang semisal dan sanad yang sama. Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.

}ً‫{ثُ َّم َج َع ْلنَاهُ نُ ْطفَة‬

“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani. (Al Mu’minun:, 13)”


Damir yang terdapat di dalam ayat ini kembali kepada jenis manusia, sama halnya
dengan apa yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

}‫ساللَ ٍة ِمنْ َما ٍء َم ِهي ٍن‬ ْ َ‫سا ِن ِمنْ ِطي ٍن * ثُ َّم َج َع َل ن‬


ُ ْ‫سلَهُ ِمن‬ َ ‫{ َوبَدَأَ َخ ْل‬
َ ‫ق اإل ْن‬
“dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). (As-Sajdah: 7-8)”

Yakni air mani yang lemah. Sama dengan yang djsebutkan oleh firman-Nya:

ٍ ‫ فَ َج َع ْلنَاهُ فِي قَ َرا ٍر َم ِك‬.‫{أَلَ ْم نَ ْخلُ ْق ُك ْم ِمنْ َما ٍء َم ِهي ٍن‬


}‫ين‬

“Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina, kemudian Kami
letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim). (Al-Mursalat: 20-21)”
Yaitu rahim, karena rahim memang telah diciptakan untuk itu.

} َ‫وم * فَقَد َْرنَا فَنِ ْع َم ا ْلقَا ِد ُرون‬


ٍ ُ‫{إِلَى قَ َد ٍر َم ْعل‬
“sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kamilah
sebaik-baik yang menentukan. (Al-Mursalat- 22-23)”
Maksudnya, masa yang telah dimaklumi dan batas waktu yang telah ditentukan
hingga bentuknya menjadi kokoh, dan mengalami perubahan dari suatu keadaan
kepada keadaan yang lain dan dari suatu bentuk kepada bentuk yang lain. Karena
itulah dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:

}ً‫{ثُ َّم َخلَ ْقنَا النُّ ْطفَةَ َعلَقَة‬

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah. (Al Mu’minun: 14)”
Yakni kemudian Kami jadikan air mani yang terpancarkan dari tulang sulbi laki-
laki dan dari tulang dada perempuan segumpal darah mereka yang berbentuk
memanjang.
Ikrimah mengatakan bahwa 'alaqah adalah darah.

}ً‫ض َغة‬
ْ ‫{فَ َخلَ ْقنَا ا ْل َعلَقَةَ ُم‬

“lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging. (Al Mu’minun: 14)”
Yaitu berupa segumpal daging yang tidak berbentuk dan tidak pula beralur.

}‫ض َغةَ ِعظَا ًما‬


ْ ‫{فَ َخلَ ْقنَا ا ْل ُم‬

“dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. (Al Mu’minun: 14)”
Artinya, Kami beri bentuk sehingga mempunyai kepala, dua tangan dan dua kaki
berikut tulang-tulangnya, otot-ototnya, dan urat-uratnya.
Ulama lain membacanya 'azman,  bukan 'izaman, menurut Ibnu Abbas artinya
tulang sulbi.
Di dalam kitab sahih disebutkan melalui Abuz Zanad, dari Al-A'raj dari Abu
Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

ُ ‫) يُ َر َّك‬5( ُ‫ق َو ِم ْنه‬


"‫ب‬ َّ ‫ب‬
َ ِ‫ ُخل‬+ُ‫ ِم ْنه‬،‫الذنَب‬ ُ ‫س ِد ا ْب ِن آ َد َم يَ ْبلَى إِاَّل ع َْج‬
َ ‫" ُك ُّل َج‬
“Semua jasad anak Adam hancur kecuali bagian bawah dari tulang
punggungnya, karena dari tulang itu dia diciptakan dan dari tulang itu pula dia
akan dibangkitkan kembali.”

َ ‫{فَ َك‬
}‫س ْونَا ا ْل ِعظَا َم لَ ْح ًما‬
“lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. (Al Mu’minun: 14)”
Yakni Kami jadikan baginya daging yang menutupinya, mengikatnya dan
memperkuatnya.
َ ‫{ثُ َّم أَ ْنشَأْنَاهُ َخ ْلقًا‬
}‫آخ َر‬
“Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.  (Al Mu’minun:
14)”
Yaitu kemudian Kami tiupkan ke dalam tubuhnya roh, hingga ia dapat bergerak
hidup dan menjadi makhluk lain yang mempunyai pendengaran, penglihatan,
perasaan, gerak, dan getaran.
َ ‫اركَ هَّللا ُ أَ ْح‬
} َ‫سنُ ا ْل َخالِقِين‬ َ َ‫{فَتَب‬
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain,
telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Musafir, telah menceritakan kepada
kami Yahya ibnu Hassan, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Kasir
maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Ali, dari ayahnya,
dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang mengatakan, bahwa apabila nutfah (di dalam
rahim) telah menjalani masa empat bulan, Allah memerintahkan malaikat untuk
meniupkan roh ke dalam janin yang berada di dalam tiga kegelapan (tiga lapis
pelindungnya). Yang demikian itulah makna yang dimaksud oleh firman-
Nya: Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang  (berbentuk) lain. (Al Mu’minun:
14) Yakni Kami tiupkan roh ke dalamnya.
Telah diriwayatkan pula dari Abu Sa'id Al-Khudii, bahwa makna yang dimaksud
ialah peniupan roh ke dalam tubuh janin.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14) Maksudnya,
Kami tiupkan roh ke dalam tubuhnya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Asy-Sya'bi, Al-Hasan,
Abul Aliyah, Ad-Dahhak, Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Saddi, dan Ibnu Zaid,
kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-
Nya: Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang  (berbentuk) lain. (Al Mu’minun:
14) Yaitu Kami pindahkan dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain hingga
terlahirlah ia dalam rupa bayi. Lalu ia tumbuh menjadi anak-anak, kemudian
mencapai usia balig, lalu menjadi dewasa, dan selanjutnya memasuki usia tua,
kemudian usia pikun.
Telah diriwayatkan dari Qatadah dan Ad-Dahhak hal yang semisal.
Pada garis besarnya tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat tersebut,
karena sesungguhnya sejak ditiupkan roh ke dalam tubuh si janin, maka
dimulailah perubahan-perubahan itu dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnadnya:

ُ‫ َو ابْن‬+ ‫ ُه‬- ِ ‫ ِد هَّللا‬+ ‫ عَنْ َع ْب‬،‫ب‬ ٍ ‫ ِد ْب ِن َو ْه‬+ ‫ عَنْ زَ ْي‬،‫ش‬ ُ ‫ َّدثَنَا اأْل َ ْع َم‬+‫ َح‬،َ‫ة‬+ َ‫و ُم َعا ِوي‬++ُ‫ َّدثَنَا أَب‬+‫َح‬
:ُ‫دُوق‬+‫ص‬ ْ ‫ق ا ْل َم‬ ُ ‫ا ِد‬+‫الص‬َّ ‫و‬+ َ +‫ َو ُه‬،‫لَّ َم‬+‫س‬
َ ‫ ِه َو‬+‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬ َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫ َح َّدثَنَا َر‬:‫قَا َل‬-‫س ُعو ٍد‬ ْ ‫َم‬
‫ ثُ َّم‬،‫ َك‬+ ِ‫ َل َذل‬+ ‫ةً ِم ْث‬+ َ‫ ثُ َّم يَ ُكونُ َعلَق‬،‫"إِنَّ أَ َح َد ُك ْم ليُجمع َخلقُه فِي بَ ْط ِن أُ ِّم ِه أَ ْربَ ِعينَ يَ ْو ًما‬
‫أ َ ْربَ ِع‬++ِ‫ر ب‬+ُ ‫ؤ َم‬+
ْ +ُ‫ َوي‬،‫وح‬ َ ‫ر‬+ ِ ‫ ثُ َّم يُ ْر‬، َ‫ك‬++ِ‫ َل َذل‬+‫ض َغةً ِم ْث‬
ُّ +‫ ِه ال‬+‫ ُك فَيَ ْنفُ ُخ فِي‬+َ‫ ِه ا ْل َمل‬+‫ ُل إِلَ ْي‬+‫س‬ ْ ‫يَ ُكونُ ُم‬
َّ‫ إِن‬،ُ‫ ُره‬++‫ فَ َوالَّ ِذي اَل إِلَهَ َغ ْي‬،ٌ‫س ِعيد‬ َ ‫شقِ ٌّي أَ ْو‬ َ ‫ َو َه ْل ه َُو‬،‫ َو َع َملِ ِه‬،‫ َوأَ َجلِ ِه‬،‫ ِر ْزقِ ِه‬:‫ت‬ ٍ ‫َكلِ َما‬
‫ ِه‬+‫ق َعلَ ْي‬ ُ ِ‫ب‬+‫س‬ ْ َ‫ فَي‬،ٌ‫ا إِاَّل ِذ َراع‬++‫هُ َوبَ ْينَ َه‬+َ‫أَ َح َد ُك ْم لَيَ ْع َم ُل بِ َع َم ِل أَ ْه ِل ا ْل َجنَّ ِة َحتَّى َما يَ ُكونُ بَ ْين‬
ِ +‫ ِل أَ ْه‬+‫ ُل بِ َع َم‬+‫ َل لَيَ ْع َم‬+‫ َوإِنَّ ال َّر ُج‬،‫د ُْخلَ َها‬+َ‫ل النَّا ِر فَي‬+
،‫ل النَّا ِر‬+ ِ +‫ فَيُ ْختَ ُم لَهُ بِ َع َم ِل أَ ْه‬،‫َاب‬
ُ ‫ا ْل ِكت‬
ِ ‫ ِل أَه‬+‫هُ بِ َع َم‬+َ‫ فَيُ ْختَ ُم ل‬،‫اب‬+َ
‫ل‬+ْ ُ ‫ ِه ا ْل ِكت‬+‫ق َعلَ ْي‬ ْ َ‫ فَي‬،ٌ‫ا إِاَّل ِذ َراع‬+‫ َوبَ ْينَ َه‬+ُ‫َحتَّى َما يَ ُكونُ بَ ْينَه‬
ُ ِ‫ب‬+‫س‬
."‫ا ْل َجنَّ ِة فَيَد ُْخلُ َها‬
telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami
Al-A'masy, dari Zaid ibnu Wahb, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada kami: Sesungguhnya
seseorang di antara kalian benar-benar dihimpunkan penciptaannya di dalam
perut ibunya selama empat puluh hari  (dalam bentuk nutfah), kemudian berupa
'alaqah dalam masa yang sama, kemudian dalam bentuk segumpal daging dalam
masa yang sama, kemudian diutus seorang malaikat kepadanya, maka malaikat
itu meniupkan roh ke dalam tubuhnya dan diperintahkan untuk mencatat empat
kalimat (perintah), yaitu tentang rezekinya, ajalnya, dan amal perbuatannya,
serta apakah dia termasuk orang yang celaka atau orang yang bahagia. Demi
Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang di antara kalian
benar-benar mengerjakan amal perbuatan ahli surga sehingga tiada jarak antara
dia dan surga selain hanya satu hasta, tetapi suratan takdir telah
mendahuluinya (bahwa dia termasuk ahli neraka), maka pada akhirnya ia
mengerjakan perbuatan ahli neraka dan dimasukkanlah dia ke dalamnya. Dan
sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar mengerjakan amal
perbuatan ahli neraka, sehingga tiada jarak antara dia dan neraka selain satu
hasta, tetapi suratan takdir telah mendahuluinya (bahwa dia termasuk ahli
surga), maka pada akhirnya ia mengamalkan perbuatan ahli surga dan
dimasukkanlah dia ke dalamnya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Sulaiman
ibnu Mahran Al-A'masy.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan,
telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy dari Abu
Khaisamah yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud r.a. pernah berkata,
"Sesungguhnya nutfah itu bila telah memasuki rahim, maka menyebarlah ia ke
segenap rambut dan kuku, lalu tinggal selama empat puluh hari, setelah itu ia
turun ke dalam rahim dan berubah menjadi 'alaqah."

‫ا ِء ْب ِن‬++َ‫ عَنْ َعط‬،‫ة‬++‫ َح َّدثَنَا أَبُو ُك َد ْين‬،‫س ِن‬ َ ‫سيْنُ بْنُ ا ْل َح‬ َ ‫ َح َّدثَنَا ُح‬:‫ضا‬ ً ‫قَا َل اإْل ِ َما ُم أَ ْح َم ُد أَ ْي‬
‫ي‬ ٌّ ‫و ِد‬++‫ َّر يَ ُه‬+‫ َم‬:‫ا َل‬++َ‫ ِد هَّللا ِ ق‬+‫ عَنْ َع ْب‬،‫ ِه‬+‫ عَنْ أَبِي‬،‫ َّر ْح َم ِن‬+‫س ُم بْنُ َع ْب ِد ال‬ ِ ‫َن ا ْلقَا‬ ِ ‫ ع‬،‫ب‬ ِ ِ‫سائ‬ َّ ‫ال‬
،‫ي‬ ُّ ‫و ِد‬++‫ يَا يَ ُه‬:‫ش‬ ُ َ
ٌ ‫ فقَالَتْ ق َر ْي‬،ُ‫ص َحابَه‬ َ
ْ ‫ِّث أ‬ ُ ‫سلَّ َم َوه َُو يُ َحد‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫ول هَّللا‬ +ِ ‫س‬ ُ ‫بِ َر‬
ُ‫ ا َءه‬+‫ فَ َج‬:‫ا َل‬++َ‫ ق‬.‫ هُ إِاَّل نَبِ ٌّي‬+‫ ْي ٍء اَل يَ ْعلَ ُم‬+‫ش‬ َ ْ‫أَلَنَّهُ عَن‬+‫س‬ ْ َ ‫ أَل‬:‫ا َل‬++َ‫ فَق‬+.‫زع ُم أَنَّهُ نَبِ ٌّي‬++َ‫إِنَّ َه َذا ي‬
،ُ‫يُ ْخلَق‬ ‫ من ك ٍّل‬،‫ "يا يهودي‬:‫ق اإلنسان؟ فقال‬ ُ َ‫ ِم َّم يُ ْخل‬،ُ‫ يَا ُم َح َّمد‬:‫ فَقَا َل‬،‫س‬ َ َ‫َحتَّى َجل‬
‫ا ا ْل َع ْظ ُم‬++‫ةٌ ِم ْن َه‬+َ‫ةٌ َغلِيظ‬+َ‫ ِل فَنُ ْطف‬+‫ فَأ َ َّما نُ ْطفَةُ ال َّر ُج‬،‫ِمنْ نُ ْطفَ ِة ال َّر ُج ِل َو ِمنْ نُ ْطفَ ِة ا ْل َم ْرأَ ِة‬
:‫ي فَقَا َل‬ ُّ ‫ َوأَ َّما نُ ْطفَةُ ا ْل َم ْرأَ ِة فَنُ ْطفَةٌ َرقِيقَةٌ ِم ْن َها اللَّ ْح ُم َوال َّد ُم" فَقَا َم ا ْليَ ُهو ِد‬،‫صب‬ َ ‫وال َع‬
. َ‫َه َك َذا َكانَ يَقُو ُل َمنْ قَ ْبلَك‬
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Husain ibnul
Hasan, telah menceritakan kepada kami Abu Kadinah, dari Ata ibnus Sa-ib, dari
Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abdullah yang menceritakan
bahwa seorang Yahudi bersua dengan Rasulullah Saw. yang sedang berbicara
dengan para sahabatnya. Kemudian orang-orang Quraisy berkata, "Hai orang
Yahudi, sesungguhnya orang ini (maksudnya Nabi Saw.) mengakui dirinya
sebagai seorang nabi." Maka orang Yahudi itu berkata, "Sungguh aku akan
menanyainya tentang sesuatu yang tidak diketahui oleh seorang pun kecuali hanya
oleh seorang nabi." Orang Yahudi itu datang kepada Nabi Saw. dan duduk di
dalam majelisnya, lalu bertanya, "Hai Muhammad, dari apakah manusia
diciptakan ?" Maka Nabi Saw. menjawab: Hai orang Yahudi, manusia diciptakan
dari gabungan antara air mani laki-laki dan air mani perempuan. Air mani laki-
laki berbentuk kental, darinya tercipta tulang dan otot-otot; sedangkan air mani
perempuan berbentuk encer, darinya tercipta daging dan darah. Maka si Yahudi
itu berkata, "Memang demikianlah dikatakan oleh orang-orang (para nabi)
sebelum kamu."

‫ ْيد‬+‫س‬ َ ُ‫ة ْب ِن أ‬++َ‫ ُح َذ ْيف‬،‫ل‬++‫طفَ ْي‬ ُّ ‫ عَنْ أَبِي ال‬،‫ ٍرو‬+‫ ْفيَانُ عَنْ َع ْم‬+‫س‬ ُ ‫ َّدثَنَا‬+‫ َح‬:ُ‫ د‬+‫ا ُم أَ ْح َم‬+‫ا َل اإْل ِ َم‬+َ‫ق‬
‫ك َعلَى‬++‫د ُْخ ُل ال َمل‬+ َ‫ "ي‬:‫و ُل‬++ُ‫سلَّ َم يَق‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ ُ ‫ سمعتُ َر‬:‫ي قَا َل‬ ِّ ‫ا ْل ِغفَا ِر‬
‫قِ ٌّي أَ ْم‬+‫ش‬
َ َ‫ا َذا؟ أ‬++‫ َم‬،‫ا َر ِّب‬++َ‫ ي‬:‫و ُل‬++ُ‫ فَيَق‬،ً‫ة‬+َ‫أ َ ْربَ ِعينَ لَ ْيل‬++ِ‫ َّر ِح ِم ب‬+‫تَقِ ُّر فِي ال‬+‫َس‬
ْ ‫النُّ ْطفَ ِة بَ ْع َد َما ت‬
ُ ‫ َما َذا؟ أَ َذ َك ٌر أَ ْم أُ ْنثَى؟ فَيَقُو ُل هَّللا‬:‫ فَيَقُواَل ِن‬.‫ان‬ ِ َ‫ فَيَ ْكتُب‬،ُ ‫س ِعيدٌ؟ أَ َذ َك ٌر أَ ْم أُ ْنثَى؟ فَيَقُو ُل هَّللا‬ َ
،ُ‫ ِحيفَة‬+ ‫الص‬َّ ‫ ثُ َّم تُ ْط َوى‬،ُ‫ َو ِر ْزقُه‬،ُ‫صيبَتُه‬ ِ ‫ َو ُم‬،ُ‫ َوأَثَ ُره‬،ُ‫ان ويُ ْكت َُب َع َملُه‬ ِ َ‫ فَيَ ْكتُب‬،‫َع َّز َو َج َّل‬
"‫ص‬ ُ َ‫فَاَل يُزاد َعلَى َما فِي َها َواَل يُ ْنق‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Amr,
dari AbutTufail, dari Huzaifah ibnu Usaid Al-Gifari yang mengatakan bahwa ia
pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Malaikat masuk ke dalam nutfah
sesudah nutfah menetap di dalam rahim selama empat puluh malam, lalu
malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah yang harus saya catat? Apakah dia
termasuk orang celaka atau orang bahagia, apakah dia laki-laki atau
perempuan?" Maka Allah berfirman, memerintahkannya untuk menulis laki-laki
atau perempuan; dan malaikat itu menulis pula amal perbuatannya, sepak
terjangnya, musibahnya, dan rezekinya. Kemudian lembaran itu dilipat, maka
tiada penambahan atas apa yang telah tertulis dan tiada pula pengurangan.”
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahihnya melalui hadis
Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar dengan sanad yang sama dan lafaz
yang semisal. Dan dari jalur lain melalui Abut Tufail Amir ibnu Wasilah, dari
Huzaifah ibnu Usaid, dari Abu Syarihah Al-Gifari dengan lafaz yang semisal.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

‫ َّدثَنَا‬+‫ َح‬،‫ ٍد‬+‫ َّدثَنَا َح َّما ُد بْنُ َز ْي‬+‫ َح‬،َ‫ َدة‬+‫ ُد بْنُ َع ْب‬+‫ َّدثَنَا أَ ْح َم‬+‫ َح‬:‫ َّزا ُر‬+َ‫ ٍر ا ْلب‬+‫قَا َل ا ْل َحافِظُ أَبُو بَ ْك‬
َّ‫ "إِن‬:‫ال‬+‫لم ق‬++‫ه وس‬++‫لَّى هَّللا ُ علي‬+‫ص‬ َ ِ ‫و َل هَّللا‬+‫س‬ ُ ‫س؛ أَنَّ َر‬ ٍ َ‫ عَنْ أَن‬،‫ُعبَ ْي ُد هَّللا ِ بْنُ أَبِي بَ ْك ٍر‬
‫إ ِ َذا‬++َ‫ ف‬.ٌ‫ض َغة‬
ْ ‫ ُم‬،‫ي َر ِّب‬ ْ َ‫ َعلَقَةٌ أ‬،‫أي َر ِّب‬ ْ .ٌ‫ نُ ْطفَة‬،‫ي َر ِّب‬ ْ َ‫ أ‬:‫هَّللا َ َو َّك َل بِال َّر ِح ِم َمل ًكا فَيَقُو ُل‬
" ‫ ُل؟‬+‫ق َواأْل َ َج‬
ُ ‫ ِّر ْز‬+ ‫ ذكر أو أنثى؟ شقي أو سعيد؟ فَ َما ال‬،‫ يَا رب‬:‫أَ َرا َد هَّللا ُ َخ ْلقَ َها قَا َل‬
."‫ "فَ َذلِكَ يُ ْكت َُب فِي بَ ْط ِن أُ ِّم ِه‬:‫قَا َل‬

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami


Ahmad ibnu Abdah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah
menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Abu Bakar, dari Anas, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah menugaskan seorang
malaikat untuk menjaga rahim, maka malaikat itu berkata, "Wahai Tuhanku,
masih berupa nutfah; wahai Tuhanku, telah menjadi 'alaqah; wahai Tuhanku,
telah menjadi segumpal daging.” Apabila Allah berkehendak untuk
menciptakannya, malaikat itu bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah dia laki-laki
atau perempuan? Apakah dia celaka atau bahagia? Dan bagaimanakah dengan
rezekinya dan ajalnya ?" Rasulullah Saw. bersabda, "Yang demikian itu dicatat di
dalam rahim ibunya.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab sahih
masing-masing melalui hadis Hammad ibnu Zaid dengan sanad yang sama.

Firman Allah Swt.:

َ ‫{فَتَبَا َر َك هَّللا ُ أَ ْح‬


} َ‫سنُ ا ْل َخالِقِين‬

“Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14)”


Setelah Allah menyebutkan tentang kekuasaan-Nya dan kelembutanNya dalam
menciptakan nutfah ini dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan dari
suatu bentuk ke bentuk yang lain sehingga terbentuklah seperti bentuk manusia
yang lengkap dan sempurna, maka Allah Swt. berfirman: Maka Mahasucilah
Allah, Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Habib,
telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan kepada kami
Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Anas
yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab pernah mengatakan, "Aku
bersesuaian dengan Tuhanku dalam empat perkara. Ketika ayat ini diturunkan,
yaitu firman-Nya: 'Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
saripati (berasal) dari tanah' (Al Mu’minun: 12), hingga akhir ayat. Maka aku
berkata, 'Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik.' Lalu turunlah
firman selanjutnya, yaitu: 'Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling
baik'. (Al Mu’minun: 14)
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami
Syaiban, dari Jabir Al-Ju'fi, dari Amir Asy-Sya'bi, dari Zaid ibnu Sabit Al-Ansari
yang mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. mengimlakan kepadanya ayat ini, yaitu
firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
saripati (berasal) dari tanah. (Al Mu’minun: 12) sampai dengan firman-
Nya: Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang  (berbentuk) lain. (Al Mu’minun:
14). Maka Mu'az berkata, "Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik."
Lalu Rasulullah Saw. tertawa, dan Mu'az bertanya, "Wahai Rasulullah Saw.,
mengapa engkau tertawa ?" Rasulullah Saw. menjawab: Dengan kalimat itulah
ayat ini diakhiri, yaitu: "Maka Mahasucilah Allah sebaik-baiknya Pencipta.”
Di dalam sanad hadis ini terdapat Jabir ibnu Zaid Al-Ju'fi, sedangkan dia
orangnya daif sekali, dan di dalam beritanya ini terkandung Nakarah yang parah.
Demikian itu karena surat ini Makkiyyah, sedangkan Zaid ibnu Sabit menjadi juru
tulis wahyu hanyalah setelah Rasulullah Saw. di Madinah. Demikian pula masuk
islamnya sahabat Mu'az ibnu Jabal, hanyalah setelah Rasulullah Saw. berada di
Madinah. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Firman Allah Swt.:

} َ‫{ثُ َّم إِنَّ ُك ْم بَ ْع َد َذلِكَ لَ َميِّتُون‬

“Kemudian sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. (Al


Mu’minun: 15)”
Artinya sesudah penciptaan pertama dari tiada menjadi ada, maka sesudah itu
kalian akan mati

} َ‫{ثُ َّم إِنَّ ُك ْم يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة تُ ْب َعثُون‬

“Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburanmu) di


hari kiamat. (Al Mu’minun: 16)”
Yakni dalam penciptaan yang terakhir di hari akhirat nanti. Sama halnya dengan
apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

}َ‫ش ُئ النَّشْأَةَ اآل ِخ َرة‬


ِ ‫{ثُ َّم هَّللا ُ يُ ْن‬
“Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. (Al-'Ankabut: 20)”
Yaitu di hari berbangkit dan semua roh kembali kepada jasadnya masing-masing,
lalu semua makhluk menjalani hisabnya, dan setiap orang yang beramal akan
dibalasi sesuai dengan amal perbuatannya. Jika amalnya baik, maka balasannya
baik, dan jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula.

B.         ASBABUN NUZUL


Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Murdawaih dan Bazzar dan Abu Ya'la telah
mengetengahkan sebuah hadis melalui Abi Rofi' yang telah menceritakan bahwa
nabi Muhammad saw.menerima tamu dan mau menjamunya,kemudian nabi saw
mengutusku kepada seorang laki-laki yahudi untuk meminjam sekantong trigu
darinya yang akan di bayar nanti pada permulaan bulan rajab,maka orang yahudi
itu berkata "tidak,kecuali apabila ia memakai jaminan"lalu aku dating kepada nabi
saw dan melaporkan padanya apa yang telah di katakan oleh orang yahudi
tersebut itu.maka nabi bersabda :"ingatlah,demi allah,sesungguhnya aku adalah
orang yang di percaya di langit dan di percaya pula di muka bumi ini" dan aku
tidak berpamitan meninggalkan majlis nabi saw,sehingga turunlah ayat ini (surat
thaha ayat 131)[2]

C.    Penjelasan ayat
ayat 132 yang telah di hadirkan di awal bab ini, imam ibnu katsir
rahimahullah menjelaskan,ayat ini berisi perintah untuk mendirikan shalat dengan
sabar sebagai sarana menuju ketaqwaan.melalui sarana taqwa ini setiap muslim
mendapat jaminan Allah berupa jalan keluar dari berbagai kesulitan dan pintu bagi
datangnya rizqi dari jalan yang tiada di sangka-sangka.Setelah turunnya surat
Thaha ayat 132, rasululloh saw. berangkat kerumah Fathimah r.a. dan menyuruh
putrinya tersebut mengerjakan shalat dalam menghadapi segala kesulitan dalam
kehidupan.nabi saw.melakukan perbuatan ini yaitu menyuruh putrinya untuk
shalat dalam menghadapi kesulitan terus menerus selama sebulan. inilah sunnah
rasululloh saw, yaitu menegakkan shalat bila di landa kesusahan. beliau nabi
saw,  menegakkan sunnah ini lewat da'wah bil hal, yaitu mengamalkan dan
memerintahkan.

D.    POKOK-POKOK PEMBAHASAN
 Larangan mengarahkan pandangan (dengan iri ) kepada orang-orang yang
telah di beri kenikmatan.larangan ini wajib untuk di patuhi.ukurang kemulyaan
seseorang di sisi Allah tidaklah terletak pada harta kekayaan yang
berlimpah,tetapi pada kadar ketaqwaannya kepada Allah swt. Kenikmatan berupa
harta yang telah di berikan kepada sebagian orang,merupakan ujian baginya dalam
mengukur sejauh mana kualitas syukur yang di miliki.kenyataan menunjukkan
bahwa harta serinh membuat pemiliknya lupa diri,mengeluarkannya pada jalan
yang sia-sia,atau berusaha menambah jumlah melalui jalan yang tidak
benar.kegiatan menumpuk-numpuk harta kekayaan telah mengakibatkan
tersitanya waktu dari mengingat Allah. Allah swt. telah memberikan nikmat yang
banyak kepada setiap hamba. hanya saja manusia sering berpandangan sempit
dengan membatasi makna nikmat dari sisi materiil saja.padahal, seluruh
keberadaan diri kita merupakan nikmat yang patut di syukuri.sekecil apapun yang
kita terima dari Allah itu adalah yang terbaik bagi kita.memang yang terbaik
menurut manusia belum tentu baik menurut pandangan Allah,begitu pula yang
buruk menurut manusia belum tentu buruk menurut Allah,oleh sebab itu,bisa jadi
kekayaan yang melimpah belum tentu cocok bagi kehidupan kita.Bersyukur dan
menerima rizki dari Alloh bukan berari mengizinkan kita untuk bermalas-malasan
dalam mencari ma'isyah .orang-orang salaf yang shaleh mengatakan bahwa "harta
adalah senjata kaum muslimin.bahkan, ibnu Abbas pernah berkata "Dinar dan
dirham adalah cincin Allaoh di muka bumi,yang dengannya terlaksana segala
kehendakmu"Dalam ayat di atas Allah swt. memerintahkan kaum muslimin untuk
mengajak keluarga dan kerabatnya mendirikan shalat dengan sabar,tujuannya
adalah agar ibadah tersebut menjadi penolong dalam menghadapi berbagai
kesukaran. Kehidupan dunia dengan segala gemerlapnya,bias juga di hadapi
dengan menerapkan dang mengembangkan sikap hidup sederhana.sikap hidup ini
dilakukan dengan cara meredam berbagai kecenderungan hawa nafsu duniawi
yang tidak terkendali,ini dilakukan bagi mereka yang hawatir terjerembab dalam
kehinaan dan kelalaian akibat tipuan dunia.sikap yang di kaksud ialah berbuat
zuhud.Hal ini di maksudkan agar pada masa dewasa nanti,anak didik dapat
melaksanakan kewajiban jihad dan dakwah dengan sebaik-baiknya.cukuplah
rasulullah saw.sebagai suru tauladan generasi muslim,baik dalam kehidupannya
yang sederhana,zuhud dalam makanan,pakaian dan tempat tinggal,agar mereka
selalu siap menghadapi segala sesuatu yang menghadangnya.Pantaslah jika umat
islam terlalu lama dalam kesenangan, kemewahan,tidur di atas sutra, dan tergiur
oleh harta benda,maka akan cepat sekali roboh dan pasrah terhadap serangan
musuh.roh kesabaran,persatuan serta jihad di jalan Allah menjadi pudar dalam
jiwa para pemuda.rasanya masih terlalu segar dalam ingatan kita akan sejarah
peristiwa jatuhnya Andalusia.  
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Setiap orang memiliki tanggungjawab baik terhadap diri sendiri, keluarga dan
masyarakat. Diantara bentuk tanggungjawab terhadap diri adalah menjadikan diri
sebagai teladan bagi keluarganya dalam segala bentuk kebaikan, kemudian bentuk
tanggungjawab terhadap keluarga adalah dengan menciptakan keluarga mereka
berkualitas dalam segala bidang terutama tentang penanaman nilai-nilai
agama,mendidik anak dengan didikan yang baik dan mensejahterakan,dan yang
terakhir tanggungjawab terhadap masyarakat adalah memberikan da’wah atau
penjelasan-penjelasan agama yang dapat menciptakan ketentraman.

DAFTAR PUSTAKA

Drs.Roli A.Rahman,M.Ag, Modul pembelajaran Qur’an Hadist,


(Bojonegoro,Akik Pusaka.2009) Hlm.24
Dirjen Kelembagaan Agama Islam DEPAG RI,Qur’an Hadist ,Madrasah Aliyah
Kelas 2 2002
Departemen Agama RI ,Al-quran dan Tafsirnya. Jakarta : Proyek Pengadaan
Kitab Suci  Al-qur’an Departemen Agama RI

Anda mungkin juga menyukai