Anda di halaman 1dari 3

NAMA : NURUL VITA AZIZAH

KELAS : XI MIPA 3

1. PERLAWANAN KAUM PADRI


A. Latar Belakang : Perang Padri dilatarbelakangi oleh kepulangan tiga orang Haji dari Mekkah
sekitar tahun 1803, yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang yang ingin memperbaiki
syariat Islam yang belum sempurna dijalankan oleh masyarakat Minangkabau. Mengetahui hal
tersebut, Tuanku Nan Renceh sangat tertarik lalu ikut mendukung keinginan ketiga orang Haji
tersebut bersama dengan ulama lain di Minangkabau yang tergabung dalam Harimau Nan
Salapan. Harimau Nan Salapan kemudian meminta Tuanku Lintau untuk mengajak Yang
Dipertuan Pagaruyung Sultan Arifin Muningsyah beserta Kaum Adat untuk meninggalkan
beberapa kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Dalam beberapa perundingan
tidak ada kata sepakat antara Kaum Padri dengan Kaum Adat. Seiring itu beberapa nagari dalam
Kerajaan Pagaruyung bergejolak, puncaknya pada tahun 1815, Kaum Padri dibawah pimpinan
Tuanku Pasaman menyerang Kerajaan Pagaruyung dan pecahlah peperangan di Koto Tangah.
Serangan ini menyebabkan Sultan Arifin Muningsyah terpaksa menyingkir dan melarikan diri
dari ibu kota kerajaan.Dari catatan Raffles yang pernah mengunjungi Pagaruyung pada tahun
1818, menyebutkan bahwa ia hanya mendapati sisa-sisa Istana Kerajaan Pagaruyung yang sudah
terbakar.

B. Penyebab : Perang Padri disebabkan antara lain adanya ulama-ulama yang ingin
memberantas kebiasaan buruk. Upaya itu harus direalisasikan meskipun dengan jalan kekerasan.
Pada tahun 1803, tiga orang haji pulang dari Mekkah. Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji
Piobang yang telah menyaksikan gerakan Wahhabisme di Arab berupaya untuk membersihkan
kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan Islam di Minangkabau. Haji Miskin membakar
tempat sabung ayam di Pandai Sikat, hal ini menyebabkan kemarahan masyarakat. Ia melarikan
diri ke Kota Lawas dan dilindungi Tuanku Mensiangan. Haji Miskin kemudian mendatangi
Tuanku nan Renceh dan membentuk Harimau Salapan atau delapan ulama untuk melawan kaum
adat.

C. Gambar-gambar yang terkait :


2. PERLAWANAN DIPONEGORO

A. Latar Belakang : Kesultanan Yogyakarta pada tahun 1822 setelah wafatnya Sri Sultan
Hamengkubuwono IV dikuasai oleh Residen Yogyakarta Hendrik Smissaert yang mencampuri
urusan kekuasaan keraton. Sementara itu Gubernur Jendral van der Capellen meminta seluruh tanah
sewa dikembalikan kepada pemilik dengan kompensasi tertentu. Hal ini tidak disetujui Pangeran
Diponegoro karena akan membawa keraton kepada kebangkrutan atas banyaknya tanah yang
dikembalikan. Namun Smissaert berhasil meyakinkan Ratu Ageng dan Patih Danuredjo selaku wali
raja untuk memuluskan kebijakan tersebut. Keraton terpaksa meminjam uang dari Kapitan Tionghoa
untuk membayar kompensasi tersebut.

B. Penyebab : Perang Diponegoro sendiri dapat dikatakan disebabkan oleh menguatnya pengaruh
Belanda di dalam keraton. Banyak diantara punggawa keraton yang memihak Belanda karena
mendapatkan keuntungan-keuntungan sendiri. Pangeran Diponegoro memutuskan hubungan dengan
keraton pada Oktober 1824 dan pulang ke Tegalrejo. Ia membahas mengenai kemungkinan untuk
melakukan pemberontakan pada Agustus tahun selanjutnya. Pangeran Diponegoro menghapus pajak
bagi petani untuk memberikan ruang pembelian makanan dan senjata. Perang akhirnya pecah ketika
Smissaert, pada Mei 1825 memperbaiki jalan Yogyakarta-Magelang melalui Tegalrejo. Patok-patok
jalan ini melewati makam leluhur Diponegoro, sehingga menyebabkan kemarahannya. Ia
memerintahkan mengganti patok tersebut dengan tombak sebagai pernyataan perang terhadap
Belanda dan Keraton Yogyakarta.

C. Gambar-gambar yang terkait :


3. PERANG RAKYAT BANJAR
A. Latar Belakang : Perang Banjar dimulai pada tahun 1859 dan berakhir pada tahun 1905 namun
sumber Belanda menyebutkan bahwa perang ini berlangsung sekitar tahun 1859-1863. Sebenarnya,
pertikaian dengan pihak Belanda mulai terjadi sejak Belanda memperoleh hak monopoli dagang di
Kesultanan Banjar. Konflik semakin memanas setelah Belanda ikut campur dalam Dengan ikut
campurnya Belanda dalam urusan kerajaan Banjar. Pangeran Nata yang merupakan wali putra
mahkota, menyatakan diri sebagai raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II pada tahun 1785 dan
melenyapkan semua putra alm. Sultan Muhammad. Akan tetapi, ada satu pewaris tahta yang berhasil
menyelamatkan diri yaitu Pangeran Amir. Dengan bantuan sang paman yang bernama Arung
Turawe, Pengeran Amir menyerang kerajaan namun tidak berhasil dan ia ditangkap lalu diasingkan
ke Srilanka.

B. Penyebab :Penyebab umum terjadinya perang banjar diantaranya:

 Ketidaksenangan rakyat banjar dengan tindakan Belanda yang merajalelanya pengambilalihan


perkebunan dan pertambangan di Kalimantan Selatan.
 Belanda terlalu banyak mencampuri urusan kesultanan.
 Tujuan Belanda mengambil alih Kalimantan Selatan karena ditemukan tambang batubara disana.

Penyebab khusus terjadinya perang banjar diantaranya:

 Belanda mengangkat Sultan Tamjidullah sebagai Sultan Banjar yang seharusnya dipegang oleh
Pangeran Hidayatullah. Setelah Tamjidullah dilengserkan dari sultan, Kesultanan Banjar
dibubarkan pihak Belanda.
 Terjadinya monopoli perdagangan lada, rotan, damar, hasil tambang seperti emas, intan dan lain
sebagainya oleh Belanda yang menyebabkan kerugian bagi rakyat.
 Belanda terlalu mencampuri urusan tahta kerajaan dimana saat penentuan pengganti Sultan Adam
maka Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah sebagai gantinya karena ia disenangi Belanda.
Sedangkan Pangeran Hidayatullah yang lebih berhak hanya diberi kedudukan sebagai
Mangkubumi karena ia membenci Belanda.

C. Gambar-gambar yang terkait :

Anda mungkin juga menyukai