Abstrak
Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada keadaan pariwisata di Pulau Karampuang dan pengembangan yang telah
dilakukan. Isu kelestarian alam mendorong penulis untuk mengkaji tentang pengembangan produk wisata
Karampuang dengan berpedoman pada prinsip-prinsip ekowisata bahari. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi sejauh manakah prinsip ekowisata bahari diterapkan dalam usaha maupun program
pengembangan produk wisata Karampuang yang meliputi aksesibilitas, atraksi wisata, dan fasilitas wisata.
Selanjutnya, diharapkan aspek-aspek pengembangan yang belum menerapkan prinsip ekowisata bahari dapat
menjadi fokus perhatian untuk program pengembangannya. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsitf
kualitatif yang berusaha untuk memaparkan keadaan pariwisata di Karampuang secara apa adanya. Pengambilan
data dilakukan dengan observasi partisipasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumen terkait. Data dianalisis
dengan secara langsung dengan tahapan a) reduction, b) serving, dan c) verification. Setelah melalui tahapan
tersebut, data kemudian diinterpretasikan untuk mendapatkan kesimpulan akhir. Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa secara garis besar, usaha dan program pengembangan prouk wisata Karampuang telah
menggunakan prinsip ekowisata bahari sebagai acuannya demi menjaga kelestarian alam yang pada akhirnya akan
mewujudkan sustainable tourism. Namun demikian, terdapat beberapa aspek yang masih dapat ditingkatkan dalam
hal penerapan prinsip ekowisata bahari dalam pengembangan atau pengelolaan wisata di Pulau Karampuang.
Sementara itu, penelitian ini memiliki implikasi praktis untuk pengelola wisata Karampuang sebagai dasar untuk
pengembangan produk wisata dengan berpedoman pada prinsip ekowisata bahari demi terwujudnya sustainable
tourism di masa depan.
Kata kunci: pengembangan wisata; produk wisata; ekowisata bahari; Pulau Karampuang; sustainable tourism
Abstract
This research was conducted based on the state of tourism in Karampuang Island and the developments that have
been carried out. The issue of nature preservation encourages the author to study the development of Karampuang
tourism products based on the principles of marine ecotourism. The purpose of this study is to identify the extent
to which the principles of marine ecotourism are applied in the business and development program of Karampuang
tourism products which include accessibility, tourist attractions and tourist facilities. Furthermore, it is hoped that
development aspects that have not applied the principles of marine ecotourism can become the focus of attention
for their development programs. This research is a qualitative descriptive study that seeks to describe the state of
tourism in Karampuang as it is. Data were collected by participatory observation, interviews, literature study, and
related document studies. Data were analyzed directly with the stages a) reduction, b) serving, and c) verification.
After going through these stages, the data is then interpreted to get a final conclusion. The results of this study
indicate that broadly speaking, the Karampuang tourism product development program and business have used
the principle of marine ecotourism as a reference in order to preserve nature which will ultimately create sustainable
tourism. However, there are several aspects that can be improved in terms of the application of the principles of
marine ecotourism in the development or management of tourism in Karampuang Island. Meanwhile, this research
has practical implications for Karampuang tourism managers as a basis for developing tourism products based on
the principles of marine ecotourism for the realization of sustainable tourism in the future.
Key words: tourism development; tourism products; marine ecotourism; Karampuang Island; sustainable tourism
[126-139]
Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai
Pariwisata Berkelanjutan
128
Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai
Pariwisata Berkelanjutan
usaha-usaha pelestarian alam atau daerah wisata sumberdaya laut dan pantai. Ini karena prinsip
tersebut. (Fandeli & Mukhlison, 2000) ekowisata berdasar pada pencegahan rusaknya
ekosistem laut akibat dampak negatif kegiatan
Sesuai dengan keadaan wilayah Pulau
pariwisata. Sehingga ketika alam yang rusak telah
Karampuang dan produk-produk wisatanya,
berhasil dikonservasi, maka fungsinya sebagai
ekowisata yang dimaksud dalam penelitian ini
penyangga kehidupan akan kembali dan bahkan
adalan ekowisata bahari sebagaimana Sebagian
akan mendatangkan manfaat secara ekonomi
besar produk wisatanya adalah wisata laut dan
melalui kegiatan pariwisata dan perikanan yang
pantai. Menurut (Pemerintah Republik Indonesia,
lebih produktif.
2009) dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan, wisata bahari Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk
merupakan berbagai upaya untuk menggelar mengetahui seberapa jauh prinsip atau konsep
kegiatan pariwisata dan olah raga air yang ekowisata bahari telah diterapkan dalam
meliputi penyediaan berbagai fasilitas dan jasa pengembangan produk pariwisata di Pulau
lainnya yang secara profesional dikelola untuk Karampuang guna mencapai tujuan sustainable
tujuan komersial di daerah pesisir pantai, perairan tourism.
laut, danau, sungai, dan waduk. Ahli lain juga
Konsep pariwisata berkelanjutan menjadi sangat
berpendapat bahwa ekowisata bahari termasuk ke
populer belakangan ini. Ini juga menyebabkan
dalam jenis wisata minat khusus terhadap
bertambahnya jumlah investasi pariwisata yang
kegiatan wisata lkelautan baik dilakukan di
seharusnya memberikan dampak positif bagi
permukaan maupun di dasar laut. (Samiyono &
semua pihak asalkan para pelaku wisata dapat dan
Trismadi, 2001). Zona ekowisata bahari terbagi
mau menjaga dan menyatu dengan alam. Oleh
menjadi tiga yakni permukaan laut, bawah laut,
sebab itu, dalam penelitiannya, (Arida, n.d.)
maupun di pesisir laut yang menawarkan berbagai
menyampaikan bahwa beberapa sektor publik
atraksi wisata air atau kelautan dalam kemasan
bertekad untuk menjadikan konsep sustainable
eco-tourism. Beberapa atraksi wisata bahari yang
tourism sebagai prioritas agar dapat menjaga dan
dapat dinikmati oleh wisatawan adalah taman
melestarikan sumber – sumber pariwisata alam
laut, Kawasan hutan mangrove, flora dan fauna
demi kepentingan di masa depan juga.
laut, terumbu karang, dan pantai (Yulius et al.,
2018). Pengembangan pariwisata ataupun produk
pariwisata yang didasarkan pada konsep atau
Seperti telah dijelaskan sebelumnya mengenai
prisnsip ekowisata memang menawarkan hasil
produk wisata Pulau Karampuang yang sangat
yang ideal dan seimbang baik bagi manusia
kental dengan kelautan, dalam tulisan ini,
sebagai pelaku wisata maupun bagi alam sebagai
ekowisata yang dimaksud cenderung kepada
objek wisata. Penerapan prinsip ekowisata dalam
ekowisata bahari. Lebih dalam lagi, ekowisata
pengembangan pariwisata akan memberikan
bahari merupakan kegiatan pemanfaatan sumber
batasan-batasan perilaku bagi manusia sebagai
daya laut dan pesisir yang tetap memperhatikan
pelaku wisata tanpa harus mengurangi aspek
kelestarian dan keseimbangan alam yang menjadi
kepuasan wisata. Ini dimaksudkan supaya alam
daya tarik wisata tersebut. Wisata bahari
dapat bertahan dan tetap lestari, sehingga
berpotensi untuk menurunkan kualitas dan
pariwisata dapat berlangsung selama mungkin
keseimbangan alam, oleh karena itu sangat
dengan tidak membawa kerusakan bagi alam.
diperlukan usaha-usaha untuk menjaga
kelestarian alam khususnya di daerah wisata Sebuah riset sebelumnya menyatakan bahwa
bahari tersebut agar kegiatan pariwisata dapat terdapat peluang dalam pengembangan produk
terus berlanjut (sustainable tourism). (Ketjulan, ekowisata bahari. Selain itu, dalam
2010). pengembangan wisata bahari tersebut, harus
diperhatikan penerapan prinsip-prinsip ekowisata
Di sisi lain, dilihat dari aspek konservasi,
bahari. Yang juga harus diperhatikan adalah
ekowisata bahari justru bentuk pelestarian
bahwa peluang pengembangan produk pariwisata langsung melalui tahapan 1) reduction yakni
yang meliputi produk dan fasilitas wisata baru penulis memilah data yang diperlukan yang dalam
tidak akan memberikan dampak negatif atau hal ini merupakan pengembangan produk
merusak produk yang telah ada sebelumnya, pariwisata Karampuang yang dilihat dengan
maupun kegiatan pariwisata secara keseluruhan. prinsip ekowisata bahari, 2) serving yakni penulis
(Nazhima & Arida, 2019). Peneliti lain menampilkan data yang telah dipilah, dan 3)
menjelaskan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh verification yakni penulis menyimpulkan hasil
warga masyarakat Pantai Bangsring dalam analisis pengembangan produk pariwisata
mengelola pariwisata merupakan salah satu usaha Karampuang dilihat dengan prinsip ekowisata
untuk memelihara ekosistem terumbu karang di bahari. Pada akhirnya akan didapatkan seberapa
Pantai Bangsring sehingga pengunjung Pantai jauh pengembangan produk pariwisata di
Bangsring tidak hanya snorkeling di Pantai Karampuang yang telah mempertimbangkan
Bangsring namun pengunjung juga dapat prinsip-prinsip ekowisata bahari.
melakukan aktivitas yang lain (Budiman et al.,
3. Kerangka Berpikir
2017). Selain itu, dalam pengembangan daerah
wisata di Pantai Malalayang, strategi utama yang 1
2
Pengambilan Data
dilaksanakan adalah dengan cara menjaga Persiapan:
▪ Observasi
▪ Review data sekunder
kelestarian sumber daya laut, keberagaman biota ▪ FGD
▪ Desain/metodologi
▪ Wawancara
laut di Pantai Malalayang, menata sarana dan ▪ Penyiapan instrumen
survey
prasarana wisata, dan mengembangkan potensi
kuliner lokal (Razak et al., 2017).
METODE PENELITIAN 3
4
Penyimpulan bagaimana
Analisis Data tentang
1. Pengumpulan Data Penerapan Konsep
penerapan prinsip ekowisata
bahari dalam
Ekowisata Bahari
Metode pengumpulan data yang diterapkan dalam Karampuang dengan
pengembangan produk
pariwisata Karampuang
kegiatan ini adalah rapid assesment berbasis pada Deskriptif Kualitatif
observasi, Focus Group Discussion (FGD), dan
pengumpulan data sekunder. Metode
pengumpulan data dilakukan berdasarkan jenis HASIL DAN PEMBAHASAN
data yang dibutuhkan, yaitu data primer dan data 1. Produk Wisata Karampuang
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan Kawasan Pulau Karampuang memiliki
dengan melakukan observasi, wawancara, konfigurasi landscape yang unik dan menawan,
penyebaran kuesioner, dan FGD. Sementara data dengan dilingkupi bukit-bukit berupa cliff yang
sekunder diperoleh dengan menelaah berbagai tertutup rindangnya pepohonan. Beberapa
sumber seperti jurnal, buku, undang-undang, dan gugusan pantainya dihampari pasir putih bersih.
dokumen kebijakan kepariwisataan baik di Keindahan bawah laut terterawang dengan jelas
tingkat daerah maupun nasional. karena kejernihan airnya.
2. Analisis Data Zonasi diperlukan untuk menjaga kelestarian,
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode keindahaan, dan kebersihan pantai. Penentuan
deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif zonasi ini didasarkan pada konsep landscape
digunakan untuk menggambarkan objek asessment. Zonasi dikelompokkan menjadi dua,
yaitu perlindungan dan pemanfaatan. Zona
penelitian secara faktual sesuai dengan keadaan
perlindungan dalam konsep adalah untuk menjaga
yang ada (Nawawi & Martini, 1996). Penelitian proses alamiah meskipun terdapat aktivitas
deskriptif kualitatif merupakan upaya untuk pariwisata di sekitarnya. Sementara zona
menyajikan serangkaian fenomena secara apa pemanfaatan ditujukan untuk menjaga ekosistem
adanya ketika penelitian dilaksanakan (Muchtar, dan sosiosistem masyarakat lokal di Kawasan
2013). Selanjutnya, juga mengacu pada Pulau Karampuang.
(Muchtar, 2013), analisis data dilakukan secara
130
Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai
Pariwisata Berkelanjutan
132
Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai
Pariwisata Berkelanjutan
dengan senang hati mengelola pariwisata dan pengembangan akses tidak ada bangunan yang
pada akhirnya tujuan sustainable tourism akan didirikan. Kemudian antar zona yang berada di
tercapai. area semakin kearah daratan maka akses lebih
banyak pilihan. Tetapi arah jalan harus tegak lurus
Akan tetapi, konsep ekowisata bahari juga
pada garis pantai. Hal ini dimaksudkan agar
menyimpan kekhawatiran ketika konsep tersebut
kerusakan tidak terjadi sepanjang garis pantai.
hanya dijadikan label semata untuk kampanye
Konstruksi jalan sebaiknya menggunakan
atau promosi pariwisata demi keuntungan atau
conblock (paving blok). Adanya conblock
profit yang besar semata tanpa mempedulikan
dimungkinkan air bisa masuk meresap ke dalam
keadaan alam. Selain itu, kekhawatiran lain
tanah. Syarat untuk pembuatan jalan dibangun
muncul jika pada praktiknya, konsep tersebut
tegak lurus dengan garis pantai. Apabila ingin
disalahartikan sebagai “wisata bahari”. Kedua
membuat jalan memanjang sepanjang garis pantai
konsep tersebut tentu sangat berbeda. Wisata
hanya boleh dilakukan pada batas terluar zona
bahari adalah berbagai kegiatan wisata yang
yang ada di kawasan yang datar. Pada setiap jalan
memanfaatkan sumber daya kelautan seperti
yang dibuat, ditepinya ditanami dengan tanaman
diving, snorkeling, memancing, dan sebagainya
perindang. Jalur ini bisa digunakan sebagai jalur
(Ketjulan, 2010).
trekking sepeda berkeliling Pulau Karampuang.
a. Pengembangan akses dalam kawasan Pengadaan jalur sepeda adalah salah satu rencana
wisata pengembangan pariwisata dalam mewadahi
Konfigurasi kawasan Pulau Karampuang mobilitas para pengunjung sehingga pengunjung
sebagian merupakan dataran dan sebagian dapat bekeliling kampung dan pemukiman di
perbukitan. Area yang berupa dataran berada di Pulau Karampuang sambal menikmati
Kawasan pinggiran pulau yang dijadikan sebagai pemandangan sekitar. Ruang publik dan peraturan
area pemukiman penduduk di kawasan Desa mengenai ruang publik penting untuk dijadikan
Karampuang 1 dan desa Ujung Bulo. Sementara acuan. Sementara itu, terkait pengembangan
kawasan perbukitan terdapat di sebagian sisi dermaga khusus wisata, perlu desain bangunan
pulau dan di tengah pulau. dermaga dengan bahan baku yang ramah
Berdasarkan kondisi geomorfologi ini ditetapkan lingkungan agar kegiatan wisata dapat bukan
zona lindung di perbukitan. Kawasan lindung ini justru merusak kawasan.
dikelola secara konservasi. Zona ini boleh Untuk mengidentifikasi dengan lebih detail, tabel
dimanfaatkan secara sangat terbatas. Untuk akses 2 berikut ini merupakan penyajian tabel
ke tempat ini tidak dibangun jalan beraspal tetapi pengembangan produk wisata Karampuang yang
jalur trekking conblock/paving dan sebagian jalan berupa akses dan kaitannya dengan prinsip
tanah/pasir. Di kiri kanan jalan setapak ini dibuat ekowisata bahari.
drop structure yang dilengkapi dengan bangunan
peresapan air hujan. Untuk menghubungkan antar
zona yang dipisahkan oleh pantai dan hutan Tabel 2. Pengembangan Produk Akses Kawasan
dibuat dermaga khusus kapal wisata. Kapal wisata Wisata Karampuang
No Arahan Program Spesifikasi/ Pertimbang-
ini digunakan untuk mengangkut wisatawan yang Pengem- Teknis an Ekosistem
ingin melakukan kegiatan selam (Diving dan bangan Pengem- dan
bangan Lingkungan
Snorkeling). Antar zona dapat dihubungkan jalan
1 Pengemba Penataan jalur ▪ Jalan ▪ Penggunaan
perdesaan. ngan Jalur pejalan kaki setapak paving dan
Trekking/ menuju dengan drop structure
Pengembangan akses ini dapat dilakukan tetapi jalan kaki Kawasan pantai paving dan masih
menuju drop memungkinkan
diharapkan untuk tidak merugikan zona lindung Kawasan structure di untuk
Pantai samping peresapan air
dan zona lainnya. Zona perlindungan perairan laut ▪ Tidak ada ke tanah
bangunan ▪ Supaya
dan sempadan pantai mempunyai keterbatasan, permanen keseimbangan
sehingga diharapkan nantinya di dalam ekosistem tetap
terpelihara
2 Pengemba Penataan jalur ▪ Jalan ▪ Penggunaan kegiatan Mass Tourism. Di zona ini tidak
ngan jalur bagi wisatawan setapak paving dan
bersepeda yang ingin dengan drop structure diperbolehkan untuk membangun sarana dan
bersepeda paving dan masih
wisata drop memungkinkan prasarana serta fasilitas konstruktif. Hanya
structure di untuk
samping peresapan air
tanaman pohon sebagai shelterbelt dapat ditanam
▪ Dibuat ke tanah bentuk berderet atau kelompok. Vegetasi semak
tegak-lurus ▪ Tegak lurus
terhadap untuk atau hutan mangrove harus dibiarkan tumbuh
garis pantai meminimalisir
▪ Ditanami abrasi sebagai tempat untuk bertelurnya penyu. Selain
tanaman ▪ Tanaman
perindang di mencegah abrasi
itu, terdapat area yang memiliki ketinggian sedikit
samping berbeda dengan jalur mangrove track yang
3 Pengemba Penyusunan ▪ Bahan baku ▪ Supaya
ngan DED dermaga lokal dan keseimbangan berfungsi sebagai area untuk melihat
dermaga wisata, ramah ekosistem tetap
khusus pembangunan lingkungan terpelihara
pemandangan laut maupun berfoto sekaligus
pariwisata dan sebagai tambahan area peristirahatan. Posisi
di Mamuju pengelolaannya
Sumber: Analsis Data Survey dan Observasi Penelitian, 2019 berada pada track yang lebih dekat dengan bibir
b. Pengembangan atraksi wisata pantai.
134
Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai
Pariwisata Berkelanjutan
adalah homestay. Homestay adalah rumah tinggal 1 Pengemba Pmbangunan ▪ Pemanfaata ▪ Agar tidak
ngan gerbang masuk n material mencemari dan
yang sebagian kamar beserta fasilitasnya Gerbang kawasan alam seperti keseimbangan
dan sebagai kayu dan ekosistem tetap
disewakan kepada wisatawan yang berinteraksi Dermaga identitas bambu terpelihara
di Pulau Kawasan Pulau
dengan tuan rumah dan masyarakat. Ada juga Karampua Karampuang
yang mendefinisikan homestay sebagai sebuah ng dan dermaga
kapal
bangunan yang dibuat khusus untuk menginap 2 Pembangu Pembangunan N/A N/A
nan rest dan penataan
tamu/wisatawan. area titik kumpul
wisatawan
Maksimal jumlah kamar yang diperbolehkan 3 ▪ Pemban ▪ Pembangunan N/A N/A
gunan dan penataan
untuk homestay adalah 5 kamar. Homestay di kios kios untuk
penyewa penyewaan dan
Karampuang dapat berupa rumah penduduk yang an penyimpanan
ditata sedemikian rupa untuk menginap tamu, ada peralata peralatan
n diving diving dan
juga membuat bangunan tersendiri sesuai dengan dan snorkeling
snorkelin ▪ Pengadaan
regulasi yang berlaku. Syarat homestay antara lain g (Dive peralatan
adalah dimiliki oleh anggota masyarakat, Center) diving dan
▪ Pengada snorkeling
memiliki nuansa atau keunikan lokal sesuai an
peralata
budaya setempat, memiliki standar ukuran luas n Diving
dan
kamar minimal 7,5m2, memiliki ventilasi udara Snorkeli
dan jendela. Hotel yang ada di Mamuju dapat ng
4 Pembangu ▪ Pembangunan N/A N/A
melakukan pembinaan kepada masyarakat yang nan TIC tempat untuk
mencari
memiliki homestay, supaya dapat berkembang informasi
dan sesuai dengan standar wisatawan. Rumah tentang
aktivitas
makan, toko souvenir, tempat bilas, toilet dan berwisata di
Pulau
tempat ibadah perlu untuk dilengkapi dan ditata Karampuang
dan Di Mamuju
ulang terutama di kawasan pantai. Investasi dalam 5 Pembangu ▪ Pembangunan ▪ Meletakkan ▪ Menjaga
skala besar tidak direkomendasikan di Pulau nan dan dan penataan tempat kebersihan
Penataan Kios kuliner sampah di Kawasan kios
Karampuang. Kuliner ▪ Penataan sepanjang kuliner
Khas shelter jalur kios
Setempat ▪ Penataan kuliner
Lebih lanjut lagi, gerbang masuk pada tempat sampah
pengembangan zona dermaga akan memberikan ▪ Pembangunan
toilet umum
kesan pertama tentang area pariwisata kepada 6 Pembangu ▪ Pembangunan ▪ Meletakkan ▪ Menjaga
nan dan dan penataan tempat kebersihan
para pengunjung sehingga desain harus sedapat penataan kios souvenir sampah di Kawasan kios
mungkin menarik perhatian dan memberi kesan souvenir ▪ Penataan sepanjang souvenir
khas shelter jalur kios
kepada pengunjung. Pengembangan ini dapat pula setempat ▪ Penataan souvenir
tempat sampah
didukung dengan pengadaan sculpture ikonik di ▪ Pembangunan
toilet umum
area kedatangan. Material alam seperti kayu dan 7 Pembangu ▪ Pembangunan ▪ Maksimal ▪ Pembatasan
bambu dapat dimanfaatkan sebagai material nan dan dan penataan memiliki 5 jumlah
penataan homestay dan kamar wisatawan
utama dalam perancangan gerbang masuk wisata. homestay Pondok Wisata agar tidak
serta ▪ Fasilitas untuk terjadi
Untuk mengidentifikasi dengan lebih detail, tabel Pondok homestay dan overload
4 berikut ini merupakan penyajian tabel Wisata Pondok Wisata kunjungan
Sumber: Analsis Data Survey dan Observasi Penelitian, 2019
pengembangan produk fasilitas pariwisata
Karampuang dan kaitannya dengan penerapan 3. Keterkaitan konsep ekowisata bahari dalam
prinsip ekowisata bahari. mencapai Sustainable Tourism
Untuk mencapai sustainable tourism di
Tabel 4. Pengembangan Produk Fasilitas Wisata
Karampuang Karampuang, konsep ekowisata, dalam hal ini
No Arahan Program Spesifikasi/ Pertimbang-an ekowisata bahari memiliki signifikansi untuk
Pengem-bangan Teknis Ekosistem dan
Pengem- Lingkungan diterapkan sebagai dasar pengembangan produk
bangan
pariwisata. Keberadaan konsep atau prinsip
ekowisata bahari akan menjadi pedoman utama
bagi para pelaku wisata dan seluruh stakeholder
136
Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai
Pariwisata Berkelanjutan
138
Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai
Pariwisata Berkelanjutan
https://docplayer.info/98871607-Buku- https://doi.org/10.24843/JDEPAR.2018.
ajar-pariwisata-berkelanjutan-i-nyoman- v06.i02.p08
sukma-arida-sustain-press.html Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat. (2018).
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi
(2018). Provinsi Sulawesi Barat dalam Barat nomor 1 tahun 2019 tentang
Angka. Rencana Induk Pembangunan
https://sulbar.bps.go.id/publication/2018 Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Barat
/08/16/477c302af1e0610025490776/pro tahun 2018-2025.
vinsi-sulawesi-barat-dalam-angka- Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-
2018.html Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Budiman, M. A., Mawardi, M. K., & Hakim, L. Kepariwisataan. Pemerintah Republik
(2017). Identifikasi Potensi dan Indonesia.
Pengembangan Produk Wisata serta https://www.hukumonline.com/pusatdat
Kepuasan Wisatawan terhadap Produk a/detail/29086/nprt/1060/undangundang
Wisata (Studi Kasus Di Pantai -nomor-10-tahun-2009
Bangsring, Kabupaten Banyuwangi). Razak, F. ., Suzana, B. O. L., & Kapantow, G. H.
Jurnal Administrasi Bisnis, 50(4), 55–63. M. (2017). Strategi Pengembangan
Burns, P. M., & Holden, A. (1995). Tourism: A Wisata Bahari Pantai Malalayang, Kota
New Perspective. Prentice Hall. Manado, Sulawesi Utara. Agri-
Wibowo, D. M. (2020, February 10). Save Our Sosioekonomi, 13(1A), 277–284.
Sea: Membangun Ekowisata Bahari https://doi.org/10.35791/agrsosek.13.1A
Berbasis Masyarakat. Warta Ekonomi. .2017.16180
https://www.wartaekonomi.co.id/read27 Samiyono, & Trismadi. (2001, 31 Mei). Peta
1149/save-our-sea-membangun- Pelayaran Wisata Bahari Indonesia.
ekowisata-bahari-berbasis-masyarakat Prosiding Seminar Laut Nasional III.
Fandeli, C., & Mukhlison. (2000). Pengusahaan Paper dipresentasikan pada Seminar Laut
Ekowisata (C. Fandeli, Ed.). Fakultas Nasional III, Perpustakaan Balitbang KP.
Kehutanan Universitas Gadjah Mada. http://www.sidik.litbang.kkp.go.id/index
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac. .php/searchkatalog/byId/33235
aspx?id=504533# Suswantoro, G. (2007). Dasar-Dasar Pariwisata.
Ketjulan, R. (2010). Analisis Kesesuaian dan Andi Offset.
Daya Dukung Ekowisata Bahari Pulau Weiler, B., & Hall, C. M. (1992). Special Interest
Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Tourism. Wiley.
Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Yoeti, O. A. (2002). Perencanaan dan
Tenggara [IPB]. Pengembangan Pariwisata (Cetakan
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456 Pertama). Pradnya Paramita.
789/41202 Yulius, R. R., Kadarwati, U. R., Ramdhan, M.,
Kotler, P., & Armstrong, G. (1989). Principles of Khairunnisa, T., Saepuloh, D.,
Marketing. Prentice Hall. Subandriyo, J., & Tussadiah, A. (2018).
Lindberg, K., & Hawkins, D. E. (1995). Buku Panduan Kriteria Penetapan Zona
Ecoturismo: Um guia para planejamento Ekowisata Bahari (Fredinan Yulianda,
e gestão. Senac. Handoko Adi Susanto, Roby
Middleton, V. T. C. (2001). Marketing in Travel Ardiwidjaja, & Erish Widjanarko, Eds.;
and Tourism (Third Edition). Cetakan Pertama). IPB Press Printing.
Butterworth-Heinemann.
Muchtar. (2013). Metode Penelitian Deskriftif
Kualitatif. GP Press Group.
Nawawi, H., & Martini, M. (1996). Penelitian
Terapan. Gadjah Mada University Press.
Nazhima, A. A., & Arida, I. N. S. (2019).
Pengembangan Produk Pariwisata
Melalui Penerapan Prinsip-Prinsip
Ekowisata Bahari Di Pantai Labuhan
Amuk, Desa Antiga, Karangasem, Bali.
Jurnal Destinasi Pariwisata, 6(2), 252.