Anda di halaman 1dari 14

Volume 12, Nomor 2, 2020

ISSN Cetak: 1411-9862

Jurnal Nasional Pariwisata


Sotya Sasongko*; Janianton Prinsip Ekowisata Bahari
Damanik; Henry Brahmantya
dalam Pengembangan Produk
Pusat Studi Pariwisata, Wisata Karampuang untuk
Universitas Gadjah Mada
Mencapai Pariwisata
*) corresponding author:
kokopuspar@ugm.ac.id Berkelanjutan

Abstrak
Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada keadaan pariwisata di Pulau Karampuang dan pengembangan yang telah
dilakukan. Isu kelestarian alam mendorong penulis untuk mengkaji tentang pengembangan produk wisata
Karampuang dengan berpedoman pada prinsip-prinsip ekowisata bahari. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi sejauh manakah prinsip ekowisata bahari diterapkan dalam usaha maupun program
pengembangan produk wisata Karampuang yang meliputi aksesibilitas, atraksi wisata, dan fasilitas wisata.
Selanjutnya, diharapkan aspek-aspek pengembangan yang belum menerapkan prinsip ekowisata bahari dapat
menjadi fokus perhatian untuk program pengembangannya. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsitf
kualitatif yang berusaha untuk memaparkan keadaan pariwisata di Karampuang secara apa adanya. Pengambilan
data dilakukan dengan observasi partisipasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumen terkait. Data dianalisis
dengan secara langsung dengan tahapan a) reduction, b) serving, dan c) verification. Setelah melalui tahapan
tersebut, data kemudian diinterpretasikan untuk mendapatkan kesimpulan akhir. Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa secara garis besar, usaha dan program pengembangan prouk wisata Karampuang telah
menggunakan prinsip ekowisata bahari sebagai acuannya demi menjaga kelestarian alam yang pada akhirnya akan
mewujudkan sustainable tourism. Namun demikian, terdapat beberapa aspek yang masih dapat ditingkatkan dalam
hal penerapan prinsip ekowisata bahari dalam pengembangan atau pengelolaan wisata di Pulau Karampuang.
Sementara itu, penelitian ini memiliki implikasi praktis untuk pengelola wisata Karampuang sebagai dasar untuk
pengembangan produk wisata dengan berpedoman pada prinsip ekowisata bahari demi terwujudnya sustainable
tourism di masa depan.

Kata kunci: pengembangan wisata; produk wisata; ekowisata bahari; Pulau Karampuang; sustainable tourism

Abstract
This research was conducted based on the state of tourism in Karampuang Island and the developments that have
been carried out. The issue of nature preservation encourages the author to study the development of Karampuang
tourism products based on the principles of marine ecotourism. The purpose of this study is to identify the extent
to which the principles of marine ecotourism are applied in the business and development program of Karampuang
tourism products which include accessibility, tourist attractions and tourist facilities. Furthermore, it is hoped that
development aspects that have not applied the principles of marine ecotourism can become the focus of attention
for their development programs. This research is a qualitative descriptive study that seeks to describe the state of
tourism in Karampuang as it is. Data were collected by participatory observation, interviews, literature study, and
related document studies. Data were analyzed directly with the stages a) reduction, b) serving, and c) verification.
After going through these stages, the data is then interpreted to get a final conclusion. The results of this study
indicate that broadly speaking, the Karampuang tourism product development program and business have used
the principle of marine ecotourism as a reference in order to preserve nature which will ultimately create sustainable
tourism. However, there are several aspects that can be improved in terms of the application of the principles of
marine ecotourism in the development or management of tourism in Karampuang Island. Meanwhile, this research
has practical implications for Karampuang tourism managers as a basis for developing tourism products based on
the principles of marine ecotourism for the realization of sustainable tourism in the future.

Key words: tourism development; tourism products; marine ecotourism; Karampuang Island; sustainable tourism

[126-139]
Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai
Pariwisata Berkelanjutan

PENDAHULUAN 2001) memberikan pengertian produk wisata


secara komprehensif bahwa “the tourist products
Keadaan alam Indonesia sangat didominsai oleh
to be considered as an amalgam of three main
gugusan pulau-pulau. Tidak hanya pulau-pulau
components of attraction, facilities at the
besar seperti Sulawesi, Sumatera, Kalimantan,
destination and accessibility of the destination”.
Jawa, dan Papua, deretan pulau-pulau kecil di
Secara rinci, elemen dasar dari suatu produk
antara pulau-pulau besar tersebut juga menjadi
wisata adalah atraksi, fasilitas, dan akses wisata.
kekayaan alam Indonesia. Keadaan geografis
Selanjutnya, (Suswantoro, 2007) mengutarakan
tersebut menyebabkan Indonesia memiliki ciri
bahwa produk pariwisata merupakan segala
khas sangat kental terkait kabaharian, khususnya
sesuatu yang dirasa dan diperoleh oleh wisatawan
dalam bidang pariwisata yang menawarkan
mulai saat meninggalkan tempat tinggal sampai
berbagai atraksi wisata bahari yang menakjubkan.
ke destinasi wisata hingga kembali ke tempat
Dalam buku Pedoman Ekowisata Bahari
tinggal. Unsur produk pariwisata yang
dijelaskan bahwa Indonesia sebagai negara
dikemukakan oleh (Yoeti, 2002) adalah daya tarik
kepualauan dengan posisi geografis yang
atau atraksi wisata, fasilitas, dan akses wisata
dikelilingi oleh Samudera Hindia dan Samudera
yang ditawarkan.
Pasifik memiliki unggulan potensi atraksi alam
ciri khas kebaharian. (Yulius et al., 2018). Produk pariwisata terbagi menjadi produk yang
memiliki fisik (tangible) dan produk yang tidak
Pendapat lain mengutarakan bahwa sumber daya
memiliki wujud fisik -jasa- (intangible). (Burns &
ekowisata bahari merupakan potensi alam yang
Holden, 1995) menyatakan bahwa produk wisata
terkait dengan kelautan atau kebaharian yang
sebagai sesuatu yang dapat dikoersialkan dan
dapat dieksplorasi dan dikelola untuk
diciptakan dengan mengintegrasikan berbagai
pengembangan produk pariwisata bahari tersebut.
komponen faktor produksi, ketertarikan
Zona ekowisata bahari terbagi ke dalam tiga area
konsumen terhadap destinasi wisata, dan berbagai
yaitu daratan atau pantai, laut (perairan sekitar
kebudayaan lokal serta festivalnya. Menurut
pantai dan lepas), dan dasar laut (Dwi Mukti
(Kotler & Armstrong, 1989) produk wisata adalah
Wibowo, 2020).
semua hal yang ditawarkan kepada pasar wisata
Salah satu pulau yang memiliki potensi tersebut atau konsumen untuk mendapatkan kepuasan atas
adalah Pulau Karampuang yang terletak di keinginan di dalam objek fisik, layanan, SDM
Provinsi Sulawesi Barat dianugerahi dengan yang terlibat di dalam suatu wadah dan inovasi-
berbagai daya tarik wisata alam dan budaya yang inovasi baru.
indah. Ironisnya, kunjungan pariwisata relatif
Setelah mengetahui dan memahami berbagai
rendah. Pada tahun 2017 tercatat kunjungan
pemikiran mengenai produk pariwisata dari
domestik pariwisata Sulawesi Barat sebanyak
berbagai ahli di atas, serta menyimpulkan garis
407.497 dan 723 untuk kunjungan mancanegara
besar dari pemahaman dan elemen produk
(Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat,
pariwisata, selanjutnya akan diuraiakan gambaran
2018). Padahal, provinsi ini telah sebetulnya
mengenai produk pariwisata di Pulau
mempunyai Rencana Induk Pembangunan
Karampuang yang dalam penelitian ini dibatasi
Pariwisata Provinsi (Pemerintah Provinsi
dalam tiga elemen yakni atraksi wisata,
Sulawesi Barat, 2018).
aksesibilitas, dan fasilitas.
Produk pariwisata memiliki perbedaan dari Tabel 1. Jenis Produk Pariwisata Berdasarkan Hasil
berbagai produk dan jasa di bidang lainnya. Obesrvasi
Pemahaman tentang produk pariwisata Jenis Data Uraian Data
Produk ▪ Daya tarik / atraksi wisata
melibatkan komponen yang lebih kompleks
Wisata ▪ Aksesibilitas menuju dan di dalam objek
karena tidak terbatas pada suatu produk itu ▪ Sarana prasarana wisata
sendiri, namun juga bagaimana wisatawan dapat Sumber: Data Penelitian, 2019
mengaksesnya dan mendapatkannya. (Middleton,

Volume 12, Nomor 2, September 2020


127
Jurnal Nasional Pariwisata Sotya Sasongko et al.

a. Aksesibilitas tourism. Konsep ini diharapkan dapat


Pulau Karampuang berjarak 3 km dari Kota memberikan rekomendasi kebijakan pada
Mamuju, Sulawesi Barat dan diakses stakeholders dalam rangka pengembangan
menggunakan perahu motor yang tersedia di area pariwisata yang lebih fokus dan terarah. Sehingga
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kasawi di pada akhirnya dapat terwujud pariwisata
Mamuju, selama sekitar 30 menit. Kondisi berkelanjutan (sustainable tourism) yang dapat
perairan yang relatif tenang, wisatawan akan menjadi penggerak perekonomian Karampuang.
dimanjakan oleh pemandangan lepas yang Secara detail, penelitian ini bertujuan untuk:
menawan dan disuguhi kesyahduan matahari
1. Mengidentifikasi jenis-jenis produk wisata
terbit dan terbenam yang begitu hikmat. Selain
Pulau Karampuang.
untuk transportasi wisata, perahu motor ini juga 2. Menganalisis implementasi konsep
merupakan kendaraan rutin penduduk ekowisata bahari dalam pengembangan
Karampuang menuju ke Mamuju untuk bekerja produk wisata.
ataupun sekolah. Pulau Karampuang memiliki 3. Menganalisis keterkaitan konsep
dua dermaga yang akan menyambut wisatawan ekowisata bahari dengan sustainable
yakni dermaga 1 yang terletak di pemukiman tourism.
Pada akhirnya, penelitian ini diharapkan dapat
penduduk, dan dermaga 2 di Ujung Bulo.
memberikan implikasi secara nyata kepada
b. Atraksi Wisata pemerintah daerah untuk menyusun rancangan
Secara garis besar, produk wisata yang dimiliki pembangunan dan pengembangan produk wisata
pulau Karampuang merupakan atraksi wisata Karampuang yang tidak merusak ekosistem.
bahari. Namun demikian, ada beberapa alternatif Misalnya adalah layout dan konstruksi kios-kios
atraksi wisata darat yang ditawarkan meskipun kuliner dan souvenir supaya tidak merusak
masih dalam area yang dekat dengan pantai atau konstruksi tanah di sekitar pantai yang dapat
laut. Berbagai atraksi wisata tersebut terbagi menyebabkan abrasi. Selain ini, penelitian ini
menjadi beberapa jenis yakni snorkeling, diving, diharapkan akan memberikan kesadaran bagi
pesisir pantai, sunset view, jelajah hutan lindung, warga masyarakat Karampuang agar lebih peduli
goa, dan sumber air (sumur) legendaris. terhadap lingkungan alam sekitar dalam
Snorkeling dan diving merupakan primadona di pengelolaan pariwisata.
kawasan tersebut dengan sajian keindahan aneka
terumbu karang dari soft hingga hard coral. Tidak
TINJAUAN PUSTAKA
perlu penyelaman yang terlalu dalam, wisatawan Akhir-akhir ini, pariwisata tidak lagi sekedar
akan dimanjakan dengan keindahan dunia bawah memiliki tujuan rekreatif. Lebih dari itu, saat ini
laut hanya dengan kedalaman dua hingga empat pariwisata juga memiliki tujuan edukasi dan
meter. bahkan pelestarian alam. Konsep tersebut saat ini
lebih populer dengan istilah ekowisata. Ekowisata
c. Fasilitas Wisata
merupakan suatu konsep tentang mencapai
Tidak dapat dipungkiri jika fasilitas pendukung
wisata di Ujung Bulo masih terbatas. Keberadaan keinginan dan kepuasan akan alam, tentang
eksploitasi wisata alam untuk kepentingan
dermaga, gazebo, jalan setapak, warung makan,
konservasi dan pengembangan, dan tentang
dan lapak souvenir masih terkesan seadanya.
mencegah dampak negatif dari kegiatan
Meski begitu, pasokan listrik telah masuk ke
Pulau Karampuang yang bersumber dari pariwisata tersebut terhadap alam (Lindberg &
Hawkins, 1995). Pemikiran lain tentang
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Solar Cell).
ekowisata adalah suatu kegiatan pariwisata di
Penelitian ini merupakan tindak lanjut dari daerah yang masih alami harus mengintegrasikan
penelitian-penelitian sebelumnya yang berusaha seluruh elemen seperti pemerintah, pihak swasta,
untuk mengkaji pengembangan produk wisata dan masyarakat, serta harus memberikan dampak
dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip positif tidak hanya untuk pelaku pariwisata
ekowisata bahari untuk mencapai sustainable namun juga untuk lingkungan alam dalam bentuk

128
Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai
Pariwisata Berkelanjutan

usaha-usaha pelestarian alam atau daerah wisata sumberdaya laut dan pantai. Ini karena prinsip
tersebut. (Fandeli & Mukhlison, 2000) ekowisata berdasar pada pencegahan rusaknya
ekosistem laut akibat dampak negatif kegiatan
Sesuai dengan keadaan wilayah Pulau
pariwisata. Sehingga ketika alam yang rusak telah
Karampuang dan produk-produk wisatanya,
berhasil dikonservasi, maka fungsinya sebagai
ekowisata yang dimaksud dalam penelitian ini
penyangga kehidupan akan kembali dan bahkan
adalan ekowisata bahari sebagaimana Sebagian
akan mendatangkan manfaat secara ekonomi
besar produk wisatanya adalah wisata laut dan
melalui kegiatan pariwisata dan perikanan yang
pantai. Menurut (Pemerintah Republik Indonesia,
lebih produktif.
2009) dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan, wisata bahari Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk
merupakan berbagai upaya untuk menggelar mengetahui seberapa jauh prinsip atau konsep
kegiatan pariwisata dan olah raga air yang ekowisata bahari telah diterapkan dalam
meliputi penyediaan berbagai fasilitas dan jasa pengembangan produk pariwisata di Pulau
lainnya yang secara profesional dikelola untuk Karampuang guna mencapai tujuan sustainable
tujuan komersial di daerah pesisir pantai, perairan tourism.
laut, danau, sungai, dan waduk. Ahli lain juga
Konsep pariwisata berkelanjutan menjadi sangat
berpendapat bahwa ekowisata bahari termasuk ke
populer belakangan ini. Ini juga menyebabkan
dalam jenis wisata minat khusus terhadap
bertambahnya jumlah investasi pariwisata yang
kegiatan wisata lkelautan baik dilakukan di
seharusnya memberikan dampak positif bagi
permukaan maupun di dasar laut. (Samiyono &
semua pihak asalkan para pelaku wisata dapat dan
Trismadi, 2001). Zona ekowisata bahari terbagi
mau menjaga dan menyatu dengan alam. Oleh
menjadi tiga yakni permukaan laut, bawah laut,
sebab itu, dalam penelitiannya, (Arida, n.d.)
maupun di pesisir laut yang menawarkan berbagai
menyampaikan bahwa beberapa sektor publik
atraksi wisata air atau kelautan dalam kemasan
bertekad untuk menjadikan konsep sustainable
eco-tourism. Beberapa atraksi wisata bahari yang
tourism sebagai prioritas agar dapat menjaga dan
dapat dinikmati oleh wisatawan adalah taman
melestarikan sumber – sumber pariwisata alam
laut, Kawasan hutan mangrove, flora dan fauna
demi kepentingan di masa depan juga.
laut, terumbu karang, dan pantai (Yulius et al.,
2018). Pengembangan pariwisata ataupun produk
pariwisata yang didasarkan pada konsep atau
Seperti telah dijelaskan sebelumnya mengenai
prisnsip ekowisata memang menawarkan hasil
produk wisata Pulau Karampuang yang sangat
yang ideal dan seimbang baik bagi manusia
kental dengan kelautan, dalam tulisan ini,
sebagai pelaku wisata maupun bagi alam sebagai
ekowisata yang dimaksud cenderung kepada
objek wisata. Penerapan prinsip ekowisata dalam
ekowisata bahari. Lebih dalam lagi, ekowisata
pengembangan pariwisata akan memberikan
bahari merupakan kegiatan pemanfaatan sumber
batasan-batasan perilaku bagi manusia sebagai
daya laut dan pesisir yang tetap memperhatikan
pelaku wisata tanpa harus mengurangi aspek
kelestarian dan keseimbangan alam yang menjadi
kepuasan wisata. Ini dimaksudkan supaya alam
daya tarik wisata tersebut. Wisata bahari
dapat bertahan dan tetap lestari, sehingga
berpotensi untuk menurunkan kualitas dan
pariwisata dapat berlangsung selama mungkin
keseimbangan alam, oleh karena itu sangat
dengan tidak membawa kerusakan bagi alam.
diperlukan usaha-usaha untuk menjaga
kelestarian alam khususnya di daerah wisata Sebuah riset sebelumnya menyatakan bahwa
bahari tersebut agar kegiatan pariwisata dapat terdapat peluang dalam pengembangan produk
terus berlanjut (sustainable tourism). (Ketjulan, ekowisata bahari. Selain itu, dalam
2010). pengembangan wisata bahari tersebut, harus
diperhatikan penerapan prinsip-prinsip ekowisata
Di sisi lain, dilihat dari aspek konservasi,
bahari. Yang juga harus diperhatikan adalah
ekowisata bahari justru bentuk pelestarian

Volume 12, Nomor 2, September 2020


129
Jurnal Nasional Pariwisata Sotya Sasongko et al.

bahwa peluang pengembangan produk pariwisata langsung melalui tahapan 1) reduction yakni
yang meliputi produk dan fasilitas wisata baru penulis memilah data yang diperlukan yang dalam
tidak akan memberikan dampak negatif atau hal ini merupakan pengembangan produk
merusak produk yang telah ada sebelumnya, pariwisata Karampuang yang dilihat dengan
maupun kegiatan pariwisata secara keseluruhan. prinsip ekowisata bahari, 2) serving yakni penulis
(Nazhima & Arida, 2019). Peneliti lain menampilkan data yang telah dipilah, dan 3)
menjelaskan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh verification yakni penulis menyimpulkan hasil
warga masyarakat Pantai Bangsring dalam analisis pengembangan produk pariwisata
mengelola pariwisata merupakan salah satu usaha Karampuang dilihat dengan prinsip ekowisata
untuk memelihara ekosistem terumbu karang di bahari. Pada akhirnya akan didapatkan seberapa
Pantai Bangsring sehingga pengunjung Pantai jauh pengembangan produk pariwisata di
Bangsring tidak hanya snorkeling di Pantai Karampuang yang telah mempertimbangkan
Bangsring namun pengunjung juga dapat prinsip-prinsip ekowisata bahari.
melakukan aktivitas yang lain (Budiman et al.,
3. Kerangka Berpikir
2017). Selain itu, dalam pengembangan daerah
wisata di Pantai Malalayang, strategi utama yang 1
2
Pengambilan Data
dilaksanakan adalah dengan cara menjaga Persiapan:
▪ Observasi
▪ Review data sekunder
kelestarian sumber daya laut, keberagaman biota ▪ FGD
▪ Desain/metodologi
▪ Wawancara
laut di Pantai Malalayang, menata sarana dan ▪ Penyiapan instrumen
survey
prasarana wisata, dan mengembangkan potensi
kuliner lokal (Razak et al., 2017).
METODE PENELITIAN 3
4
Penyimpulan bagaimana
Analisis Data tentang
1. Pengumpulan Data Penerapan Konsep
penerapan prinsip ekowisata
bahari dalam
Ekowisata Bahari
Metode pengumpulan data yang diterapkan dalam Karampuang dengan
pengembangan produk
pariwisata Karampuang
kegiatan ini adalah rapid assesment berbasis pada Deskriptif Kualitatif
observasi, Focus Group Discussion (FGD), dan
pengumpulan data sekunder. Metode
pengumpulan data dilakukan berdasarkan jenis HASIL DAN PEMBAHASAN
data yang dibutuhkan, yaitu data primer dan data 1. Produk Wisata Karampuang
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan Kawasan Pulau Karampuang memiliki
dengan melakukan observasi, wawancara, konfigurasi landscape yang unik dan menawan,
penyebaran kuesioner, dan FGD. Sementara data dengan dilingkupi bukit-bukit berupa cliff yang
sekunder diperoleh dengan menelaah berbagai tertutup rindangnya pepohonan. Beberapa
sumber seperti jurnal, buku, undang-undang, dan gugusan pantainya dihampari pasir putih bersih.
dokumen kebijakan kepariwisataan baik di Keindahan bawah laut terterawang dengan jelas
tingkat daerah maupun nasional. karena kejernihan airnya.
2. Analisis Data Zonasi diperlukan untuk menjaga kelestarian,
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode keindahaan, dan kebersihan pantai. Penentuan
deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif zonasi ini didasarkan pada konsep landscape
digunakan untuk menggambarkan objek asessment. Zonasi dikelompokkan menjadi dua,
yaitu perlindungan dan pemanfaatan. Zona
penelitian secara faktual sesuai dengan keadaan
perlindungan dalam konsep adalah untuk menjaga
yang ada (Nawawi & Martini, 1996). Penelitian proses alamiah meskipun terdapat aktivitas
deskriptif kualitatif merupakan upaya untuk pariwisata di sekitarnya. Sementara zona
menyajikan serangkaian fenomena secara apa pemanfaatan ditujukan untuk menjaga ekosistem
adanya ketika penelitian dilaksanakan (Muchtar, dan sosiosistem masyarakat lokal di Kawasan
2013). Selanjutnya, juga mengacu pada Pulau Karampuang.
(Muchtar, 2013), analisis data dilakukan secara

130
Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai
Pariwisata Berkelanjutan

a. Snorkeling dan Diving e. Hutan Kelelawar


Suguhan daya tarik wisata di Pulau Karampuang Salah satu yang ditawarkan oleh Hutan Kelelawar
memang tidak terbantahkan keindahannya. ini adalah wisata petualangan. Di dalam hutan
Snorkeling dan diving merupakan primadona di tersebut, terdapat beberapa atraksi wisata seperti
kawasan tersebut. Atraksi ini menawarkan selfie point dan bird watching. Di dalam hutan
kemurnian dan keindahan terumbu karang baik tersebut telah terdapat jalur pejalan kaki yang
jenis soft coral maupun hard coral. Wisatawan memudahkan wisatawan untuk berpetualang di
dapat dengan mudah melakukan snorkeling di dalam hutan.
sekitar dermaga Ujung Bulo dan lokasi-lokasi lain
f. Sumur Tiga Rasa
di kawasan Pulau Karampuang. Tidak perlu
Bagi wisatawan yang menyukai mitologi, Pulau
penyelaman yang terlalu dalam, wisatawan sudah
Karampuang juga memiliki daya tarik wisata
dimanjakan dengan keindahan dunia bawah laut
mitologi berupa sumur tiga rasa atau lebih populer
hanya dengan kedalaman dua hingga empat
dengan nama Sumur Jodoh. Terletak di bagian
meter. Salah satu lokasi diving yang paling favorit
selatan Karampuang, sumur ini diyakini dapat
adalah Wall Site yang yang menyimpan gugsan
mendatangkan jodoh bagi siapa saja yang
terumbu karang yang membentuk dinding besar.
meminum air dari sumur tersebut. Air di dalam
Spot ini memberikan sensasi pengalaman diving
sumur ini mengandung tiga rasa berbeda yaitu
yang spesial karena keragaman biota lautnya yang
tawar, asin, dan disertai rasa air payau.
masih terjaga merupakan surga dunia bawah laut
yang tidak akan menjemukan. 2. Pengembangan Produk dengan Prinsip
Ekowisata Bahari
b. Pesisir Pantai
Gugusan pantai di Karampuang dikenal dengan Terkait prinsip ekowisata bahari, (Pemerintah
kebersihan dan suasana damainya saat bersantai. Provinsi Sulawesi Barat, 2018) melalui Rencana
Dihampari dengan pasir putih yang masih bersih, Induk Pembangunan Pariwisata Provinsi
pantai-pantai di Karampuang tidak pernah gagal (Ripparprov) merumuskan Visi Pembangunan
untuk mewujudkan fungsi rekreatifnya bagi para Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat yaitu:
wisatawan yang menikmatinya. “Mewujudkan Provinsi Sulawesi Barat Sebagai
Destinasi Wisata Nasional Berkelas Dunia,
c. Sunset View Berkelanjutan, Berbasis pada Kearifan Lokal,
Suasana damai dan syahdu akan semakin terasa Yang Mendorong Pembangunan Daerah,
ketika momen matahari tenggelam di waktu Kesejahteraan Masyarakat dan Malaqbi”.
petang tiba saat wisatawan sedang bersantai dan Sedangkan Misinya adalah:
bercengekerama di gugusan pantai Karampuang.
Perpaduan antara hamparan pasir putih, deru (1) Memanfaatkan secara lestari sumber daya
ombak, hutan bakau, dan semburat matahari alam, budaya dan buatan sebagai objek
tenggelam (sunset) merupakan atraksi wisata potensial pembangunan pariwisata dengan
yang menakjubkan yang tidak boleh dilewatkan di melibatkan peran aktif masyarakat lokal di
Karampuang. Sulawesi Barat.
(2) Meningkatkan daya saing pariwisata
d. Gua Lidah Provinsi Sulawesi Barat baik pada tingkat
Selain dunia bawah laut, Pulau Karampuang
nasional maupun global sehingga mampu
masih menyimpan atraksi wisata lainnya yaitu
meningkatkan jumlah kunjungan.
wisata Gua Lidah yang terdapat di daratan sekitar
(3) Meningkatkan kualitas Sumber Daya
pantai. Bagi wisatawan yang suka memacu
Manusia (SDM), kelembagaan dan
adrenalin, Gua Lidah memiliki anak tangga
infrastrktur serta sarana dan prasarana
sebagai akses untuk menuju ke bagian dalam goa.
pariwisata.
Sekilas, goa ini seperti kecil, namun di dalamnya
(4) Menjadikan pariwisata sebagai wahana
tersembunyi area yang luas dengan dinding kokoh
pemberdayaan masyarakat, meningkatkan
setelah berhasil menyusuri anak tangga tersebut.

Volume 12, Nomor 2, September 2020


131
Jurnal Nasional Pariwisata Sotya Sasongko et al.

kreativitas, penciptaan dan pemerataan Kawasan mangrove, ekosistem kelelawar, dan


kesempatan kerja dan berusaha. gua lidah merupakan sumber daya wisata alam
(5) Mempromosikan potensi pariwisata Provinsi yang dapat disinergikan menjadi kesatuan atraksi
Sulawesi Barat dengan menjalin kerjasama wisata yang menawarkan topografi pantai sebagai
dengan daerah lain baik dalam negeri wisata bahari serta keindahan pantai sebagai
maupun luar negeri. wisata rekreatif. Dengan adanya daya tarik wisata
(6) Mengembangkan daerah tujuan wisata di terumbu karang, misi pariwisata berkelanjutan
Sulawesi Barat yang aman, nyaman, sangat penting untuk diserukan. Kegiatan
menarik, mudah dicapai dan berwawasan konservasi bawah laut yang dikemas sebagai
lingkungan sehingga mampu meningkatkan wisata edukasi dapat dipilih sebagai salah satu
pendapatan daerah dan masyarakat. alternatif. Paket transplantasi terumbu karang
(7) Mengembangkan pemasaran pariwisata untuk penyelamatan kelestarian terumbu karang
yang sinergis, unggul, dan bertanggung sangat prospektif untuk diterapkan. Selain
jawab untuk meningkatkan kunjungan berkelanjutan wisata ini juga harus menyuarakan
wisatawan baik nusantara maupun berbagai kegiatan positif peduli lingkungan. Ini
mancanegara ke Sulawesi Barat. akan memperkuat branding Pulau Karampuang.
(8) Mengembangkan industri pariwisata di Selain itu, pengembangan produk wisata di
Sulawesi Barat yang berdaya saing, kredibel, Karampuang juga sebaiknya dilakukan dengan
mampu menggerakan kemitraan usaha, konsep wisata minat khusus supaya tidak terjadi
bertanggung jawab atas kelestarian dan wisata massal dengan jumlah wisatawan yang
keseimbangan lingkungan alam dan dan berlebih demi keberlangsungan ekosistem sekitar.
sosial budaya. Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena
(9) Mengembangkan organisasi pemerintah memiliki minat tertentu dari objek atau kegiatan
daerah, swasta dan masyarakat di Sulawesi di daerah tujuan wisata tertentu. Tujuan wisata
Barat, mengembangkan sumber daya khusus ini harus direncanakan dan dikembangkan
manusia, regulasi dan mekanisme secara khusus (Weiler & Hall, 1992).
operasional yang efektif dan efisien dalam
Dalam suatu daerah tujuan wisata terutama daerah
rangka mendorong terwujudnya
pesisir pantai seperti di Pulau Karampuang
kepariwisataan yang berkelanjutan.
setidaknya ada beberapa aktivitas yang dilakukan
(10) Mendorong kemajuan daerah secara merata
yaitu aktivitas wisata, aktivitas perikanan tangkap
melalui optimalisasi pengelolaan dan
dan aktivitas penduduk nelayan atau penduduk
pemanfaatan potensi wisata serta
yang bermukim di sekitar pesisir pantai. Agar
pengembangan kerjasama antar daerah dan
konsep ekowisata bahari dan sustainable tourism
kemitraan antar pelaku dalam pengelolaan
dapat disosialisasikan dan diiimplementasikan
pariwisata.
dengan baik, maka penduduk yang menghuni
Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai wilayah tersebut dan melakukan aktivitas mereka
konsep dan prinsip ekowisata di bagian di Pulau Karampuang harus senantiasa
pendahuluan sebelumnya, setidaknya terdapat diperhatikan dan dilibatkan dalam berbagai
tiga butir yang secara langsung merujuk pada kegiatan dan pengembangan pariwisata. Salah
prinsip atau konsep ekowisata, yakni butir (1) satu upaya tersebut adalah dengan penerapan
memanfaatkan secara lestari sumber daya alam, pengembangan pariwisata berbasis masyarakat
(6) berwawasan lingkungan, dan (8) bertanggung atau CBT (Community-Based Tourism). Dengan
jawab atas kelestarian dan keseimbangan konsep CBT, kesadaran mereka akan pariwisata
lingkungan alam. akan terbentuk dan bahkan akan menjadi tata cara
hidup bagi masyarakat lokal (local way of life).
Konsep pengembangan ekowisata bahari didasari
Sehingga ketika warga telah memahami dan
oleh latar belakang demografis kelautan yang
menyadari bahwa pariwisata merupakan bagian
dimiliki oleh Pulau Karampuang. Pantai, laut,
dari kehidupan mereka, maka mereka akan
wisata bawah air (terumbu karang dan biota laut),

132
Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai
Pariwisata Berkelanjutan

dengan senang hati mengelola pariwisata dan pengembangan akses tidak ada bangunan yang
pada akhirnya tujuan sustainable tourism akan didirikan. Kemudian antar zona yang berada di
tercapai. area semakin kearah daratan maka akses lebih
banyak pilihan. Tetapi arah jalan harus tegak lurus
Akan tetapi, konsep ekowisata bahari juga
pada garis pantai. Hal ini dimaksudkan agar
menyimpan kekhawatiran ketika konsep tersebut
kerusakan tidak terjadi sepanjang garis pantai.
hanya dijadikan label semata untuk kampanye
Konstruksi jalan sebaiknya menggunakan
atau promosi pariwisata demi keuntungan atau
conblock (paving blok). Adanya conblock
profit yang besar semata tanpa mempedulikan
dimungkinkan air bisa masuk meresap ke dalam
keadaan alam. Selain itu, kekhawatiran lain
tanah. Syarat untuk pembuatan jalan dibangun
muncul jika pada praktiknya, konsep tersebut
tegak lurus dengan garis pantai. Apabila ingin
disalahartikan sebagai “wisata bahari”. Kedua
membuat jalan memanjang sepanjang garis pantai
konsep tersebut tentu sangat berbeda. Wisata
hanya boleh dilakukan pada batas terluar zona
bahari adalah berbagai kegiatan wisata yang
yang ada di kawasan yang datar. Pada setiap jalan
memanfaatkan sumber daya kelautan seperti
yang dibuat, ditepinya ditanami dengan tanaman
diving, snorkeling, memancing, dan sebagainya
perindang. Jalur ini bisa digunakan sebagai jalur
(Ketjulan, 2010).
trekking sepeda berkeliling Pulau Karampuang.
a. Pengembangan akses dalam kawasan Pengadaan jalur sepeda adalah salah satu rencana
wisata pengembangan pariwisata dalam mewadahi
Konfigurasi kawasan Pulau Karampuang mobilitas para pengunjung sehingga pengunjung
sebagian merupakan dataran dan sebagian dapat bekeliling kampung dan pemukiman di
perbukitan. Area yang berupa dataran berada di Pulau Karampuang sambal menikmati
Kawasan pinggiran pulau yang dijadikan sebagai pemandangan sekitar. Ruang publik dan peraturan
area pemukiman penduduk di kawasan Desa mengenai ruang publik penting untuk dijadikan
Karampuang 1 dan desa Ujung Bulo. Sementara acuan. Sementara itu, terkait pengembangan
kawasan perbukitan terdapat di sebagian sisi dermaga khusus wisata, perlu desain bangunan
pulau dan di tengah pulau. dermaga dengan bahan baku yang ramah
Berdasarkan kondisi geomorfologi ini ditetapkan lingkungan agar kegiatan wisata dapat bukan
zona lindung di perbukitan. Kawasan lindung ini justru merusak kawasan.
dikelola secara konservasi. Zona ini boleh Untuk mengidentifikasi dengan lebih detail, tabel
dimanfaatkan secara sangat terbatas. Untuk akses 2 berikut ini merupakan penyajian tabel
ke tempat ini tidak dibangun jalan beraspal tetapi pengembangan produk wisata Karampuang yang
jalur trekking conblock/paving dan sebagian jalan berupa akses dan kaitannya dengan prinsip
tanah/pasir. Di kiri kanan jalan setapak ini dibuat ekowisata bahari.
drop structure yang dilengkapi dengan bangunan
peresapan air hujan. Untuk menghubungkan antar
zona yang dipisahkan oleh pantai dan hutan Tabel 2. Pengembangan Produk Akses Kawasan
dibuat dermaga khusus kapal wisata. Kapal wisata Wisata Karampuang
No Arahan Program Spesifikasi/ Pertimbang-
ini digunakan untuk mengangkut wisatawan yang Pengem- Teknis an Ekosistem
ingin melakukan kegiatan selam (Diving dan bangan Pengem- dan
bangan Lingkungan
Snorkeling). Antar zona dapat dihubungkan jalan
1 Pengemba Penataan jalur ▪ Jalan ▪ Penggunaan
perdesaan. ngan Jalur pejalan kaki setapak paving dan
Trekking/ menuju dengan drop structure
Pengembangan akses ini dapat dilakukan tetapi jalan kaki Kawasan pantai paving dan masih
menuju drop memungkinkan
diharapkan untuk tidak merugikan zona lindung Kawasan structure di untuk
Pantai samping peresapan air
dan zona lainnya. Zona perlindungan perairan laut ▪ Tidak ada ke tanah
bangunan ▪ Supaya
dan sempadan pantai mempunyai keterbatasan, permanen keseimbangan
sehingga diharapkan nantinya di dalam ekosistem tetap
terpelihara

Volume 12, Nomor 2, September 2020


133
Jurnal Nasional Pariwisata Sotya Sasongko et al.

2 Pengemba Penataan jalur ▪ Jalan ▪ Penggunaan kegiatan Mass Tourism. Di zona ini tidak
ngan jalur bagi wisatawan setapak paving dan
bersepeda yang ingin dengan drop structure diperbolehkan untuk membangun sarana dan
bersepeda paving dan masih
wisata drop memungkinkan prasarana serta fasilitas konstruktif. Hanya
structure di untuk
samping peresapan air
tanaman pohon sebagai shelterbelt dapat ditanam
▪ Dibuat ke tanah bentuk berderet atau kelompok. Vegetasi semak
tegak-lurus ▪ Tegak lurus
terhadap untuk atau hutan mangrove harus dibiarkan tumbuh
garis pantai meminimalisir
▪ Ditanami abrasi sebagai tempat untuk bertelurnya penyu. Selain
tanaman ▪ Tanaman
perindang di mencegah abrasi
itu, terdapat area yang memiliki ketinggian sedikit
samping berbeda dengan jalur mangrove track yang
3 Pengemba Penyusunan ▪ Bahan baku ▪ Supaya
ngan DED dermaga lokal dan keseimbangan berfungsi sebagai area untuk melihat
dermaga wisata, ramah ekosistem tetap
khusus pembangunan lingkungan terpelihara
pemandangan laut maupun berfoto sekaligus
pariwisata dan sebagai tambahan area peristirahatan. Posisi
di Mamuju pengelolaannya
Sumber: Analsis Data Survey dan Observasi Penelitian, 2019 berada pada track yang lebih dekat dengan bibir
b. Pengembangan atraksi wisata pantai.

1) Atraksi yang ada di Zona perlindungan, Zona Pemanfaatan Dermaga Wisata


dilakukan seminimal mungkin Di Zona ini dapat dibangun fasilitas dan utilitas
pengembangan fasilitas utilitas. Zona ini yang intensif. Zona ini digunakan sebagai pintu
adalah Sempadan Pantai, Perairan Teluk, gerbang masuk ke kawasan wisata bawah air
Spot Diving dan snorkeling dan di kawasan Pulau karampuang. Penataan titik berkumpul, rest
hutan. Pada Zona hutan dilengkapi dengan area, area parkir kapal wisata dapat dibangun di
gazebo-gazebo pemandangan dan zona ini. Bangunan semi permanen seperti rumah
birdwatching, untuk melihat burung dan panggung yang dikemas sebagai TIC Pulau
kelelawar hutan. Karampuang.
2) Atraksi yang ada di Zona pemanfaatan Zona pemanfaatan pemukiman dan kawasan
intensif dan ekstensif pengembangan hutan
infrastruktur, fasilitas dan utilitas dapat Di zona ini dapat dibangun fasilitas dan utilitas
dilakukan secara intensif dengan pendukung kegiatan wisata di kawasan pantai dan
mempertimbangkan keberlanjutan dan atraksi kawasan Pulau karampuang (Gua, Sumur
ruang publik. Jodoh, trekking sepeda dan kelelawar hutan). Di
3) Atraksi yang ada di hutan dan Zona ini dapat dibangun fasilitas homestay, gerai-
perkampungan dapat dilakukan gerai kuliner dan souvenir, bahkan dapat dibuat
pembangunan dan penataan jalur trekking
workshop untuk gerai-gerai tersebut, selain itu
sepeda dan area bird watching.
4) Atraksi yang ada di zona diving dan dibangun kamar bilas dan toilet umum.
snorkeling dapat dilakukan penataan spot Zona pemanfaatan intensif Spot Diving dan
dan penanda untuk area diving dan Snorkeling
snorkeling. Di Zona ini tidak diperbolehkan untuk
Secara detail dapat diuraikan pada setiap zona membangun sarana dan prasarana serta fasilitas
sebagai berikut: yang intensif, yang diperlukan dibuat penanda
tempat spot-spot diving dan snorkeling tersebut
Pada Zona Pemanfaatan Kawasan Pantai
Di beberapa lokasi ada peluang terdapat dataran berada. Selain penanda arah, penanda bahaya,
yang ada lebar, akan tetapi perlu dibuat batas jalur evakuasi dan juga penanda yang berisi info
pengaman karena sisi-sisinya merupakan batuan mengenai destinasi tersebut sangat diperlukan.
yang sedikit tajam. Pengembangan kawasan Berapa lama penyelaman yang aman untuk
dengan gardu pandang dan gazebo sangat pemula, mahir dan sebagainya penting untuk
diminati pengunjung untuk melihat pemandangan diketahui pengunjung maupun masyarakat. Selain
laut. Kemudian zona sempadan pantai dengan itu, kegiatan konservasi bawah laut dapat dikemas
hamparan pasir putih dapat dialoksikan untuk sebagai wisata edukasi. Paket wisata transplantasi

134
Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai
Pariwisata Berkelanjutan

terumbu karang untuk penyelamatan terumbu ramah


lingkungan
karang juga memiliki prospek untuk dilakukan. 5 Penataan ▪ Penataan jalur ▪ Jalan ▪ Penggunaan
kawasan trekking setapak paving dan
Selain berkelanjutan wisata ini akan menyuarakan hutan ▪ Penataan selfie dengan drop structure
point paving dan masih
kegiatan positif yang peduli lingkungan dan dapat ▪ Penataan drop memungkinkan
memperkuat branding Karampuang. tempat duduk structure di untuk
▪ Pengadaan sampingnya peresapan air
sarana bird ▪ Gazebo, ke tanah
Untuk mengidentifikasi dengan lebih detail, tabel watching tempat ▪ Bahan kayu
3 berikut ini merupakan penyajian tabel duduk, dan dan bambu
fisik lainnya ramah
pengembangan produk atraksi wisata dengan lingkungan
bahan kayu
Karampuang dan kaitannya dengan prinsip yang ramah
lingkungan
ekowisata bahari. 6 Pengadaa ▪ Pengadaan N/A N/A
n glass glass bottom
Tabel 3. Pengembangan Produk Atraksi Wisata bottom boat (Kapal
Karampuang boat berlantai kaca)
(Kapal ▪ Pemandu
berlantai Wisata
No Arahan Program Spesifikasi/ Pertimbangan kaca)
Pengem-bangan Teknis Ekosistem dan 7 Penataan ▪ Penataan jalur ▪ Jalan ▪ Penggunaan
Pengem- Lingkungan dan trekking setapak paving dan
bangan pengemba ▪ Penataan Selfie dengan drop structure
1 Penataan ▪ Penyusunan ▪ Tidak ada ▪ Kawasan ngan Point paving dan masih
Kawasan DED Kawasan bangunan pesisir tetap atraksi ▪ Penataan drop memungkinkan
pantai Pariwisata fisik alami dan Sumur tempat duduk structure di untuk
▪ Penataan permanen/ko bersih Tiga Rasa ▪ Pembuatan samping peresapan air
Entrance Plaza nstruktif ▪ Penanaman signed Gazebo ▪ Gazebo, ke tanah
▪ Penataan Open ▪ Penanaman pohon untuk tempat ▪ Bahan kayu
Stage pohon untuk pencegahan duduk, dan dan bambu
▪ Penantaan shelterbelt abrasi fisik lainnya ramah
Gazebo dan ▪ Pelestarian ▪ Menjaga dengan lingkungan
tempat duduk vegetasi kelestarian bahan kayu
▪ Penataan kios semak untuk penyu laut yang ramah
kuliner dan tempat ▪ Bahan kayu lingkungan
souvenir bertelur dan bambu
▪ Penataan penyu ramah
Sumber: Analsis Data Survey dan Observasi Penelitian, 2019
kamar bilas ▪ Entance, lingkungan
dan toilet Gazebo, c. Pengembangan fasilitas
umum tempat Fasilitas wisata merupakan produk pelengkap
duduk, dan
fisik lainnya bagi daya tarik wisata yang digunakan untuk
dengan
bahan kayu melayani kebutuhan wisatawan. Fasilitas
yang ramah pariwisata sebagai ujung tombak usaha
lingkungan
2 Penataan ▪ Penataan pada ▪ Penanda ▪ Penandaan kepariwisataan dapat diartikan sebagai usaha
Spot spot- spot spot, arah, sebagai
Diving dan diving dan kedalaman, pengingat agar yang secara langsung maupun tidak langsung
Snorkeling snorkeling bahaya, dan wisatawan
yang ada di jalur tidak
memberikan pelayanan kepada wisatawan pada
kawasan Pulau evakuasi berperilaku suatu daya tarik wisata. Fasilitas tersebut antara
Karampuang ▪ Papan merusak
▪ Kegiatan informasi ▪ Transplantasi lain akomodasi, makan dan minum, souvenir,
konservasi mengenai untuk
bawah laut karakter melestarikan tempat ibadah, tempat bilas, toilet dan
atraksi terumbu sebagainya. Sementara itu, fasilitas pendukung
wisata karang
▪ Paket wisata wisata yang ada di Ujung Bulo masih terbatas.
transplantasi
terumbu Dermaga, gazebo, jalan setapak, warung makan
karang
3 Pengadaa ▪ Pembangunan N/A N/A
souvenir shop, masih sederhana dan belum
n dan pengadaan terkonsep dengan jelas. Namun demikian, Pulau
persewaan persewaan
sepeda sepeda Karampuang juga telah ditunjang dengan fasilitas
4 Penataan ▪ Penataan jalur ▪ Jalan ▪ Penggunaan
Kawasan trekking setapak paving dan aliran listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga
Goa Lidah ▪ Penataan Selfie dengan drop structure Surya. Melihat kondisi dan tata letak fasilitas
Point paving dan masih
▪ Penataan drop memungkinkan yang ada, harus ditambah dan direncanakan
tempat duduk structure di untuk
▪ Penataan samping peresapan air Kembali penataannya. Kawasan wisata
Toilet Umum ▪ Gazebo, ke tanah
tempat duduk, ▪ Bahan kayu
hendaknya harus aman, nyaman dan tentram,
dan fisik dan bambu terhindar dari polusi. Fasilitas akomodasi yang
lainnya ramah
dengan bahan lingkungan direkomendasikan untuk Pulau karampuang
kayu yang

Volume 12, Nomor 2, September 2020


135
Jurnal Nasional Pariwisata Sotya Sasongko et al.

adalah homestay. Homestay adalah rumah tinggal 1 Pengemba Pmbangunan ▪ Pemanfaata ▪ Agar tidak
ngan gerbang masuk n material mencemari dan
yang sebagian kamar beserta fasilitasnya Gerbang kawasan alam seperti keseimbangan
dan sebagai kayu dan ekosistem tetap
disewakan kepada wisatawan yang berinteraksi Dermaga identitas bambu terpelihara
di Pulau Kawasan Pulau
dengan tuan rumah dan masyarakat. Ada juga Karampua Karampuang
yang mendefinisikan homestay sebagai sebuah ng dan dermaga
kapal
bangunan yang dibuat khusus untuk menginap 2 Pembangu Pembangunan N/A N/A
nan rest dan penataan
tamu/wisatawan. area titik kumpul
wisatawan
Maksimal jumlah kamar yang diperbolehkan 3 ▪ Pemban ▪ Pembangunan N/A N/A
gunan dan penataan
untuk homestay adalah 5 kamar. Homestay di kios kios untuk
penyewa penyewaan dan
Karampuang dapat berupa rumah penduduk yang an penyimpanan
ditata sedemikian rupa untuk menginap tamu, ada peralata peralatan
n diving diving dan
juga membuat bangunan tersendiri sesuai dengan dan snorkeling
snorkelin ▪ Pengadaan
regulasi yang berlaku. Syarat homestay antara lain g (Dive peralatan
adalah dimiliki oleh anggota masyarakat, Center) diving dan
▪ Pengada snorkeling
memiliki nuansa atau keunikan lokal sesuai an
peralata
budaya setempat, memiliki standar ukuran luas n Diving
dan
kamar minimal 7,5m2, memiliki ventilasi udara Snorkeli
dan jendela. Hotel yang ada di Mamuju dapat ng
4 Pembangu ▪ Pembangunan N/A N/A
melakukan pembinaan kepada masyarakat yang nan TIC tempat untuk
mencari
memiliki homestay, supaya dapat berkembang informasi
dan sesuai dengan standar wisatawan. Rumah tentang
aktivitas
makan, toko souvenir, tempat bilas, toilet dan berwisata di
Pulau
tempat ibadah perlu untuk dilengkapi dan ditata Karampuang
dan Di Mamuju
ulang terutama di kawasan pantai. Investasi dalam 5 Pembangu ▪ Pembangunan ▪ Meletakkan ▪ Menjaga
skala besar tidak direkomendasikan di Pulau nan dan dan penataan tempat kebersihan
Penataan Kios kuliner sampah di Kawasan kios
Karampuang. Kuliner ▪ Penataan sepanjang kuliner
Khas shelter jalur kios
Setempat ▪ Penataan kuliner
Lebih lanjut lagi, gerbang masuk pada tempat sampah
pengembangan zona dermaga akan memberikan ▪ Pembangunan
toilet umum
kesan pertama tentang area pariwisata kepada 6 Pembangu ▪ Pembangunan ▪ Meletakkan ▪ Menjaga
nan dan dan penataan tempat kebersihan
para pengunjung sehingga desain harus sedapat penataan kios souvenir sampah di Kawasan kios
mungkin menarik perhatian dan memberi kesan souvenir ▪ Penataan sepanjang souvenir
khas shelter jalur kios
kepada pengunjung. Pengembangan ini dapat pula setempat ▪ Penataan souvenir
tempat sampah
didukung dengan pengadaan sculpture ikonik di ▪ Pembangunan
toilet umum
area kedatangan. Material alam seperti kayu dan 7 Pembangu ▪ Pembangunan ▪ Maksimal ▪ Pembatasan
bambu dapat dimanfaatkan sebagai material nan dan dan penataan memiliki 5 jumlah
penataan homestay dan kamar wisatawan
utama dalam perancangan gerbang masuk wisata. homestay Pondok Wisata agar tidak
serta ▪ Fasilitas untuk terjadi
Untuk mengidentifikasi dengan lebih detail, tabel Pondok homestay dan overload
4 berikut ini merupakan penyajian tabel Wisata Pondok Wisata kunjungan
Sumber: Analsis Data Survey dan Observasi Penelitian, 2019
pengembangan produk fasilitas pariwisata
Karampuang dan kaitannya dengan penerapan 3. Keterkaitan konsep ekowisata bahari dalam
prinsip ekowisata bahari. mencapai Sustainable Tourism
Untuk mencapai sustainable tourism di
Tabel 4. Pengembangan Produk Fasilitas Wisata
Karampuang Karampuang, konsep ekowisata, dalam hal ini
No Arahan Program Spesifikasi/ Pertimbang-an ekowisata bahari memiliki signifikansi untuk
Pengem-bangan Teknis Ekosistem dan
Pengem- Lingkungan diterapkan sebagai dasar pengembangan produk
bangan
pariwisata. Keberadaan konsep atau prinsip
ekowisata bahari akan menjadi pedoman utama
bagi para pelaku wisata dan seluruh stakeholder

136
Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai
Pariwisata Berkelanjutan

untuk mengembangkan produk pariwisata di daerah wisata. Khususnya pengembangan wisata


Karampuang dengan tetap mengutamakan terkait dengan wisata alam bahari. Oleh sebab itu,
kelestarian alam. Tujuan akhir pariwisata adalah prinsip ekowisata bahari menjadi sangat penting
mendapatkan kepuasan wisatawan yang juga akan untuk dijadikan sebagai pedoman dalam
berdampak pada kepuasan para pelaku wisata dan pengembangan produk pariwisata. Berikut ini
seluruh stakeholder terkait. merupakan kesimpulan dari masing-masing
pengembangan produk wisata di Karampuang.
Pengembangan produk pariwisata yang
berpedoman pada prinsip ekowisata bahari Akses wisata di Karampuang telah dicoba untuk
setidaknya akan memperhatikan dan dikembangkan baik akses menuju Karampuang
mengutamakan usaha-usaha untuk menjaga maupun akses dalam kawasan wisata.
keseimbangan ekosistem dan kelestarian alam Pengembangannya pun juga telah memperhatikan
sebagai atraksi atau objek wisata tersebut. prinsip ekowisata guna mengurangi dampak
Berpedoman pada prinsip ekowisata bahari, kerusakan lingkungan akibat kegiatan dan
pengembangan pariwisata Karampuang tidak eksplorasi wisata. Hal itu dibuktikan dengan fakta
hanya akan berorientasi kepada profit semata. sebagai berikut;
Lebih jauh dari itu, pengembangan pariwisata
▪ Pembuatan akses jalan setapak dengan
juga akan mengutamakan keberlangsungan dan
paving dan drop structure di sampingnya
kelestarian alam demi terjaganya kualitas
sebagai media resapan air hujan.
pariwisata untuk jangka waktu yang lama.
▪ Jalan trekking sepeda dibuat tegak-lurus
Sebagai contoh, di dalam tabel 2 dituliskan bahwa terhadap garis pantai untuk mencegah
salah satu program pengembangan produk atraksi abrasi.
diving dan snorkeling adalah dengan ▪ Penanaman tanaman perindang di kanan
menyediakan paket wisata transplantasi terumbu kiri jalur traekking untuk mencegah abrasi
karang. Hal ini bertujuan untuk terus berusaha air laut.
menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem ▪ Menggunakan bahan baku lokal dan ramah
bawah laut supaya tidak punah sehingga lingkungan dalam membuat dermaga
keberlanjutan pariwisata di Karampuang juga (mengutamakan bambu dan kayu).
akan terus terjaga. Namun demikian, perlu adanya
Pengembangan produk atraksi wisata di
pemandu selam yang professional supaya dalam
Karampuang telah mempertimbangkan prinsip
melakukan kegiatan wisata bawah laut
ekowisata bahari agar kegiatan pariwisata tidak
(transplantasi terumbu karang), wisatawan tidak
justru membahayakan alam. Hal tersebut dapat
melakukannya dengan sembarangan yang justru
dilihat dengan langkah-langkah pengembangan
dapat membahayakan ekosistem terumbu karang
produk wisata sebagai berikut:
itu sendiri. Ketika produk atraksi wisata tersebut
dapat dilakukan dengan baik, maka tidak hanya ▪ Tidak membangun sarana fisik permanen
kepuasan wisatawan yang didapatkan, melainkan atau konstruktif.
juga keberlangsungan alam yang terjaga sehingga ▪ Penanaman pohon untuk shelterbelt.
pariwisata akan terus berputar. ▪ Pelestarian vegetasi semak untuk tempat
bertelur penyu.
KESIMPULAN ▪ Pembuatan entance, gazebo, tempat
Penulis menyimpulkan yang pertama terkait duduk, rest area, dan gardu pandang
dengan implementasi prinsip ekowisata dalam dengan kayu dan bambu.
program pengembangan produk wisata ▪ Paket wisata transplantasi terumbu karang.
Karampuang, di mana program dan langkah ▪ Jalan setapak dan jalur trekking dibuat
pengembangan produk pariwisata yang dengan paving dan drop structure di
melibatkan berbagai stakeholder harus sekelilingnya.
dilaksanakan dengan mengutamakan
keberlangsungan dan kelestarian alam sekitar

Volume 12, Nomor 2, September 2020


137
Jurnal Nasional Pariwisata Sotya Sasongko et al.

Terkait dengan fasilitas wisata, pegembangan pengembangan produk pariwisata, khususnya di


yang dilakukan memang belum begitu Pulau Karampuang.
memperhatikan prinsip ekowisata secara detail
Pada bagian paling akhir dari penelitian ini, atas
seperti pada pengembangan akses dan atraksi
segala keterbatasan dalam penelitian ini, penulis
wisata sebelumnya. Akan tetapi, di sisi lain hal ini
akan menyampaikan beberapa saran untuk
dapat dipahami karena fasilitas wisata sangat erat
seluruh pihak yang terkait dengan pengembangan
kaitannya dengan kenyamanan dan keamanan
produk pariwisata di Karampuang ini. Saran-
wisatawan. Memang beberapa Langkah atau
saran tersebut diharapkan dapat dijadikan dasar
program pengembagan telah menggunakan
untuk pengembangan produk pariwisata
prinsip ekowisata seperti pemanfaatan material
khususnya di Karampuang di masa depan.
alam seperti kayu dan bambu dalam
pembangunan dermaga, peletakkan tempat 1) Meskipun segala program dan Langkah
sampah di sepanjang jalur kios kuliner dan pengembangan produk pariwisata telah
souvenir, dan pembatasan jumlah kamar didasarkan pada prinsip ekowisata bahari
homestay untuk mengendalikan jumlah untuk menjaga kelestarian lingkungan,
wisatawan. namun hal tersebut juga harus disertai
dengan perumusan daya dukung lingkungan
Kedua, implementasi ekowisata bahari untuk
-alam- agar upaya-upaya tersebut tidak sia-
mencapai pembangunan berkelanjutan di
sia. Jumlah kunjungan pariwisata yang
Karampuang. Pengembangan produk pariwisata
berlebih justru akan membahayakan alam
yang didasarkan pada prinsip ekowisata bahari di
sekitar itu sendiri.
Karampuang ini tentu akan memiliki dampak
2) Meskipun telah banyak menggunakan kayu
positif bagi semua pihak dan elemen, tidak
dan bambu yang ramah lingkungan dalam
terkecuali untuk alam sekitar Karampuang.
pembuatan jalur setapak dan trekking,
Pengembangan tersebut tentunya akan
namun secara teknis harus didesain secara
mengutamakan keseimbangan ekosistem dan
detail terutama dikaitkan dengan layout dan
keberlangsungan alam sehingga dampak
kondisi lingkungan sekitar.
kerusakan alam akibat kegiatan pariwisata akan
3) Desain layout kios kuliner dan souvenir
dapat dicegah. Keadaan tersebut tentunya akan
harus dirumuskan secara teknis agar
membuat alam terus lestari dan dapat
konsturksi sarana fisik tersebut tidak
mengeluarkan pesonanya untuk menarik
merusak lingkungan. Begitu juga dengan
wisatawan terus datang berkunjung sebagai
pembangunan TIC dan rest area bagi
pengejawantahan dari tercapainya sustainable
wisatawan.
tourism. Pada akhirnya kepuasan wisata akan juga
4) Perlu adanya regulasi pembatasan
didapatkan baik dari sisi wisatawan maupun dari
wisatawan seperti misalnya ketika bersepeda
sisi penyedia jasa dan pelaku usaha lainnya.
dengan memasuki kawasan hutan dan
Pada akhirnya, penulis ingin menyampaikan pemukiman supaya satwa dan flora hutan
bahwa program dan langkah pengembangan tidak terganggu dan terusir serta masyarakat
produk wisata di Karampuang secara garis besar lokal tidak merasa terjajah.
telah memperhatikan prinsip-prinsip ekowisata
Perlu adanya regulasi bagi wisatawan agar tidak
bahari demi menjaga lingkungan dan
berperilaku merusak selama melakukan kegiatan
keseimbangan ekosistem agar tercapai pariwisata
pariwisata, misalnya adalah larangan menangkap
berkelanjutan (sustainable tourism). Namun
satwa, mengambil berbagai jenis flora, dan
demikian, dengan segala keterbatasan yang
mengotori area wisata Karampuang.
dimiliki oleh penulis, tentu hasil penelitian ini pun
juga memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, di DAFTAR PUSTAKA
masa depan, hasil penelitian ini diharapkan dapat Arida, I. N. S. (n.d.). Buku Ajar Pariwisata
digunakan sebagai acuan untuk penelitian- Berkelanjutan. Sustain-Press. Retrieved
July 15, 2020, from
penelitian selanjutnya terutama untuk

138
Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai
Pariwisata Berkelanjutan

https://docplayer.info/98871607-Buku- https://doi.org/10.24843/JDEPAR.2018.
ajar-pariwisata-berkelanjutan-i-nyoman- v06.i02.p08
sukma-arida-sustain-press.html Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat. (2018).
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi
(2018). Provinsi Sulawesi Barat dalam Barat nomor 1 tahun 2019 tentang
Angka. Rencana Induk Pembangunan
https://sulbar.bps.go.id/publication/2018 Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Barat
/08/16/477c302af1e0610025490776/pro tahun 2018-2025.
vinsi-sulawesi-barat-dalam-angka- Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-
2018.html Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Budiman, M. A., Mawardi, M. K., & Hakim, L. Kepariwisataan. Pemerintah Republik
(2017). Identifikasi Potensi dan Indonesia.
Pengembangan Produk Wisata serta https://www.hukumonline.com/pusatdat
Kepuasan Wisatawan terhadap Produk a/detail/29086/nprt/1060/undangundang
Wisata (Studi Kasus Di Pantai -nomor-10-tahun-2009
Bangsring, Kabupaten Banyuwangi). Razak, F. ., Suzana, B. O. L., & Kapantow, G. H.
Jurnal Administrasi Bisnis, 50(4), 55–63. M. (2017). Strategi Pengembangan
Burns, P. M., & Holden, A. (1995). Tourism: A Wisata Bahari Pantai Malalayang, Kota
New Perspective. Prentice Hall. Manado, Sulawesi Utara. Agri-
Wibowo, D. M. (2020, February 10). Save Our Sosioekonomi, 13(1A), 277–284.
Sea: Membangun Ekowisata Bahari https://doi.org/10.35791/agrsosek.13.1A
Berbasis Masyarakat. Warta Ekonomi. .2017.16180
https://www.wartaekonomi.co.id/read27 Samiyono, & Trismadi. (2001, 31 Mei). Peta
1149/save-our-sea-membangun- Pelayaran Wisata Bahari Indonesia.
ekowisata-bahari-berbasis-masyarakat Prosiding Seminar Laut Nasional III.
Fandeli, C., & Mukhlison. (2000). Pengusahaan Paper dipresentasikan pada Seminar Laut
Ekowisata (C. Fandeli, Ed.). Fakultas Nasional III, Perpustakaan Balitbang KP.
Kehutanan Universitas Gadjah Mada. http://www.sidik.litbang.kkp.go.id/index
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac. .php/searchkatalog/byId/33235
aspx?id=504533# Suswantoro, G. (2007). Dasar-Dasar Pariwisata.
Ketjulan, R. (2010). Analisis Kesesuaian dan Andi Offset.
Daya Dukung Ekowisata Bahari Pulau Weiler, B., & Hall, C. M. (1992). Special Interest
Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Tourism. Wiley.
Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Yoeti, O. A. (2002). Perencanaan dan
Tenggara [IPB]. Pengembangan Pariwisata (Cetakan
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456 Pertama). Pradnya Paramita.
789/41202 Yulius, R. R., Kadarwati, U. R., Ramdhan, M.,
Kotler, P., & Armstrong, G. (1989). Principles of Khairunnisa, T., Saepuloh, D.,
Marketing. Prentice Hall. Subandriyo, J., & Tussadiah, A. (2018).
Lindberg, K., & Hawkins, D. E. (1995). Buku Panduan Kriteria Penetapan Zona
Ecoturismo: Um guia para planejamento Ekowisata Bahari (Fredinan Yulianda,
e gestão. Senac. Handoko Adi Susanto, Roby
Middleton, V. T. C. (2001). Marketing in Travel Ardiwidjaja, & Erish Widjanarko, Eds.;
and Tourism (Third Edition). Cetakan Pertama). IPB Press Printing.
Butterworth-Heinemann.
Muchtar. (2013). Metode Penelitian Deskriftif
Kualitatif. GP Press Group.
Nawawi, H., & Martini, M. (1996). Penelitian
Terapan. Gadjah Mada University Press.
Nazhima, A. A., & Arida, I. N. S. (2019).
Pengembangan Produk Pariwisata
Melalui Penerapan Prinsip-Prinsip
Ekowisata Bahari Di Pantai Labuhan
Amuk, Desa Antiga, Karangasem, Bali.
Jurnal Destinasi Pariwisata, 6(2), 252.

Volume 12, Nomor 2, September 2020


139

Anda mungkin juga menyukai