Anda di halaman 1dari 6

2.

9 PENYELENGGARAAN MAKANAN DARURAT

A. Definisi Penyelenggaraan makanan

Penyelenggaraan makanan darurat merupakan peyelenggaraan makanan yang


dipersiapkan pada waktu terjadi keadaan darurat yang ditetapkan oleh Kepala
Wilayah setempat. Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, pada dasarnya
penyediaan makanan darurat sifatnya sementara dan dalam waktu yang relatif singkat
(1 – 3 hari), serta dilaksanakan pada saat masyarakat dinyatakan mengungsi sehingga
tidak mungkin untuk menyelenggarakan makanan sendiri. Dalam Pedoman Kegiatan
Gizi Dalam Penanggulangan Bencana Kemenkes RI tahun 2012, disebutkan ada 3
tahapan penanggulangan bencana yaitu:

1. Prabencana.
2. Situasi Keadaan Darurat Bencana.
a. Siaga Darurat
b. Tanggap Darurat
 Tahap Tanggap Darurat Awal
 Fase I Tanggap Darurat Awal
 Fase II Tanggap Darurat Awal
 Tanggap Darurat Lanjut
 Transisi Darurat
3. Pasca Bencana.
Penyelenggaraan makanan darurat dibutuhkan pada saat kejadian
bencana dan situasi tanggap darurat. Dalam situasi awal darurat bencana
umumnya data pengungsi belum tertata dengan baik, sehingga diperlukan
kesigapan petugas dalam memperkirakan jumlah makanan yang harus
dipersiapkan dan mendistribusikan dengan baik agar semua pengungsi
mendapat makanan sesuai kebutuhannya.
Dalam tahap pra bencana tahapan yang perlu dilakukan antara lain:

1) Tahap persiapan: pengumpulan data awal.


Untuk memudahkan penanganan, perlu dikumpulkan data awal
terutama tentang karakteristik penduduk setempat.
2) Persiapan petugas
Petugas penanganan bencana perlu di berikan pelatihan tentang
manajemen gizi bencana, dan berbagai ketrampilan konseling yang
menyangkut pemberian makanan pada bayi dan anak, seperti pelatihan
konseling Menyusui, Koonseling MPASI dan lain lain.
3) Persiapan warga/masyarakat setempat
Pada tahap pra bencana perencanaan yang diperlukan meliputi sistem
koordinasi dengan berbagai pihak agar dapat melakukan penanganan dengan
cepat apabila terjadi bencana di wilayah tersebut.

Pada dasarnya tujuan pemberian pangan dalam situasi darurat adalah:

1. Untuk bertahan hidup.


2. Mempertahankan status gizi, utamanya pada kelompok rentan.
3. Menghindari masyarakat dipengungsian terkena dampak buruk yang
diakibatkan oleh makanan yang tidak aman

B.Pengadaan Bahan Pangan

Bahan pangan untuk penyelenggaraan makanan ada yang pengadaannya oleh


pemerintah, ada yang diperoleh dari bantuan/sumbangan. Baik bahan makanan yang
dibeli ataupun bantuan bahan makanan dalam kemasan ataupun bahan makanan segar
perlu dicek keamanannya.

Untuk memberikan makanan yang layak bagi korban bencana, berikut beberapa jenis
makanan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi korban bencana
dalam kondisi darurat:
1. Air minum, dapat berupaya minuman kemasan ataupun minuman yang
diperoleh dari sumber air bersih layak minum.
2. Biskuit, umumnya terbuat dari tepung dan gula, sehingga tinggi energi.
3. Susu, sangat dibutuhkan terutama untuk balita, juga orang tua yang susah
makan.
4. Kurma, mengandung tinggi kalori dan kaya vitamin, mineral serta serat yang
bermanfaat bagi kesehatan.
5. Buah pisang, merupakan buah yang selalu ada sepanjang tahun, dan sangat
mudah tumbuh. Disamping sumber energi, buah pisang juga mudah
dikonsumsi baik buat anakanak maupun orang tua.
6. Gula jawa atau gula merah, mempunyai kandungan energi tinggi dan rasa
yang enak. Dapat dimakan langsung tanpa diolah lebih dahulu atau menjadi
campuran makanan lain.
7. Aneka kacang-kacangan, merupakan camilan yang sangat baik karena
mengandung energi dan protein serta vitamin dan mineral yang tinggi.
8. Emergency food. Saat ini ada banyak dibuat makanan-makanan untuk
keadaan bencana, yang siap santap dan bergizi tinggi. Umumnya produk-
produk ini dibuat untuk menghadapi situasi dimana memasak tidak
dimungkinkan dan air bersih tidak tersedia.
9. Pangan lokal lainnya yang tumbuh dan ada didaerah setempat. Masing-masing
daerah punya tanaman-tanaman yang dapat digunakan apabila dibutuhkan dan
tersedia pada waktu kejadian bencana.

C. Produksi Makanan

Lokasi posko kesehatan hendaknya berada di lokasi yang mudah dicapai oleh
masyarakat yang terkena bencana. Lokasi dapur umum dapat berada pada lokasi
posko kesehatan dapat juga terpisah tergantung situasi setempat.

Pengawasan pada dapur umum penyelenggaraan makanan untuk menjamin


keamanan pangan meliputi:
1. Kualitas dan keamanan bahan makanan.
2. Penyimpanan bahan makanan, perlu dipisahkan antara bahan makanan umum
dan bahan makanan untuk bayi dan anak.
3. Kebersihan peralatan /perabotan.
4. Kebersihan penjamah makanan.
5. Tempat pengolahan dan penyimpanan makanan/bahan makanan.
6. Ketersediaan air bersih.

D. Distribusi Makanan

Dalam situasi di lokasi yang belum kondusif, paling tidak perlu untuk
memastikan distribusi makanan yang tepat sesuai kebutuhan sebagai berikut:

1. Secepatnya mencukupi kebutuhan kelompok masyarakat yang rentan atau


berisiko tinggi.
2. Dengan makanan yang mengandung cukup energi, walaupun belum
memenuhi syarat gizi seimbang.
3. Segera penuhi kebutuhan harian energi dan zat gizi lainnya sesuai gizi
seimbang setiap hari untuk mencegah terjadinya penurunan status gizi, dan
kelaparan.
4. Tetap memperhatikan keamanan pangan antara lain dengan mendistribusikan
makanan dalam kemasan yang aman dan tepat waktu.

Pendistribusian makanan bagi korban bencana sesuai usia:

1. Bayi Usia 0-6 Bulan


Morbiditas dan mortalitas bayi dan anak umumnya meningkat selama
situasi darurat, sehingga diperlukan intervensi yang spesifik untuk melindungi
dan mencapai pemberian makan yang optimal. Air Susu Ibu (ASI) merupakan
makanan terbaik untuk bayi dibawah 6 bulan, karena itu perlu diberi secara
penuh selama 6 bulan pertama kehidupan bayi (ASI ekslusif).
2. Anak Usia 6-24 Bulan
Anak-anak berumur 6-24 bulan perlu mendapat Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) yang sesuai dengan usia, jumlah, bentuk/tekstur dan frekuensi
serta terdiri dari berbagai variasi bahan makanan bergizi dan sarat energi.
Pemberian ASI harus berlanjut paling tidak selama dua tahun pertama
kehidupan anak.
3. Ibu Hamil dan Menyusui
Perempuan yang hamil atau menyusui harus diberikan perhatian
khusus pada makanannya. Makanan diperlukan untuk menjaga dan
meningkatkan kesehatan ibu yang harus memberi makanan/ASI bagi anaknya.
4. Lansia
Lansia termasuk kelompok rentan yang seringkali terabaikan.
Seringkali lansia sudah mengidap penyakit kronis karena proses menua
sebelum terjadi bencana, ataupun penyakit baru yang menyerang karena
lemahnya kondisi fisik yang disebabkan oleh keadaan bencana, termasuk stres
sehingga membutuhkan perhatian khusus dalam pemberian makanan.
5. Kelompok Rentan Lainnya
Keluarga yang mempunyai anggota keluarga sakit kronis, termasuk
mereka yang menderita HIV/AIDS dan anggota keluarga yang mempunyai
kecacatan tertentu, perlu mendapat akses terhadap makanan bergizi yang tepat
dan dukungan gizi yang memadai selama berada di lingkungan bencana.

E.Penilaian dan Pengawasan Penyelenggaraan Makanan

Penilaian penyelenggaraan makanan meliputi penilaian proses pengadaan


bahan makanan, produksi dan distribusi makanan. Selain itu juga penilaian
pertanggung jawaban bantuan yang diperoleh. Untuk melengkapinya perlu disertai
dokumentasi, berita acara dan tanda terima..

Pelayanan makanan dalam situasi darurat pada kelompok rentan, perlu


pengawasan untuk memastikan makanan telah sampai dan dikonsumsi oleh ybs.
Apabila perlu lakukan tindak lanjut untuk memastikan tercapainya tujuan dari
pemberian makanan.

Anda mungkin juga menyukai