Anda di halaman 1dari 445

Prediksi UKMPPD

Periode November 2020


51
Laki-laki, usia 46 tahun datang dengan gejala poliuri, polidipsi, dan
polifagi. Hasil GDS 230 mg/dL. Secara fisiologis, apa kompensasi
yang terjadi pada hepar untuk mencegah hiperglikemia?
A. Lipolisis
B. Lipogenesis
C. Glukoneogenesis
D. Glikolisis
E. Dekarboksilasi oksidatif
Jawaban

D. Glikolisis
Pembahasan

• Laki-laki, 46 tahun

• Poliuri, polidipsi, dan polifagi

• GDS 230 mg/dL

• Kompensasi hepar untuk mencegah


hiperglikemia?
Patofisiologi DM tipe 2
Pembahasan
• Lipolisis: pemecahan lemak
• Lipogenesis: sintesis trigliserida dengan menggunakan gliserol dan
asam lemak bebas
• Glukoneogenesis: sintesis glukosa dari sumber non karbohidrat
• Glikolisis: pemecahan glukosa menjadi piruvat
• Glikogenolisis: pemecahan glikogen menjadi glukosa
Jadi sebagai liver, pada kondisi Glukosa berlebih
(hiperglikemia), yang paling logis untuk dilakukan adalah
memecah glukosa menjadi sesuatu yang lain atau mensintesis
sesuatu dengan bahan baku gluksosa.
A. Lipolisis

B. Lipogenesis

C. Glukoneogenesis

D. Glikolisis

E. Dekarboksilasi oksidatif
52
Laki-laki usia 45 tahun datang ke praktik dokter dengan keluhan gula darah tetap tinggi
meskipun sudah menjalani pengaturan diet diabetes dan olahraga. Pasien sudah
didiagnosis menderita DM sejak 2 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
BB 90 kg, TB 165 cm. Pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar glukosa darah
sewaktu 290 mg/dL. Apakah penatalaksanaan selanjutnya yang paling tepat
pada pasien ini?
A. Diet diabetes + glibenclamid 1x2,5 mg sebelum makan pagi
B. Diet diabetes + metformin 3x500mg
C. Diet diabetes + olahraga + glibenclamide 1x 2.5 mg sebelum makan pagi
D. Diet diabetes + olahraga + injeksi insulin 3x6 unit SC setiap akan makan
E. Diet diabetes + olahraga + metfomin 3x500mg
Jawaban

E. Diet diabetes + olahraga +


metfomin 3x500mg
Pembahasan
Tatalaksana selanjutnya?
• Laki-laki usia 45 tahun
– Gula darah tetap tinggi meskipun sudah menjalani
pengaturan diet diabetes dan olahraga
– Didiagnosis DM sejak 2 tahun lalu

• BB 90 kg, TB 165 cm
• GDS 290 mg/dL
Pembahasan
• BB 90 kg, TB 165 cm
– IMT 33 = Obesitas derajat 1
• GDS 290 mg/dL
– Walaupun GDS bukan untuk melihat terkendalinya DM, dianggap GD
belum terkontrol
• Penatalaksanaan selanjutnya?
– Menilai kegagalan harusnya minimal 2-3 bulan setelah modifikasi gaya
hidup, kadar HbA1c masih belum <7%
– Tambahkan 1 obat, biasanya mulai dari metformin jika tidak ada
gangguan ginjal
Kriteria Pengendalian DM

Untuk pasien berumur lebih dari 60 tahun, sasaran kadar glukosa darah lebih tinggi dari biasa (puasa < 150
mg/dl, dan sesudah makan < 200 mg/dl), demikian pula kadar lipid, tekanan darah, dan lain-lain, mengacu
pada batasan kriteria pengendalian sedang. Hal ini dilakukan mengingat sifat-sifat khusus pasien usia lanjut
dan juga untuk mencegah kemungkinan timbulnya efek samping dan interaksi obat.
Efek Biguanida (Metformin)
• Meningkatkan
sensitifitas insulin
• Mengurangi
glukoneogenesis
• Memperbaikin
pengambilan glukosa di
perifer
• Menurunkan berat
badan
A. Diet diabetes + glibenclamid 1x2,5 mg sebelum makan
pagi
B. Diet diabetes + metformin 3x500mg
C. Diet diabetes + olahraga + glibenclamide 1x 2.5 mg
sebelum makan pagi
D. Diet diabetes + olahraga + injeksi insulin 3x6 unit SC
setiap akan makan
E. Diet diabetes + olahraga + metfomin 3x500mg
53
Laki-laki usia 47 tahun datang untuk kontrol DM dan hipertensi. Saat ini
tekanan darah pasien 140/90 mmHg, nadi 80 kali/menit, respirasi 20 kali/menit,
suhu 36.5 C, BMI 26, dan GDS 210 mg/dL. Pemeriksaan penunjang apa
yang sebaiknya dilakukan untuk mengetahui salah satu komplikasi
kronik DM?
A. Mikroalbumin urin
B. SGOT
C. SGPT
D. USG ginjal
E. Biopsi ginjal
Jawaban

A. Mikroalbumin urin
Pembahasan
Pemeriksaan penunjang komplikasi kronik
DM?
• Laki-laki 47 tahun
– Kontrol DM dan hipertensi

• TD 140/90 mmHg, nadi 80 kali/menit, respirasi 20


kali/menit, suhu 36.5 C, BMI 26, GDS 210 mg/dl
 gula darah belum terkontrol baik
Komplikasi Kronik DM
Komplikasi Makro dan Mikrovaskular
DM
Pemeriksaan Penunjang untuk
Komplikasi DM
• Retinopati  fundus, OCT
• Nefropati  mikroalbumin urin
• Neuropati  klinis
• Jantung koroner  EKG
• Serebrovaskular  klinis, angiografi
• Penyakit arteri perifer  USG, angiografi
• Ulkus DM  klinis
Diagnosis Nefropati DM

• Albumin >30 mg dalam urin 24 jam pada 2 dari


3 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6
bulan, tanpa penyebab albuminuria lainnya.
A. Mikroalbumin urin

B. SGOT

C. SGPT

D. USG ginjal

E. Biopsi ginjal
54
Laki-laki usia sekitar 35 tahun, dibawa oleh keluarga dengan keluhan tidak bisa diajak
berkomunikasi sejak 1 hari. Dua tahun yang lalu pasien tervonis DM. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital, suhu 38,2°C, nadi 102 kali/menit, tekanan darah 98/68 mmHg, dan
frekuensi nafas 25 kali/menit. Pemeriksaan tambahan GDS 380 mg/dL dan Keton (+).
Hasil pemeriksaan analisis gas darah apa yang sesuai dengan kondisi
pasien?
A. Normal
B. Asidosis metabolik
C. Asidosis respiratorik
D. Alkalosis respiratorik
E. Alkalosis metabolik
Jawaban

B. Asidosis metabolik
Pembahasan
Hasil AGD?
• Laki-laki 35 tahun
– Tidak bisa diajak berkomunikasi sejak 1 hari
– Dua tahun yang lalu pasien tervonis DM
• Suhu 38,2 C, nadi=102 kali/menit, TD 98/68 mmHg, dan
frekuensi nafas 25 kali/menit
• GDS 380 mg/dL dan Keton (+)  asidosis +
hiperglikemia
3 Karakteristik Utama KAD

Hiperglikemia Ketoasidosis

Ketonuria
http://www.aafp.org/afp/2013/0301/afp20130301p337-f1.pdf
Rangkuman Tatalaksana KAD
• Nomer satu pastikan diagnosis KAD sudah benar
• Langsung resusitasi cairan 1,5L (3 kolf) NaCL dalam
1 jam
• Cek kadar K dulu sebelum masuk insulin
• Cek kadar Na dan GDS untuk maintenance cairan NaCl
• Insulin sesuai kebutuhan (mulai jam ke-2)
• Cek pH untuk tahu kebutuhan koreksi bikarbonat

http://www.aafp.org/afp/2013/0301/p337.html
A. Normal

B. Asidosis metabolik

C. Asidosis respiratorik

D. Alkalosis respiratorik

E. Alkalosis metabolik
55
Seorang perempuan 21 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan benjolan di leher
depan sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh sering berdebar-debar dan tangan
sering gemetar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan
darah 130/80 mmHg, nadi 120kali/menit, RR 20kali/menit, mata eksoftalmus. Pada
pemeriksaan laboratorium TSHs menurun, free T3 dan free T4 meningkat. Apa terapi
medikamentosa untuk menurunkan kadar fT4 pada kasus di atas?
A. Propanolol
B. Fenobarbital
C. Diazepam
D. Levotiroksin
E. Propiltiourasil
Jawaban

E. Propiltiourasil
Pembahasan
• Seorang perempuan 21 tahun
• Benjolan di leher depan sejak 3 bulan
• Sering berdebar-debar dan tangan sering gemetar
• TD 130/80 mmHg, nadi 120kali/menit, RR 20kali/menit,
mata eksoftalmus
• TSHs menurun, free T3 dan free T4 meningkat
• Terapi medikamentosa yang utama?
Tirotoksikosis

• Tirotoksikosis adalah manifestasi klinis akibat


kelebihan hormon tiroid yang beredar
disirkulasi.

• Tiroktosikosis di bagi dalam 2 kategori, yaitu


– Berhubungan dengan hipertiroidisme

– Tidak berhubungan dengan hipertiroidisme


Gejala Klinis
• Berdebar-debar
• Tremor
• Iritabilitas
• Intoleran terhadap panas
• Keringat berlebihan
• Penurunan berat badan
• Peningkatan rasa lapar
• Diare
• Gangguan reproduksi (oligomenore/amenore dan libido turun)
• Mudah lelah
• Pembesaran kelenjar tiroid
• Sukar tidur
• Rambut rontok
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Fisik
– Benjolan di leher depan
– Takikardia
– Demam
– Exopthalmus
– Tremor
– Spesifik untuk penyakit Grave :
• Oftalmopati
• Edema pretibial
• Kemosis
• Ulkus kornea
• Dermopati
• Akropaki
• Bruit
Pemeriksaan Penunjang

• Darah rutin, SGOT, SGPT, gula darah sewaktu

• EKG

• Pemeriksaan konsentrasi tiroksin bebas di


dalam plasma (serum free T4 & T3 meningkat
dan TSH sedikit hingga tidak ada)
Diagnosis Banding

1. Hipertiroidisme primer :
– Penyakit Graves, struma multinudosa toksik, adenoma toksik, metastase
karsinoma tiroid fungsional, struma ovari,mutasi reseptor TSH,
kelebihan iodium (fenomena Jod Basedow).

2. Tirotoksikosis tanpa hipotiroidisme :


– Tiroiditis sub akut, tiroiditis silent, destruksi tiroid, (karena
aminoidarone, radiasi, infark adenoma) asupan hormon tiroid
berlebihan (tirotoksikosis faktisia)

3. Hipertiroidisme sekunder :
– Adenoma hipofisis yang mensekresi TSH, sindrom resistensi hormon
Penatalaksanaan Komprehensif
Tirotoksikosis
Penatalaksanaan
1. Pemberian obat simptomatis
2. Propanolol dosis 40-80 mg dalam 2-4 dosis.
3. PTU 300-600 mg dalam 3 dosis bila klinis Graves jelas

Rencana Tindak Lanjut


• Diagnosis pasti dan penatalaksanaan awal pasien tirotoksikosis dilakukan pada pelayanan
kesehatan sekunder
• Bila kondisi stabil, di pelayanan primer

Konseling dan Edukasi


• Pengenalan tanda dan gejala krisis tiroid
• Kontrol dan minum obat teratur
A. Propanolol (diberikan juga sebelum obat antitiroid
bekerja, untuk mengontrol gejala adrenergic)
B. Fenobarbital
C. Diazepam
D. Levotiroksin
E. Propiltiourasil (yang ditanya menurunkan
kadar fT4)
56
Perempuan berusia 40 tahun datang dengan keluhan lemas dan mudah
tersinggung sejak 4 bulan terakhir. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
moon face, striae abdomen, dan obesitas sentral. Apa pemeriksaan
yang Anda akan lakukan untuk menunjang diagnosis di atas?
A. GDS
B. Trigliserida dan kolesterol
C. SGOT dan SGPT
D. TSH dan fT4
E. Kortisol urin
Jawaban

E. Kortisol urin
Pembahasan

Pemeriksaan penunjang?

• Perempuan 40 tahun
– Lemas dan mudah tersinggung sejak 4 bulan

• Moon face, striae abdomen, dan obesitas


sentral
Sindrom Cushing

Ingat selalu patofisiologinya adalah kelebihan kortisol!


Regulasi
Kortisol
Alur
Diagnosis
Yang rutin diperiksa:
Cek urinary free cortisol (UFC) 24 jam atau saliva tengah
malam dengan minimal 2 sampel atau kortisol serum
atau Overnight dexamethasone suppresion (ODS)
Diskusi
Cushing’s  Kelebihan hormon kortisol
Tanda sering:
• Moon face
Kata kunci: moon face, penggunaan • Pertumbuhan terhambar
• Obesitas sentral (ekstremitas kurus)
steroid jangka panjang. • Depresi
• Lesu
• Cepat haus, cepat pipis
• Kulit sering terinfeksi
Tanda-tanda pada soal ini: • Striae
• Gampang memar
• Gemuk • Buffalo hump

• Lemas Perempuan:
• Rambut halus di wajah, leher, dada, abdomen,
• Mudah tersinggung paha
• Menstruasi ireguler
• Wajah moon face
Laki-laki:
• stria-stria abdomen • Gairah seks berkurang
• Disfungsi ereksi
A. GDS

B. Trigliserida dan kolesterol

C. SGOT dan SGPT

D. TSH dan fT4

E. Kortisol urin
57
Perempuan 45 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan sesak yang diawali
batuk sebelumnya. Selain itu, sering berdebar-debar, mudah berkeringat, dan penurunan
BB juga dikeluhkan pasien. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 88 kali/menit, frekuensi napas 24 kali/menit, dan suhu 37,2 C. Pada hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan T3 48 µg/dl, T4 48 µg/dl, TSH 0,1 mIU/L. Terapi
apa yang akan anda diberikan pada pasien ini?
A. Methimazole dan deksametason
B. Carbimazole dan betametason
C. Methimazole dan amoxicillin
D. Methimazole dan propanolol
E. Methimazole dan PTU
Jawaban

D. Methimazole dan
propanolol
Pembahasan
Terapi?
• Perempuan 45 tahun
– Sesak yang diawali batuk sebelumnya
– Sering berdebar-debar, mudah berkeringat, dan penurunan BB  tiroid
tinggi
• TD 120/80 mmHg, HR 88kali/menit , RR 24kali/menit, dan suhu
37,2°C
• T3 48 µg/dl, T4 48 µg/dl, TSH 0,1 mIU/L
• Diagnosis: tirotoksikosis
Interpretasi Hasil Lab Hormon Tiroid

• Kadar normal hormon (bisa bervariasi antar laboratorium)

– T4 : 5.6-13.7 ug/dl (mcg/dl)

– FT4 : 0.8-1.5 ng/dl

– T3 : 87-180 ng/dl

– FT3 : 230-420 pg/dl

– TSH : 0.4-4.5 mIU/L (mU/L)


Tirotoksikosis

• Tirotoksikosis adalah manifestasi klinis akibat


kelebihan hormon tiroid yang beredar
disirkulasi.

• Tiroktosikosis di bagi dalam 2 kategori, yaitu


– Berhubungan dengan hipertiroidisme

– Tidak berhubungan dengan hipertiroidisme


Gejala Klinis
• Berdebar-debar
• Tremor
• Iritabilitas
• Intoleran terhadap panas
• Keringat berlebihan
• Penurunan berat badan
• Peningkatan rasa lapar
• Diare
• Gangguan reproduksi (oligomenore/amenore dan libido turun)
• Mudah lelah
• Pembesaran kelenjar tiroid
• Sukar tidur
• Rambut rontok
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Fisik
– Benjolan di leher depan
– Takikardia
– Demam
– Exopthalmus
– Tremor
– Spesifik untuk penyakit Grave :
• Oftalmopati
• Edema pretibial
• Kemosis
• Ulkus kornea
• Dermopati
• Akropaki
• Bruit
Pemeriksaan Penunjang

• Darah rutin, SGOT, SGPT, gula darah sewaktu

• EKG

• Pemeriksaan konsentrasi tiroksin bebas di


dalam plasma (serum free T4 & T3 meningkat
dan TSH sedikit hingga tidak ada)
Diagnosis Banding

1. Hipertiroidisme primer :
– Penyakit Graves, struma multinudosa toksik, adenoma toksik, metastase karsinoma tiroid
fungsional, struma ovari,mutasi reseptor TSH, kelebihan iodium (fenomena Jod Basedow).

2. Tirotoksikosis tanpa hipotiroidisme :


– Tiroiditis sub akut, tiroiditis silent, destruksi tiroid, (karena aminoidarone, radiasi, infark
adenoma) asupan hormon tiroid berlebihan (tirotoksikosis faktisia)

3. Hipertiroidisme sekunder :
– Adenoma hipofisis yang mensekresi TSH, sindrom resistensi hormon tiroid, tumor yang
mensekresi HCG, tirotoksikosis gestasional.

4. Ansietas
Penatalaksanaan Tirotoksikosis

• Ada tiga cara pengobatan hipertiroid:


– Obat Anti Tiroid

– Iodium Radioaktif

– Pembedahan
Obat Anti Tiroid
• Janis: Methimazole/ Carbimazole dan Propylthiouracil (PTU)

• Dosis:
– Methimazole/ Carbimazole 1 x 20-40 mg

– PTU 3 x 300-600 mg

– Diberikan bertahap sampai eutiroid tercapai kemudian dosis


diturunkan secara bertahap dan dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan
serendah mungkin.
Pemantauan Fungsi Tiroid
Selama Pengobatan
• ftT4 setiap 4-6 minggu sekali  menentukan
dosis pengobatan dengan anti tiroid
• TSHs 4-6 minggu setelah fT4 normal
• Pasien dinyatakan mencapai remisi sempurna bila
kadar fT4 dan TSHs berada dalam batas normal
setelah obat anti tiroid dihentikan selama satu
tahun
Obat Simptomatis

• Beta blocker diberikan untuk mengatasi


gangguan irama jantung

• Digitalis, dan diuretik diberikan untuk kondisi


gagal jantung
Penatalaksanaan Komprehensif
Tirotoksikosis
Penatalaksanaan
1. Pemberian obat simptomatis
2. Propanolol dosis 40-80 mg dalam 2-4 dosis.
3. PTU 300-600 mg dalam 3 dosis bila klinis Graves jelas

Rencana Tindak Lanjut


• Diagnosis pasti dan penatalaksanaan awal pasien tirotoksikosis dilakukan pada pelayanan
kesehatan sekunder
• Bila kondisi stabil, di pelayanan primer

Konseling dan Edukasi


• Pengenalan tanda dan gejala krisis tiroid
• Kontrol dan minum obat teratur
A. Methimazole dan deksametason

B. Carbimazole dan betametason

C. Methimazole dan amoxicillin

D. Methimazole dan propanolol

E. Methimazole dan PTU


58
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dibawa ke puskesmas dengan
keluhan kondisi lemah. Dari pemeriksaan, ditemukan mata sayu, baggy-
pants appearance, rambut berwarna seperti rambut jagung, dan perut
buncit. Apa diagnosis yang tepat pada kasus ini?
A. KEP ringan
B. KEP sedang
C. KEP berat tipe marasmus-kwashiorkor
D. KEP berat tipe marasmus
E. KEP berat tipe kwashiorkor
Jawaban

C. KEP berat tipe marasmus-


kwashiorkor
Pembahasan
• Laki-laki berusia 7 tahun
• Kondisi lemah
• Mata sayu
• Baggy pants appearance
• Rambut berwarna seperti rambut jagung
• Perut buncit
• Diagnosa?
Malnutrisi Energi-Protein (MEP)
• MEP adalah penyakit akibat kekurangan energi dan protein umumnya
disertai defisiensi nutrisi lain
• Klasifikasi MEP menurut % Median WHO-NCHS
– MEP Ringan: BB/U 70-80 % Median WHO-NCHS
– MEP Sedang : BB/U 60-70 % Median WHO-NCHS
– MEP Berat : BB/U <60 % Median WHO-NCHS
• Klasifikasi dari MEP adalah :
– Kwashiorkor
– Marasmus
– Marasmus Kwashiorkor
Klasifikasi MEP
Marasmus Kwashiorkor
Klasifikasi MEP
Kwashiorkor Marasmus
• Edema seluruh tubuh, terutama pada punggung • Tampak sangat kurus, tinggal
kaki tulang berbungkus kulit
• Wajah membulat dan sembab • Wajah seperti orang tua
• Pandangan mata sayu • Cengeng, rewel
• Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut • Kulit keriput, jaringan lemak
jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok subkutis sangat sedikit sampai
• Perubahan status mental, apatis, dan rewel tidak ada (baggy pant/seperti
• Pembesaran hati pakai celana longgar)
• Otot mengecil (hipotrofi), lebih terlihat jika • Perut cekung
diperiksa saat duduk atau berdiri • Iga gambang
• Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang
meluas dan berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas (crazy pavement
dermatosis)
Cara Ingat
Anamnesis
Keluhan
• Kwashiorkor, dengan keluhan:
– Edema
– Wajah sembab
– Pandangan sayu
– Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa sakit, rontok
– Anak rewel, apatis

• Marasmus, dengan keluhan:


– Sangat kurus
– Cengeng
– Rewel
– Kulit keriput

• Marasmus Kwashiorkor, dengan keluhan kombinasi dari ke-2 penyakit tersebut diatas.
Pemeriksaan Fisik
• Hasil Pemeriksaan Fisik  Pemeriksaan Fisik Patognomonis
– BB/TB < 70% atau < -3SD
– Marasmus : tampak sangat kurus, tidak ada jaringan lemak bawah kulit, anak tampak tua, baggy
pants appearance.
– Kwashiorkor : edema, rambut kuning mudah rontok, crazy pavement dermatosa
– Tanda dehidrasi
– Demam
– Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung
– Sangat pucat
– Pembesaran hati, ikterus
– Tanda defisiensi vitamin A pada mata: konjungtiva kering, ulkus kornea, keratomalasia
– Ulkus pada mulut
– LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium :
– Gula darah
– DL : Hb, Ht
– Preparat apusan darah
– Urin rutin
– Feses

• Antropometri
• Foto toraks
• Uji tuberkulin
Penegakan Diagnosis
Diagnosis Klinis
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala
klinis serta pengukuran antropometri. Anak didiagnosis
dengan gizi buruk, apabila:
– BB/TB < -3SD atau 70% dari median (marasmus).
– Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
(kwashiorkor: BB/TB >-3SD atau marasmik-kwashiorkor
BB/TB <-3SD).
Penatalaksanaan
Vitamin A dosis tinggi  dosis sesuai
umur pada saat pertama kali ditemukan

Makanan untuk pemulihan gizi

• Pemberian jenis makanan untuk pemulihan gizi :


• 1 minggu pertama pemberian F100.
• Minggu berikutnya jumlah dan frekuensi F100
dikurangi seiring dengan penambahan makanan
keluarga.
A. KEP ringan

B. KEP sedang

C. KEP berat tipe marasmus-kwashiorkor

D. KEP berat tipe marasmus

E. KEP berat tipe kwashiorkor


59
Laki-laki 53 tahun datang ke poliklinik untuk pemeriksaan kesehatan. Pada pemeriksaan fisik,
didapatkan berat badan 92 kg, tinggi badan 162 cm, lingkar pinggang 96 cm, tekanan darah
130/90 mmHg, nadi 80 kali/menit, frekuensi napas 18 kali/menit, serta status generalisata
dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang didapatkan hasil GDP 120 mg/dL, kolesterol
total 240 mg/dL, HDL 42 mg/dL, LDL 196 mg/dL, dan trigliserida 210 mg/dL. Apa makanan
yang perlu dibatasi pasien tersebut?
A. Daging ayam
B. Roti gandum
C. Kuning telur
D. Nasi putih
E. Ikan laut
Jawaban

C. Kuning telur
Pembahasan
Makanan yang dibatasi?

• Laki-laki 53 tahun
– Pemeriksaan fisik  BB 92 kg, TB 162 cm, lingkar pinggang 96 cm

– Tanda vital  TD 130/90 mmHg

– Pemeriksaan penunjang  GDP 120 mg/dL, kolesterol total 240 mg/dL,


HDL 42 mg/dL, LDL 196 mg/dL, dan trigliserida 210 mg/dL
• Sindrom metabolik
Beberapa Definisi Sindrom
Metabolik
Diagnosis (minimal 3)
• Lingkar pinggang (perempuan ≥80 cm; laki-laki ≥90 cm).
• Trigliserida (≥150 mg/dL) atau mendapat obat trigliserida.
• HDL (perempuan <50 mg/dL; laki-laki <40 mg/dL) atau
mendapat obat HDL.
• Tekanan darah (sistolik ≥130 ATAU diastolik ≥85) atau
mendapat obat hipertensi.
• Gangguan gula darah (diabetes tipe 2, toleransi glukosa
terganggu, atau glukosa puasa terganggu)lihat diabetes tipe 2
Bagaimana Tatalaksana Sindrom Metabolik?
Goals of Treatment
• The major goal of treating metabolic syndrome is to reduce the risk of coronary heart disease. Treatment is directed first at lowering LDL
cholesterol and high blood pressure and managing diabetes (if these conditions are present).
• The second goal of treatment is to prevent the onset of type 2 diabetes, if it hasn’t already developed. Long-term complications of diabetes often
include heart and kidney disease, vision loss, and foot or leg amputation. If diabetes is present, the goal of treatment is to reduce your risk for heart
disease by controlling all of your risk factors.
Heart-Healthy Lifestyle Changes
• Heart-healthy lifestyle changes include heart-healthy eating, aiming for a healthy weight, managing stress, physical activity, and quitting smoking.
Medicines
• Sometimes lifestyle changes aren’t enough to control your risk factors for metabolic syndrome. For example, you may need statin medications to
control or lower your cholesterol. By lowering your blood cholesterol level, you can decrease your chance of having a heart attack or stroke.
Doctors usually prescribe statins for people who have:
– Diabetes
– Heart disease or had a prior stroke
– High LDL cholesterol levels

JADI, pada intinya adalah pertama menurunkan kolesterol LDL dan TD tinggi dan
kedua baru mencegah DM karena pada kasus ini belum ada HT dan DM, jadi lebih
pada menurunkan input kolesterol. Makanan yang paling banyak mengandung
kolesterol pada pilihan adalah kuning telur
https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/ms/treatment
Pilihan Lain
• Daging ayam : protein hewani (tidak disebutkan efeknya)

• Roti gandum : tinggi serat (efek hipokolesterol langsung)

• Nasi putih : karbohidrat (netral jika konsumsi <60% kebutuhan


kalori)

• Ikan laut : protein hewani (tidak disebutkan efeknya)


A. Daging ayam

B. Roti gandum

C. Kuning telur

D. Nasi putih

E. Ikan laut
60
Seorang anak laki-laki, berusia 1,5 bulan datang ke RS diantar oleh ibunya
dengan keluhan anak tampak lemas (hipotoni), lidah tampak melebar, sejak 2
minggu anak belum BAB, dan anak juga tampak malas minum susu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hasil skor Quebec 6. Apakah diagnosis pasien
tersebut?

A. Thyroglobulin binding deficiency

B. Hipertiroid

C. Hipotiroid kongenital

D. Hipoptituarisme

E. Sindrom Down
Jawaban

C. Hipotiroid kongenital
Pembahasan

Diagnosis?

• Anak laki-laki 1,5 bulan


– Hipotoni, lidah melebar, sejak 2 minggu anak belum
BAB, dan tampak malas minum susu
• Tanda dan gejala hipotiroid

• Pemeriksaan fisik: hasil skor Quebec 6


Hipotiroid Kongenital
• Defisiensi hormon tiroid yang timbul sejak lahir.
• Etiologi: thyroid dysgenesis, thyroid dyshormonogenesis, central
hypotiroidism, ibu mendapat pengobatan untuk penyakit graves
selama kehamilan, ibu defisiensi iodium.
• Gejala: letargi, konstipasi, malas menetek (kurang kuat), kulit
dingin.
• Tanda : hernia umbilikalis, makroglosia, open posterior fontanel,
hipotonia, suara tangis serak, kulit kering, cutis mammorata
Quebec score
No Gejala klinis Bobot
skor
1. Feeding problems 1
2. Constipation 1
3. Lethargy 1
4. Hypotonia 1
5. Coarse facies 3
6. Macroglossia 1
7. Open posterior fontanel 1,5
8. Dry skin 1,5 Laboratorium: T3, T4, TSH
9. Mottling of skin 1 Penatalaksanaa: Levothyroxine
10. Umbilical hernia 1
Ket: total skor 13, skor 1-3 hipotiroid transient,
Skor ≥4 hipotiroid kongenital
A. Thyroglobulin binding deficiency

B. Hipertiroid

C. Hipotiroid kongenital

D. Hipoptituarisme

E. Sindrom Down
61
G2P0A0 hamil 32 minggu datang dengan keluhan perut terasa kencang-
kencang. Pada saat pemeriksaan didapatkan His teratur dan air ketuban
sudah pecah. Apakah pilihan terapi yang tepat pada pasien ini?
A. Deksametason IV 12mg/6jam
B. Deksametason IM12mg/6jam
C. Deksametason IM 6mg/12jam
D. Deksametason PO 12mg/6jam
E. Betametason IM 12mg/12 jam
Jawaban

C. Deksametason IM
6mg/12jam
Pembahasan
• Hamil 32 minggu, kencang-kencang, his teratur, dan air ketuban
sudah pecah  persalinan preterm

PROM vs PPROM
Premature rupture of Preterm Premature Rupture of
Membrane Membrane

• Pada kasus: PPROM  KPD pada kehamilan preterm


• Terapi?
Persalinan Preterm

• Hamil <37 minggu

• Tanda inpartu:
– His teratur (4x dalam 20 menit atau 8x dalam 60
menit),

– Pembukaan serviks progresif >2cm


Tatalaksana
• Terminasi kehamilan jika:
– Usia kehamilan <24minggu atau >34minggu

– Pembukaan >3cm

– Infeksi intrauterin, preeklampsia, atau


pendarahan aktif

– Gawat janin, janin meninggal, atau janin cacat


berat
• Terapi konservatif/ekspektan jika tidak ada gejala yang disebutkan sebelumnya

– Tokolitik (48 jam pertama)

• Nifedipin 3x10mg peroral ATAU

• Terbutalin sulfat 1000ug (2 ampul) dalam infus 500ml NaCl 0,9%.

• Salbutamol 10mg IV dalam 1L cairan isotonik

– Kortikosteroid (48 jam pertama)  pematangan paru

• Deksametason 2x6mg IM

• Betametason(pilihan utama, tapi sulit didapat)1x12mg IM

– Antibiotik profilaksis (diberikan hingga bayi lahir)

• Ampisilin 4x2g ATAU

• Penisilin G 4x2juta IU ATAU

• Klindamisin 3x300mg peroral

• Jika ketuban pecah: eritromisin 4x400mg peroral


A.Dexametason 12mg/6jam IV

B. Dexametason 12mg/6jam IM

C.Dexametason 6mg/12jam IM

D.Dexametason 12mg/6jam oral

E. Betametason 12mg/12 jam IM


62
Perempuan 23 tahun G1P0A0 hamil 32 minggu. Pada pemeriksaan,
didapatkan tekanan darah 180/120, proteinuria (+++). Kemudian pasien
diberikan MgSO4. Apa tujuan tatalaksana MgSO4 yang diberikan
pada pasien ini?
A. Menurunkan tekanan darah
B. Menstabilkan keadaan ibu
C. Mencegah kejang
D. Menyelamatkan janin
E. Mengurangi proteinuria
Jawaban

C. Mencegah kejang
Pembahasan

• Hamil 32 minggu, tekanan darah 180/120,


proteinuria (+++)  preklampsia

• Pasien diberikan MgSO4

• Tujuan tatalaksana ini?


Hipertensi pada kehamilan
Batas tekanan darah (TD) > 140/90 mmHg

}
• Hipertensi kronik :
– Sejak sebelum kehamilan atau usia kehamilan <20 minggu Tanpa proteinuria
• Hipertensi gestasional : atau keterlibatan
– Timbul sejak usia kehamilan >20 minggu dan menghilang setelah persalinan
organ lain (mata,
• Preeklampsia :
jantung, ginjal)
– Timbul pada usia kehamilan >20 minggu dan disertai proteinuria yang terjadi

}
pada perempuan yang sebelum kehamilan normotensi

• Preeklampsia superimposed :
Dengan proteinuria
– Preeklampsia pada perempuan dengan riwayat hipertensi sebelum kehamilan
atau keterlibatan
organ lain (mata,
jantung, ginjal)
Terminologi lainnya
• Eklampsia

– Kejang pada perempuan hamil yang tidak ditemukan


penyebab lainnya kecuali preeklampsia
• Impending preeklampsia

– Keadaan menjelang eklampsia yang ditandai


pandangan buram, sakit kepala, nyeri perut kuadran
kanan atas, muntah, edem paru, sindrom HELLP
• Sindrom HELLP
Klasifikasi Preeklampsia
• Ringan : TD ≥140/90 mmHg DAN proteinuria 1+ atau >300 mg/24 jam
• Berat : TD ≥160/90 mmHg DAN salah satu di bawah ini:
– Proteinuria ≥2+ atau >5 g/24 jam
– Keterlibatan organ
• Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
• SGOT/SGPT meningkat, nyeri abdomen kuadran kanan atas
• Sakit kepala, skotoma
• Pertumbuhan janin terhambat/IUGR, oligohidramnion
• Edema paru, gagal jantung kongestif
• Oliguria (<500ml/24 jam), kreatinin >1,2 mg/dl
Diskusi

Apa yang dilakukan MgSO4?

Ion Mg2+ akan mencegah aktivasi aktin dan


miosin  mencegah kejang
A.Menurunkan tekanan darah

B. Menstabilkan keadaan ibu

C.Mencegah kejang

D.Menyelamatkan janin

E. Mengurangi proteinuria
63
Perempuan 28 tahun G2P1A0 hamil 32 minggu mengeluh pergerakan
janin terasa berkurang. Pada pemeriksaan USG, didapatkan berat janin
2000 gram dan indeks cairan ketuban 28. Diagnosis kasus ini
adalah?
A. Oligohidramnion
B. Polihidramnion
C. Anhidramnion
D. Gemeli
E. Ketuban pecah dini
Jawaban

B. Polihidramnion
Pembahasan

Diagnosis?

• Perempuan 28 tahun G2P1A0 hamil 32 minggu


– Pergerakan janin terasa berkurang

• USG: berat janin 2000 gram dan indeks cairan


ketuban 28
Indeks cairan ketuban

• <5: berkurang  oligohidramnion

• 5-10: rendah, tapi masih normal (biasanya pada


kehamilan)

• 10-5: normal (1-1,5 Liter)

• >25: berlebih  polihidramnion


Polihidramnion/hidramnion
• Cairan amnion berlebih, >2 liter

• Penyebab:

– Gemeli

– Makrosomia

– Janin mengalami atresia esofagus

• Gejala

– TFU lebih besar dari masa kehamilan

– Oligouria
Pilihan Lain
• Oligohidramnion

– Cairan amnion berkurang <500ml

– Penyebab:

• Janin mengalami agenesis ginjal


• Anhidramnion

– Tidak ada cairan amnion yang tersisa

– Penyebab: obat teratogenik tertentu (ibuprofen, indometasin)


Pilihan Lain
• Gemeli
– Bayi kembar
– Ada 2 DJJ, teraba 2 balotemen.
– TFU lebih besar dari masa kehamilan
• Ketuban pecah dini
– Ketuban pecah sebelum 37 minggu
– Tidak ada pembukaan atau HIS
– Biasanya berhubungan dengan ISK
A. Oligohidramnion

B. Polihidramnion

C. Anhidramnion

D. Gemeli

E. Ketuban pecah dini


64
Perempuan 23 tahun G1P0A0 hamil 12 minggu, datang dengan keluhan muntah
hebat sejak 1 minggu lalu. Pasien selalu merasa mual dan muntah setiap kali
makan. Pasien terlihat pucat dan lemas. Mikronutrien yang secara klinis
terbukti dapat mengurangi keluhan pasien adalah?
A. Asam folat
B. Vitamin B12
C. Vitamin B6
D. Zat besi
E. Kalsium
Jawaban

C. Vitamin B6
Pembahasan

Mikronutrien untuk mengurangi keluhan?

• Perempuan 23 tahun, G1P0A0 hamil 12 minggu


– Mual dan muntah, pucat dan lemas
• Hiperemesis gravidarum
Mual Muntah pada Kehamilan/Emesis
Gravidarum

• Normal pada usia kehamilan <16 minggu

• Jika terjadi >16 minggu, dicurigai mola


hidatidosa
Hiperemesis Gravidarum
Gejala Lab
• Mual muntah hebat, terutama pagi hari • DPL (pada keadaan dehidrasi dapat terjadi
• Low intake peningkatan relatif Hb dan Ht)

• Nafsu makan turun, lemas • Urinalisa : keruh, BJ meningkat, ketonuria,

• Berat badan turun >5% proteinuria

• Penurunan kesadaran • Elektrolit: tidak seimbang

• Takikardi, demam, hipotensi


• Pucat, sianosis
• Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, bibir
kering, turgor berkurang, urin berkurang)
Tatalaksana
• Rehidrasi
• Makan dalam porsi kecil, tapi sering (small frequent feeding)
• Hindari makanan berlemak. Berikan Jahe
• 10 mg Doksilamin + 4x10 mg vitamin B6/piridoksin
• Bila masih belum teratasi, tambahkan dimenhidrinat 4 x 50mg ATAU prometazin
3-4 x 5-10 mg
• Bila belum teratasi dan tidak ada dehidrasi, berikan salah satu obat berikut :
– Klorpromazin
– Proklorperazin
– Metoklopramid
– Ondansetron
Pilihan Lain
• Asam folat
– Mencegah neural tube defect (NTD)
– 0,4 mg/hari jika tidak ada riwayat kelainan NTD. 4mg/hari jika ada riwayat
kelainan NTD
• Vitamin B12
– Untuk anemia defisiensi vit B12
• Zat besi
– Suplementasi pencegahan dan tatalaksana anemia def zat besi
• Kalsium
– Pencegahan eklampsia di wilayah endemik
A. Asam folat

B. Vitamin B12

C. Vitamin B6

D. Zat besi

E. Kalsium
65
Perempuan usia 36 tahun datang dengan keluhan nyeri dan terdapat plak-plak berwarna
putih dari liang vagina. Keluhan disertai nyeri pada pinggang dan juga nyeri saat
berkemih. Tanda vital dalam batas normal. Saat dilakukan pemeriksaan inspekulo
didapatkan darah keluar dari OUE dan portio tidak rata. Pemeriksaan penunjang
awal yang paling tepat untuk kasus ini adalah?

A. Tes Plano

B. Tes IVA

C. Pap’s smear

D. USG intravaginal

E. CT–scan
Jawaban

B. Tes IVA
Pembahasan
Pemeriksaan penunjang awal?
• Perempuan 36 tahun
– Nyeri + plak-plak berwarna putih dari liang vagina
• Leukorrhea abnormal

– Nyeri pada pinggang dan juga nyeri saat berkemih

• Inspekulo didapatkan darah keluar dari OUE dan


portio tidak rata  curiga kanker serviks
Kanker Serviks
• Etiologi  HPV tipe 16 dan 18
• Faktor risiko
– Aktivitas seksual usia muda
– Berganti-ganti pasangan/suami berganti-ganti pasangan
– Riwayat IMS
– Merokok
– Multipara
• Kecurigaan kanker serviks jika
– Perdarahan pervaginam di luar siklus/saat berhubungan seksual
– Keputihan dengan bau tidak enak
Kanker Serviks
Skrining
(Kemenkes)
Skrining (Kemenkes)

• Skrining: IVA atau Pap smear

• Skrining setiap 3 tahun. Jika hasil 3 kali skrining


berturut-turut normal, skrining menjadi tiap 5 tahun

• Jika skrining positif, rujuk untuk lakukan kolposkopi


Lesi Acetowhite

• Pada IVA, dikatakan positif jika ada


ACETOWHITE
Pilihan Lain
• Tes Plano  nama lain uji -HCG, untuk uji
kehamilan
• Pap’s smear  tidak bisa pada serviks yang sedang
berdarah
• CT–scan  bisa, namun kurang disukai karena
risiko radiasi lebih besar
• USG  untuk melihat penyebaran tumor
A. Tes Plano

B. Tes IVA

C. Pap’s smear

D. USG intravaginal

E. CT–scan
66
Perempuan 28 tahun datang dengan keluhan nyeri yang tidak tertahankan saat
haid. Volume dan lama haid masih dalam batas normal. Selain itu, pasien sering
merasa nyeri saat BAB dan BAK. Pasien belum memiliki anak, meskipun sudah
5 tahun menikah. Pada pemeriksaan bimanual, didapatkan massa dan nyeri
tekan. Diagnosis yang mungkin adalah?
A. Endometriosis
B. Polip serviks
C. Kista nabothi
D. Kista bartholin
E. Kista ovarium
Jawaban

A. Endometriosis
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan 28 tahun
– Nyeri yang tidak tertahankan saat haid
– Volume dan lama haid masih dalam batas normal
– Nyeri saat BAB dan BAK
– Belum memiliki anak, meskipun sudah 5 tahun menikah
• Pemeriksaan bimanual, didapatkan massa dan nyeri tekan.
Endometriosis
• Jaringan endometrium yang tidak terletak dalam kavum
uteri.

• Gejala

– Dismenorea

– Menoragia

– Pendarahan berat yang ireguler

– Dispareunia

– Subfertil

– Nyeri pelvis, perut bawah, atau punggung

– Palpasi bimanual: nyeri tekan atau teraba masa

• Penunjang Gambar kemungkinan lokasi endometriosis

– USG, CT-scan, MRI

– Mikroskopik: kelenjar endometrium dan stroma


Pilihan Lain
• Polip serviks
– Biasanya asimptomatik, dispareunia, discharge
– Massa dari serviks berwarna merah, keunguan, atau abu-abu

• Kista nabothi
– Kista kistik di permukaan serviks yang berwarna putih, biasanya asimptomatik

• Kista bartholin
– Kista kelenjar bartolin (labia minor arah jam 4 dan 8) yang asimptomatik

• Kista ovarium
– Kantung berisi cairan atau semi-cairan di dalam atau di permukaan ovarium
– Biasanya asimptomatik, menstruasi tidak teratur, menoragia, dismenorea, dispareunia
A. Endometriosis

B. Polip servisks

C. Kista nabothi

D. Kista bartholin

E. Kista ovarium
67
Perempuan berusia 20 tahun datang ke puskesmas karena terlambat haid selama 1
bulan. Bulan lalu pasien mengalami haid normal. Siklus haid biasanya berlangsung selama
28 hari. Selama 5 hari terakhir pasien mengalami mual dan muntah. Keluhan disertai
keletihan dan pembesaran payudara. Pada pemeriksaan fisik diperoleh tanda vital dalam
batas normal. Pada pemeriksaan obstetri didapatkan tinggi fundus uteri 2 jari diatas
simpisis. Apakah kesimpulan dari kondisi pasien tersebut?
A. Usia gestasional adalah sekitar 12 minggu
B. Usia gestasional adalah sekitar 10 minggu
C. Ukuran uterus lebih kecil dari usia gestasional
D. Ukuran uterus cukup untuk usia gestasional
E. Ukuran uterus lebih besar dari usia gestasional
Jawaban

E. Ukuran uterus lebih besar


dari usia gestasional
Pembahasan
• Perempuan, 20 tahun
– Terlambat haid selama 1 bulan  tanda tidak pasti kehamilan
– Bulan lalu pasien mengalami haid normal. Siklus 28 hari.
– Selama 5 hari terakhir pasien mengalami mual dan muntah. Keluhan disertai
keletihan dan pembesaran payudara  tanda tidak pasti kehamilan
• Keluhan mual muntah biasanya muncul di antara missed menstruation yang
pertama dan kedua, berlanjut hingga minggu 14-16
• Estimasi usia kehamilan: pasien sudah tidak haid selama 1 bulan (4-5
minggu), HPHT berarti ditarik sekitar 28 hari sebelumnya  ditambah 4
minggu = 8-9 minggu
– Pada pemeriksaan fisik diperoleh tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan obstetri didapatkan tinggi fundus uteri (TFU) 2 jari diatas
simpisis
• Apakah kesimpulan dari kondisi pasien tersebut?
Perkiraan Usia Gestasi dengan TFU
• Dilakukan bersamaan dengan
leopold 1
• TFU normal untuk usia kehamilan
20-36 dapat diperkirakan dengan
rumus:
Usia kehamilan dalam minggu + 2 cm

• Dalam kasus ini, perkiraan usia


kehamilan = 8-9 minggu
• TFU: 2 jari di atas simfisis 
perkiraan usia kehamilan 12 minggu
A. Usia gestasional adalah sekitar 12 minggu
B. Usia gestasional adalah sekitar 10 minggu
C. Ukuran uterus lebih kecil dari usia gestasional
D. Ukuran uterus cukup untuk usia gestasional
E. Ukuran uterus lebih besar dari usia
gestasional
68
Perempuan 25 tahun G1P0A0 hamil 3 minggu, datang untuk kontrol
kehamilan. Haid yang terakhir adalah tanggal 8-15 Januari 2016. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tinggi fundus uteri 1 jari di atas simpisis.
Kapan tafsiran persalinan untuk kasus ini?
A. 15 Oktober 2016
B. 8 Oktober 2016
C. 22 Oktober 2016
D. 22 September 2016
E. 15 November 2016
Jawaban

A. 15 Oktober 2016
Pembahasan

• Perempuan 25 tahun

• G1P0A0 hamil 3 minggu

• HPHT 8 Jan 2016

• PF: TFU 1 jari di atas simfisis

• Tafsiran persalinan?
Tafsiran persalinan Hukum Naegler

• Haid terakhir 8 – 15 Januari 2016


Yang diambil
adalah hari
pertama

• Hari + 7 = 8+7 = 15
• Bulan – 3 = 1 (Januari) – 3 = Oktober
• Tahun (+1) atau tetap = tidak perlu ditambah 1 = 2016

Hanya berlaku jika siklus menstruasi 28 hari, jika lebih + selisih hari misal siklus
30 hari  selisih 30-28 = 2, maka HPHT ditambah 2 hari
A.15 Oktober 2016

B. 8 Oktober 2016

C.22 Oktober 2016

D.22 September 2016

E. 15 November 2016
69
Perempuan usia 24 tahun, G2P1A0 hamil 8 minggu, datang untuk
memeriksakan kehamilannya. Kehamilan anak pertama mengharuskan
dilahirkan lebih cepat karena janin diketahui anencephalus. Suplementasi
yang sebaiknya diberikan lebih banyak pada kehamilan saat ini
adalah?
A. Asam folat
B. Asam retinoat
C. Zinc
D. Sulfas ferosus
E. Asam askorbat
Jawaban

A. Asam folat
Pembahasan

Suplementasi yang diberikan?

• Perempuan 24 tahun
– G2P1A0 hamil 8 minggu

– Riwayat anencephalus pada kehamilan pertama


Suplementasi pada kehamilan
• Zat besi
– Setelah ibu tidak mengalami mual muntah, karena suplemen besi memiliki efek
samping mual dan muntah
– 1x300 mg sulfat ferosus (=60 mg zat besi elemental)
– Anemia : 3x300 mg sulfat ferosus
• Asam folat
– Sejak 2 bulan sebelum kehamilan
– 0,4 mg/hari  tanpa riwayat kelainan NTD
– 4 mg/hari  riwayat melahirkan bayi dengan neural tube defect (NTD) –
termasuk anencephalus
A. Asam folat

B. Asam retinoat

C. Zinc

D. Sulfas ferosus

E. Asam askorbat
70
Perempuan 26 tahun datang dengan suaminya ke dokter dengan keluhan nyeri perut bawah sejak
4 hari lalu. Keluhan disertai demam naik turun, anyang-anyangan, dan nafsu makan menurun. Pasien
mengaku nyeri saat senggama. Riwayat keluar duh tubuh (+), penyakit menular seksual (-). Riwayat
menstruasi terakhir 5 hari lebih awal dan banyak. Pada pemeriksaan, didapatkan suhu 37,7 C, nadi
90 kali/menit, napas 20 kali/menit, tekanan darah 100/70 mmHg, dan terdapat nyeri tekan regio
suprapubik. Pada pemeriksaan genitalia interna, tampak serviks hiperemis, uterus dan adnexa
bilateral nyeri saat digerakkan. Diagnosis yang tepat adalah?
A. Salpingtis
B. Endometritis
C. Appendisitis
D. Sistitis
E. Tumor ovarium
Jawaban

A. Salpingtis
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan 26 tahun
– Nyeri perut bawah sejak 4 hari lalu.
– Demam naik turun, anyang-anyangan, nafsu makan menurun, dispareunia  infeksi?
– Duh tubuh (+), penyakit menular seksual (-)

• Menstruasi terakhir 5 hari lebih awal dan banyak


• PF: suhu 37,7 C, nadi 90 kali/menit, napas 20 kali/menit, tekanan darah 100/70
mmHg, nyeri tekan suprapubik
• Pemeriksaan genitalia interna: serviks hiperemis, uterus dan adnexa bilateral
nyeri saat digerakkan  kelainan tuba
Salpingitis
• Salah satu bentuk PID tersering

• Inflamasi tuba falopii (salphynx), biasanya karena


infeksi (C. trachomatis)

• Gejala:

– Nyeri perut bawah

– Dispareunia

– Duh tubuh

– Riw IMS

– Demam

– Nyeri goyang portio, nyeri tekan adneksa

• Komplikasi: KET, infertilitas


Pilihan Lain
• Endometritis
– Infeksi endometrium. Biasanya beberapa hari setelah persalinan
– Demam, nyeri perut, lokia berbau

• Appendisitis
– Nyeri perut, nyeri tekan dan lepas McBurney (+), mual-muntah, demam, leukositosis

• Sistitis
– Disuria, gejala LUTS (anyang-anyangan, frekuensi, dll), demam, nyeri tekan suprapubik

• Tumor ovarium
– Nyeri perut, perut terasa penuh, mudah kenyang, nyeri punggung, gangguan BAB atau BAK,
discharge, perdarahan vagina abnormal, teraba massa
A. Salpingtis

B. Endometritis

C. Appendisitis

D. Sistitis

E. Tumor ovarium
71
Perempuan 37 tahun, P3A0 dibawa oleh bidan ke IGD dengan perdarahan
pasca persalinan. Satu jam sebelumnya ibu melahirkan bayi laki-laki 4000 gram
dan plasenta belum lahir. Pemeriksaan fisik, tekanan darah 90/50 mmHg, nadi
120kali/menit, napas 24kali/menit. Penatalaksanaan awal yang tepat
adalah?
A. Kompresi bimanual
B. Manual plasenta
C. Resusitasi
D. Injeksi ergometrin
E. Injeksi oksitosin
Jawaban

C. Resusitasi
Pembahasan
Tatalaksana?
• Perempuan 37 tahun
– Post partum bayi laki-laki 4000 gram 1 jam
sebelumnya, plasenta belum lahir  retensio
plasenta

• Pemeriksaan fisik: hipotensi, takikardia  pre-


shock
Retensio Plasenta
• Jika > 30 menit pasca persalinan plasenta belum keluar

• Tatalaksana
– Oksitosin: 20-40 IU dalam 1000 mL NaCl 0,9%/RL kecepatan 40
tetes/menit
– Tarikan tali pusat terkendali, jika gagal  plasenta manual
– Antibiotik profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2g IV + metronidazol
500mg IV)
– Rujuk jika perdarahan hebat atau infeksi
Retensio Plasenta Vs Sisa Plasenta

Retensio Plasenta Sisa Plasenta

• Perdarahan langsung • Perdarahan 6-8 hari post-


setelah persalinan partum disertai
• Plasenta belum lahir sama subinvolusi uterus
sekali setelah 30 menit • Plasenta yang sudah keluar
post partum tidak lengkap, sehingga
masih ada sisa plasenta di
uterus
Diskusi
Pada keadaan gawat, selalu utamakan ABC.
Pada kasus ini, terdapat masalah pada C (Tekanan darah
90/50 mmHg, nadi 120kali/menit), sehingga harus
distabilkan dulu.

Tatalaksana awal: resusitasi


Tatalaksana definitif: manual plasenta
Tatalaksana
• Panggil bantuan dan pastikan ABC aman
• Berikan O2
• Pasang 2 IV line (ukuran 16 atau 18) sembari ambil
sampel darah. Pasang kateter folley, urin output normal
0,5-1 ml/kgBB/jam
• Periksa tanda vital dan mencari penyebab HPP
• Hb <8g/dL: transfusi 1 unit whole blood atau PRC
Atonia Uteri
• Oksitosin: 10 IU IM + 20-40 IU dalam 1000ml NaCl 0,9%/RL,
kecepatan 60tetes/menit. Lanjutkan 20 IU dalam 1000ml NaCl
0,9%/RL, kecepatan 40tetes/menit
• Jika tidak ada oksitosin atau perdarahan tidak berhenti: ergometrim
0,2mg IM atau IV lambat. Dapat ditambahkan 0,2mg IM setelah 15
menit dan 0,2 mg IM atau IV lambat setiap 4 jam (max 5x)
• Jika perdarahan tidak berhenti: 1g traneksamat (bolus 1 menit), dapat
diulang 30 menit
• Pasang kondom kateter atau kompresi bimanual internal 5 menit dan
rujuk
Robekan jalan lahir
• Eksplorasi untuk mengetahui sumber
perdarahan
• Irigasi dan bersihkan luka dengan antiseptik
• Dilakukan penjahitan
• Jika masih pendarahan: 1g traneksamat (bolus
1 menit) dan rujuk
Retensio Plasenta
• Oksitosin: 20-40 IU dalam 1000mL NaCl 0,9%/RL
kecepatan 40tetes/menit
• Tarikan tali pusat terkendali, jika gagalplasenta
manual
• Antibiotik profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2g IV
+ metronidazol 500mg IV)
• Rujuk jika perdarahan hebat atau infeksi
Sisa Plasenta
• Oksitosin: 20-40 IU dalam 1000mL NaCl 0,9%/RL
kecepatan 40tetes/menit
• Eksplorasi digital (bila serviks terbuka), keluarkan bekuan
darah dan jaringan. Jika tidak bisa, lakukan aspirasi vakum
manual (AVM)
• Antibiotik profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2g IV +
metronidazol 500mg IV)
• Jika perdarahan tidak berhenti: tatalaksana atonia uteri
Inversio Uteri

• Reposisi uterus. Namun jika sulit dilakukan,


segera rujuk

• Ibu kesakitan: petidin 1mg/kgBB IM/IV (max


100mg) ATAU morfin 0,1mg/kg IM
Gangguan Koagulasi

• Tangani penyebab (solusio plasenta,


preklampsia)

• Berikan transfusi darah lengkap segar


A.Kompresi bimanual

B. Manual plasenta

C.Resusitasi

D.Injeksi ergometrin

E. Injeksi oksitosin
72
Perempuan 25 tahun datang dengan keluhan benjolan pada payudara sebelah kiri.
Benjolan dirasakan membesar dan nyeri saat mendekati siklus menstruasi. Pasien
merasa ketakutan karena nenek meninggal akibat kanker payudara. Pada pemeriksaan,
didapatkan benjolan konsistensi lunak dengan batas tegas dan dapat digerakkan bebas.
Tidak teraba pembesaran KGB aksila. Diagnosis yang mungkin adalah...
A. Fibroadenoma payudara
B. Fibrokistik payudara
C. Tumor payudara
D. Abses payudara
E. Kista payudara
Jawaban

B. Fibrokistik payudara
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan 25 tahun
– Benjolan pada payudara sebelah kiri.
– Membesar dan nyeri saat mendekati siklus menstruasi.
– Nenek meninggal akibat kanker payudara.

• PF: konsistensi lunak dengan batas tegas, dapat


digerakkan bebas.Tidak teraba pembesaran KGB aksila.
Fibrokistik Payudara
• Benjolan pada payudara (biasanya bilateral dan multipel)
• Nyeri dan ukuran bertambah saat premenstruasi
• PF: Teraba masa di payudara, batas tegas, mobile, biasanya
multipel dan bilateral, (nyeri tekan jika masa premenstruasi)
• Penunjang :
– <35 th: USG
– >35 th: Mamografi
– Biopsi
Bedakan dengan fibroadenoma
mammae (FAM)
• Fibroadenoma mammae (FAM) = tumor jinak
yang terdiri atas stroma dan jaringan epitel
• Gejala:
– Biasanya pada perempuan muda
– Massa: keras, soliter, mobile, pertumbuhan lambat,
tidak nyeri

• FAM: tidak dipengaruhi menstruasi


• Fibrokistik: nyeri dan membesar saat
premestruasi
A.Fibroadenoma payudara

B.Fibrokistik payudara

C.Tumor payudara

D.Abses payudara

E. Kista payudara
73
Perempuan usia 20 tahun, G2P1A0. Pada observasi tahapan persalinan didapatkan
partus tidak maju. Tanda vital dalam batas normal. Taksiran berat janin 3000 gr, DJJ 145
kali/menit, His 2-3x/10 menit selama 45 detik. Pembukaan 8 cm, ketuban masih teraba
intak. Apa tatalaksana yang tepat?

A. Amniotomi

B. Pasang infus

C. Induksi oksitosin

D. Observasi dan evaluasi selama 4 jam

E. Observasi dan evaluasi selama 2 jam


Jawaban

A. Amniotomi
Pembahasan
• Partus tidak maju pada G2P1A0 20 tahun  passage tidak berisiko
• TBJ 3000 gr, DJJ 145 kali/menit  passenger baik
• His 2-3 x /10 menit, 45 detik  His adekuat
• Bukaan 8 cm, ketuban (+)
– Kala I fase aktif
• Partus tidak maju

• Tindakan ?
Persalinan Lama
• Definisi persalinan normal
– Kala I
• Fase laten (bukaan 1-3)  8 jam
• Fase aktif (bukaan 4-10)  6 jam

– Kala II
• Primigravida  1 jam
• Multigravida  2 jam

– Kala III
• 30 menit
Persalinan Lama
• Penyebab (3P)
– Power
• His tidak adekuat (<3 kali/10 menit, durasi <40 detik)

– Passenger
• Malpresentasi
• Malposisi
• Janin besar

– Passage
• Panggul sempit
• Kelainan serviks/vagina
• Tumor jalan lahir
Induksi Persalinan
• Induksi vs augmentasi/akselerasi
– Induksi  tidak ada menjadi ada
– Augmentasi  mempercepat proses persalinan
• Tidak ada urutan tertentu
• Jenis
– Farmakologi
• PGE1  misoprostol intravagina / oral
• Oksitosin  jika memenuhi Bishop score, <6 : kontraindikasi

– Mekanik
• Amniotomi  fase aktif, luaran klinis lebih baik dibandingkan oksitosin saja (Williams)
• Membrane stripping
A. Amniotomi

B. Pasang infus

C. Induksi oksitosin

D. Observasi dan evaluasi selama 4 jam

E. Observasi dan evaluasi selama 2 jam


74
Perempuan 28 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan demam dan nyeri perut bawah. Pasien
juga mengeluhkan perdarahan pervaginam sejak melahirkan anak pertamanya 2 minggu yang lalu
dengan berat 2800 gram. Darah nifas sebanyak 3 pembalut penuh dan berbau busuk. Pemeriksaan
fisik didapatkan demam dan nyeri tekan perut bawah. Payudara keras dan beirisi air penuh air
susu. Namun uterus masih teraba di antara simpisis dan umbilikus. Apa kondisi yang dialami
pasien pada kasus diatas?

A. Inversio uterus

B. Uretritis

C. Sistitis

D. Subinvolusi uterus e.c endometritits

E. Endometriosis
Jawaban

D. Subinvolusi uterus e.c


endometritits
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan 28 tahun
– Demam ( tanda umum infeksi) dan nyeri perut
bawah. Pasien juga mengeluhkan perdarahan pervaginam sejak
melahirkan anak pertamanya 2 minggu yang lalu dengan
berat 2800 gram  pikirkan infeksi pascasalin
– Darah nifas sebanyak 3 pembalut penuh dan berbau busuk
 infeksi pada endometrium
– Pemeriksaan fisik didapatkan demam dan nyeri tekan perut
bawah. Payudara keras dan beirisi air penuh air susu. Namun
uterus masih teraba di antara simpisis dan umbilikus
 subinvolusi uterus
Endometritis
• Infeksi pada endometrium, umumnya pascasalin
• Faktor risiko
– Riwayat SC
– Riwayat tindakan manual plasenta
– Riwayat pecah ketuban dini
– Riwayat pemeriksaan dalam berulang
– Riwayat partus lama
• Gejala
– Demam: kriteria paling penting. Derajat demam sebanding dengan infeksi yang
terjadi. Dapat disertai dengan menggigil
– Nyeri perut
– Nyeri yang dirangsang dengan pemeriksaan abdomen dan bimanual
– Lokia berbau dan purulen
– Dapat ditemukan subinvolusi uterus
• Tata laksana utama: antibiotik hingga 48 jam bebas demam
– Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam + gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam + metronidazol
500 mg IV tiap 8 jam

William’s Obstetrics. 24th Ed.


Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu
Pilihan lain
• Inversio uterus  bagian fundus uterus seperti keluar ke
arah vagina
• Uretritis  infeksi pada uretra
• Sistitis  infeksi pada kandung kemih
• Endometriosis  adanya kelenjar dan stroma endometrium
di luar endometrium, baik organ ginekologi atau bukan. Bila
tidak asimptomatik, gejala utamanya ada nyeri hebat ketika
menstruasi
A. Inversio uterus

B. Uretritis

C. Sistitis

D. Subinvolusi uterus e.c endometritis

E. Endometriosis
75
Perempuan usia 32 tahun, sudah menikah dan mempunyai 2 anak. Datang ke poli
dokter umum dengan perasaan kebingungan, karena pasien menggunakan kontrasepsi
pil dan lupa meminum selama 1 hari yaitu pada hari ke-16. Saran yang anda berikan
untuk pasien tersebut adalah?

A. Minum 2 pil hari ini, dilanjutkan 2 pil besok, tanpa menggunakan kontrasepsi lain

B. Minum 2 pil, dilanjutkan 1 pil, dikombinasikan dengan kontrasepsi lain

C. Minum 2 pil hari ini, besok dilanjutkan lagi seperti biasa

D. Minum 1 pil hari ini, besok 1 pil, lalu diganti dengan kontrasepsi lain

E. Mengganti dengan jenis kontrasepsi lain


Jawaban

C. Minum 2 pil hari ini, besok


dilanjutkan lagi seperti biasa
Pembahasan
Saran?

• Perempuan 32 tahun, sudah menikah dan mempunyai 2 anak

• Fokus terhadap kata kunci:

– pasien menggunakan kontrasepsi pil

– lupa meminum selama 1 hari yaitu pada hari ke-16


Kontrasepsi: Pil
• Diminum setiap hari; pada jam yang sama untuk memaksimalkan
efikasi
• Apa yang dilakukan jika lupa minum pil?
– Lupa 1 hari: minum 2 dosis, lalu lanjutkan konsumsi sesuai jadwal
– Lupa >1 hari
• Hentikan konsumsi pil, ganti dengan teknik barrier hingga
menstruasi berikutnya, setelah itu, kembali lanjutkan
pemakaian pil dari hari 1 (strip baru)
• Hentikan konsumsi pil dengan strip sebelumnya, namun
lanjutkan dengan strip baru (dari hari 1, restart), gunakan
pula teknik barrier selama 7 hari pertama

Wiliiams Obstetrics. 24th Ed. Section 10: The Puerperium, Contraception.


A. Minum 2 pil hari ini, dilanjutkan 2 pil besok, tanpa menggunakan
kontrasepsi lain

B. Minum 2 pil, dilanjutkan 1 pil, dikombinasikan dengan kontrasepsi lain

C. Minum 2 pil hari ini, besok dilanjutkan lagi seperti biasa

D. Minum 1 pil hari ini, besok 1 pil, lalu diganti dengan kontrasepsi lain

E. Mengganti dengan jenis kontrasepsi lain


61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
Laki-laki usia 60 tahun mengeluh sering BAK tidak tuntas, sedikit-sedikit tapi
sering hingga malam hari sering terbangun karena ingin BAK. Saat dilakukan RT
didapatkan pembesaran prostat, lunak, permukaan licin, sulcus hilang dan pole
atas tidak teraba. Bagian manakah dari prostate yang mengalami pembesaran?
A. Zona perifer
B. Zona transisional
C. Zona sentral
D. Zona perifer dan transisional
E. Zona sentral dan transisional
Jawaban

B. Zona transisional
Pembahasan
• Laki-laki 60 tahun dengan KU sering BAK
tidak tuntas, frekuensi (+), nocturia (+)
• RT: pembesaran prostat, lunak, permukaan licin,
pole atas tidak teraba

• Bagian prostat mana yang membesar?


Kelainan Prostat
Penyakit Demam RT Hematuria

BPH Tidak ada Prostat teraba lunak, Pool Tidak ada


atas tidak teraba, nyeri tekan
(-)
Prostatitis Ada Prostat teraba kenyal, pool Tidak ada
atas teraba, nyeri tekan (+)

Ca prostat Tidak ada Prostat teraba keras, dapat Ada


berbenjol-benjol, pool atas
bisa teraba atau tidak, nyeri
tekan (+/-)
BPH Ca Prostat
• Gejala Klinis • Gejala Klinis

– Gejala obstruktif & iritatif – Gejala obstuktif & iritatif

• Pemeriksaan RT – Gejala metastasis (tulang)

– Pembesaran prostat, • Pemeriksaan RT


konsistensi kenyal, tidak – Pembesaran prostat,
nyeri, pool atas tidak berdungkul-dungkul, nyeri
teraba • Zona Prostat
• Zona Prostat – Zona perifer
– Zona transisional • Pemeriksaan Lab
• Pemeriksaan Lab – PSA  <4 ng/ml
BPH
• Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) terjadi karena adanya
proliferasi sel-sel stromal dan epitelial dari zona periurethral
(zona transitional) prostat dan tumbuh kearah dalam.

• Sedangkan Ca prostat dimulai dari zona perifer prostat,


tumbuh keluar dan menginvasi jaringan sekitarnya.
A. Zona perifer

B. Zona transisional

C. Zona sentral

D. Zona perifer dan transisional

E. Zona sentral dan transisional


77
Laki-laki 32 tahun datang setelah kecelakaan motor dan merasa sakit pada
bagian perut bagian bawah. Pasien mengeluhkan ingin BAK namun tidak bisa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pubis kiri merah memar, skrotum bengkak
dan keluar darah dari uretra. Dokter memikirikan untuk dilakukan
pemasangan kateter, hal apa yang perlu diperhatikan?
A. Boleh dipasang namun harus hati-hati
B. Kontraindikasi pemasangan kateter
C. Langsung dipasang karena suatu kegawatan
D. Boleh dipasang namun darah dibersihkan dahulu
E. Boleh dipasang perlahan
Jawaban

B. Kontraindikasi
pemasangan kateter
Pembahasan
• Anamnesis: Pasca trauma, nyeri perut bawah,
inkontinensia urin
• PF: pubis kiri eritema, skrotum bengkak, keluar
darah dari uretra
• Diagnosis: ruptur uretra anterior 
kontraindikasi pemasangan kateter urin
– Tata laksana awal: sistosomi atau pungsi suprapubik
A. Boleh dipasang namun harus hati-hati

B. Kontraindikasi pemasangan kateter

C. Langsung dipasang karena suatu kegawatan

D. Boleh dipasang namun darah dibersihkan dahulu

E. Boleh dipasang perlahan


78
Laki-laki 27 tahun dibawa ke IGD setelah kecelakaan lalu lintas 2 jam yang lalu.
Pasien masih sadar dan mengeluh nyeri hebat pada pinggang sebelah kiri. Pada
pemeriksaan, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 112x/menit, suhu 37.00C,
napas 24x/menit. Urin terlihat berwarna kemerahan dan terdapat nyeri ketok
CVA kiri. Nyeri tekan pada suprapubik disangkal. Organ apa yang terlibat pada
pasien ini?
A. Kolon desenden
B. Ginjal
C. Ureter
D. Buli
E. Uretra
Jawaban

B. Ginjal
Pembahasan
• Laki-laki 27 tahun
• Kecelakaan 2 jam yang lalu
• Nyeri hebat pada pinggang sebelah kiri
• PF  nyeri ketok CVA kiri, nyeri suprapubik disangkal,
urin berwarna kemerahan

• Organ apa yang terlibat pada pasien ini?


Trauma Ginjal

• Langsung
MEKANISME
TRAUMA : • Tidak langsung
(deselerasi)

JENIS • Tajam
TRAUMA: • Tumpul
Diagnosis
• Gejala
– Cedera di daerah pinggang,punggung dan dada bawah dengan nyeri
– Hematuri (gross/mikroskopik)
– Fraktur costa bg bawah atau proc. spinosus vertebra
– Kadang syok
– Sering disertai cedera organ lain

• Penunjang
– BNO – IVP
– CT SCAN
– MRI
– USG TIDAK DIANJURKAN  USG FAST dapat digunakan untuk melihat
hemoperitoneum tetapi tidak cukup baik untuk visualisasi anatomi pada trauma ginjal
Klasifikasi
• GRADE I
– Kontusio dan subkapsular hematom

• GRADE II
– Laserasi korteks dan perrenal hematom

• GRADE III
– Laserasi dalam hingga kortikomedulari junction

• GRADE IV
– Laserasi menembus collecting system

• GRADE V
– Trombosis arteri renalis, avulsi pedikel, dan shattered kidney.

GRADE I DAN II : CEDERA MINOR (85%)


GRADE III , IV DAN V : CEDERA MAYOR. (15%)
Klasifikasi Trauma Ginjal
GRADE I GRADE II

Kontusio dan subkapsular Laserasi kortek dan perirenal


hematom hematom
Klasifikasi Trauma Ginjal
GRADE III GRADE IV

Laserasi dalam hingga


kortikomedulari junction Laserasi menembus pelvis renalis
Klasifikasi Trauma Ginjal
GRADE V

Trombosis arteri renalis, avulsi


pedikel dan shattered kidney.
Pilihan Lain
Organ Gejala
Ureter Nyeri dapat menjalar ke selangkangan,
jarang terjadi, hematuria
Buli/kandung kemih Nyeri di suprapubik, hematuria
Uretra anterior Nyeri di selangkangan, paling sering
karena straddle injury, butterfly
hematoma
Uretra posterior Nyeri di selangkangan, biasanya
disebabkan fraktur pelvis, floating
prostate
A. Kolon desenden

B. Ginjal

C. Ureter

D. Buli

E. Uretra
79
Bayi usia 3 bulan diantar ibunya ke rs dengan keluhan benjolan di
skrotum kiri benjolan tidak bertambah besar saat anak menangis,
benjolan teraba kenyal dan tidak nyeri, pemeriksaan lain dalam batas
normal. Apa pemeriksaan penunjang yang selanjutnya
dilakukan?
A. Transiluminasi
B. Prehn test
C. Refleks kremaster
D. Digital examination
E. Silk glove sign
Jawaban

A. Transiluminasi
Pembahasan

Pemeriksaan penunjang?

• Bayi usia 3 bulan


– Benjolan di skrotum kiri benjolan tidak bertambah
besar saat anak menangis, benjolan teraba kenyal
dan tidak nyeri.
Massa Skrotum
• Nyeri • Tidak nyeri
– Torsio testis – Tumor testis

– Epididimitis – Hidrokel

– Hernia inguinalis – Hernia inguinalis


(inkarserata) – Spermatokel
– Tumor testis (pertumbuhan – Varikokel
cepat) – Tumor paratestikal
– Trauma (ruptur testis)
Hidrokel

• Penumpukan cairan dalam tunika vaginalis di


skrotum, atau sepanjang korda spermatika.

• Dalam keadaan normal, cairan yang berada di


dalam rongga itu memang ada dan berada
dalam keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya
Jenis-jenis hidrokel

• Sering pada anak-anak atau bayi


Hidrokel • Tidak menutupnya prosesus vaginalis
komunikans •

Cairan peritoneum masuk ke skrotum
Ukuran berubah sesuai aktivitas

Hidrokel • Lebih sering pada orang dewasa


• Etiologi: filariasis, atau iatrogenik.
non- • Gangguan produksi dan ekskresi cairan
komunikans • Ukuran tetap
Jenis-jenis hidrokel
Hidrokel
• Pemeriksaan
– PF: massa kistik di testis dengan batas atas tegas, tidak
nyeri ataupun eritem.

– Tes transluminasi: positif

– USG: dilakukan bila ada kecurigaan massa testis lain

• Tatalaksana: bedah
Pilihan Lain
•Prehn test
–Positif bila nyeri menetap saat testis diangkat
•Refleks kremaster
–Dilakukan dengan menggores paha bagian medial
•Digital examination
–Dilakukan untuk pemeriksaan prostat
•Silk glove sign
–Pemeriksaan untuk hernia, dimana akan teraba kantong hernia di atas
funikulus spermatikus.
A. Transiluminasi

B. Prehn test

C. Refleks kremaster

D. Digital examination

E. Silk glove sign


80
Anak usia 10 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan kencing berwarna merah
seperti air cucian daging. Keluhan disertai dengan bengkak pada kedua kelopak mata
dan demam. Satu minggu sebelumnya anak mengalami batuk dan pilek. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 88 kali/menit, napas 20
kali/menit, suhu 37,6 C. Pemeriksaan ASTO (+). Apakah tata laksana yang tepat
pada kasus ini?
A. Eritromisin
B. Vankomisin
C. Penicillin
D. Kotrimoksazol
E. Kloramfenikol
Jawaban

C. Penicillin
Pembahasan
Tatalaksana?
• Anak 10 tahun
– Kencing merah seperti air cucian daging  hematuria
– Bengkak kedua kelopak mata  edema
– Riwayat batuk pilek (+)  kemungkinan strep throat

• Pemeriksaan ASTO (+)  GNAPS


Sindrom Nefritik
• Hematuri gross
• Hipertensi
• Oligouria
• Azotemia
• Proteinuria
• Pada GNAPS  ASTO (+), biasanya ada riwayat batuk-
pilek
Nephritic Syndrome vs Nephrotic Syndrome
Tatalaksana Nephritic Syndrome

• Amoksisilin 50 mg/kgBB/hari
dibagi 3 dosis, selama 10 hari
Medikamentosa • Eritromisin 30 mg/kgBB/hari
dibagi 3 dosis, selama 10 hari jika
alergi amoksisilin

• Tirah baring
• Diet nefritik  diet rendah garam
Suportif
A. Eritromisin

B. Vankomisin

C. Penicillin

D. Kotrimoksazol

E. Kloramfenikol
81
Laki-laki 37 tahun datang dengan keluhan nyeri pada pinggang kiri sejak 5 hari yang lalu.
Nyeri tidak menjalar dan tidak disertai demam. Pasien merupakan supir antar kota dan
jarang minum karena takut sering kencing saat menjalankan tugas. Pada pemeriksaan
didapatkan nyeri ketok CVA kiri (+). Pemeriksaan penunjang apa yang pertama kali
dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis?
A. BNO
B. CT scan lumbal
C. MRI lumbal
D. Retrograde uretrografi
E. USG ginjal
Jawaban

A. BNO
Pembahasan
• Laki-laki 37 tahun
• Nyeri pada pinggang kiri sejak 5 hari yang lalu
• Nyeri tidak menjalar
• Supir antar kota  jarang minum karena takut
• Pemeriksaan fisik  nyeri ketok CVA kiri (+)

• Pemeriksaan penunjang yang pertama kali?


Batu Saluran Kemih
Berdasarkan Keluhan
letak
Nefrolithiasis Nyeri kolik terutama di pinggang, hematuria

Nefrolitiasis besar yang mengenai pelvis renal


Staghorn dan >1 kaliks
Ureterolithiasis Nyeri kolik di pinggang menjalar ke kemaluan
Vesicolithiasis BAK dipengaruhi perubahan posisi  gejala
kencing terputus-putus (interupted)
Uretrolithiasis Nyeri di penis saat kencing, retensi urin
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan primer: USG (karena aman, mudah dilakukan, dan relatif lebih murah
dibandingkan CT Scan)  gambaran acoustic shadow

• Pemeriksaan paling spesifik dan sensitif: CT Scan non-kontras (sensitivitas

93,1% dan spesifisitas 96,6%) sehingga menjadi standard untuk mendiagnosis kasus
suspek urolitiasis

• Rontgen BNO (sensitivitas 44% dan spesifisitas 77%)  seringkali digunakan sebagai
modalitas awal karena harganya paling murah

• BNO-IVP
– Selain posisi batu, pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal

– Paparan radiasi lebih rendah dibandingkan CT Scan non-kontras

– Sudah digantikan CT Scan non-kontras sebagai standard pemeriksaan urolitiasis

Referensi: EAU Guidelines. Edn. presented at the EAU Annual Congress Amsterdam 2020. ISBN 978-94-92671-07-3
Batu Saluran Kemih
Batu Staghorn Batu Ureter Batu Buli-buli
Jenis batu
• Radiolusen
– Batu asam urat = terjadi karena pH urin asam, kadar asam
urat darah tinggi (> 7)
– Sistin = berhubungan dengan kelainan genetik

• Radioopak
– Kalsium oksalat, kalsium sitrat = kebiasaan kurang minum
– Struvit = batu infeksi
A. BNO

B. CT scan lumbal

C. MRI lumbal

D. Retrograde uretrografi

E. USG ginjal
82
Laki-laki, 37 tahun, datang bersama istri dengan keluhan tidak punya anak
setelah menikah 5 tahun. Pasien rutin berhubungan dengan istri tetapi tiap
berhubungan selalu sulit mencapai ereksi atau ereksi hanya sebentar. Riwayat
pasien dijodohkan oleh ibu pasien. Diagnosis yang tepat adalah…
A. Disfungsi ereksi
B. Gangguan ejakulasi
C. Ejakulasi dini
D. Priapismus
E. Kurvatur penis
Jawaban

A. Disfungsi ereksi
Pembahasan

Diagnosis?

• Laki-laki 37 tahun
– tidak punya anak setelah menikah 5 tahun

– sulit mencapai ereksi atau ereksi hanya sebentar


Disfungsi Ereksi
• Definisi  tidak mampu melakukan atau mempertahankan ereksi
hingga mencapai kepuasan seksual
• Penyebab
– Peyronie disease  fibrosis yang mengganggu aliran darah di penis
– Penyebab vaskular  arterosklerosis, penyakit vaskular perifer, infark
miokardium, hipertensi arteri, dll
– Trauma
– Penyebab neurologis  stroke, GBS, epilepsi, sklerosis multipel
– Penyakit sistemik  DM
Tata Laksana
• Konseling
• Phosphodiesterase-5
– Sildenafil, vardenafil, taladafil, avanafil

• Injeksi atau implantasi


• Peralatan konstriksi atau vakum eksternal
• Pembedahan
Pilihan Lain
A. Disfungsi ereksi
B. Gangguan ejakulasi
C. Ejakulasi dini  ejakulasi yang terjadi sebelum atau kurang
dari 1 menit setelah penetrasi vagina dan tidak dapat menahan
ejakulasi
D. Priapismus  penis tegang tanpa rangsangan seksual
E. Kurvatur penis  bentuk penis tidak lurus (membentuk
kurvatura)
A. Disfungsi ereksi

B. Gangguan ejakulasi

C. Ejakulasi dini

D. Priapismus

E. Kurvatur penis
83
Laki-laki usia 35 tahun datang dengan keluhan nyeri pada pinggang sejak 4 hari yang lalu. Keluhan disertai
dengan nyeri saat berkemih dan pasien merasa kencingnya akhir-akhir ini berkurang. Pasien mengatakan
orangtua dan kakak pasien mengalami hal yang sama. Pada pemeriksaan didapatkan nyeri ketok CVA
kanan dan kiri dan teraba massa di kuadran lumbal abdomen kanan dan kiri. Hasil laboratorium
menunjukkan adanya peningkatan ureum dan kreatinin. USG memperlihatkan adanya kista multipel di
kedua ginjal. Apa diagnosis pasien ini?
A. Hidronefrosis
B. Ginjal polikistik
C. Pyelonefritis
D. Abses ginjal
E. Tumor Wilms
Jawaban

B. Ginjal polikistik
Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 35 tahun
– Nyeri pada pinggang sejak 4 hari yang lalu
– Nyeri saat berkemih dan pasien merasa kencingnya akhir-akhir ini berkurang
– Orangtua dan kakak pasien mengalami hal yang sama
• Pemeriksaan fisik  nyeri ketok CVA kanan dan kiri dan teraba massa di
kuadran lumbal abdomen kanan dan kiri
• Laboratorium  peningkatan ureum dan kreatinin
• USG  kista multipel di kedua ginjal
Ginjal Polikistik
• Genetik  autosomal dominan
• Terbentuknya kista di dalam sistem pelvis renalis
• Gejala umum  hipertensi, nyeri pinggang, penurunan jumlah urin
(progres ke ginjal)
• Kriteria diagnostik dari USG (pada pasien dengan risiko):
– Usia <30 tahun  minimal 2 kista pada 1 ginjal atau 1 kista di masing-
masing ginjal
– Usia 30-59 tahun  minimal 2 kista di masing-masing ginjal
– Usia >59 tahun  minimal 4 kista di masing-masing ginjal
USG Ginjal Polokistik
Pilihan Lain
• Hidronefrosis
– Akan nampak dilatasi pelvisa dan kaliks di pemeriksaan penunjang
• Pyelonefritis
– Demam, nyeri ketok CVA (+)
• Abses ginjal
– Nyeri perut, sensasi terbakar saat BAK, demam, gejala UTI
• Tumor Wilms
– Biasanya terdiagnosis pada anak kecil. Dapat ditemukan massa pada PF
– Pada pencitraan terdapat massa soft-tissue yang heterogen di ginjal
A. Hidronefrosis

B. Ginjal polikistik

C. Pyelonefritis

D. Abses ginjal

E. Tumor Wilms
84
Perempuan usia 30 tahun datang dengan keluhan kencing terasa nyeri sejak 3
hari yang lalu. Keluhan disertai dengan keluhan BAK sedikit-sedikit dan sulit
ditahan. Pemeriksaan penunjang didapatkan bakteri basil gram negatif. Apa
tata laksana yang tepat pada pasien ini?

A. Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari

B. Asiklovir 5 x 200 mg selama 7-14 hari

C. Azitromisin 1 g dosis tunggal

D. Ciprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari

E. Eritromisin 4 x 500 mg selama 7 hari


Jawaban

D. Ciprofloksasin 2x500 mg
selama 3-5 hari
Pembahasan
Tata laksana?
• Perempuan 30 tahun
– Kencing terasa nyeri
– BAK sedikit-sedikit dan sulit ditahan

• Pemeriksaan penunjang  bakteri basil gram


(-)
Pielonefritis
Demam, nyeri punggung, nyeri ketok CVA (+),
mual, muntah, keluhan kencing tidak dominan,
diare

Sistitis
Disuria, frekuensi, urgensi, nyeri tekan suprapubik,
hematuria, demam (-)

Uretritis
Disuria, frekuensi, nyeri tekan (-), suprapubik, demam (-)
PATOGENESIS

• Kuman biasanya berasal dari


uretra dan naik (ascending)
hingga ke ginjal
• Kuman tersering adalah E.
Coli
Klasifikasi

• Non komplikata:
– Wanita dewasa, tidak hamil, tanpa kelainan penyerta

• Komplikata
– Laki-laki

– Wanita hamil

– ISK disertai kelainan struktural dan fungsional

– Imunosupresi

– Disertai sumbatan di sistem urinaria (missal batu atau benda asing)


EAU Guidelines on Urological Infections 2019.
Pemeriksaan Penunjang

Bakteriuria
Hematuria
Urinalisis
Nitrit (+)
Leukosit >5/LPB

Kultur
Jumlah koloni urin
≥105/mL pancaran
tengah
Tata Laksana
• Terapi paling tepat: berdasarkan uji resistensi dari kultur urin
pancar tengah
• Antibiotik empiris sistitis non-komplikata

– Siprofloksasin 2 x 500 mg 3 hari


– Ko-trimoksazol 2 x 160/800 mg 5 hari
– Nitrofurantoin monohidrat 2 x 100 mg 5 hari
– Cefadroxil 2x500 mg 3 hari
• Ibu hamil  Amoksisilin 3x500 mg
A. Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari
B. Asiklovir 5 x 200 mg selama 7-14 hari
C. Azitromisin 1 g dosis tunggal
D. Ciprofloksasin 2x500 mg selama 3-5
hari
E. Eritromisin 4 x 500 mg selama 7 hari
85
Laki-laki usia 50 tahun dirawat di RS selama 12 hari dengan diagnosis pneumonia.
Pasien diberikan antibiotik intravena yaitu aminoglikosida selama perawatan. Pasien
terbaring lama selama perawatan. Saat ini pasien mengeluh sakit di daerah pinggang.
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan nyeri CVA dan dari pemeriksaan laboratorium
ditemukan peningkatan ureum dan kreatinin. Pada urinalisis didapatkan muddy brown
cast. Apa diagnosis pasien di atas?
A. Gagal ginjal akut
B. Gagal ginjal kronik
C. Glomerulonefritis akut
D. Sindroma nefrotik
E. Pielonefritis
Jawaban

A. Gagal ginjal akut


Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki dengan diagnosis pneumonia di RS diberikan
antibiotik
• Saat ini mengeluh kedua kaki bengkak dan agak sesak
• PF: nyeri ketok CVA
• Lab: peningkatan Ur dan Cr, urinalisis: muddy brown cast
Gagal Ginjal Akut
• Penurunan fungsi ginjal yang cepat (biasanya dalam beberapa
hari)  menyebabkan azotemia (pe↑ BUN) yang berkembang
cepat

• Pe↓ fungsi ginjal :


– Pe↓ GFR :
• Produksi urin < 400 ml/hari
• kadar kreatinin serum me↑
• kadar BUN (nitrogen urea darah) ↑
Gagal Ginjal Akut (KDIGO)
Grading AKI (RIFLE)
Etiologi
• Pre-renal: gangguan aliran darah ke ginjal
– Dehidrasi
– Syok

• Renal: kerusakan langsung pada struktur di ginjal


– Obat-obatan
– Inflamasi, infeksi
– dll

• Post renal: Obstruksi saluran kemih


– Batu atau keganasan
Diskusi

• Dalam kasus ini, kemungkinan besar terjadi


gagal ginjal akut (acute tubular necrosis) akibat
obat-obatan, yaitu antibiotik jenis
aminoglikosida.
Pilihan Lain
• GGK

– Terjadi >3bulan atau dijumpai kerusakan strukur

• Glomerulonefritis Akut

– Termasuk penyebab “renal” dari gagal ginjal akut

– Namun pada kasus ini tidak ada bukti yang mendukung


diagnosis ini

• Sindroma Nefrotik

– Proteinuria, edema anasarka, hipoalbuminemia,


A. Gagal ginjal akut

B. Gagal ginjal kronik

C. Glomerulonefritis akut

D. Sindroma nefrotik

E. Pielonefritis
86
Perempuan 20 tahun datang dengan keluhan rasa terbakar di daerah ulu hati
dan terasa nyeri. Nyeri bertambah ketika pasien terlambat makan, ketika
makan nyeri hilang sementara, namun 2 atau 3 jam setelah makan nyeri
kembali lagi. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut?
A. Tukak gaster
B. Gastritis
C. Tukak duodenum
D. GERD
E. Irritable bowel syndrome
Jawaban

C. Tukak duodenum
Pembahasan
Diagnosa?
• Perempuan 20 tahun
– Rasa terbakar di daerah ulu hati dan terasa nyeri
– Nyeri bertambah ketika pasien terlambat makan
– Nyeri hilang sementara ketika makan
– 2 atau 3 jam setelah makan nyeri kembali lagi
• Tanda ulkus/tukak duodenum
Ulkus Gaster vs Ulkus Duodenum

• Ulkus gaster: nyeri segera setelah makan


• Ulkus duodenum: nyeri 2-3 jam setelah makan
Ulkus Gaster Ulkus Duodenum
Nyeri epigastrium setelah Nyeri epigastrium 2-3 jam
makan setelah makan
Menyebabkan hematemesis Menyebabkan hematochezia
Biasanya heartburn Jarang heartburn
Bisa menyebabkan ca gaster Bangun malam hari karena
nyeri
A. Tukak gaster

B. Gastritis

C. Tukak duodenum

D. GERD

E. Irritable bowel syndrome


87
Laki-laki 30 tahun mengeluh nyeri ulu hati. Keluhan dirasakan seperti
terbakar dan ada rasa pahit ketika bersendawa. Pada pemeriksaan fisik,
tidak ditemukan nyeri tekan epigastrium. Diagnosis kasus tersebut
adalah?
A. Dispepsia fungsional
B. Gastritis akut
C. GERD
D. Dispepsia organik
E. Pankreatitis akut
Jawaban

C. GERD
Pembahasan

Diagnosis?
• Laki-laki 30 tahun
– Nyeri ulu hati
– Keluhan dirasakan seperti terbakar dan ada rasa pahit
ketika bersendawa  refluks asam lambung

• PF: tidak ditemukan nyeri tekan epigastrium


– Bukan gastritis
Gastro-Esophageal Reflux Disease
(GERD)
• Definisi :
– Disebut GERD bila terjadi refluks asam lambung yang
mengganggu pasien (minimal 2 kali heartburn/minggu)
– Atau, bila terjadi komplikasi (esofagitis, striktur esofagus
ringan, atau esofagus Barrett
• Gejala:
1. Esofageal
2. Ekstraesofageal
Gejala Esofageal
• Heartburn (rasa terbakar di retrosternal. Dicetuskan
setelah makan, berbaring, membungkuk, atau mengedan.
Membaik dengan antasida).
• Bersendawa
• Regurgitasi asam lambung atau empedu
• Peningkatan salivasi
• Odinofagia (nyeri menelan, bila sudah terjadi esofagitis)
Gejala Ekstraesofageal

• Masuknya asam lambung ke saluran napas


– Asma nokturnal (asma pada malam hari)

– Batuk kronik

– Laringitis

– Sinusitis
Komplikasi
• Esofagus Barrett (metaplasia epitel esofagus distal)

• Esofagus Barrett bisa berkembang menjadi kanker


esofagus

Barrett Columnar
mucosa
Penunjang

• Umumnya tidak memerlukan pemeriksaan


penunjang

• Endoskopi diperlukan jika ada gejala alarm atau


tidak merespons terapi empirik PPI dua kali
sehari.
Gejala Alarm GERD (Revisi Konsensus
GERD 2013)
• Hematemesis dan/atau melena
• Riwayat keluarga dengan keganasan lambung dan/atau esofagus
• Pengunaan OAINS kronik
• Usia lebih dari 40 tahun di daerah dengan prevalensi kanker
lambung yang tinggi
• Disfagia progresif
• Odinofagia
• Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
• Anemia awitan baru
Edukasi
• Posisi kepala harus lebih tinggi ketika tidur
• Menurunkan berat badan
• Menghentikan merokok
• Makan dalam porsi kecil dan teratur
• Menghindari: minuman panas, alkohol, buah asam, tomat, bawang,
makanan pedas, kopi, coklat, teh, dan makan <3 jam sebelum tidur
• Hindari obat yang merelaksasi sfingter esofagus bawah (nitrat,
antikolinergik, CCB) DAN obat yang merusak mukosa lambung
(NSAID, garam kalium, dan bifosfonat)
Medikamentosa
• Lini 1: PPI (omeprazol, lansoprazol, dll)
• Lini 2: antagonis H2 (ranitidin, dll)
• Lini 3: antasida

• Tidak disarankan untuk menggunakan


metoklopramid
Pilihan Lain
• Gastritis akut

– Peradangan pada lapisan permukaan lambung

– Keluhan bisa mereda atau memburuk setelah makan, mual, muntah, dan
kembung

– Hanya bisa didiagnosis dengan endoskopi

– Komplikasi: ulkus gaster  hematemesis, melena, anemia

• Pankreatitis akut

– Nyeri epigastrik/kanan atas yang menjalar ke samping atau punggung

– Mual muntah

– Peningkatan amilase dan lipase


Pilihan Lain
• Dispepsia
– Definisi: gejala gastrointestinal, namunn tidak ditemukan kelainan organik
– Gejala: ROME III (di slide selanjutnya)
• Cepat kenyang
• Nyeri ulu hati
• Rasa terbakar
– Red flag: >45 tahun, muntah berulang atau persisten, penurunan BB tanpa sebab
jelas, disfagia progresif, perdarahan saluran cerna, anemia, demam, massa di
abdomen atas, riwayat keluarga kanker lambung, dispepsia awitan baru pada
pasien >45 tahun.
ROME III (diagnosis dispepsia)
A. Dispepsia fungsional

B. Gastritis akut

C. GERD

D. Dispepsia organik

E. Pankreatitis akut
100
Seorang bayi lahir menangis spontan, APGAR 9/10, namun status HBsAg ibu
belum diketahui. BB 3500 gram. Bagaimana seharusnya pemberian
imunisasi hepatitis B untuk bayi ini?

A. Tunda, cek HBsAg ibu tunda sampai 1 bulan

B. Tunda, cek HBsAg bayi jk positif suntik hbig

C. Tunda, cek HBsAg bayi jk negatif suntik hbig dan hep b aktif

D. Tunda, cek HBsAg ibu suntik hbig/hep b aktif dalam 12 hari

E. Suntik vaksin hepatitis B, kemudian cek HBsAg ibu, jika positif suntik HBIg
dalam 7 hari
Jawaban

E. Suntik vaksin hepatitis B,


kemudian cek HBsAg ibu, jika
positif suntik HBIg dalam 7
hari
Pembahasan

Pemberian imunisasi Hep B?

• Seorang bayi
– Lahir menangis spontan, APGAR 9/10

– Status HBsAg ibu belum diketahui


Vaksin Hepatitis B (HB)
• Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam
setelah lahir didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit
sebelumnya
• Jadwal pemberian vaksin HB monovalen
– Usia 0,1, dan 6 bulan
• Bayi lahir dari ibu HBsAg positif  diberikan vaksin HB dan imunoglobulin
hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda
• Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian
pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa,
maka jadwal pemberian pada usia 2, 4, dan 6 bulan.
Vaksin Hep B
• Jika status Hep B ibu tidak diketahui
– Tetap diberikan dalam 12 jam setelah lahir

– Dilanjutkan pada umur 1, 3, dan 6 bulan

– Jika ternyata diketahui ibu positif maka ditambahkan


HBIg sebelum usia 7 hari
– Jika BBL <2000 gram dan status Hep B ibu tidak diketahui, HBIg
langsung diberikan tanpa menunggu hasil status Hep B ibu,
A. Tunda, cek HBsAg ibu tunda sampai 1 bulan
B. Tunda, cek HBsAg bayi jk positif suntik hbig
C. Tunda, cek HBsAg bayi jk negatif suntik hbig dan hep b
aktif
D. Tunda, cek HBsAg ibu suntik hbig/hep b aktif dalam 12 hari
E. Suntik vaksini hepatitis B, kemudian cek HBsAg
ibu, jika positif suntik HBIg dalam 7 hari
88
Laki-laki usia 38 tahun datang ke puskesmas, mengeluh nyeri dada dan rasa
terbakar. Disertai muntah sejak 2 hari yang lalu. Keluhan tidak berkurang saat
istirahat dan berbaring. Terdapat riwayat sendawa. Terapi yang tepat
adalah?

A. Proton Pump Inhibitor

B. ACE inhibitor

C. Antibiotik

D. Antiemetik

E. Analgetik
Jawaban

A. Proton Pump Inhibitor


Pembahasan
Terapi?
• Laki-laki 38 tahun
– Nyeri dada dan rasa terbakar.
– Muntah sejak 2 hari yang lalu.
– Keluhan tidak berkurang saat istirahat dan berbaring.
Terdapat riwayat sendawa.
• Diagnosis: penyakit reflus gastroefofageal (GERD)
Etiopatogenesis GERD

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI). Revisi konsensus nsional penatalaksanaan penyakit refluk gastroesofgeal (Gastroesophageal reflux disease/GERD) di Indonesia. Jakarta; 2013
Kuisioner GERD Q
• Sensitivitas 65% dan
spesifisitas 71% dalam
mendiagnosis GERD

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI). Revisi konsensus nsional penatalaksanaan penyakit refluk gastroesofgeal (Gastroesophageal reflux disease/GERD) di Indonesia. Jakarta; 2013
Terapi GERD
• Pada tabel terlihat PPI paling efektif menghilangkan
gejala dn menyembuhan lesi esophagitis GERD
• Pilihan kedua apabila PPI tidak terseda  H2RA

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI). Revisi konsensus nsional penatalaksanaan penyakit refluk gastroesofgeal (Gastroesophageal reflux disease/GERD) di Indonesia. Jakarta; 2013
Pilihan Lain

B. ACE inhibitor  bukan obat GERD

C. Antibiotik  tidak diindikasikan kecuali


terdapat infeksi H. pylori

D. Antiemetik  bukan terapi GERD

E. Analgetik  bukan terap GERD


A. Proton Pump Inhibitor

B. ACE inhibitor

C. Antibiotik

D. Antiemetik

E. Analgetik
89
Perempuan usia 49 tahun datang dengan keluhan perut kanan atas membesar sejak
2 bulan. Keluhan disertai dengan nyeri perut, mual, dan muntah. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan hepar teraba dengan liver span midklavikula 20 cm, tepi tumpul, dan
perabaan keras. Hasil pemeriksaan lab didapatkan SGOT 125 dan SGPT 52.
Pemeriksaan lanjutan apa yang diperlukan?
A. Bilirubin
B. Vitamin K
C. Serologis amoeba
D. Serologis hepatitis
E. Fetoprotein alfa
Jawaban

E. Fetoprotein alfa
Pembahasan
Pemeriksaan lanjutan?
• Perempuan 49 tahun
– Perut kanan atas membesar sejak 2 bulan
– Nyeri perut, mual, dan muntah

• Liver span 20 cm, tepi tumpul dan keras


• Lien schuffner 2
• SGOT 125 dan SGPT 52
Diskusi
• Pada soal ini, penyakit sudah 2 bulan.
• Pembesaran hepar karena abses liver (serologi amoeba) dan
hepatitis (serologi hepatitis) umumnya akut sehingga bisa
disingkirkan.
• Bilirubin dan vitamin K tidak spesifik ke arah diagnosis tertentu.
• Jadi, kemungkinan pasien ini mengalami keganasan liver, sehingga bisa
diperiksan fetoprotein alfa atau alpha fetoprotein (AFP)
A. Bilirubin
B. Vitamin K
C. Serologis amoeba
D. Serologis hepatitis
E. Fetoprotein alfa
90
Perempuan 40 tahun datang dengan keluhan nyeri perut bagian kanan atas sejak 1
hari yang lalu. Sebelumnya pernah merasakan keluhan yang sama setelah makan
makanan cepat saji. Feses berwarna pucat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Murphy's sign (+). Apa kemungkinan hasil laboratorium yang didapatkan?

A. Bilirubin direk meningkat

B. Bilirubin indirek meningkat

C. Sterkobilinogen feses meningkat

D. Urobilinogen urin meningkat

E. Sterkobilin meningkat
Jawaban

A. Bilirubin direk meningkat


Pembahasan
Hasil laboratorium yang didapatkan?

• Perempuan 40 tahun
– Nyeri perut bagian kanan atas sejak 1 hari

– Keluhan yang sama setelah makan makanan cepat saji

– Feses warna pucat

– Murphy's sign (+)


DIAGNOSIS BANDING NYERI
ABDOMEN
Tiga langkah:
1. Minta pasien buang napas
2. Letakkan tangan di batas
bawah hepar
3. Minta pasien tarik napas
Positif jika nyeri atau pasien
berhenti menarik napas (juga
karena nyeri)
Murphy’s sign
Tanda Murphy adalah tanda dari kolesistitis (inflamasi pada kandung
empedu)

Tanda dan gejala lain dari Kolesistitis:


• Nyeri perut kanan atas (biasanya setelah makan makanan berlemak)
• Demam (tanda terjadinya inflamasi)
• BAB dempul
• Mual dan muntah
• Kuning
Diskusi
• Kasus kolesistitis (murphy’s Sign +) yang disertai
penyumbatan saluran empedu (feses pucat dan nyeri yang
dipicu makanan berlemak)
• Kemungkinan disebabkan koledokolitiasis karena faktor
risiko wanita di atas 40 tahun
• Jadi, tersumbatnya common bile duct membuat bilirubin
terkonjugasi (direk) tidak dapat diekskresikan ke lumen
usus.
A.Bilirubin direk meningkat
B. Bilirubin indirek meningkat
C. Sterkobilinogen feses
D. Urobilinogen urin
E. Sterkobilin meningkat
91
Anak-anak 8 tahun dibawa orangtuanya dengan keluhan diare. Dari
feses tampak berdarah dan berlendir. Pemeriksaan mikroskopis feses
menunjukkan hasil berikut. Apa terapi yang tepat pada kasus di
atas?
A. Cotrimoxazole
B. Amoxiciline
C. Doxycycline
D. Kloramfenikol
E. Metronidazole
Jawaban

E. Metronidazole
Pembahasan

Terapi?

• Anak perempuan 8 tahun


– Diare

– Feses tampak berdarah dan


berlendir
Disentri
• Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya. Penyakit ini
dapat disebabkan oleh bakteri disentri basiler yang disebabkan
oleh shigellosis dan amoeba (disentri amoeba)

• Keluhan :

– Sakit perut terutama sebelah kiri dan buang air besar encer
secara terus menerus bercampur lendir dan darah

– Muntah-muntah

– Sakit kepala

– Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan


Diagnosis
• Diare, lendir (+), darah (+)
Anamnesis

Pemeriksaan • Status generalis


• Status dehidrasi
Fisik
Pemeriksaan • Pemeriksaan Tinja  ditemukan
tropozoit  Disentri amoeba
Penunjang  Amobiasis
Tatalaksana
• Non Farmakologi :

– Mencegah terjadinya dehidrasi

– Tirah baring

– Diet, diberikan makanan lunak

• Farmakologi :

– Disentri basiler  Dosis Siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500


mg/hari selama 3 hari sedangkan Azithromisin diberikan 1 gram dosis
tunggal dan Sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari

– Disentri amuba  Metronidazol 500mg 3x sehari selama 3-5 hari


A. Cotrimoxazole
B. Amoxiciline
C. Doxycycline
D. Kloramfenikol
E. Metronidazole
92
Laki-laki usia 26 tahun mengeluh BAB berdarah. Darah merah segar keluar
lebih dulu sebelum kotoran keluar. BAB terasa keras. Tidak ditemukan adanya
benjolan pada perianal. Terapi yang tepat pada pasien ini?

A. Vasokonstriktor + diet tinggi serat

B. Antikoagulan + diet tinggi serat

C. Operatif + modifikasi gaya hidup

D. Diet tinggi serat + modifikasi gaya hidup

E. Operatif + vasokonstriktor
Jawaban

D. Diet tinggi serat +


modifikasi gaya hidup
Pembahasan
Terapi?
• Laki-laki 26 tahun
– BAB berdarah
– Darah merah segar keluar lebih dulu sebelum kotoran
keluar
– BAB terasa keras

• Tidak ditemukan benjolan pada perianal


Perdarahan Saluran GI Bawah

Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 19th Edition. New York:
McGraw Hill Education. 2015
Diagnosis Banding Perdarahan Saluran
GI Bawah
1. Hemorrhoid
2. Karsinoma kolon
3. Disentri
4. Prolaps rekti
5. Fisura anal
6. Abses perianal
7. Divertikulum
8. Ektasia vaskular
Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 19th Edition. New York:
McGraw Hill Education. 2015
Hemorrhoid
• Pembengkakan pembuluh darah rektum
• Klasifikasi
– Interna  nyeri (-/+)
– Eksterna  nyeri (++)

• Gejala
– Benjolan
– Hematoskezia
– Nyeri

• Tatalaksana
– Suplementasi serat
– Kortison supp
– Bedah
Hemorrhoid
Internal hemorrhoids:
• Di lower rectum
• Berdarah tapi tidak nyeri
• Bisa prolaps
External hemorrhoids:
• Di anus
• Nyeri karena iritasi dan erosi
• Bekuan perdarahan akan menjadi skin tag
Hemorrhoid
Diskusi
• Gejala BAB berdarah merah segar tanpa benjolan pada perianal 
kemungkinan:
1. Hemorrhoid internal grade I (sama sekali tidak ada benjolan) ATAU
2. Hemorrhoid grade II (benjolan bisa masuk secara spontan).

Penderita juga memiliki faktor risiko BAB yang keras. Tatalaksana untuk
hemorrhoid interna grade I atau II adalah terapi konservatif, antara lain
rendam duduk, diet tinggi serat, minum air yang cukup, pencahar, analgetik
sistemik atau topikal, dan menjaga higienitas anal.

The American College of Gastroenterology (ACG)


A. Vasokonstriktor + diet tinggi serat

B. Antikoagulan + diet tinggi serat

C. Operatif + modifikasi gaya hidup

D. Diet tinggi serat + modifikasi gaya hidup

E. Operatif + vasokonstriktor
93
Seorang bayi laki-laki berusia 2 hari dibawa ibunya ke dokter praktik pribadi dengan
keluhan terdapat celah di bibir dan langit-langit sejak lahir sehingga kesulitan menyusu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan lainnya dalam batas normal. Apa
diagnosis yang tepat untuk kasus di atas?

A. Labioschisis

B. Palatoschisis

C. Labiopalatoschisis

D. Fraktur mandibula

E. Fraktur maksila
Jawaban

C. Labiopalatoschisis
Pembahasan

Diagnosis?

• Bayi laki-laki usia 2 hari


– Terdapat celah di bibir dan langit-langit  labio +
palato

– Kesulitan menyusu
Sumbing Pada Bibir dan Palatum
- Cleft Lip and Palate -
• Definisi :
– Kelainan kongenital berupa bibir, gusi, atau palatum
yang tidak menyatu, dengan atau tanpa kelainan hidung

• Terminologi
– Labioschisis: hanya bibir yang tidak menyatu

– Labiopalatoschisis: bibir dan palatum tidak menyatu


A. Labioschisis
B. Palatoshisis
C.Labiopalatoschisis
D. Fraktur mandibula
E. Fraktur maksila
94
Laki-laki usia 45 tahun, bekerja sebagai pekerja bangunan, mengeluh muntah dan
kembung. Pasien mengaku sering keluar benjolan pada lipat paha yang bisa masuk
kembali jika pasien berbaring. Keluhan dirasakan sejak 3 tahun lalu, namun sejak tadi
benjolan tidak dapat dimasukkan kembali dan terasa nyeri. Bagaimana penanganan
pada pasien ini?

A. Operasi cito

B. Operasi elektif

C. Reposisi manual

D. Menggunakan bantalan pada punggung

E. Melakukan ligasi
Jawaban

A. Operasi cito
Pembahasan
Tatalaksana?
• Laki-laki 45 tahun
– Sering keluar benjolan pada lipat paha yang bisa masuk
kembali jika pasien berbaring
• Hernia inguinal reponibel

– Sejak tadi tadi benjolan tidak dapat dimasukkan kembali


dan terasa nyeri
• Hernia inguinal strangulata
Hernia berdasarkan sifatnya
• Reponiblis : keluar – masuk
• Ireponiblis : keluar – tidak bisa masuk
• Inkarserata: sama dengan ireponiblis tapi
dengan gangguan pasase usus
• Strangulata: gangguan vaskularisasi usus, nyeri
hebat
Jenis Hernia Inguinalis

DIREK = MEDIAL
INDIREK = LATERAL
(SELALU DI DEWASA
Hernia Inguinalis
Direk Indirek
Usus masuk melalui titik lemah di Usus masuk melalui cincin inguinal
fasia dinding abdomen (segitiga sebagai akibat gagal menutupnya
Hesselbach) prosesus vaginalis saat embrio
Medial dari pembuluh epigastrik Lateral dari pembuluh epigastrik
inferior inferior
Tidak ditutupi fasia spermatik Ditutupi fasia spermatik internal
internal
Terjadi saat dewasa Terjadi secara kongenital hingga
dewasa
Tidak bisa menembus hingga ke Bisa menembus hingga ke skrotum
skrotum
Tatalaksana Hernia
Hernia apapun yang bukan strangulata
• Reduksi manual
Hernia reponiblis atau ireponiblis
• Operasi elektif
Hernia inkarserata atau strangulata
• Operasi CITO
A.Operasi cito
B. Operasi elektif
C. Reposisi manual
D. Menggunakan bantalan pada punggung
E. Melakukan ligasi
94
Anak perempuan usia 5 tahun dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan pucat. Gejala lain seperti pusing,
lemas, lelah juga dirasakan oleh pasien. Selain itu, pasien juga mengalami diare, mual, muntah, dan nyeri ulu
hati. Pertumbuhan pasien juga lebih lambat dibanding teman sebayanya. Dari anamnesis diketahui pasien
tinggal di lingkungan yang lembab dan pasien jarang menggunakan alas kaki saat bermain. Dari
pemeriksaan feses ditemukan telur seperti pada gambar di bawah ini. Cacing apakah yang
menyebabkan keluhan pada pasien?
A. Ascaris lumbricoides
B. Trichuris trichuria
C. Necator americanus
D. Taenia saginata
E. Enterobius vermicularis
Jawaban

C. Necator americanus
Pembahasan
Etiologi?
• Anak perempuan 5 tahun
– Pucat
– Pusing, lemas, lelah juga dirasakan oleh pasien
– Diare, mual, muntah, dan nyeri ulu hati
– Pertumbuhan pasien juga lebih lambat disbanding teman sebayanya.
– Lingkungan yang lembab dan pasien jarang menggunakan alas kaki
apabila bermain
Infeksi Parasit Gastrointestinal
• Nematoda : dapat berada di usus, jaringan, darah
– Ascaris lumbricoides = cacing gelang (round worm)
– Ancylostoma duodenale = cacing tambang (hook worm)
– Necator americanus = cacing tambang (hook worm)
– Trichuris trichuria = cacing cambuk (whip worm)
– Strongyloides sercoralis = cacing benang (thread worm)
– Enterobius vermicularis = cacing kremi (pin worm)

• Cestoda : cacing pita (tape worm)


– Taenia saginata
– Taenia solium.

• Trematoda : cacing isap, dapat berada di usus, hepar, paru, darah


– Schistosoma sp.
– Fasciolopsis buski

Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 19th Edition. New York:
McGraw Hill Education. 2015
Soal yang sering keluar: Cacing!
Cacing Gejala/ciri Telur Tatalaksana
Enterobiasis/ Gatal di anus (diagnosis Bikonveks (cembung Pirantel
Oxyuriasis dengan scotch tape) 1 sisi, datar 1 sisi), Pamoat
(cacing kremi) pipih disalah satu sisi 10kg/bb
Nekatoriasis/ Mual, muntah, anemia, Dinding tipis Albendazole
Ancylostomiasis diare (masuk lewat kulit) bersegmen, isi 4-8 400mg
(cacing tambang)
Askariasis Keram perut, diare, Bulat/lonjong, dinding Albendazole
(cacing gelang) demam, cacing keluar 3 lapis, pigmen coklat 400mg
bersama BAB
Trikuriasis Nyeri ulu hati, diare, Tempayan, Mebendazole
(cacing cambuk) prolaps rekti operkulum 2 sisi 2x100mg
Skistosomiasis Diare, demam, Lonjong, operkulum Praziquantel
(cacing isap) hepatospleno megali 1 sisi 40-60mg/kg
(riwayat pergi ke danau
lindu)
Taeniasis Mual, konstipasi, diare, Bulat dengan striae, Praziquantel
(cacing pita) benjolan di tubuh kulit radial, proglotid 10mg/kg
Taeniasis vs Sistiserkosis
Necatoriasis dan Ancylostomiasis
Necatoriasis dan Ancylostomiasis
• Cacing tambang yang menginfeksi manusia adalah Necator
americanus dan Ancylostoma duodenale.
• Necator Americanus menyebabkan Necatoriasis dan A.duodenale
menyebabkan Ankilostomiasis.
• Larva filariform dapat menembus kulit manusia  fase infektif
• Infeksi ini terjadi didaerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat
kebersihan yang buruk.
• Stadium larva menyebabkan kelainan pada kulit (ground itch).
Stadium dewasa menyebabkan anemia.
Nematoda/ Hookworm
Ascaris N.americanus/ Trichuris
lumbricoides A. duodenale trichiuria

Living site Small intestine Small intestine Large intestine

Diagnostic Egg Egg Unembryonated


egg
Infective Egg Larva filariform/ L3 Embryonated egg
Route Ingested Penetrate the skin Ingested

Treatment Albendazole Albendazole Albendazole


Mebendazole Mebendazole Mebendazole
Ivermectin Pirantel Pamoat Ivermectin
Macam Telur Cacing

Ascaris
Trichuris trichiura Telur Hookworm lumbricoides
A. Duodenale
N. americanus

Barrel shape Dinding 3 lapis


Tempayan (albuminoid,
Mucoid plug Dinding tipis hialin, vitelina)
Macam Telur Cacing

S. Japonicum S. Haematobium S. Mansoni

Japonicum  bendera jepang (bulet)


Haematobium  duri di tengah
Mansoni  M = miring, duri miring
Macam Telur Cacing

Oxyuris
Taenia
vermicularis
Enterobius
vermicularis

Bulat, dinding
tebal, radial, Asimetris,
berisi embrio dinding pipih di
salah satu sisi
Gambaran Klinis Khas Pilihan Lain
• Taeniasis : nausea (mual), badan lemah, berat badan
menurun, nafsu makan menurun, sakit kepala,
konstipasi (sukar buang air besar), diare. Proglotid,
riwayat makan daging sapi
• Ascaris  Muntah dan BAB cacing
• Enterobius  pruritus nokturna, autoinfeksi
• Trichuris  prolaps rektum
A. Ascaris lumbricoides

B. Trichuris trichuria

C. Necator americanus

D. Taenia saginata

E. Enterobius vermicularis
95
Laki-laki usia 46 tahun mengeluh keluar benjolan dari selangkangan, benjolan
keluar masuk dan keluar saat pasien batuk. Benjolan tampak turun dari lateral
ke medial. Diagnosis pasien ini adalah?

A. Hernia inguinal reponibel

B. Hernia inguinal ireponibel

C. Hernia inguinal medial

D. Hernia femoralis

E. Hernia diafragmatika
Jawaban

A. Hernia inguinal reponibel


Pembahasan

Diagnosis?

• Laki-laki 46 tahun
– Keluar benjolan dari selangkangan

– Keluar masuk dan keluar saat pasien batuk.

– Benjolan tampak turun dari lateral ke medial


• Hernia inguinalis reponibel
Hernia berdasarkan sifatnya
• Reponiblis : keluar – masuk
• Ireponiblis : keluar – tidak bisa masuk
• Inkarserata: sama dengan ireponiblis tapi
dengan gangguan pasase usus
• Strangulata: gangguan vaskularisasi usus, nyeri
hebat
Jenis Hernia Inguinalis

DIREK = MEDIAL
INDIREK = LATERAL
(SELALU DI DEWASA
Hernia Inguinalis
Direk Indirek
Usus masuk melalui titik lemah di Usus masuk melalui cincin inguinal
fasia dinding abdomen (segitiga sebagai akibat gagal menutupnya
Hesselbach) prosesus vaginalis saat embrio
Medial dari pembuluh epigastrik Lateral dari pembuluh epigastrik
inferior inferior
Tidak ditutupi fasia spermatik Ditutupi fasia spermatik internal
internal
Terjadi saat dewasa Terjadi secara kongenital hingga
dewasa
Tidak bisa menembus hingga ke Bisa menembus hingga ke skrotum
skrotum
Tatalaksana Hernia
Hernia apapun yang bukan strangulata
• Reduksi manual
Hernia reponiblis atau ireponiblis
• Operasi elektif
Hernia inkarserata atau strangulata
• Operasi CITO
A. Hernia inguinal reponibel

B. Hernia inguinal ireponibel

C. Hernia inguinal medial

D. Hernia femoralis

E. Hernia diafragmatika
96
Perempuan usia 32 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri ulu hati seperti
terbakar sejak 1 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan adanya keluhan mual tapi tidak
sampai muntah. Akhir-akhir ini pasien mengaku sering merasa asam dan pahit pada
tenggorokan. TD 120/70 mmHg, HR 80 kali/menit, RR 18 kali/menit, dan suhu 36,8 C.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada epigastrium. Bagaimana edukasi
pasien yang tepat?
A. Makan makanan besar dalam interval yang panjang
B. Tidur 2-3 jam setelah makan
C. Tidur tanpa bantal
D. Rokok tidak mempengaruhi keluhan pasien
E. Makan makanan berlemak
Jawaban

B. Tidur 2-3 jam setelah


makan
Pembahasan
Edukasi?
• Perempuan 32 tahun
– Nyeri ulu hati seperti terbakar sejak 1 bulan
– Mual tapi tidak sampai muntah
– Sering merasa asam dan pahit pada tenggorokan
– TD 120/70 mmHg, HR 80 kali/menit, RR 18 kali/menit, dan suhu 36,8 C
• Nyeri tekan pada epigastrium
– GERD
Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD)

• Definisi: Disebut GERD bila terjadi refluks asam lambung


yang mengganggu pasien (minimal 2 kali heartburn/minggu)
• Atau, bila terjadi komplikasi (esofagitis, striktur esofagus
ringan, atau esofagus Barrett
• Gejala:
1. Esofageal
2. Ekstraesofageal
Gejala Esofageal
• Heartburn (rasa terbakar di retrosternal. Dicetuskan
setelah makan, berbaring, membungkuk, atau mengedan.
Membaik dengan antasida).
• Bersendawa
• Regurgitasi asam lambung atau empedu
• Peningkatan salivasi
• Odinofagia (nyeri menelan, bila sudah terjadi esofagitis)
Gejala Ekstraesofageal
Masuknya asam lambung ke saluran napas

• Asma nokturnal (asma pada malam hari)


• Batuk kronik
• Laringitis
• Sinusitis
Komplikasi
• Esofagus Barrett (metaplasia epitel esofagus distal)
• Esofagus Barrett bisa berkembang menjadi kanker
esofagus

Barrett
Columnar
mucosa
Penunjang
• Umumnya tidak memerlukan pemeriksaan penunjang
• Endoskopi diperlukan jika:
– Gejala bertahan >4 minggu
– Muntah terus-menerus
– Perdarahan gastrointestinal
– Teraba massa
– Usia >55 tahun
– Disfagia
– Gejala tidak membaik dengan pengobatan
– Berat badan turun
Edukasi
• Posisi kepala harus lebih tinggi ketika tidur
• Menurunkan berat badan
• Menghentikan merokok
• Makan dalam porsi kecil dan teratur
• Menghindari: minuman panas, alkohol, buah asam, tomat,
bawang, makanan pedas, kopi, coklat, teh, dan makan <3 jam
sebelum tidur
• Hindari obat yang merelaksasi sfingter esofagus bawah (nitrat,
antikolinergik, CCB) DAN obat yang merusak mukosa lambung (NSAID,
garam kalium, dan bifosfonat)
A. Makan makanan besar dalam interval yang
panjang
B. Tidur 2-3 jam setelah makan
C. Tidur tanpa bantal
D. Rokok tidak mempengaruhi keluhan pasien
E. Makan makanan berlemak
97
Perempuan 34 tahun datang dengan keluhan demam, mual muntah,
nyeri perut berpindah dari ulu hati ke kanan bawah. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan rovsing (+), teraba massa saat perut kanan bawah di
palpasi. Diagnosis pasien ini adalah?
A. Appendisitis Akut
B. Abses Appendiks
C. Torsi kista ovarium
D. Divertikulitis
E. Kolelitiasis
Jawaban

B. Abses Apendiks
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan, 34 tahun
– Nyeri perut dari ulu hati ke kanan bawah  migratory
pain
– Demam, mual, muntah

• Pemeriksaan fisik: rovsing (+), palpasi : teraba


massa di kanan bawah
Apendisitis Akut
• Tanda Klasik Appendisitis :
– Nyeri epigastirum diikuti mual, muntah, tidak mau makan
– Setelah itu nyeri pindah ke perut kanan bawah
– Semakin nyeri bila batuk atau bergerak
– Nyeri lepas pada titik McBurney
– Nyeri di kanan ketika sisi perut kiri bawah ditekan (Rovsing Sign)
– Nyeri panggul kanan saat M illiopsoas diangkat ke belakang (Psoas sign)
– Nyeri saat rotasi internal paha yang sedang fleksi (Obturator sign)
– Demam ringan 37,7-38,3
– Leukositosis (walaupun normal tidak bisa mengeksklusikan apendisitis)
Kocher's
(Kosher's) sign:
Nyeri berpindah dari
umbilikal ke perut
kanan bawah
Apendisitis: Tanda Obturator dan Psoas
(nyeri : positif)

Tanda Obturator : Rotasi internal, kaki


seperti akan jadi baling-baling
helikopter

Tanda Psoas: P ingat pantat, S ingat ekstensi


Skor Alvarado
• Nyeri perut bagian kanan bawah (bukan migrasi ke
kanan bawah) = 0
• Tidak mau makan (anoreksia) = 1
• Mual, muntah = 1
• Nyeri perut bagian kanan bawah (McBurney) = 2
• Nyeri tekan lepas = 2
• Suhu 37,9°C =1
• Leukosit 9000 = 0
• Segmen 86% (shift to the left) = 1

Total skor = 8
Abses appendiks
• 2-7% pasien dengan appendisitis memiliki fitur lebih
kompleks  salah satunya abses periapendiks
– Didapatkan massa pada kuadran kanan bawah

• Umumnya diberikan antibiotik terlebih dahulu


(konservatif) dan dilakukan appendektomi setelah
interval waktu tertentu untuk mencegah rekurensi

Kim JK. J Korean Soc Coloproctology


A. Appendisitis Akut

B. Abses Appendiks

C. Torsi kista ovarium

D. Divertikulitis

E. Kolelitiasis
98
Seorang perempuan berusia 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan BAB bercampur

darah. Terjadi penurunan BB dalam 10 bulan terakhir. Pada pemeriksaan rectal touché

didapatkan mukosa berbenjol-benjol, teraba keras, batas tidak jelas, handscoen terdapat

darah. Pada pemeriksaan foto polos abdomen didapatkan gambaran sebagai berikut.

Apa diagnosis pasien ini?

A. Ca colorektal

B. Tumor sigmoid

C. Crohn Disease

D. Colitis ulserative

E. Polipoid
Jawaban

A. Ca kolorektal
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan, 45 tahun
– BAB campur darah
– Penurunan BB dalam 10 bulan terakhir

• RT: mukosa berbenjol-benjol, teraba keras, batas tidak


jelas, terdapat darah.
• X Ray: Apple core sign
Adenokarsinoma Kolon
Gejala dan tanda:
• BAB berdarah
• Perubahan pola BAB
• Divertikulitis yang nyeri
• Demam
• BAB turun tanpa sebab
Pemeriksaan:
• Anemia
• Filling defect pada barium enema (apple core sign)
• Massa pada kolonoskopi
Apple core sign pada barium enema
(Adenokarsinoma Kolon)
Apple core sign pada barium enema
(Adenokarsinoma Kolon)
A. Ca kolorektal

B. Tumor sigmoid

C. Crohn Disease

D. Colitis ulserative

E. Polipoid
99
Laki-laki usia 45 tahun mengeluh nyeri ulu hati seperti terbakar sejak 1 minggu. Nyeri
memberat saat lapar dan membaik setelah makan. Tidak ada demam, mual, atau
muntah. Pada pemeriksaan didapatkan nyeri epigastrium (+). Tata laksana yang
sesuai adalah?

A. Paracetamol 3x1000 mg PO

B. Ranitidine 2x150 mg PO

C. Famotidine 2x40 mg PO

D. Ranitidine 3x150 mg PO

E. Paracetamol 4x1000 mg PO
Jawaban

B. Ranitidine 2x150 mg PO
Pembahasan
Tatalaksana?
• Laki-laki 45 tahun
– Nyeri ulu hati seperti terbakar sejak 1 minggu
– Nyeri memberat saat lapar dan membaik setelah
makan
– Tidak ada demam, mual, atau muntah

• PF: nyeri epigastrium (+)


Ulkus gaster vs duodenum

• Ulkus gaster: nyeri segera setelah makan

• Ulkus
Ulkus duodenum:
Gaster nyeri
Ulkus2-3 jam setelah
Duodenum
Nyeri epigastrium setelah Nyeri epigastrium 2-3 jam
makan
makan setelah makan/saat lapar
Menyebabkan Menyebabkan
hematemesis hematochezia
Bisa menyebabkan ca Nyeri membaik dengan
gaster makanan
Bangun malam hari karena
nyeri
Diskusi
• Pada kasus ini, pasien mengalami dispepsia atau GERD. Keduanya
diberi obat antasida, antagonis reseptor H2, atau PPI. Hanya ada 2
jenis obat yang sesuai di soal:
– Ranitidine
– Famotidine

• Dari keduanya, yang dosisnya benar adalah


– Ranitidine 2x150 mg PO ATAU 1x300 mg PO
– Famotidine 2 x 20 mg PO ATAU 1x40 mg PO
A. Paracetamol 3x1000 mg PO

B. Ranitidine 2x150 mg PO

C. Famotidine 2x40 mg PO

D. Ranitidine 3x150 mg PO

E. Paracetamol 4x1000 mg PO
100
Anak perempuan usia 2 tahun, datang dengan keluhan diare sejak 2 hari. BAB cair
dengan frekuensi 10x/hari. Tidak disertai darah dan lendir. Muntah setiap minum. Pada
PF, anak tampak lemah, nadi 152 kali/menit, suhu 37 C, napas cepat dan dalam, ubun-
ubun besar cekung, mata cekung, dan turgor kulit sangat lambat. Dokter puskesmas
sudah tidak dapat memasang infus. Waktu tempuh ke RS terdekat adalah 12 jam. Apa
yang harus dilakukan?
A. Beri air putih melalui mulut 20 cc/kg
B. Beri air putih melalui mulut 30 cc/kg
C. Beri oralit melalui mulut 10 cc/kg
D. Beri oralit melalui NGT 20 cc/kg
E. Beri oralit melalui NGT 30 cc/kg
Jawaban

D. Beri oralit melalui NGT 20


cc/kg
Pembahasan
Tindakan?
• Anak perempuan 2 tahun
– Diare sejak 2 hari, BAB cair 10x/hari, tidak disertai darah dan lendir
– Muntah setiap minum
• PF: tampak lemah, nadi 152 x/menit, suhu 37°C, napas cepat dan
dalam, ubun-ubun besar cekung, mata cekung, turgor kulit sangat
lambat  dehidrasi berat
• Dokter tidak dapat memasang infus, jarak ke RS 12 jam
Penentuan derajat dehidrasi WHO
1995
5 Pilar Tatalaksana Diare
• Rehidrasi
– Tanpa dehidrasi
• Oralit 5-10 ml/kgBB setiap diare ATAU
• <1 tahun : 50 – 100 ml ; 1-5 tahun 100 – 200 ml ; > 5 tahun : semaunya

– Dehidrasi ringan-sedang
• Per oral 75 ml/kgBB dalam 3 jam dan 5-10ml/kgBB setiap diare
• Jika tidak bisa peroral, menggunakan parenteral
– BB 3-10 kg : 200 ml/kgBB/hari
– BB 10-15 kg : 175 ml/kgBB/hari
– BB > 15kg : 135 ml/kgBB/hari

– Dehidrasi berat
• <12 bulan : 30ml/kgBB dalam 1 jam dan 70 ml/kgBB dalam 5 jam
• >12 bulan : 30ml/kgBB dalam 0,5 jam dan 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam
5 Pilar Tatalaksana Diare
• Nutrisi
• Zinc diberikan selama 10 hari meskipun diare
sudah berhenti
– <6 bulan: 10 mg
– >6 bulan: 20 mg

• Edukasi
• Antibiotik jika perlu
A. Beri air putih melalui mulut 20 cc/kg

B. Beri air putih melalui mulut 30 cc/kg

C. Beri oralit melalui mulut 10 cc/kg

D. Beri oralit melalui NGT 20 cc/kg

E. Beri oralit melalui NGT 30 cc/kg

Anda mungkin juga menyukai