Anda di halaman 1dari 12

STUDI KASUS PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK

PADA BERITA SIBER YANG DIBAGIKAN MELALUI


GRUP FACEBOOK “METRO BALI”
Kadek Wiramarta
STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Jl. Kresna Gg. III No. 2B Singaraja
Email: wiramartakadek@gmail.com

ABSTRACT

This research is aimed at knowing (a) the sinchronization of the news spread by facebook group
Metro Bali with the Ethic Code of Journalistics and (b) awareness level of social media users in Bali
about journalism’s news standard in the form of Ethic Code of Journalistics. To achieve this goal, 35
cyber news in “Metro Bali” was used by using purposive sampling technique. Other than that, there
are 62 social media users chosen by random sampling technique. On this research, news cyber media in
facebook group “Metro Bali” was observed by using checklist of Ethic Code of Journalistics as instru-
ments. The comments on news sample were also observed to see the reaction of social media users on
the shared cyber news. Other than that, social media users are given questionnaires. The collected data
were analyzed quantitatively and qualitatively.
The result of this research shows that (a) there are still many news that haven’t met the standards
of Ethic Code of Journalistics and (b) there are still many social media users who haven’t tried to syn-
chronize the news’ contents with the Ethic Code of Journalistics. This research is expected at improving
the society’s awareness to be wise social media readers and users especially on the issue of cyber news.

Keywords : Cyber News, Journalistic Ethic Code, Social Media

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (a) kesesuaian berita yang disebar melalui grup Fa-
cebook Metro Bali dengan kode etik jurnalistik dan (b) tingkat kesadaran pengguna media sosial di
Bali tentang standar berita pers berupa kode etik jurnalistik. Untuk mencapai tujuan ini, 35 berita siber
pada grup “Metro Bali” dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Selain itu, terdapat 62
pengguna media sosial yang dipilih secara acak sebagai sampel. Pada penelitian ini, berita media siber
di grup facebook “Metro Bali” diobservasi dengan menggunakan ceklis kode etik jurnalistik sebagai
instrumen. Komentar pada sampel berita juga turut diobservasi untuk melihat reaksi pengguna sosial
media terhadap berita siber yang dibagikan. Selain itu, pengguna sosial media diberikan sebuah
kuesioner. Data yang terkumpul nantinya dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) masih banyak berita yang masih belum memenuhi
standar kode etik jurnalistik dan (b) masih banyak pengguna media sosial yang tidak berusaha mencari
tahu kesesuaian konten berita dengan kode etik jurnalistik. Penelitian ini diharapkan dapat mening-
katkan kesadaran masyarakat untuk menjadi pembaca dan pengguna media sosial yang bijak terutama
dalam masalah berita siber.

Kata kunci : berita siber, kode etik jurnalistik, media sosial

20 | PRASI | Vol. 12| No. 01 | Januari - Juni 2017 |


PENDAHULUAN lembaga media online. Data dari Dewan Pers
ini bukan sekedar statistik, tapi sudah lebih
Jaminan akan kebebasan mendapat- pada peringatan bahwa harus ada yang dibena-
kan informasi dan pentingnya informasi pada hi dalam tubuh institusi media massa internet.
perkembangan ilmu pengetahuan membuat Selain permasalahan tersebut di atas,
persebaran informasi dituntut semakin cepat. Masduki (2003:19) mengungkapkan bahwa
Melihat peluang ini, berbagai media masa ber- keinginan masyarakat yang menghendaki un-
lomba-lomba membuat berita-berita informatif tuk mendapatkan informasi berupa berita yang
yang dapat diakses secara fleksibel kapanpun tidak biasa-biasa saja, ditambah tekanan kuat
dan di manapun. Oleh karena itu media masa dari pemilik modal, telah membuat jurnalis
kini memuat beritanya pada situs internet bersikap pragmatis. Sikap jurnalis ini terlihat
yang sering disebut dengan media massa si- kurang profesional. Mereka cenderung mem-
ber. Dapat dikatakan, perkembangan buat berita-berita yang hanya menekankan
jurnalisme media siber saat ini semakin pada unsur sensasional semata, dengan tujuan
pesat. Kehadirannya pun semakin diminati agar berita itu cepat laku di pasaran tanpa
oleh masyarakat. Kecepatan (aktualitas) dan mengedepankan akurasi serta keberimbangan
kemudahan akses pemberitaan yang ditawar- dalam berita. Dibandingkan dengan membuat
kan melalui portal-media masa siber men- berita yang benar, jurnalis sering memberi
jadikan media ini kian populer di masyarakat. bumbu yang cenderung membuat berita itu
Secara sederhana, media siber dapat menarik namun makin jauh dari fakta yang
didefinisikan sebagai alat komunikasi dengan ada di lapangan. Padahal akurasi dan keber-
menggunakan jaringan internet atau ben- imbangan merupakan syarat berita yang wajib
tuk komunikasi yang ada di dunia maya dipenuhi oleh jurnalis dalam membuat berita.
(Maulidi, 2016). Dengan kata lain, secara Lebih gawat lagi, adanya fitur shar-
harfiah, meledaknya fenomena media siber ing yang terdapat pada beberapa media so-
tidak terlepas dari pengaruh luasnya sial. Setiap orang yang memiliki media sosial
pemakaian internet. Di Indonesia, dalam lima mampu menggunakan fitur sharing di sosial
tahun terakhir, pengakses internet terus melon- media dan menyebarkan informasi yang ter-
jak seiring dengan ketersediaan infrastruktur dapat pada media massa siber ini. Sayangnya
yang makin meluas, terjangkau, dan murah. banyak berita-berita yang sensasional dan
Sayangnya, dengan keunggulan yang jauh dari fakta ini tidak luput dari fitur ini.
dimiliki oleh media massa internet ini, tidak Banyak pengguna sosial media menyebarkan
membuat media massa internet menjadi yang berita-berita ini pada follower mereka di so-
paling sempurna (Margianto dan Syaefulah, sial media. Hal ini menyebabkan persebaran
2014). Ada banyak hal yang masih perlu die- berita yang sensasional inipun semakin cepat.
valuasi dalam bisnis media yang sarat teknolo- Keterkaitan media massa siber dan me-
gi ini. Masalah pokok dalam dunia jurnalisme dia sosial tentu memiliki beberapa kekurangan.
media internet adalah kualitas dan kredibilitas Pertama, media sosial cenderung memiliki
informasi yang sampai ke masyarakat. Atas agenda tersendiri (Macnamara dalam Krisdi-
nama kecepatan, page view, dan pertum- yanti, 2013). Setiap pemilik akun media sosial
buhan bisnis, acapkali lembaga berita online memiliki pandangan mereka sendiri dalam
terjerembab menyampaikan informasi yang melihat masalah. Akibatnya, berita siber yang
belum final terverifikasi kepada masyarakat mereka sebarkan cenderung bersifat sepihak
luas sehingga terkadang menimbulkan mis- dan tidak berimbang. Kedua, Guntarto (2014)
persepsi dan mis-interpretasi fakta. Laporan menyatakan bahwa tidak semua pengguna so-
yang masuk ke Dewan Pers mengenai keluhan sial media memiliki literasi yang cukup sehing-
berita di media massa siber jumlahnya terus ga memiliki kesadaran, kendali, dan batasan
meningkat. Letak kesalahan lebih banyak kare- yang jelas dalam menyebarkan berita melalui
na masalah akurasi informasi yang dipaparkan media sosial. Akibatnya, informasi simpang

| PRASI | Vol. 12 | No. 01 | Januari - Juni 2017 | 21


siur bertebaran lewat akun-akun sosial media METODE
ini. Di sinilah literasi media memiliki peran
penting sehingga masyarakat dapat meng- Desain dari penelitian ini adalah
gunakan media sosial secara proporsional. metode campuran (mixed method) tipe Se-
Sementara itu Dewan Pers Indonesia quential Explanatory. Karakter penelitian
sebagai lembaga yang melindungi kebebasan tipe ini adalah pengkoleksian dan analisa
pers sekaligus melakukan pengkajian untuk data kuantitatif yang diikuti oleh kualitatif
pengembangan kehidupan pers dan men- (Cresswell, 2003). Hal ini biasanya ber-
etapkan dan mengawasi pelaksanaan kode guna dalam memperdalam alasan dan in-
etik jurnalistik telah berupaya untuk mem- terpretasi dari sebuah penelitian kuantitatif.
buat standar berita yang layak disebut se- Secara garis besar penelitian ini
bagai produk pers. Dalam sebuah harian di mengambil 2 sampel penelitian. Pertama, pe-
Republika pada tanggal 6 April 2015 De- neliti memilih beberapa sampel berita yang
wan Pers Indonesia menyatakan bahwa disebar melalui grup facebook Metro Bali.
tulisan dianggap sebagai produk pers apabila Berita yang dikumpulkan berasal dari
telah memenuhi kode etik jurnalistik se- berita yang dibagikan pada tanggal 10 Agus-
bagai pedoman penulisan. Menurut Dewan tus, 11 Agustus, 9 September, 10 September,
Pers Indonesia (2011) kode etik jurnalis- 11 September, 12 September dan 14 Septem-
tiklah yang akan menjadi landasan moral ber 2016. Untuk mengambil sampel peneli-
dan etika profesi sebagai pedoman opera- tian ini, terdapat beberapa pertimbangan ter-
sional dalam menjaga kepercayaan publik dan tentu yang digunakan. Pertimbangan tersebut
menegakkan integritas serta profesionalisme adalah (a) Berita yang telah direspon (like,
Mempertimbangkan latar bela- wow, sad, angry, dll.) minimal sebanyak 10
kang di atas, penulis tertarik untuk melihat kali; (b) berita mendapatkan minimal 5 ko-
fenomena berita yang di-share melalui so- mentar dan (c) berita disebarkan minimal se-
sial media. Penulis tertarik untuk melihat banyak 5 kali oleh anggota grup keluar dari
kesesuaian konten berita yang disebar mela- grup tersebut. Dari beberapa ketentuan terse-
lui sosial media dengan kode etik jurnalistik. but, didapatkan 35 berita yang akan dianalisa.
Selain itu penulis ingin mengetahui apakah Sedangkan sampel kedua adalah
pengguna sosial media sudah cukup dewa- para pengguna media sosial di Bali. Un-
sa dalam menyikapi berita media massa si- tuk mencari sampel, maka metode sampling
ber yang disebarkan melalui media sosial. acak digunakan. Sampel dicari dengan
Untuk mencapai tujuan ini, maka penu- menyebarkan instrumen secara acak mela-
lis melakukan analisa pada grup facebook yang lui media sosial dan akhirnya didapat-
terdapat di Bali. Objek yang dipilih dalam pe- kan 62 sampel responden untuk penelitian.
nelitian ini adalah grup Metro Bali. Grup face- Untuk mencapai tujuan penelitian, ob-
book ini memiliki audiens yang cukup banyak servasi dan pemberian kuesioner pada sampel
dan seringkali anggota grup menyebarkan be- dilakukan. Metode observasi dilakukan ke-
berapa berita online yang dimuat pada grup ini. pada berita siber yang disebar melalui media
Berdasarkan uraian di atas, maka pe- sosial untuk melihat keterpenuhan standar
neliti tertarik untuk melakukan penelitian berita siber berdasarkan kode etik jurnalistik.
yang bertujuan untuk mengetahui tingkat Observasi juga dilakukan pada kolom ko-
kesesuaian berita yang disebar melalui grup mentar untuk melihat reaksi para pengguna
facebook Metro Bali dengan kode etik jurnal- media sosial ketika membaca berita siber. Se-
istik dan (b) tingkat kesadaran pengguna me- lain itu, peneliti juga menyebarkan kuesioner
dia sosial di Bali tentang kode etik jurnalistik. kepada responden secara online untuk
mengetahui tingkat literasi media pengguna
sosial.
Analisa data dilakukan dengan cara

22 | PRASI | Vol. 12| No. 01 | Januari - Juni 2017 |


deskriptif kuantitaf dan kualitatif. Analisa data dilakukan setelah mendapatkan data baik dari
hasil kuesioner maupun dari hasil observasi. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisa dan
dibuat dalam bentuk tabel dan grafik agar lebih mudah dimengerti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk kesesuaian isi berita dengan kode etik jurnalistik, maka sebuah ceklis ob-
servasi dibuat. Dewan Pers Indonesia menjabarkan bahwa terdapat 11 pasal dan 34 taf-
siran yang ada pada kode etik jurnalistik. Namun karena berbagai alasan, hanya terda-
pat 7 pasal dan 14 tafsiran yang bisa diukur melalui penelitian ini. Berdasarkan hasil
analisa dari 7 pasal dan 14 tafsiran tersebut maka diperoleh hasil seperti di bawah ini.

Gambar 1. Tingkat kesesuaian berita dengan kode etik jurnalistik

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa tingkat kesesuaian konten berita
dengan kode etik jurnalistik cukup beragam. Tingkat kesesuaian terendah terletak pada berita
nomor 27 dengan 28,57%. Sedangkan tingkat kesesuaian tinggi terdapat pada berita nomor 1
dan berita nomor 11 dengan 85,71%. Jika dirata-ratakan, tingkat kesesuaian berita dengan kode
etik jurnalistik adalah 60,61%.
Sementara itu, jika dilihat dari tingkat keterpenuhan masing-masing kode etik maka
hasil yang didapat dapat dilihat pada grafik berikut.

| PRASI | Vol. 12 | No. 01 | Januari - Juni 2017 | 23


Tabel 1. Tingkat keterpenuhan masing-masing kode etik jurnalistik

24 | PRASI | Vol. 12| No. 01 | Januari - Juni 2017 |


Berdasarkan tabel di atas,dapat dilihat bahwa jenis kode etik yang paling banyak dipe-
nuhi persyaratannya adalah kode etik pasal 8 tafsiran B dengan 94,29%. Sedangkan terdapat 5
pasal dan tafsiran di mana pemenuhannya di bawah 50%. Kelima, pasal tersebut adalah pasal 1
tafsiran C, pasal 4 tafsiran E, pasal 3 tafsiran A, pasal 2 tafsiran E dan pasal 8 tafsiran A.
Dalam rangka mencari data mengenai kesadaran pengguna media sosial tentang standar
berita pers, kuesioner online dilakukan. Beberapa data didapatkan melalui metode ini. Data di
bawah ini akan menunjukkan kesadaran pembaca mengenai eksistensi kode etik jurnalistik.

Gambar 2. Kesadaran pembaca mengenai eksistensi kode etik jurnalistik

Berdasarkan gambar diagram di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak mengeta-
hui tentang kode etik jurnalistik. Sebanyak 66% Responden (41 orang) menyatakan bahwa
mereka tidak mengetahui atau mengerti tentang kode etik jurnalistik. Sedangkan 34 % sisa
responden (21 orang) menyatakan pernah mendengar dan mengerti tentang kode etik jurnalis-
tik.
Poin berikutnya mempertanyakan apakah responden pernah mempertanyakan kesesuaian
konten berita dengan kode etik jurnalistik. Dari 62 responden sebanyak 47% responden (29 orang)
menyatakan bahwa mereka tidak pernah mengecek kesesuaian konten berita dengan kode etik
jurnalistik. Sementara itu, 42% responden (26 orang) menyatakan bahwa mereka pernah mengecek

| PRASI | Vol. 12 | No. 01 | Januari - Juni 2017 | 25


konten berita berdasarkan kode etik jurnalistik. Di lain pihak, hanya terdapat 10% responden
(6 orang) yang selalu mengkritisi jika konten berita tidak sesuai dengan kode etik jurnalistik.
Dari hasil di atas, mayoritas responden masih belum memiliki pengetahuan tentang
kode etik jurnalistik ataupun berusaha mencocokkan, mengevaluasi atau mengklarifikasi
konten berita berdasarkan kode etik jurnalistik.
Untuk mengkonfirmasi hasil kuesioner ini, maka observasi pada komentar-komentar
yang ada di sampel perlu dilakukan. Tujuan observasi adalah untuk mengetahui jika ada dari
pembaca berita tersebut berusaha mengklarifikasi atau mengevaluasi konten/sumber berita yang
diposkan di laman facebook. Hasil dari observasi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Respon anggota Metro Bali terhadap keabsahan sumber.

26 | PRASI | Vol. 12| No. 01 | Januari - Juni 2017 |


akreditasi dan memenuhi standar kode etik
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jurnalistik
dari 1662 komentar yang diajukan pada 35 f. Berita berasal dari situs yang saya percaya
berita yang diposkan pada grup Metro Bali,
hanya 1,02% nya saja yang mengkritisi Berdasarkan data di atas, jika diurut-
berita tersebut. Sedangkan 98,98% dari jum- kan, dapat dilihat bahwa pengguna media sosial
lah komentar hanya memberikan komen- masih menganggap bahwa pentingnya berita
tar biasa, atau bahkan terlibat dalam debat untuk diketahui oleh follower sebagai kriteria
pada kolom komentar untuk topik tersebut. terpenting sebelum membagikan berita. Ke-
Ketika ditelisik lebih lanjut mengenali
mudian, kriteria berikutnya secara berurutan
alasan seorang pengguna media sosial menye- adalah konten berita menarik untuk didiskusi-
kan dan konten berita sesuai dengan pan-
barkan sebuah berita siber, kriteria yang men-
jadi prioritas pembaca dalam membagikan dangan. Setelah itu, kriteria bahwa berita unik
berita online yang dibaca dapat dilihat padadan lucu serta berita berasal dari situs yang
gambar berikut. dipercaya pembaca berada di posisi yang sama.
Akhirnya, apakah berita berasal dari portal on-
Gambar 3. Kriteria prioritas pembaca dalam- line yang terakreditasi dan memenuhi standar
membagikan berita online kode etik jurnalistik masih menjadi prioritas
terakhir dalam membagikan sebuah berita.
Dari kedua metode yang digunakan, da-
pat ditemukan bahwa pengetahuan masyarakat
mengenai produk pers yang memenuhi kode
etik jurnalistik masih dalam kategori rendah.

PEMBAHASAN

Setelah melalui proses analisa ter-


dapat 2 kesimpulan yang didapatkan. Per-
tama, kesesuaian berita dengan penerapan
kode etik jurnalistik Indonesia masih berada
Keterangan: pada tahap yang kurang memuaskan. Se-
a. Konten berita sesuai dengan pandangan lain itu, dapat terlihat bahwa pengetahuan
saya mengenai suatu permasalahan masyarakat mengenai produk pers yang me-
b. Konten berita menarik untuk didiskusikan menuhi kode etik jurnalistik masih dalam
dengan teman-teman saya kategori rendah. Kedua hal ini secara umum
c. Konten berita penting untuk diketahui oleh membuktikan bahwa literasi media pada
follower atau teman saya di media sosial masyarakat dalam memilih berita yang dibagi-
d. Konten berita unik dan lucu sehingga dapat kan media sosial masih perlu ditingkatkan.
menghibur Perkembangan media siber yang be-
e. Berita berasal dari portal online yang ter- gitu pesat merupakan dampak dari kebe-

| PRASI | Vol. 12 | No. 01 | Januari - Juni 2017 | 27


basan pers. Setiap orang berhak untuk me- Merah Putih. Pada berita ini, narasumber yang
nyebarkan berita yang mereka anggap benar. digunakan hanyalah satu orang yakni seorang
Sayangnya pembuat berita baru ini jarang Bapak-bapak anggota Komisi III DPR dengan
sekali mendalami kode etik jurnalistik seba- inisial R. S. Yang perlu diingat adalah sebuah
gai pedoman pembuatan berita. Ditambah wawancara dengan satu narasumber tidak
lagi pemilik portal berita ini banyak juga mewakilkan keseluruhan anggota Komisi III
yang memiliki agenda masing-masing dalam DPR. Terlebih, tidak terdapat narasumber lain
membuat beritanya. Akibatnya, banyak berita- dari pihak yang berada di pihak berseberan-
berita yang berseliweran hanya dibuat se- gan untuk menyampaikan pendapat mereka.
cara asal-asalan dan sangat tidak berimbang. Bentuk pemberitaan ini akan membentuk
Selain itu banyak juga portal berita si- opini publik bahwa apa yang dilakukan oleh
ber yang mengejar keuntungan semata tanpa organisasi A adalah sebuah kesalahan tanpa
membuat berita yang benar. Media semacam mengetahui apa motif atau apa yang terjadi
ini mengejar klik pada berita yang disebarkan pada hari itu menurut versi Organisasi A. Atau
dengan membuat berita yang sensasional, ce- di lain pihak, organisasi A akan menganggap
pat tapi tanpa berusaha untuk memverifikasi bahwa Komisi III DPR tidak mewakilkan
berita tersebut. Bagi mereka berita yang sen- aspirasinya tanpa tahu terlebih dahulu menge-
sasional jauh lebih berharga dibandingkan ke- nai opini anggota lain dari Komisi III DPR.
benaran berita. Akibatnya berita yang dikem- Fenomena kedua yang muncul adalah
bangkan masih jauh dari kata objektivitas. tidak terlindunginya anak-anak atau korban
Setelah melakukan analisa mendalam pemerkosaan dalam pemberitaan. Pada be-
terhadap beberapa berita, ditemukan bebera- berapa berita, nama korban pemerkosaan atau
pa fenomena tidak wajar dalam berita yang pelaku kriminal anak disebutkan dengan jelas.
dibagikan pada media sosial facebook grup Baik pelaku kriminal anak-anak maupun kor-
“Metro Bali”. Fenomena pertama yang dite- ban pemerkosaan masih memiliki masa depan
mukan adalah banyaknya berita-berita yang yang harus mereka hadapi. Namun dengan
tidak berimbang. Terdapat beberapa berita kehadiran berita-berita siber ini, masa depan
yang mengandalkan beberapa narasumber mereka harus dibayangi masa lalu yang ge-
namun berada dalam satu sisi yang da- lap. Terlebih, berita siber ini biasanya lebih
pat mengurangi objektivitas berita terse- mudah diakses dan dapat diakses dalam wak-
but. Lebih parah lagi, terdapat beberapa berita tu yang lama. Dengan demikian rasa trauma
yang hanya mengandalkan satu narasumber akan masa lalu yang gelap ini akan semakin
yang membeberkan opininya dari satu sudut berkepanjangan. Sebut saja pada kasus ber-
pandang saja. Bentuk-bentuk pemberitaan ita berjudul Bak-buk! Guru SMKN 2 Makas-
seperti ini jelas akan berdampak buruk pada sar Dipukul Orangtua Siswa di Ruang Kelas,
opini masyarakat. Sebuah kebenaran mungkin pelaku pemukulan yang masih merupakan
saja ditutupi karena berita yang cenderung be- anak-anak terpampang dengan jelas. Di kasus
rat sebelah. Fakta yang harusnya muncul pada lainnya, pada berita yang berjudul Parah…!!
sebuah berita tidak dihiraukan lagi-lagi karena Aa Gatot Mengaku Dirasupi Jin Nabi Su-
pemberitaan yang hanya memandang sebuah laiman Saat Berhubungan Badan dengan C.
fenomena dari satu sisi. Ketidakberimbangan Pada berita ini, Huruf C bukanlah merupakan
berita membentuk opini publik yang kemung- judul sebenarnya. C adalah inisial nama kor-
kinan besar akan memihak satu sisi saja. Con- ban pemerkosaan yang ditulis dengan lengkap
toh saja pada berita yang berjudul Komisi III di judul berita. Kedua permasalahan ini akan
DPR Akan Laporkan ForBali Ke Polri. Berita memberikan dampak traumatis yang cukup
ini memberitakan pelanggaran dari salah satu lama pada objek pemberitaan.
organisasi A karena telah menurunkan bende- Fenomena pemberitaan lainnya yang
ra di gedung DPRD Bali dan menganggap aksi muncul adalah pemberitaan yang bersifat
ini sebagai bentuk perendahan bendera Sang SARA. Segala sesuatu yang bersifat SARA

28 | PRASI | Vol. 12| No. 01 | Januari - Juni 2017 |


sangatlah sensitif karena bersangkutan muncul adalah permasalahan foto sebagai
dengan adanya keanekaragaman dan kema- pelengkap berita. Terdapat beberapa per-
jemukan bangsa Indonesia yang menimbul- masalahan pada foto yang digunakan. Pertama,
kan adanya perbedaan pandangan maupun seringkali foto yang muncul pada berita tidak
pendapat. Setiap orang tentunya mempunyai memberikan informasi pada berita tersebut.
pandangan, pendirian maupun pendapat yang Fenomena ini memunculkan beberapa persep-
berbeda-beda, apalagi jika sudah menyangkut si yang cenderung akan merugikan orang yang
kepercayaan maupun adat serta budaya. Pem- berada di foto. Sebut saja foto yang muncul
beritaan yang bersifat SARA jika tidak diberi- pada berita Sok Jagoan Getok Kepala Penga-
takan dengan penuh kehati-hatian akan bisa men Cilik, Polisi Hampir Jadi Bulan-Bulanan
menyulut kemarahan sebuah kaum dan beru- Warga. Pada foto tersebut terdapat gambar
jung pada sebuah kerusuhan. Sayangnya ber- seorang polisi yang menghadapi kemarahan
ita ini masih sering menjadi berita yang dise- warga. Namun, karena tidak adanya informa-
bar pada media sosial. Sebut saja pada kasus si pada gambar, tidak jelas apakah foto yang
berita yang berjudul Kenapa Orang Kafir Se- digunakan merupakan foto asli dari kejadian
baik Apapun Tetap Masuk Neraka? Jawaban tersebut atau hanya sebuah foto yang diam-
Kyai ini Bikin Liberal Terbungkam. Berita ini bil secara sembarangan dan kebetulan cocok
menyatakan bahwa syarat untuk masuk surga dengan isi berita. Jika disalahartikan, pembaca
adalah memasuki sebuah agama tertentu. bisa saja menganggap bahwa polisi yang bera-
Berita ini bisa menyulut kemarahan karena da pada foto sebagai sosok polisi yang arogan
memvonis bahwa selain agama yang bersang- walaupun terdpat kemungkinan bahwa foto
kutan, agama lain tidak akan membuat orang tersebut berasal dari kejadian yang berbeda.
masuk surga. Sayangnya, berita semacam Fenomena yang masih berhubungan
ini tidak hanya dibagikan oleh orang dengan dengan foto adalah foto yang tidak meng-
agama yang bersangkutan, tapi juga oleh pro- hormati rasa traumatis narasumber. Beberapa
vokator yang ingin memecah belah persatu- foto yang digunakan masih menampilkan ke-
an warga. Banyaknya pemberitaan ini dapat jadian yang membuat trauma. Sebut saja pada
berdampak signifikan pada keutuhan sebuah berita yang berjudul Bak, Buk, Guru SMKN 2
bangsa jika dibiarkan secara berlarut-larut. Makassar Dipukul Orang Tua Siswa di Ruang
Kasus berikutnya berupa tidak adanya Kelas. Pada berita ini terdapat foto seorang
pengecekan ulang terhadap berita-berita di korban dengan baju berbercak darah setelah
media sosial. Banyak berita yang dimuncul- dipukul oleh pelaku. Foto yang menampilkan
kan hanya mengandalkan wawancara pada korban dalam keadaan berdarah merupakan
satu sumber saja tanpa berusaha mengecek sebuah pengalaman traumatis bagi korban
sumber lain. Cara pengumpulan informasi yang seharusnya tidak ditampilkan pada berita.
juga seringkali hanya berupa wawancara saja Fenomena lainnya yang masih ber-
tanpa berusaha mengobservasi kejadian sebe- hubungan dengan foto adalah tidak disen-
narnya. Pelanggaran kode etik ini berpotensi sornya beberapa foto yang cenderung akan
dapat membuat berita yang tidak sesuai fakta. mencemarkan nama baik seseorang. Sebut
Hasil wawancara pada satu narasumber tidak saja foto pada berita berjudul Parah…!! Aa
selalu merupakan representasi fakta di lapa- Gatot Mengaku Dirasupi Jin Nabi Sulaiman
ngan. Opini satu orang narasumber, walaupun Saat Berhubungan Badan dengan C. Pada foto
orang yang memiliki kapabilitas di bidangnya, tersebut, terpampang wajah C sebagai korban
tidak lantas membuat berita tersebut menjadi pemerkosaan. Isu pemerkosaan adalah hal
objektif. Diperlukan lebih dari satu narasum- sensitif bagi wanita karena hal tersebut meru-
ber untuk mengkonfirmasi kebenaran sebuah pakan pengalaman yang traumatis baginya.
berita. Sayangnya, berita-berita semacam ini Bagi beberapa masyarakat menjadi korban
masih sering dibagikan pada media sosial pemerkosaan adalah aib dan memalukan. Na-
Bentuk fenomena selanjutnya yang mun, penyebaran foto korban pemerkosaan

| PRASI | Vol. 12 | No. 01 | Januari - Juni 2017 | 29


ini menjadi salah satu bentuk ketidakhor- merupakan sumber utama berita. Berita-berita
matan pada privasi pelapor sebagai korban. tersebut adalah Terjadi Lagi! Guru Ditonjok
Fenomena lainnya yang tertangkap Orang Tua Murid, Diduga Akibat Fitnah Mu-
secara gamblang adalah terjadinya perang rid itu Sendiri. Pada berita ini, media siber
media antar satu portal berita siber dengan hanya menggunakan salah satu akun facebook
berita siber lainnya. Fenomena keberpi- sebagai sumber utama. Padahal, belum tentu
hakan media dan perang antar media terjadi fenomena yang terekspos dalam satu sosial me-
pada kasus yang paling sering diberitakan di dia merupakan fakta yang terjadi di lapangan.
Bali. Padahal untuk membuat berita itu berim- Hal ini tentu akan mengakibatkan kesala-
bang dibutuhkan setidaknya dua narasumber han informasi yang beredar dan cenderung
dari dua sisi yang berbeda. Contoh saja pada menyesatkan. Setidaknya, diperlukan sebuah
berita tentang insiden penurunan bendera proses turun ke lapangan untuk mengonfir-
pada saat demonstrasi penolakan reklamasi. masi bahwa objek pemberitaan adalah fakta.
Namun setiap berita pada kedua sisi ini me- Fakta ini tidaklah mengejutkan.
miliki agenda masing-masing. Berita yang Ketidaktahuan warga akan kode etik jurnalis-
memberitakan tentang penangkapan anggota tik menjadi alasan utama mengapa masyarakat
organisasi A menggiring opini publik seolah- jarang menggunakan standar ini sebelum
olah bahwa anggota organisasi ini melakukan membagikan berita. Berdasarkan kuesioner
kesalahan pelecehan bendera yang fatal tanpa yang disebarkan, dari 62 responden hanya
mempertimbangan pendapat dari organisasi 66% responden mengetahui apa itu kode etik
A. Di sisi lain berita mengenai permintaan un- Jurnalistik dan hanya 10% yang selalu berusa-
tuk mencopot Bapak Kapolda Bali dibuat un- ha melihat berita dari sisi kode etik jurnalis-
tuk menggiring opini masyarakat bahwa kasus tik. Fakta ini menggambarkan bahwa sebagian
ini merupakan sebuah kasus kriminalisasi besar responden masih tidak menyadari
pejuang organisasi A dan bahwa Bapak Ka- eksistensi kode etik jurnalistik sebagai
polda sebagai bawahan investor tanpa mem- standardisasi produk pers. Ketidaktahuan akan
pertimbangkan pendapat Bapak Kapolda un- standardisasi produk pers ini seharusnya men-
tuk dicantumkan pada berita tersebut. Kedua jadi pengingat bahwa literasi pers di Indonesia
berita dari dua sisi yang berbeda seolah-olah masih perlu ditingkatkan lagi.
saling menyerang dan saling menjawab satu
sama lain. Yang sering dilupakan adalah, tidak PENUTUP
semua orang akan membaca semua berita
dari dua sisi yang berbeda. Persepsi yang Kesimpulan
muncul dari berita ini juga akan berbeda-beda Setelah melalui proses penelitian, da-
Fenomena menarik yang muncul lain- pat disimpulkan bahwa masih banyak berita
nya adalah adanya berita yang berasal dari yang masih belum memenuhi Kode Etik Ju-
media sosial. Sebuah status, petisi atau gam- rnalistik. Jika dilihat dari rata-rata kesesuaian
bar yang dibagikan pada sebuah sosial me- berita dengan beberapa kode pasal dan taf-
dia seringkali menjadi objek pemberitaan. siran kode etik jurnalistik yang dapat diukur,
Sayangnya, berita-berita yang dibuat ini hanya dapat dikatakan bahwa rata-rata, kesesuaian
menggunakan sumber media sosial sebagai konten berita dengan beberapa poin pada kode
sumber utama tanpa berusaha mengkonfirmasi etik jurnalistik adalah 60,61%. Selain itu, jika
kebenaran berita melalui proses cek dan ricek dilihat dari masing-masing indikator, terdapat
fakta di lapangan. Selain itu, fenomena ini 5 pasal dan tafsiran di mana pemenuhan per-
sangat berpotensi menyebabkan permasalahan syaratan kode etik jurnalistik di bawah 50%.
karena banyaknya terdapat akun palsu di me- Kelima, pasal tersebut adalah pasal 1 taf-
dia sosial yang menyebabkan ketidakvalidan siran C, pasal 4 tafsiran E, pasal 3 tafsiran A,
berita yang diterima. Pada penelitian ini ter- pasal 2 tafsiran E dan pasal 8 tafsiran A.
dapat beberapa kasus di mana media sosial Di lain pihak, masih banyak peng-

30 | PRASI | Vol. 12| No. 01 | Januari - Juni 2017 |


guna media sosial tidak berusaha mencari Krisdiyanti, A.S. 2013. Pendahuluan. Disadur dari
tahu kesesuaian konten berita tentang kode e-journal.uajy.ac.id/4280/2/1KOM03825.
etik jurnalistik atau Dewan Pers Indonesia. pdf. Diakses pada tanggal 23 September
Dari 62 responden sebanyak 47% responden 2016.
Margianto, J. Heru., Syaefullah, A. 2014. Media
(29 orang) menyatakan bahwa mereka tidak
Online: Aliansi Jurnalis Independen.
pernah mengecek kesesuaian konten berita Disadur dari https://aji.or.id/upload/article
dengan kode etik jurnalistik. Sementara itu, _doc/Media_Online.pdf. Diakses pada 22
42% responden (26 orang) menyatakan bahwa September 2016
mereka pernah mengecek konten berita ber- Masduki. 2003. Kebebasan Pers dan Kode Etik
dasarkan kode etik jurnalistik. Di lain pihak, Jurnalistik. Yogyakarta: UII Press .
hanya terdapat 10% responden (6 orang) yang Maulidi, Achmad. 2016. Pengertian Media Siber
selalu mengkritisi jika konten berita tidak (Cyber Media). Disadur dari http://www.
sesuai dengan kode etik jurnalistik. Di sisi kanalinfo.web.id/2016/09/
tedaftarnya situs berita siber di media siber, pengertian-media-siber-cyber-media.html
dari 62 responden, sebanyak 82% (51 orang) diakses pada tanggal 23 September
2016.
tidak pernah mengecek apakah situs berita
siber yang mereka baca di media sosial ter-
daftar atau terverifikasi di situs dewan pers.
Sebanyak 13 % (8 orang) menyatakan pernah
mengecek situs berita di situs Dewan Pers In-
donesia. Sisanya, sebanyak 5% (3 orang) men-
yatakan selalu mengecek Situs Dewan Pers.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa masih banyak berita siber yang terse-
bar yang belum memenuhi standar yang ada.
Hal ini semakin berbahaya dengan cukup
rendahnya kesadaran pers dari para peng-
guna media sosial. Oleh karena itu pen-
didikan literasi media menjadi penting untuk
dilakukan. Setidaknya, pembaca akan men-
dapatkan pengetahuan tentang bagaimana
standar sebuah pemberitaan yang benar dan
bagaimana menjadi seorang pembaca media
masa siber yang bijak dan mampu memi-
lah informasi yang pantas untuk disebarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J. W. 2003. Research design: Quali-


tative, quantitative, and mixed methods
approaches (2nd ed.). Thousand Oaks,
CA: Sage.
Dewan Pers Indonesia. 2011. Kode Etik Jur-
nalistik. Disadur dari http://www.dewan
pers.or.id/peraturan/detail/190/kode-etik
-jurnalistik pada 22 September 2016.
Guntarto, B. 2014. Catatan tentang Literasi Me-
dia. Disadur dari https://indonesia-media
literacy.net. Diakses pada tanggal 23
September 2016.

| PRASI | Vol. 12 | No. 01 | Januari - Juni 2017 | 31

Anda mungkin juga menyukai