Anda di halaman 1dari 3

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Pelaksanaan MAKP pada pasien kelolahan di Ruang Shofa 3 RS Umum Haji
Surabaya menggunakan Primary Nursing sudah dilaksanakan sesuai perannya masing-
masing.
6.1.1 M2 (Material)
Jumlah tenaga perawat Ruang Shofa 3 RS Umum Haji Surabaya sudah sebanding
dengan jumlah kebutuhan perawatan berdasarkan perhitungan tingkat ketergantungan
Douglas per hari disesuaikan dengan MAKP primer, rata-rata BOR pasien kelolaan
tanggal 25 Februari – 10 Maret 2019 adalah 80%. Model asuhan keperawatan profesional
yang diterapkan Mahasiswa adalah metode Primary Nursing namun masih sebatas pasien
kelolaan saja, dengan evaluasi tingkat kepuasan pasien.
6.1.2 M3 (Method)
a. Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru sudah dilakukan sesuai SOP dan DRM. Pada saat penerimaan
pasien baru, pasien diberikan pengetahuan tentang fasilitas di Ruang Shofa 3, etika batuk
dan bersin, gerakan cuci tangan, pencegahan resiko jatuh, tata tertib, cara batuk efektif
dan lefletnya sudah tersedia di Ruangan Shofa 3.
b. Timbang Terima
Timbang terima telah dilaksanakan pada setiap pergantian shift dan menekankan
jumlah pasien pada setiap shift, Diagnosa Medis, Data Fokus (Subjektif dan Objektif),
Masalah Keperawatan, Intervensi yang sudah dan belum dilakukan atau yang harus
dilanjutkan serta pesan-pesan khusus. Pelaksanaan timbang terima telah sesuai dengan
teori dan konsep yang telah ditetapkan. Timbang terima membutuhkan waktu yang sangat
lama, yaitu lebih dari 30 menit sehingga menyita waktu.
c.Sentralisasi Obat
Peran perawat dalam memberikan obat secara intregasi telah diterapkan, system
pemberian obat dikontrol oleh farmasi dan pemberian dilakukan oleh perawat untuk
menghindari kesalahan pemberian dan mengatur keteraturan obat, namun kurangnya
pendokumentasian berupa tanda tangan pasien saat melakukan pemberian obat kepada
pasien di lembar RPO.
d. Discharge Planing
Discharge planning dilakukan pada setiap pasien kelolaan sesuai tahapannya mulai
pasien masuk sampai pasien pulang. Pada tahap 2 dan 3 sudah dilakukan sesuai dengan
DRM.
e.Supervisi Pendokumentasian Keperawatan
Supervisi pendokumentasian keperawatan sudah dilaksanakan pada rekam medis yaitu
pada tahap pengkajian sampai evaluasi, SOP supervisi dan check list supervisi
dokumentasi keperawatan terlampir, namun pada supervisi kurangnya feed back pada PP
dan PA kurang maksimal.
f. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan dilaksanakan pada pasien Tn. S dengan diagnose medis PVC
Trigemini + OMI + DM tipe II dengan masalah keperatan ketidak efektifan pola nafas,
penurunan curah jantung, nyeri akut, intoleransi aktivitas, dan konstipasi. Hasil rounde
bahwa pasien saat ini:
- Perawat mengatakan sudah diberikan terapi keperawatan yaitu pemberian O2 nasal 3
lpm, memberikan posisi nyaman, relaksasi nyeri, menciptakan lingkungan nyaman.
Dalam terapi kolaboratif pemberian injeksi ondan 1 ampul, infuse RL 500 ml/12 jam
dan obat per oral.
- Hasil dari diskusi pasien dan keluarga diberikan edukasi, di RS keluarga lebih
memberikan dukungan moral dan spiritual, dirumah diberikan edukasi pantangan
makanan, aktivitas yang bermanfaat, minum obat-obatan yang tetap diteruskan dan
yang harus dihentikan.
Hasil ronde keperawatan di dokumentasikan pada buku dokumentasi yang berisikan
nama pasien, hasil usulan semua tim dan tanda tangan tim, sehingga dapat menjadi bukti
terlaksananya ronde keperawatan dan sebagai tanggung gugat dilaksanakannya asuhan
pada pasien. Pendokumentasian menggunakan model SOAP pada laporan mahasiswa dan
model ROS (Review Of System) pada ruang Shofa 3 RS Umum Haji Surabaya.
6.2 Saran
6.2.1 M1 (Man)
Ruang Shofa 3 RS Umum Haji Surabaya telah menerapkan MAKP metode Tim Primer
yaitu perlu terus dikembangkan melalui sosialisasi secara continue dan evaluasi
bertahap.
6.2.2 M3 (Methode)
a. Penerimaan Pasien Baru
Perlunya diadakan penerimaan pasien baru menggunakan media mekanisme
penerimaan pasien baru.
b. Timbang Terima
Pelaksanaan timbang terima perlu dikembangkan dari penyampaian isi timbang
terima, terutama untuk maslaah keperawatan secara mandiri perawat yang bisa
dilakukan.
c. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat perlu ditingkatkan dengan tujuan mempermudah dalam pengawasan
persediaan obat serta pemberian terapi dapat berlangsung secara optimal. Dalam hal
ini peningkatan kepercayaan pasien tentang sentralisasi obat dapat dilakukan dengan
format serah terima obat sehingga dalam pelaksanaannya keluarga mengetahui jumlah
obat yang telah diberikan kepada pasien dan obat sisa.
d. Discharge Planing
Dalam discharge planning diharapkan dilakukan pada criteria pasien yang sesuai
dalam pemberian discharge planning dan dilakukan pada saat pasien masuk hingga
pasien keluar sesuai dengan standart discharge planning.
e. Supervisi Pendokumentasian Keperawatan
Perlunya peningkatan kegiatan supervisi dengan jadwal dan dokumentasi yang
sistematis.
f. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan hendaknya dilaksanakan khususnya bila dijumpai atau langkah
pasien dengan masalah yang belum teratasi, masalah yang jarang dijumpai atau
langkah, pasien dengan masalah akut yang komplek dan menggunakan format yang
telah dibuat.

Anda mungkin juga menyukai