PENDAHULUAN
bangsa dimasa depan ditentukan kualitas anak sekolah saat ini. Upaya peningkatan
kualitas anak sekolah yaitu dengan memperhatikan masa dan proses tumbuh
kembangnya. Dalam masa tumbuh kembang ini diperlukan pemberian nutrisi atau
asupan makanan yang baik dan benar, salah satu caranya yaitu dengan
Jajanan merupakan salah satu jenis makanan yang sangat dikenal dan umum
di masyarakat, terutama anak usia sekolah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Irawati (2009) menunjukkan bahwa anak sekolah dasar masih belum dapat memilih
jajanan yang sehat dan bersih, hal tersebut tercermin dari makanan jajanan yang
dikonsumsi anak usia sekolah masih banyak yang mengandung zat-zat berbahaya
bagi tubuh. Anak sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6 memiliki waktu istirahat 2 kali dan
paling lama berada di sekolah dibandingkan anak kelas 1, 2, dan 3. Lamanya anak
kelas 4, 5, dan 6 berada di sekolah antara 5 – 6 jam dan berada diantara waktu makan
pagi dan makan siang sehingga sering timbul rasa lapar yang mendorong anak untuk
gizi (Ariandani, 2011). Data dari BPOM RI (2009) menunjukkan bahwa hanya
sekitar 5% dari anak sekolah membawa bekal dari rumah, sehingga kemungkinan
1
2
untuk membeli makanan jajanan di sekolah lebih tinggi. Biasanya di kalangan anak
sekolah, waktu istirahat kerap digunakan untuk membeli makanan jajanan yang
makanan dan jajanan sekolah sangat beresiko terhadap cemaran biologis atau kimiawi
yang banyak mengganggu kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang dan
Meskipun masalah jajanan anak sekolah tampaknya hanya masalah kecil, namun
dampaknya besar terhadap kelangsungan bangsa di masa depan. Bagi orang tua yang
memiliki anak yang tengah sekolah, khususnya anak-anak yang suka jajan di sekolah
hendaknya harus berhati-hati, karena data yang dirilis Dinas Kesehatan menunjukkan
mayoritas jajanan di sekolah mengandung bahan yang tidak baik, bahkan berbahaya
Menurut data dari BPOM RI menemukan sekitar 40% jajanan anak sekolah di
Indonesia tidak sehat dikonsumsi karena mengandung zat-zat yang berbahaya bagi
tubuh seperti zat pewarna, pengawet, dan penambah rasa. Indikator yang diharapkan
BPOM adalah 80% dari seluruh jajanan anak sekolah di Indonesia sehat dikonsumsi.
dasar, penyebabnya 44% karena jajanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Dari
hasil penelitian BPOM dan IPB, kasus yang diakibatkan kelalaian orang tua tentang
anak dalam memilih jajanan, akan berujung pada penyakit mulai dari sakit perut biasa
sampai diare, tifus, obesitas, bakan penyakit yang sulit diobati seperti kanker (BPOM
3
RI, 2012). Sedangkan hasil pengambilan data awal di Kecamatan Gapura dengan cara
kantin sekolah yang kumuh dan 60% diantaranya terdiri dari pedagang-pedagang
kecil yang bukan pedagang tetap di sekolah tersebut seperti penjual pentol keliling
keamanan pangan kurang baik dan menjual beraneka ragam jajanan yang berwarna
intern dan ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,
motivasi, dan sebagainya yang berfungsi mengolah rangsang dari luar. Sedangkan
faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim,
manusia, sosial ekonomi, dan kebudayaan. Menurut Shepherd (1999) Faktor yang
mempengaruhi pemilihan makanan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu faktor terkait
makanan, dan faktor sosial ekonomi (Ariandani, 2011). Faktor pemilihan jajanan ini
di dukung oleh teori Becker tentang model kepercayaan kesehatan dimana Becker
keyakinan, pendidikan, pengaruh teman sebaya), variabel struktur (iklan dan besarnya
uang jajan)
4
Melihat kenyataan anak sekolah kelas v sudah lebih mengenal dan mulai
membentuk peer group, mereka lebih mengerti apa arti nongkrong dibandingkan
anak kelas iv sehingga anak kelas v lebih sering berkumpul di kantin pada saat jam
kantin sekolah, maka dari itu peneliti ingin melihat faktor dominan yang
mempengaruhi perilaku anak sekolah dasar kelas v dalam memilih jajanan sehat di
sekolah. Hal ini penting karena hanya dengan kebiasaan jajan makanan yang tidak
asupan makanan yang adekuat pada anak perlu mendapat perhatian secara serius.
Upaya peningkatan mutu makanan sangat diperlukan untuk anak, baik di rumah
aspek gizi, kebersihan, dan aspek kesehatan. Dan juga peran orang tua murid dalam
mendidik dan memberikan pendidikan gizi diluar pendidikan formal sekolah perlu
ditingkatkan agar anak dapat memilih dan membedakan antara makanan jajanan sehat
dan tidak sehat. Orang tua hendaknya menyediakan jajanan sehat di rumah agar anak
terhindar dari mengonsumsi jajanan tidak sehat yang banyak terdapat di luar rumah.
Kebiasaan membawa bekal makanan sekolah dan sarapan pagi juga perlu dibiasakan
setiap hari untuk mengurangi kemungkinan membeli jajanan. Peran pihak sekolah
anak sekolah dasar, para pengelola sekolah bisa lebih memusatkan perhatiannya
(Patrich W, 2011).
dominan apa yang mempengarui perilaku anak sekolah dasar dalam memilih jajanan
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor dominan yang
mempengaruhi perilaku anak sekolah dasar kelas v dalam memilih jajanan sehat di
Sumenep Madura.
orang tua, dan pengaruh teman sebaya) anak sekolah dasar dalam memilih jajanan
3) Mengidentifikasi variabel struktur (iklan dan besarnya uang jajan) anak sekolah
Sumenep Madura.
sekolah dasar dalam memilih jajanan sehat dan sebagai bahan perbandingan antara
masyarakat.
1) Bagi Peneliti
tentang pemilihan jajanan sehat yang baik bagi anak usia sekolah dasar kelas v.
3) Bagi Keluarga
4) Bagi profesi
1.4.3 Origionalitas
8
tentang Faktor dominan yang mempengaruhi perilaku anak sekolah dalam memilih
diantaranya:
makanan jajanan pada anak sekolah dasar. Jenis penelitian ini adalah penelitian
observasional. Subjek penelitian ini adalah anak kelas IV-VI di SDN Pekunden
besar uang jajan, frekuensi sarapan pagi dan membawa bekal makanan ke
sekolah, ketersediaan jajanan, dan peran media massa yang diperoleh berdasarkan
hasil wawancara dengan kuesioner. Penelitian ini menggunakan uji anova. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa frekuensi membawa bekal dan besar uang jajan
yang paling berpengaruh terhadap perilaku anak dalam memilih jajanan, karena
jika anak membawa bekal ke sekolah maka frekuensi jajan anak di sekolah
menurun sedangkan uang saku yang dibawa anak juga mempengaruhi terhadap
di luar pagar sekolah daripada di dalam pagar sekolah. Sekitar 69% responden
Adapun perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada penelitian
ini terletak pada tempat penelitian yang terletak di Semarang, subjek penelitian
adalah anak SD kelas IV-VI pada 1 sekolah, besar sampel yaitu 73 anak, tehnik
adalah uji anova dan hasil yang diperoleh menyebutkan bahwa frekuensi
membawa bekal dan besarnya uang jajan yang paling berpengaruh terhadap
perilaku anak dalam memilih jajanan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
tehnik sampling yang digunakan adalah multi stage random sampling, uji analisis
yang digunakan adalah regresi logistik berganda dan hasil yang diperoleh yaitu
pengetahuan, iklan, dan ajakan teman sebaya yang paling berpengaruh terhadap
siswa kelas VIII dan IX sekolah menengah pertama (SMP) PGRI 1. Rancangan
populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII dan IX SMP PGRI 1
Ciputat, jumlah semua siswa laki-laki maupun perempuan pada tempat penelitian
ini adalah 652 siswa, dengan menggunakan teknik sampling simple random
sampling diperoleh sampel sebanyak 213 siswa, dan pada penelitian ini
anak tersebut adalah ketersediaan makanan jajanan yang kurang sehat. Hal ini
10
pada tempat penelitian yaitu Ciputat, Subjek penelitiannya adalah seluruh siswa
kelas VIII dan IX SMP PGRI 1 Ciputat, besar sampel yang digunakan yaitu 213
siswa, tehnik sampling yang digunakan adalah simple random sampling, dengan
uji analisis menggunakan chi square, dan hasil yang diperoleh adalah ketersediaan
makanan jajanan yang kurang sehat. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
tehnik sampling yang digunakan adalah multi stage random sampling, uji analisis
yang digunakan adalah regresi logistik berganda dan hasil yang diperoleh yaitu
pengetahuan, iklan, dan ajakan teman sebaya yang paling berpengaruh terhadap