Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa, dimana kualitas

bangsa dimasa depan ditentukan kualitas anak sekolah saat ini. Upaya peningkatan

kualitas anak sekolah yaitu dengan memperhatikan masa dan proses tumbuh

kembangnya. Dalam masa tumbuh kembang ini diperlukan pemberian nutrisi atau

asupan makanan yang baik dan benar, salah satu caranya yaitu dengan

memperhatikan kualitas jajanan yang dikonsumsi anak sekolah (Judarwanto, 2006).

Jajanan merupakan salah satu jenis makanan yang sangat dikenal dan umum

di masyarakat, terutama anak usia sekolah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Irawati (2009) menunjukkan bahwa anak sekolah dasar masih belum dapat memilih

jajanan yang sehat dan bersih, hal tersebut tercermin dari makanan jajanan yang

dikonsumsi anak usia sekolah masih banyak yang mengandung zat-zat berbahaya

bagi tubuh. Anak sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6 memiliki waktu istirahat 2 kali dan

paling lama berada di sekolah dibandingkan anak kelas 1, 2, dan 3. Lamanya anak

kelas 4, 5, dan 6 berada di sekolah antara 5 – 6 jam dan berada diantara waktu makan

pagi dan makan siang sehingga sering timbul rasa lapar yang mendorong anak untuk

mengkonsumsi jajanan di sekolah. Akibatnya anak jajan di sekolah untuk

menghilangkan rasa lapar tanpa mempertimbangkan mutu dan keseimbangan asupan

gizi (Ariandani, 2011). Data dari BPOM RI (2009) menunjukkan bahwa hanya

sekitar 5% dari anak sekolah membawa bekal dari rumah, sehingga kemungkinan

1
2

untuk membeli makanan jajanan di sekolah lebih tinggi. Biasanya di kalangan anak

sekolah, waktu istirahat kerap digunakan untuk membeli makanan jajanan yang

dijajakan pedagang kecil disekitar sekolah (Muslimah, 2009).

Makanan dan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi

perhatian masyarakat khususnya orangtua, pendidik dan pengelola sekolah, karena

makanan dan jajanan sekolah sangat beresiko terhadap cemaran biologis atau kimiawi

yang banyak mengganggu kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang dan

memiliki dampak negatif jangka panjang terhadap pembentukan generasi bangsa.

Meskipun masalah jajanan anak sekolah tampaknya hanya masalah kecil, namun

dampaknya besar terhadap kelangsungan bangsa di masa depan. Bagi orang tua yang

memiliki anak yang tengah sekolah, khususnya anak-anak yang suka jajan di sekolah

hendaknya harus berhati-hati, karena data yang dirilis Dinas Kesehatan menunjukkan

mayoritas jajanan di sekolah mengandung bahan yang tidak baik, bahkan berbahaya

bagi tumbuh kembang anak (Februhartant, 2004).

Menurut data dari BPOM RI menemukan sekitar 40% jajanan anak sekolah di

Indonesia tidak sehat dikonsumsi karena mengandung zat-zat yang berbahaya bagi

tubuh seperti zat pewarna, pengawet, dan penambah rasa. Indikator yang diharapkan

BPOM adalah 80% dari seluruh jajanan anak sekolah di Indonesia sehat dikonsumsi.

BPOM RI menemukan sebanyak 79% kasus keracunan makanan terjadi di sekolah

dasar, penyebabnya 44% karena jajanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Dari

hasil penelitian BPOM dan IPB, kasus yang diakibatkan kelalaian orang tua tentang

anak dalam memilih jajanan, akan berujung pada penyakit mulai dari sakit perut biasa

sampai diare, tifus, obesitas, bakan penyakit yang sulit diobati seperti kanker (BPOM
3

RI, 2012). Sedangkan hasil pengambilan data awal di Kecamatan Gapura dengan cara

survey langsung ke sekolah-sekolah diperoleh kantin-kantin sekolah yang ada di

Wilayah Kecamatan Gapura kebersihannya dibawah rata-rata, masih banyak kantin-

kantin sekolah yang kumuh dan 60% diantaranya terdiri dari pedagang-pedagang

kecil yang bukan pedagang tetap di sekolah tersebut seperti penjual pentol keliling

dan penjual es keliling. Keamanan PJAS SDN di Wilayah Kecamatan Gapura

didapatkan data bahwa penjaja PJAS di sekitar sekolah menerapkan praktik

keamanan pangan kurang baik dan menjual beraneka ragam jajanan yang berwarna

mencolok, memiliki penampilan menarik, dan dijual dengan harga murah.

Pemilihan makanan jajanan merupakan bentuk perwujudan dari perilaku.

Beberapa faktor diantaranya yang mempengaruhi terbentuknya perilaku berupa faktor

intern dan ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,

motivasi, dan sebagainya yang berfungsi mengolah rangsang dari luar. Sedangkan

faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim,

manusia, sosial ekonomi, dan kebudayaan. Menurut Shepherd (1999) Faktor yang

mempengaruhi pemilihan makanan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu faktor terkait

makanan, faktor personal berkaitan dengan pengambilan keputusan pemilihan

makanan, dan faktor sosial ekonomi (Ariandani, 2011). Faktor pemilihan jajanan ini

di dukung oleh teori Becker tentang model kepercayaan kesehatan dimana Becker

mengemukakan bahwa perilaku memilih jajanan dipengaruhi oleh 3 variabel yaitu:

variabel demografis (usia, jenis kelamin), variabel social psikologis (pengetahuan,

keyakinan, pendidikan, pengaruh teman sebaya), variabel struktur (iklan dan besarnya

uang jajan)
4

Melihat kenyataan anak sekolah kelas v sudah lebih mengenal dan mulai

membentuk peer group, mereka lebih mengerti apa arti nongkrong dibandingkan

anak kelas iv sehingga anak kelas v lebih sering berkumpul di kantin pada saat jam

istirahat sekolah bersama groupnya masing-masing, dan sebagian besar jajan di

kantin sekolah, maka dari itu peneliti ingin melihat faktor dominan yang

mempengaruhi perilaku anak sekolah dasar kelas v dalam memilih jajanan sehat di

sekolah. Hal ini penting karena hanya dengan kebiasaan jajan makanan yang tidak

sehat, banyak anak sekolah yang mengalami hambatan dalam perkembangannya.

Untuk memelihara perkembangan anak secara optimal, pemberian nutrisi dan

asupan makanan yang adekuat pada anak perlu mendapat perhatian secara serius.

Upaya peningkatan mutu makanan sangat diperlukan untuk anak, baik di rumah

maupun di sekolah perlu dilaksanakan sungguh-sungguh. Khusus untuk peningkatan

mutu makanan yang dijual di sekolah, perlu dilaksanakan dengan memperhatikan

aspek gizi, kebersihan, dan aspek kesehatan. Dan juga peran orang tua murid dalam

mendidik dan memberikan pendidikan gizi diluar pendidikan formal sekolah perlu

ditingkatkan agar anak dapat memilih dan membedakan antara makanan jajanan sehat

dan tidak sehat. Orang tua hendaknya menyediakan jajanan sehat di rumah agar anak

terhindar dari mengonsumsi jajanan tidak sehat yang banyak terdapat di luar rumah.

Kebiasaan membawa bekal makanan sekolah dan sarapan pagi juga perlu dibiasakan

setiap hari untuk mengurangi kemungkinan membeli jajanan. Peran pihak sekolah

dapat melalui penyampaian informasi mengenai pemilihan makanan jajanan,

pemasangan poster-poster kesehatan dan pengawasan yang lebih intensif terhadap

penjaja makanan di lingkungan sekolah. Dengan mengetahui pola perilaku jajanan


5

anak sekolah dasar, para pengelola sekolah bisa lebih memusatkan perhatiannya

untuk meningkatkan kualitas makanan tertentu yang beredar di kantin sekolah

(Patrich W, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dirumuskan “Faktor

dominan apa yang mempengarui perilaku anak sekolah dasar dalam memilih jajanan

sehat di wilayah Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep Madura ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor dominan yang

mempengaruhi perilaku anak sekolah dasar kelas v dalam memilih jajanan sehat di

wilayah Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep Madura.

1.3.2 Tujuan Khusus


6

1) Mengidentifikasi variabel demografis (umur dan jenis kelamin) anak sekolah

dasar dalam memilih jajanan sehat di wilayah Kecamatan Gapura Kabupaten

Sumenep Madura.

2) Mengidentifikasi variabel sosial psikologis (pengetahuan, keyakinan, pendidikan

orang tua, dan pengaruh teman sebaya) anak sekolah dasar dalam memilih jajanan

sehat di wilayah Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep Madura.

3) Mengidentifikasi variabel struktur (iklan dan besarnya uang jajan) anak sekolah

dasar dalam memilih jajanan sehat di wilayah Kecamatan Gapura Kabupaten

Sumenep Madura.

4) Mengindentifikasi perilaku anak sekolah dalam memilih jajanan sehat di wilayah

Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep Madura.

5) Menganalisis variabel demografis, variable sosial psikologis, dan variable struktur

untuk mengetahui faktor paling dominan yang mempengaruhi perilaku anak

sekolah dasar dalam memilih jajanan sehat di wilayah Kecamatan Gapura

Kabupaten Sumenep Madura.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan informasi tentang faktor yang mempengaruhi perilaku anak

sekolah dasar dalam memilih jajanan sehat dan sebagai bahan perbandingan antara

materi yang dicapai mahasiswa di bangku kuliah dengan penerapannya di

masyarakat.

1.4.2 Manfaat Praktis


7

1) Bagi Peneliti

Meningkatkan atau mengembangkan pengalaman dalam melakukan penelitian

khususnya ilmu pengetahuan yang telah diterima untuk diberikan kepada

masyarakat yang mempunyai anak usia sekolah dasar.

2) Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan kegiatan pendidikan kesehatan

tentang pemilihan jajanan sehat yang baik bagi anak usia sekolah dasar kelas v.

3) Bagi Keluarga

Menambah pengetahuan keluarga tentang faktor dominan yang mempengaruhi

perilaku anak dalam memilih jajanan sehat di sekolah.

4) Bagi profesi

Menambah wawasan bagi perawat akan pentingnya meningkatkan pengetahuan

anak usia sekolah dasar tentang pemilihan jajanan sehat.

1.4.3 Origionalitas
8

Ada beberapa penelitian yang dapat digunakan sebagai acuan penelitian

tentang Faktor dominan yang mempengaruhi perilaku anak sekolah dalam memilih

jajanan sehat di wilayah Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep Madura,

diantaranya:

1) Ariandani (2011) meneliti tentang faktor yang berhubungan dengan pemilihan

makanan jajanan pada anak sekolah dasar. Jenis penelitian ini adalah penelitian

observasional. Subjek penelitian ini adalah anak kelas IV-VI di SDN Pekunden

Semarang. Pengambilan sampel sebanyak 73 anak dilakuan dengan simple

random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi pemilihan makanan jajanan,

besar uang jajan, frekuensi sarapan pagi dan membawa bekal makanan ke

sekolah, ketersediaan jajanan, dan peran media massa yang diperoleh berdasarkan

hasil wawancara dengan kuesioner. Penelitian ini menggunakan uji anova. Hasil

penelitian menyebutkan bahwa frekuensi membawa bekal dan besar uang jajan

yang paling berpengaruh terhadap perilaku anak dalam memilih jajanan, karena

jika anak membawa bekal ke sekolah maka frekuensi jajan anak di sekolah

menurun sedangkan uang saku yang dibawa anak juga mempengaruhi terhadap

pembelian jajanan di sekolah. Responden cenderung memilih jajanan yang dijual

di luar pagar sekolah daripada di dalam pagar sekolah. Sekitar 69% responden

membawa bekal ke sekolah.

Adapun perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada penelitian

ini terletak pada tempat penelitian yang terletak di Semarang, subjek penelitian

adalah anak SD kelas IV-VI pada 1 sekolah, besar sampel yaitu 73 anak, tehnik

samplingnya menggunakan simple random sampling, uji analisis yang digunakan


9

adalah uji anova dan hasil yang diperoleh menyebutkan bahwa frekuensi

membawa bekal dan besarnya uang jajan yang paling berpengaruh terhadap

perilaku anak dalam memilih jajanan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti terletak di Sumenep Madura, subjek penelitiannya adalah anak SD kelas

V di wilayah Kecamatan Gapura Sumenep Madura, besar sampel yaitu 55 anak,

tehnik sampling yang digunakan adalah multi stage random sampling, uji analisis

yang digunakan adalah regresi logistik berganda dan hasil yang diperoleh yaitu

pengetahuan, iklan, dan ajakan teman sebaya yang paling berpengaruh terhadap

perilaku anak dalam memilih jajanan.

Sedangkan persamaan terletak pada masalah makanan jajanan dan desain

penelitian yang digunakan.

2) Rahma Savitri (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku konsumsi makanan jajanan yang mengandung pewarna sintetik pada

siswa kelas VIII dan IX sekolah menengah pertama (SMP) PGRI 1. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah ananlitik korelasi cross sectional dengan

populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII dan IX SMP PGRI 1

Ciputat, jumlah semua siswa laki-laki maupun perempuan pada tempat penelitian

ini adalah 652 siswa, dengan menggunakan teknik sampling simple random

sampling diperoleh sampel sebanyak 213 siswa, dan pada penelitian ini

menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan makanan yang

dilarang dikonsumsi sebanyak 82,2% dan faktor yang mempengaruhi perilaku

anak tersebut adalah ketersediaan makanan jajanan yang kurang sehat. Hal ini
10

menunjukkan bahwa pengaruh besar terhadap perilaku jajanan adalah

ketersediaan makanan jajanan yang kurang sehat.

Adapun perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak

pada tempat penelitian yaitu Ciputat, Subjek penelitiannya adalah seluruh siswa

kelas VIII dan IX SMP PGRI 1 Ciputat, besar sampel yang digunakan yaitu 213

siswa, tehnik sampling yang digunakan adalah simple random sampling, dengan

uji analisis menggunakan chi square, dan hasil yang diperoleh adalah ketersediaan

makanan jajanan yang kurang sehat. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti terletak di Sumenep Madura, subjek penelitiannya adalah anak SD kelas

V di wilayah Kecamatan Gapura Sumenep Madura, besar sampel yaitu 55 anak,

tehnik sampling yang digunakan adalah multi stage random sampling, uji analisis

yang digunakan adalah regresi logistik berganda dan hasil yang diperoleh yaitu

pengetahuan, iklan, dan ajakan teman sebaya yang paling berpengaruh terhadap

perilaku anak dalam memilih jajanan.

Sedangkan persamaan terletak pada masalah makanan jajanan dan desain

penelitian yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai