TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan tentang tinjauan pustaka yang berhubungan
dengan penelitian yang meliputi: (1) Konsep jajanan sehat, (2) Konsep perilaku,
(3) Konsep dasar teori yang mendukung penelitian, (3) Kerangka teori, kerangka
jajanan atau yang dikenal dengan street food didefinisikan sebagai makanan dan
minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan
dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Rahma Savitri, 2009).
makanan yang bersih, makanan yang aman, dan makanan yang halal. Makanan
yang bersih adalah makan yang bebas dari lalat, debu, dan serangga lainnya.
Makanan yang aman adalah makanan yang tidak mengandung bahan berbahaya
yang dilaang untuk dikonsumsi seperti zat pewarna, zat pengawet dan penambah
rasa yang diperuntukkan untuk makanan dan tidak tercemar oleh bahan kimia
yang membahayakan manusia. Makana yang halal adalah makana yang tidak
11
12
sepinggan seperti gado-gado, nasi uduk, siomay, bakso, mie ayam, lontong
1. Makanan camilan basah seperti pisang goreng, lemper, lumpia, risoles dan
lain-lain.
4) Buah merupakan salah satu jenis makanan sumber vitamin dan mineral yang
dalam bentuk:
dan makanan utama (2.0%). Dari keseluruhan kelompok pangan jajanan dijual,
lebih dari separuh (55.8%) PJAS dalam bentuk pangan siap saji, selanjutnya
1) Jenis makanan jajanan yang aman di konsumsi yaitu makanan jajanan yang di
sajikan dalam keadaan panas misalnya bakso, soto,,bubur, dan makanan yang
di bakar.
Misalnya : gado-gado, ketoprak, pecel, ketupat tahu, nasi remes, dan nasi
Misalnya getuk, ondol ondo, cenel, lupis dll juga mempunyai resiko tinggi
terkontaminasi.
Kebiasaan jajan di sekolah sangat bermanfaat jika makanan yang dibeli itu
menambah kebutuhan gizi anak. Disamping itu juga untuk mengisi kekosongan
lambung, karena setiap 3-4 jam sesudah makan, lambung mulai kosong. Akhirnya
14
apabila tidak beri jajan, si anak tidak dapat memusatkan kembali pikirannya
kepada pelajaran yang diberikan oleh guru dikelasnya. Jajan juga dapat
Namun, jajan yang terlalu sering dan menjadi kebiasaan akan berakibat
negatif, antara lain nafsu makan menurun, makanan yang tidak higienis akan
gizi karena kandungan gizi pada jajanan belum tentu terjamin dan pemborosan.
Permen yang menjadi kesukaan anak-anak bukanlah sumber energi yang baik
Menurut Kus dan Kusno (2007) pada umumnya anak-anak lebih menyukai
jajanan di warung maupun kantin sekolah daripada makanan yang telah tersedia di
rumah. Kebiasaan jajan di sekolah sangat bermanfaat jika makanan yang dibeli itu
anak. Disamping itu juga untuk mengisi kekosongan lambung, karena setiap 3-4
jam sesudah makan lambung mulai kosong. Akhirnya apabila tidak beli jajan,
anak tidak dapat memusatkan kembali pikirannya pada pelajaran yang diberikan
guru. Jajan juga dapat dipergunakan untuk mendidik anak dalam memilih
Melalui makanan jajanan anak bisa mengenal berbagai makanan yang ada
sehingga saat dewasa anak dapat menikmati aneka ragam makanan. Manfaat atau
5) Pemborosan.
bermotor, dan lalat yang hinggap pada makanan yang tidak ditutup serta peralatan
makan seperti sendok, garpu, gelas, dan piring yang tidak dapat dicuci dengan
bersih karena persediaan air terbatas dapat menyebabkan penyakit pada sistem
pencernaan seperti disentri, tifus ataupun penyakit perut lainnya (Kus dan Kusno,
2007).
dan jauh berbeda dari warna asli pada umumnya. Zat pewarna yang tidak
16
aman kerap ditemui pada jajanan seperti kerupuk, es krim atau snack lainnya.
2) Cicipi rasanya
Jika pada saat mencicipi makanan terasa tajam, seperti gurih yang berlebih
lidah dalam membedakan makanan yang aman dan tidak biasanya cukup jeli.
3) Resapi aromanya
atau tengik. Tidak ada pilihan lain selain membuangnya demi kesehatan.
4) Lihatlah komposisinya
Pengawas Obat dan Makanan, terlebih pada produk impor. Cermati itu pada
5) Perhatikan Teksturnya
membuat anda harus cermat memilih. Jika warnanya sudah berubah, terlebih
konsumsi.
17
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk
dijadikannya sebagai tempat belajar mengenai apa yang baik ataupun tidak baik
tidak muncul dalam diri individu tersebut (internal), melainkan merupakan khas
yang dilakukan seseorang, seperti: berbicara, berjalan, berfikir atau tindakan dari
suatu sikap. Salah satu contoh dari perilaku individu adalah perilaku makan.
dimana setiap kelompok memiliki sistem budaya yang berbeda pula (Rahmawati,
13: 2004).
Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu yang
tidak selalu menyadari tentang segala sesuatu yang diinginkan mereka sehingga
sadar. Maka oleh karenanya, sering kali hanya sebagian kecil dari motivasi jelas
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia
adalah semua kegiatan yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati
oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Selanjutnya menurut Green dikutip dari
benar. Kepercayaan sering di peroleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
komponen dari kebudayaan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Edward
untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat. Dalam pengertian tradisi ini, hal yang paling mendasar dari
baik tertulis maupun (sering kali) lisan. Menurut kamus lengkap Bahasa
manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara
Suatu tradisi dapat punah, karena manusia dalam berbuat akan melihat
berperilaku yang sesuai dengan tradisi yang ada pada dirinya. Disamping
orang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sarwono (1997) yang
20
maka perilaku yang positif akan dipertahankan. Namun, bila ada keberatan
atau kritik dari kelompok, maka individu akan kembali pada perilaku
merupakan hal yang terdekat. Selain itu, tradisi juga dapat diartikan
tertentu, perilaku diri sendiri ini akan menjadi perilaku kelompok atau
masyarakat.
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling
dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau
dan usia.
fisik berupa tersedianya sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya
kepada masyarakat, karena sarana dapat dijadikan salah satu bentuk media
pembelajaran yang berwujud asli. Hal ini sesuai dengan pernyataan Elgar
Dale yang dikutip Notoatmodjo (2003) yang membagi 11 bentuk media. Akan
dalam sikap dan perilaku tugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan
Keterangan: B = Behavior
PF =Predisposising faktor
B = f (PF, EF, RF)
EF = Enabling faktor
RF = Reinforcing faktor
sangat luas. Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi
ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah
stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui
merespon, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-
2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan
baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam
melaksanakan tugasnya.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas
atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata
atau praktek (practice) misal, seorang anak yang tidak membeli jajanan di
sangat luas. Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli
berikut :
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
orang tua, teman, buku dan surat kabar. Pengetahuan seseorang terhadap
a. Tahu (Knowledge)
b. Memahami (Comprehension)
c. Aplikasi (Application)
diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya: seseorang yang telah
d. Analisis (Analysis)
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
e. Sintesis (Synthesis)
f. Evaluasi (Evaluation)
a. Pengalaman
orang lain. Seseorang melakukan sesuatu yang positif atau negatif bisa
b. Tingkat pengetahuan
kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri
c. Keyakinan
d. Sosial budaya
2) Sikap
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari
(Notoatmodjo, 2010). Sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan
Sifat dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif
(Purwanto,2008) :
objek tertentu.
Menurut Azwar (2011) sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang,
yaitu :
a. Komponen kognitif
b. Komponen afektif
sesuatu.
c. Komponen konatif
dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan berisi tendensi atau
29
a. Menerima ( receiving)
b. Merespons (responding)
c. Menghargai (valuing)
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
ketiga.
a. Pengalaman pribadi
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah
penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
d. Media massa
3) Praktek / Tindakan
diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain didalam tindakan atau
Tingkatan Praktek :
a. Persepsi (Perception)
c. Mekanisme (Mechanism)
d. Adaptasi (Adaptation)
SKEMA PERILAKU
Persepsi
Pengetahuan
Pengalaman Keyakinan
Fasilitas Keinginan PERILAKU
Sosialbudaya Motivasi
Niat
Sikap
berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut terbagi kedalam dua kelompok yaitu faktor
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri
baik yang bersifat fisik maupun psikis. Yusuf (1984) menyebutkan faktor internal
yang berpengaruh terhadap perilaku yaitu harga diri (self estem) dan faktor
Yang dimaksud dengan faktor eksternal dsni adalah faktor yang berasal
a. Keluarga
intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga. Sebelum seorang anak
nilai-nilai dari masyarakat umum, pertama kali ia menyerap nilai dan norma
dari keluarganya dan norma atau nilai itu dijadikan bagian dari
kepribadiannya.
di rumah. Sikap dan kebiasaan orang tua memegang peranan penting dalam
perkembangan anak. Sikap orang tua yang terlalu melindungi dan sikap
menyeleweng seperti berdusta dan mencuri. Selain itu sebagian anak juga ada
sebaya berbahaya baik dan buruk. Pengaruh teman sebaya adalah dalam hal
membantu anak membentuk opini tentang dirinya seperti apa yang dilihat
nilai-nilai yang kurang baik kepada anak. Anak yang lemah tidak dapat
usia sekolah.
c. Faktor Sekolah
Jajanan
a Jenis Kelamin
adalah pada umur 11-13 tahun. Tetapi intensitas pertumbuhan pada laki-
laki membutuhkan energi, protein, dan zat-zat gizi lainnya lebih banyak.
Anak-anak laki umumnya lebih aktif dalam berolah raga dan kegiatan fisik
serta intensitas tumbuh yang lebih besar, oleh karena itu membutuhkan
membutuhkan zat besi lebih banyak untuk mengganti darah yang hilang
b Pengetahuan
Savitri, 2009).
tinggi makan cenderung untuk memilih makanan bernilai gizi yang lebi
perilaku masyarakat ke arah konsumsi pangan yang sehat dan bergizi. Jika
lebih murah dengan nilai gizi yang lebih tinggi (Mulya, 2006).
c Keyakinan
yang yakin akan jajanan yang mereka pilih bersih dan sehat maka mereka
besaran uang jajan yang merupakan jumlah uang dalam rupiah yang
diberikan orang tua siswa setiap hari untuk keperluan jajan. Uang jajan
38
kepada anak untuk jangka waktu tertentu. Pemberian uang jajan sering
maka akan dapat memberikan dampak yang negatif. Besarnya uang saku
berpengaruh terhadap frekuensi jajan pada anak, semakin besar uang jajan
yang dimiliki anak maka semakin sering anak mengeluarkan uang tersebut
memberikan uang jajan yang lebih besar dibandingkan orang tua yang
tumbuh kembang anak karena dengan pendidikan yang baik maka orang
cenderung memilih bahan pangan yang lebih baik dalam kuantitas maupun
lebih tinggi akan mendapatkan kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik.
sekolah, begitu juga sebaliknya bagi ibu dengan pendidikan rendah maka
sehingga tidak dapat membedakan makanan yang baik atau aman untuk
keluarga.
menghindarkan dari gangguan rasa lapar dan dari kebiasaan jajan. Hal ini
sekaligus menghindarkan anak dari bahaya jajanan yang tidak sehat dan
c Iklan
iklan dari berbagai media. Iklan merupakan medium untuk sosialisasi dan
manis. Hal ini memberikan dorongan bagi anak untuk terpengaruh dengan
manis padat energi dapat dipengaruhi oleh iklan. Iklan di media massa
41
dan sangat menyadari penampilan fisik dan perilaku sosial mereka dan
teman sebayanya. Selain itu remaja juga akan merasa senang apabila
pada masa kanak-kanak dan masa awal sekolah akan berubah menjadi
yang oleh becker (1974) dikembangkan dari teori lapangan (Field Theory, Lewin,
(Notoatmodjo, 2010).
baik positif maupun negative, disuatu daerah atau wilayah tertentu. Apabila
seseorang keadaannya atau berada pada daerah positif, maka berarti ia ditolak dari
ada 4 variabel kunci yang terlibat didalam tindakan tersebut, yakni kerentanan
yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang
Dengan kata lain, suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan
dibandingkan dengan flu. Oleh karena itu, tindakan pencegahan polio akan
bariers)
Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit yang dianggap gawat
pada media massa, nasehat atau anjuran kawan-kawan atau anggota keluarga
variabel yaitu:
membutuhkan energi, protein, dan zat-zat gizi lainnya lebih banyak. Anak-
anak laki umumnya lebih aktif dalam berolah raga dan kegiatan fisik serta
intensitas tumbuh yang lebih besar, oleh karena itu membutuhkan energi dan
lebih banyak untuk mengganti darah yang hilang saat menstruasi (Depkes RI,
1998).
a) Pengetahuan
Savitri, 2009).
b) Keyakinan
yang yakin akan jajanan yang mereka pilih bersih dan sehat maka mereka
c) Pendidikan
tumbuh kembang anak karena dengan pendidikan yang baik maka orang
cenderung memilih bahan pangan yang lebih baik dalam kuantitas maupun
besaran uang jajan yang merupakan jumlah uang dalam rupiah yang
diberikan orang tua siswa setiap hari untuk keperluan jajan. Uang jajan
kepada anak untuk jangka waktu tertentu. Pemberian uang jajan sering
maka akan dapat memberikan dampak yang negatif. Besarnya uang saku
berpengaruh terhadap frekuensi jajan pada anak, semakin besar uang jajan
yang dimiliki anak maka semakin sering anak mengeluarkan uang tersebut
dan sangat menyadari penampilan fisik dan perilaku sosial mereka dan
teman sebayanya. Selain itu remaja juga akan merasa senang apabila
Media massa berupa radio, surat kabar serta iklan-iklan yang terdapat
gaya hidup, selera, nilai, norma. Anak-anak mendapat paparan iklan dari
karakteristik fisik makanan seperti rasa renyah, gurih, atau manis. Hal ini
48
Peningkatan asupan makanan tinggi lemak dan makanan jajanan manis padat
energi dapat dipengaruhi oleh iklan. Iklan di media massa mendorong anak-
anak untuk mengonsumsi jajanan yang tidak sehat walaupun tidak semua
makanan jajanan yang diiklankan adalah jajanan yang tergolong tidak sehat
Variable demografis:
Kelas sosial
Keterangan :
: di teliti
: tidak di teliti
Gambar 2.3 Kerangka teori Health Belief Model oleh Becker (1974) tentang
faktor dominan yang mempengaruhi perilaku anak sekolah dasar
kelas v dalam memilih jajanan sehat di wilayah Kecamatan Gapura
Kabupaten Sumenep Madura.
50
Dalam kerangka teori ini menggunakan teori Becker (1974) tentang model
pendidikan orang tua, pengaruh teman sebaya), variable struktur (iklan dan
mamilih jajanan dan jika perilaku itu negative maka akan menimbulkan ancaman
yang dirasakan akibat dari pemilihan jajanan yang tidak sehat sehingga jika
individu tersebut sadar akan ancaman itu maka akan timbul suatu perilaku
memilih jajanan yang sehat. Kesadaran dari individu tersebut didorong oleh hal-
hal seperti kampanye media massa, tulisan dalam surat kabar, nasehat dari orang
lain, dan lain-lain. Sehingga apabila individu bertindak untuk melawan atau
yang dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam
tersebut.
51
Variable demografis:
Kepribadian, Pengalaman
sebelumnya
Perilaku anak sekolah
Pengetahuan, Keyakinan dalam jajanan sehat
Pendidikan orang tua
Variable struktur:
2.4.3 Hipotesis
faktor yang paling dominan yang mempengaruhi perilaku anak sekolah dasar
Sumenep Madura.