Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH DAN TREND KONSELING

Disajikan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Konseling Keluarga


Dosen Pengampu: Yurike Kinanthy Karamoy, M.Pd. Kons

Di susun oleh Kelompok 1:


Imroatul Istiqomah ( 1803402005 )
Elok Roudhotul Izzah ( 1803402006 )
Amelia Masdelina ( 1803402038 )

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER 2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian

BAB II PEMBAHASAN
2.1.Bagaimana pengertian dari bimbingan, konseling dan psikoterapi?
2.2.Bagaimana sejarah perkembangan konseling?
2.3.Apa saja trend terkini dalam milenium baru?

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Setiap manusia tidak pernah luput dari masalah di dunia ini seperti masalah
pribadi, keluarga, teman dan juga masalah di lingkungan. Masalah-masalah tersebut pun
dapat dialami oleh peserta didik yang mana masalah tersebut dapat terjadi dikarenakan
berbagai faktor baik internal ataupun eksternal. Pada umumnya peserta didik belum
mampu untuk mengatasi masalah yang dialaminya dan membuat proses kegiatan belajar
mengajar terganggu, maka diperlukannya sebuah fasilitas untuk mengatasi hal tersebut.

Fasilitas tersebut adalah dengan diadakannya bimbingan dan konseling di setiap


sekolah dengan guru pembimbing yang sudah mahir di bidang bimbingan dan
konseling. Bimbingan dan konseling diharapkan mampu membantu individu memahami
diri sendiri, orang lain dan lingkungannya, serta dapat melakukan penyesuaian dalam
merealisasikan fungsi-fungsi kehidupan dalam rangka memenuhi kebutuhannya.

Layanan bimbingan dan konseling disekolah merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari proses pendidikan karena bimbingan dan konseling ini dilaksanakan
sebagai upaya membantu siswa agar berkembang optimal dan dapat menyesuaikan diri.
Bimbingan dan konseling yang dilaksanakan dapat dimanfaatkan oleh individu untuk
mengambil peluang yang telah tersedia secara maksimal dan meminimalisir hambatan-
hambatan yang mingkin saja terjadi di perjalanan saat kita sedang dalam proses menuju
perkembangan yang lebih optimal. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk
memfasilitasi siswanya dalam mengefektifkan kegiatan belajar.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian dari bimbingan, konseling dan psikoterapi?
2. Bagaimana sejarah perkembangan konseling?
3. Apa saja trend terkini dalam milenium baru?
1.3.Tujuan Rumusan Masalah
1. Memberikan pemahaman kepada pembaca terhadap perbedaan dari bimbingan,
konseling, dan psikoterapi
2. Menjelaskan kepada pembaca tentang sejarah perkembangan konseling
3. Memberikan pemahaman kepada pembaca apa saja sih yang menjadi
permasalahan pada era milenium saat ini
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bimbingan, Konseling, dan Psikoterapi

1. Pengertian Konseling

Rogers (Lesmana, 2005 dalam Lubis, 2011) menyatakan bahwa konseling


sebagai hubungan membantu dimana salah satu pihak (konselor) bertujuan untuk
meningatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien), agar dapat menghadapi
persoalan/konflik yang dihadapi dengan lebih baik. Gladding (2009) mendefenisikan
konseling kedalam beberapa pengertian implicit dan eksplisit yang penting dipahami
oleh konselor dank lien:

Konseling berhubungan dengan kesejahteraan, pertumbuhan pribadi, karier, dan


kelainan. Dengan kata lain, konselor bekerja dibidang yang melibatkan hubungan.
Bidang ini mencakup kepedulian intrepersonal dan interpersonal yang berkaitan dengan
pencarian makna dan penyesuaian dalam latar tertentu seperti sekolah, keluarga, dan
karir.

Konseling dilakukan untuk orang yang dianggap sehat dan orang yang memiliki
masalah yang serius. Konseling memenuhi kebutuhan berbagai macam orang.
Konseling berbasis teori. Konselor memakai sejumlah pendekatan teoritis, mencakup
kognitif, afektif, perilaku, dan sistemik. Teori-teori ini dapat diterapkan untuk individu,
kelompok, maupun keluarga.

Konseling merupakan proses baik berupa perkembangan atau intervensi.


Konselor berfokus pada sasaran klien. Jadi, konseling melibatkan pilihan maupun
perubahan. Dalam beberapa kasus, konseling adalah latihan sebelum bertindak. Menurut
British Association of Counselling (1984) yang dikutip oleh Mappiare (2004) Konseling
merupakan suatu proses bekerja dengan orang banyak, dalam suatu hubungan yang
bersifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis, psikoterapis, bimbingan atau
pemecahan masalah.

Menurut Burk dan Stefflre (1979) yang dikutip Latipun (2001)Konseling


mengindikasikan hubungan profesional antara konselor terlatih dengan klien, hubungan
yang terbentuk biasanya bersifat individu ke individu, kadang juga melibatkan lebih
dari satu orang suatu misal keluarga klien. Konseling didesain untuk menolong klien
dalam memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap suatu masalah yang
sedang mereka hadapi melalui pemecahan masalah dan pemahaman karakter dan
perilaku klien.

Menurut Pietrofesa, Leonard dan Hoose (1978) yang dikutip oleh Mappiare
(2004) Konseling merupakan suatu proses dengan adanya seseorang yang dipersiapkan
secara profesional untuk membantu orang lain dalam pemahaman diri pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah dari hati kehati antar manusia dan hasilnya
tergantung pada kualitas hubungan.

Menurut Palmer dan McMahon (2000) yang dikutip oleh Mc leod (2004)
Konseling bukan hanya proses pembelajaran individu akan tetapi juga merupakan
aktifitas sosial yang memiliki makna sosial. Orang sering kali menggunakan jasa
konseling ketika berada di titik transisi, seperti dari anak menjadi orang dewasa,
menikah ke perceraian, keinginan untuk berobat dan lain-lain. Konseling juga
merupakan persetujuan kultural dalam artian cara untuk menumbuhkan kemampuan
beradaptasi dengan institusi sosial.

Menurut James F. Adam Konseling adalah Suatu pertalian timbal balik antara 2
orang individu dimana yang seorang (counselor) membantu yang lain (conselee) supaya
ia dapat memahami dirinya dalam hubungan denfgan masalah-masalah hidup yang
dihadapinya waktu itu dan waktu yang akan datang.

Menurut Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101) Konseling adalah hubungan


pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang dalam mana konselor
melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya,
menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri
sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia
ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan
pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan
masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.

Jones (Insano, 2004 : 11) bKonseling merupakan suatu hubungan profesional


antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat
individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua
orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan
terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi
dirinya.

Konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) Konseling adalah


proses pemberian bantuan yang dilakukanmelalui wawancara konseling oleh seorang
ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah
(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Winkel
(2005:34)Konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingandalam
usaha membantukonseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat
mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagaipersoalan atau masalah khusus.

Rogers dalam Hendrarno ( 2003:24 ) Konseling merupakan rangkaian-rangkaian


kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya memberikan
bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. Gibson ( 1985 ) Konseling adalah
hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi
dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Menurut Edwin C. Lewis ( 1970 ) dalam Abimanyu dan Manrihu ( 1996:9 )


Konseling adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah ( klien ) dibantu secara
pribadi untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan
seseorang yang tidak terlibat ( konselor ) yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi
yang merangsang klien untuk mengembangkan perilaku-perilaku
yangmemungkinkannya berhubungan secara lebih efektif dengan dirinya dan
lingkungannya. Menurut Pepinsky & Pepinsky,dalam Shertzer & Stone,1974)

a. Konseling adalah suatu proses interaksi antara dua orang individu,masing-


masing disebut konselor dan klien.
b. Dilakukan dalam suasana yang profesionalBertujuan dan berfungsi sebagai alat
(wadah) untuk memudahkan perubahan tingkah laku klien.

Smith,dalam Shertzer & Stone(1974) Konseling merupakan suatu proses


pemberian bantuan diberikan dengan meng interpreswtasikan fakta-fakta atau data,baik
mengenai individu yang dibimbing sendiri maupun lingkungannya,khususnya
menyangkut pilihan-pilihan,dan rencana-rencana yang dibuat. Division of Conseling
Psychologi Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi
hambatan-hambatan perkembangn dirinya,dan untuk mencapai perkembangan yang
optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya ,proses tersebuat dapat terjadi setiap
waktu

Menurut Mc. Daniel, (1956) Konseling adalah Suatu pertemuan langsung


dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kapadanya untuk dapat
menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinyasendiri dan lingkungan.
Berdasarkan Rumusan diatas maka yang dimaksud dengan Konseling adalah:

a.) Proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara Konseling oleh
seorang ahli (disebut Konselor) kepada individu yang sedang mengalami
masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dialami
oleh klien.
b.) Konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan
tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai
persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang
dihadapi oleh konseli/klien.
c.) Konseling merupakan suatu proses bantuan secara profesional antara konselor
dan klien yang bertujuan membantu individu ( klien ) dalam memecahkan
masalahnya agar individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sesuai
potensi atau kemampuan yang ada pada dirinya.
2. Psikoterapi

Chaplin (2011) mendefenisikan psikoterapi sebagai penerapan teknik khusus


pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri
setiap hari. Dalam pengertian paling tepat, psikoterapi mencakup teknik-teknik tertentu
(psikoanalisis, bimbingan, direktif atau nondirektif, psikodrama, dan seterusnya) yang
digunakan oleh para spesialis. Chaplin juga mnegatikan psikoterapi sebagai suatu
pembicaraan informal dengan para menteri atau duta, penyembuhan lewat keyakinan
agama, dan diskusi personal dengan para guru atau teman.

Gladding (2009) mengemukakan bahwa psikoterapi adalah terapi berbasis


analisis yang menekankan kepada masa lalu lebih dari masa kini, wawasan ketimbang
perubahan, pengambilan jarak oleh terapis dan peranan terapis oleh ahli. Psikoterapi
juga dipandang sebagai terapi yang melibatkan hubungan jangka panjang (20 sampai 40
sesi dalam periode lebih dari 6 bulan sampai 2 tahun) yang berfokus pada perubahan
rekonstruktif dibandingkan dengan hubungan jangka pendek (8 sampai 12 sesi tersebar
dalam periode kurang dari 6 bulan).

Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang
menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan
dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi
tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau
berkembang sebagai seorang individu. Ciri-ciri dari defenisi mengenai psikoterapi ini,
seperti penjelasan tentang interaksi sistematis. Psikoterapi adalah suatu proses yang
menggunakan suatu interaksi antara kline dan terapis. Kata sistematis di sini berarti
terapis menyusun interaksi-interaksi dengan suatu rencana dan tujuan khusus yang
menggambarkan segi pandangan teoritis terapis.

3. Bimbingan

Gladding (2009) mendefenisikan bimbingan sebagai proses membantu orang


lain dalam menentukan pilihan penting yang memengaruhi kehidupannya, misalnya
memiloh gaya hidup yang disukai.Winkel (2005:27) mendefenisikan bimbingan sebagai
berikut :

i. Suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan


informasi tentang dirinya sendiri
ii. Suatu cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan
mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki
untuk perkembangan pribadinya
iii. Sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat menentukan
pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis,
sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam
lingkungan dimana mereka hidup
iv. Suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal
memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri
dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan
konsep dirinya dan tuntutan lingkungan.

I.Djumhur dan Moh. Surya, (1975:15) berpendapat bahwa bimbingan adalah


suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat
memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self
acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan
untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau
kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga,
sekolah dan masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depan.

“Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat


memilih,mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan
dalam jabatan yang dipilihnya” (Frank Parson ,1951). Frank Parson merumuskan
pengertian bimbingan dalam beberapa aspek yakni bimbingan diberikan kepada
individu untuk memasuki suatu jabatan dan mencapai kemajuan dalam jabatan.
Pengertian ini masih sangat spesifik yang berorientasi karir.

“Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi


tentang dirinya sendiri” (Chiskolm,1959). Pengertian bimbingan yang dikemukan oleh
Chiskolm bahwa bimbingan membantu individu memahami dirinya sendiri, pengertian
menitik beratkan pada pemahaman terhadap potensi diri yang dimiliki.

“Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi


setiap individu” (Bernard & Fullmer ,1969). Pengertian yang dikemukakan oleh
Bernard & Fullmer bahwa bimbingan dilakukan untuk meningkatakan pewujudan diri
individu. Dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk
mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya.

“Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses


belajar yang sistematik” (Mathewson,1969). Mathewson mengemukakan bimbingan
sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan pada proses belajar.
Pengertian ini menekankan bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan
diri, tujuan yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar.

Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli maka
dapat diambil kesimpulan tentang pengertian bimbingan yang lebih luas, bahwa
bimbingan adalah : “Suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara
berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat
latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya,
lingkunganya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya
dan kesejahteraan masyarakat”

2.2. Sejarah Perkembangan Konseling

1) Awal Mula Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling lahir pada tahun 1908 di Amerika dengan berdirinya
Vocational Bureau pada tahun 1908 oleh Frank Parsons. Frank Parson dikenal juga
sebagai Father of The Guedance Movement in America Education. Frank menekankan
bahwa penting bagi setiap individu untuk diberikan pertolongan dari orang lain untuk
lebih memahami kekurangan dan kelemahan diri sehingga dapat digunakan untuk
proses pengembangan diri lebih baik dan menentukan pekerjaan yang cocok bagi
dirinya.

Pertama kali istilah bimbingan dikenal pada abad ke- 19 hingga awal abad ke 20
di Boston. Pada awalnya istilah ini dikenal dengan berdirinya biro di bidang profesi dan
ketenagakerjaan. Tujuannya yaitu untuk membantu pemuda dalam memilih karir atau
pekerjaan sesuai dengan keahlian mereka dan juga melatih para guru untuk memberikan
layanan bimbingan di sekolah.

Pada masa yang hampir sama, Jasse B Davis juga memulai memberikan layanan
konseling di SMA pada tahun 1898. Pada tahun 1907 dia mencoba memasukkan
program bimbingan ke dalam pensisikan siswa SMA di Detroit. Eli Weaver pada tahun
1905 mendirikan Students Aid Committee of High School di Newyork dan dalam
mengembangkan komitenya, dia berada pada suatu kesimpulan. Kesimpulan yang
dikemukakannya yaitu bahwa siswa membutuhkan saran dan konsultasi sebelum
mereka masuk ke dunia kerja.

Pada tahun 1920 para konselor sekolah di Boston dan New York diharapkan
mampu membantu siswa dalam memilihkan pekerjaan yang tepat sesuai dengan
keahlian masing- masing individunya. Selama itu pula, pada tahun 1920 an sertifikasi
untuk konselor sekolah mulai diterapkan. Pada perkembangannya, mula mula
bimbingan konseling dikenal sebagai bimbingan untuk pekerjaan atau karir, namun
pada perkembangan lebih lanjut merambah pada bidang pendidikan atau Education
Guidance yang dirintid Jasse B. Davis. Dimana bimbingan ini dikenal dengan adanya
bimbingan dalam segi kepribadian atau Personal Guidance.

Bimbingan konseling juga berkembang di bidang-bidang yang lain seperti


pengertian, dan praktek bimbingan konseling terhadap ilmu sosial, budaya,
kewarganegaraan, keagamaan, dan lain sebagainya. Terciptanya bimbingan konseling
ini tidak langsung tercipta dengan begitu saja namun terdapat tahap-tahap atau fase-fase
seperti terciptanya bimbingan konseling di Indonesia. Namun sebenarnya di Indonesia
itu juga mengikuti bimbingan konseling yang di ciptakan Frank Parsons. Dan tahap
tahap terciptanya bimbingan konseling di Amerika yaitu sebagai berikut :
1. Era perintisan (1908-1913)

Pada tahun 1908 Frank Parsons mengorganisasikan lembaga kecil dan


independen yang dinamai "Bostom Vocational Bureau" untuk memenuhi kebutuhan
informasi dan pelatihan anak muda dan juga melatih guru untuk mengadakan kegitan
saling tanya atau bisa disebut wawancara untuk membicarakan masalah pekerjaan
dengan cara face to face,juga memberi nasihat kepada murid jika itu dikalangan
pendidikan dan anak muda di masyarakat. Era ini lebih dikerahkan untuk bimbingan
karir.

Jadi pada intinya tahap pertama di era perintisan ini bimbingan konseling yang
diciptakan oleh Frank Parsons digunakan untuk memenuhi kebutuhan seorang siswa
atau anak muda untuk mencari pekerjaan setelah lulis sekolah agar bisa berpikir untuk
masa depannya seperti apa nantinya agar mereka kelak tidak menjadi pengangguran.
2. Era Perang Dunia I (1914-1934)

Ketika AS memasuki Perang Dunia I pihak militer mencari peranti yang bisa
mengukur dan mengklarifikasikan para wamil. Sebuah tim ditugaskan membentuk
kelompok untuk menjalani tes yang dinamakan "Army Alpha Test"sebuah tes yang
langsung bisa digunakan dalam sekejap kepada ribuan wamil dan hasilnya terbukti
bagus. Army Apha Test ini yaitu sebuah tes kecerdasan yang diciptakan oleh Alfred
Binet dan Theodore simon.

Dan dikenalkan oleh Lewis M. Dan tes kecerdasan ini dicoba di sekolah-sekolah
dan hasilnya berhasil dan menjadi populer di kalangan sekolah-sekolah termasuk
jenjang SD sampai SMA. Jadi pada era kedua ini awalanya dikenalkan dalam dunia
milier, tetapi dengan berkembangnya zaman maka diperkenalkan ke dalam dunia
pendidikan. Jadi pada era ini para bimbinganberusaha untuk meningkat potensi
kecerdasan siswa.
3. Era Globalisasi (1980-sekarang)

Tahun 1981 dibentuk CACREP (Counsil for Accreditation of Counseling an


Related Educational Programs).Yaitu devisi pengakreditasian ACA. Hal ini dibentuk
untuk mengembangkan secara khusus pengemplementasikan dan penegakan standar
bagi penyiapan tingkat kelulusan program pendidikan konseling profesional. Tahun
1982 dibentuk NBCC (National Board for Certified Counselor Ink)untuk
menetapkan system sertifikasi nasional, memonitoring para profesional konselor yang
memperoleh sertifikasi.

Di era inilah yang digunakan sampai sekarang, yaitu era yang modern yaitu
semuanya para konselor sudah banyak dan juga mempunyai kualitas yang tingkat.
Banyak asosiasi-asosiasi yang sudah mendirikan bimbingan konseling. Dan sudah
adanya pembentukan untuk pengakreditasian untuk para konselor yang sudah
profesional, jadi tidak perlu lagi sekarang untuk ragu atau mengutarakan masalahnya
terhadap konselor. Konselor sekarang sudah mulai terbuka. Dan adanya pengaksesan
terhadap klien juga konselor jadi sangat mudah sekali untuk konsultasi terhadap
konselor.

Pakar pendidikan meyatakan bahwa pendidikan merupakan proses pembentukan


manusia atau juga investasi manusia. Menurut pendapat ini, pembangunan pendidikan
merupakan proses pengembangan sumber daya manusia yang adalah suatu upaya
pengembangan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk mencapai tujuan
yang optimal berkaitan dengan pensisikan sebagai pengembangan sumber daya manusia
dalam sistem persekolahan, maka perlu adanya suatu program layanan untuk
pengembangan individu atau siswa secara optimal.

Disinilah layanan bimbingan dan konseling berperan penting dalam sistem


persekolahan. Bimbingan dan konseling yang komprehensif diberikan pada siswa agar
siswa mampu memahami dirinya lebih dalam dan menyesuaikan diri dengan proses
pembelajaran sehingga tergali minat, bakat, potensi, dan nilai- nilai lain yang baik,
selain itu juga memahami kondisi lingkungan yang serba berubah seperti dunia kerja
yang kelak mereka masuki, serta persiapan dan perencanaan masa depan.

Perkembangan zaman yang semakin canggih menimbulkan dampak peningkatan


dalam keilmuan manusia. Dengan adanya bimbingan dan konseling maka perlu dikaji
kembali aspek aspek yang melatar belakangi bimbingan dan penyuluhan yaitu:

a. Aspek kultural
b. Aspek pendidikan
c. Aspek psikologis
d. Aspek lingkunganlingkungan

4.Pra Lahirnya Pola 17

Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan


pola yang tidak jelas, ketidak jelasan pola yang harus diterapkan berdampak pada
buruknya citra bimbingan dan konseling, sehingga melahirkan miskonsepsi terhadap
pelaksanaan BK, munculnya persepsi negatif terhadap pelaksanaan BK, berbagai
kritikan muncul sebagai wujud kekecewaan atas kinerja Guru Pembimbing sehingga
terjadi kesalahpahaman, persepsi negatif dan miskonsepsi berlarut.

Masalah menggejala diantaranya: konselor sekolah dianggap polisi sekolah, BK


dianggap semata-mata sebagai pemberian nasehat, BK dibatasi pada menangani
masalah yang insidental, BK dibatasi untuk klien-klien tertentu saja, BK
melayani ”orang sakit” dan atau ”kurang normal”, BK bekerja sendiri, konselor sekolah
harus aktif sementara pihak lain pasif, adanya anggapan bahwa pekerjaan BK dapat
dilakukan oleh siapa saja, pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama saja,
menganggap hasil pekerjaan BK harus segera dilihat, menyamaratakan cara pemecahan
masalah bagi semua klien, memusatkan usaha BK pada penggunaan instrumentasi BK
(tes, inventori, kuesioner dan lain-lain) dan BK dibatasi untuk menangani masalah-
masalah yang ringan saja. Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah
diselenggarakan dengan pola yang tidak jelas, ketidak jelasan pola yang harus
diterapkan disebabkan diantaranya oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Belum adanya hokum,


Sejak Konferensi di Malang tahun 1960 sampai dengan munculnya
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP Bandung dan IKIP Malang tahun
1964, fokus pemikiran adalah mendesain pendidikan untuk mencetak tenaga-
tenaga BP di sekolah. Tahun 1975 Konvensi Nasional Bimbingan I di Malang
berhasil menelurkan keputusan penting diantaranya terbentuknya Organisasi
bimbingan dengan nama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI). Melalui
IPBI inilah kelak yang akan berjuang untuk memperolah Payung hukum
pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah menjadi jelas arah
kegiatannya.
2. Semangat luar biasa untuk melaksanakan BP di sekolah
Lahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi
Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Merupakan angin segar pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah.
Semangat yang luar biasa untuk melaksanakan ini karena di sana dikatakan
“Tugas guru adalah mengajar dan/atau membimbing.”
Penafsiran pelaksanaan ini di sekolah dan didukung tenaga atau guru
pembimbing yang berasal dari lulusan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan atau
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (sejak tahun 1984/1985) masih
kurang, menjadikan pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak
jelas. Lebih-lebih lagi dilaksanakan oleh guru-guru yang ditugasi sekolah
berasal dari guru yang senior atau mau pensiun, guru yang kekurangan jam mata
pelajaran untuk memenuhi tuntutan angka kreditnya. Pengakuan legal dengan
SK Menpan tersebut menjadi jauh arahnya terutama untuk pelaksanaan
Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah.
3. Belum ada aturan main yang jelas Apa, mengapa, untuk apa, bagaimana,
kepada siapa, oleh siapa, kapan dan di mana pelaksanaan Bimbingan dan
Penyuluhan dilaksanakan juga belum jelas.
Oleh siapa bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan, di sekolah banyak
terjadi diberikan kepada guru-guru senior, guru-guru yang mau pensiun, guru
mata pelajaran yang kurang jam mengajarnya untuk memenuhi tuntutan angka
kreditnya. Guru-guru ini jelas sebagian besar tidak menguasai dan memang tidak
dipersiapkan untuk menjadi Guru Pembimbing.
Kesan yang tertangkap di masyarakat terutama orang tua murid Bimbingan
Penyuluhan tugasnya menyelesaikan anak yang bermasalah. Sehingga ketika orang tua
dipanggil ke sekolah apalagi yang memanggil Guru Pembimbing, orang tua menjadi
malu, dan dari rumah sudah berpikir ada apa dengan anaknya, bermasalah atau
mempunyai masalah apakah. Dari segi pengawasan, juga belum jelas arah dan
pelaksanaan pengawasannya. Selain itu dengan pola yang tidak jelas tersebut
mengakibatkan:

a. Guru BP (sekarang Konselor Sekolah) belum mampu mengoptimalisasikan


tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan terhadap siswa yang menjadi
tanggungjawabnya. Yang terjadi malah guru pembimbing ditugasi mengajarkan
salah satu mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Kesenian, dsb.nya.
b. Guru Pembimbing merangkap pustakawan, pengumpul dan pengolah nilai siswa
dalam kelas-kelas tertentu serta berfungsi sebagai guru piket dan guru pengganti
bagi guru mata pelajaran yang berhalangan hadir.
c. Guru Pembimbing ditugasi sebagai “polisi sekolah” yang mengurusi dan
menghakimi para siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah seperti terlambat
masuk, tidak memakai pakaian seragam atau baju yang dikeluarkan dari celana
atau rok.
d. Kepala Sekolah tidak mampu melakukan pengawasan, karena tidak memahami
program pelayanan serta belum mampu memfasilitasi kegiatan layanan
bimbingan di sekolahnya.
e. Terjadi persepsi dan pandangan yang keliru dari personil sekolah terhadap
tugas dan fungsi guru pembimbing, sehingga tidak terjalin kerja sama
sebagaimana yang diharapkan dalam organisasi bimbingan dan konseling.
Kondisi-kondisi seperti di atas, nyaris terjadi pada setiap sekolah di Indonesia.

2.3. Tren Terkini Dalam Milenium Baru

Pada tahun 2002, konseling merayakan hari jadinya yang ke-50 sebagai suatu
profesi dibawah payung ACA. Akan tetapi, dibalik perayaan ini terdapat kesadaran
bahwa konseling selalu berubah dan penekanan pada topik, isu, serta kepedulian
tertentu diawal abad ke 21 ini tampaknya akan berubah lagi sesuai dengan kebutuhan
klien dan masyarakat. Perubahan peran pria dan wanita, inovasi dalam teknologi,
kemiskinan, trauma, kesepian, adalah beberapa topik yang menarik perhatian untuk
dibahas. Topik yang paling mendesak adalah bagaimana menghadapi kekerasan,
trauma, dan krisis, peristiwa terorganisir, kesejahteraan, keadilan sosial, tekonologi,
kepemimpinan dan identitas.

a. Menghadapi Kekerasan, Trauma, dan Krisis

Kekerasan terjadi ketika satu pihak atau banyak pihak menyelesaikan konflik
dengan cara menang-kalah. Di AS, kepedulian terhadap konflik dengan keselamatan
dan sudut pandang pencegahan dan tindakan sudah muncul sejak tahun 1990-an ketika
merebak penembakan di sekolah serta pengeboman kota Oklahoma yang
mengakibatkan tewasnya sejumlah korban tak berdosa. Di dalam penekanan ini terdapat
fokus praktik seperti mengembangkan rencana krisis dan strategi bekerja dengan
berbagai kelompok usia, mulai dari anak-anak sampai orang tua untuk menyediakan
pertolongan psikologis pertama serta memfasilitasi proses mengungkapkan kesedihan
dan penyembuhan.

Dalam bidang penanganan trauma, kejadian traumatik meliputi beberapa hal


seperti serangan fisik, bencana alam,dan kecelakaan. Ancaman umum seperti pada
ketakutan yang mendalam, ketidakberdayaan, atau rasa mistis. Seseorang yang
mengalami trauma maka mereka akan cenderung lebih intens para rasa takut. Hal-hal
yang sepele pasti dianggap berat oleh mereka.

Konseling krisis sama juga dengan pelayanan konseling jangka panjang yang
sering dibutuhkan. Khususnya untuk orang yang baru saja mengalami pascatrauma.
Contonya seperti gangguan psikososial. Hanya dengan mengenali dan menangani
sseorang yang pascatrauma, korban trauma dapat melewati dampak trauma dan menuju
hidup yang sehat.

b. Tantangan Perawatan Terorganisir

Perawatan erorganisir pempromosikan profesi konseling dengan menyertakan


konselor dalam dewan direksi perusahaan dan sebagai penyedia layanan. . tetapi
perawatan terorganisisr juga memiliki dampak negatif terhadap pensasi yang baik pada
perusahaan dibawah naungan perawatan. Konseli sering dibatasi saat diberikan
pelayanan, itulah contoh sederhananya. Kendala ini terpusat pada izin tindakan tertulis,
kerahasiaan, pemeliharaan rekam medis, kompetensi, integritas, kesejahteraan manusia,
konflik kepentingan dan kondisi ikatan kerja ( Danies, 2001).

Contoh kasus, Keterbatasan Lauren.

Lauren meupakan konselor yang sangat mapan, dia terkenal akan


keefektivitasnya. Namun, dia menggunakan relasi konseling jangka panjang dan
menganggap komitmen kurang dari 3 bulan untuk proses konseling hanya membuang-
buang waktu saja, baik bagi pihak konseli, maupun konselornya. Komitmen Lauren
terusik saat dia menghadapi konseli baru yang bernama Lucky dengan membawa
masalah depresi yang sangat berat. Perawatan terorganisir hanya memberikan 6 sesi,
sedangkan lauren tidak mungkin memberikan layanan konseling hanya pada 6 sesi saja.
Dia juga tau bila dia menolak pasti akan membuat si Lucky makin depresi. Apa yang
anda lakukan saat menjadi Lauren?

c. Meningkatkan Kesejahteraan

Sebuah model untuk meningkatkan kesejahteraan telah dikembangkan oleh


Myers dkk ( 2000). Model tersebut berkisar pada lima tigas hidup ( rohani, arah-duri,
kerja dan santai, persahabatan dan cinta). Premis dari model ini bahwa kondisi sehat
terjadi dalam perkembangan yang terus-menerus dan prilaku sehat dalam kehidupan
akan mempengaruhi perkmbangan dan fungsi selanjutnya.

d. Kepedulian Atas Keadilan Sosial

Keterlibatan konselor dalam memperhatikan penyebab keadilan sosial dewasa


ini adalah adanya advokasi ( bagi profesi dan bagi konseli) bersama dengan masyarakat
dan pembuat kebijakan publik ( Constanting. et al. 2007). Meliputi tentang membantu
koneli untuk menentang ketidakadilan atas hak mereka yang belum tepenuhi. Tujuannya
agar meningkatkan kekuatan personal konseli dan memotivasi mereka untuk kritis
terhadap sosialpolitik yang ada di negaranya.

e. Penggunaan Teknologi

Semakin berkembangnya teknologi disetiap masa maka pengaruh dampak


teknologi semakin besar. Apalagi saat dimasa pandemi seperti ini. Dampak negatif lebih
besar 70% daripada dampak positifnya. Semakin teknologi digunakan pada hal-hal yang
positif, maka teknologi akan memberikan pengaruh baik kepada individu yang
menggunakan teknologi, begitu juga sebaliknya.

f. Kepemimpinan

Dalam profesi konseling, pelatihan kepemimpinan sangatlah penting. Dengan


menyediakan pelatihan tersebut secaa baik maka kepemimpinan yang efektif akan
terbentuk. Contoh yang sering digunakan adalah pelatihan kepemimpinan pada acara
workshop dan seminar.

g. Identitas Diri

Perkembangan konseling sampai sekarang penuh dengan lika-liku perjalanan


yang panjang, untuk mempertahan identita konseling haruslah dibutuhkan sebuah
profesi. Meskipun demikian, semakin kuatnya profesi konseling dan semakin dewasa
maka konseling semakin dikenal oleh masyarakat yang tadinya tidak mengenal apapun
tentang konseling.
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Bimbingan adalah proses pemberian arahan yang diberikan konselor kepada
kliennya baik secara individu ataupun kelompok baik kepada anak-anak, remaja, dan
orang dewasa dan dilakukan secara sadar sehingga klien dapat mengembangkan
kemampuan, keterampilan, dan bisa memilih keputusan dalam menentukan tujuan,
memahami dan mengenal diri sertamampu beradaptasi dengan lingkungan dengan baik.

Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang
menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan
dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi
tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau
berkembang sebagai seorang individu.

Berdasarkan Rumusan diatas maka yang dimaksud dengan Konseling adalah:


Proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara Konseling oleh seorang
ahli (disebut Konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah (disebut klien)
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dialami oleh klien. Konseling adalah
usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat
mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.

Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.


Konseling merupakan suatu proses bantuan secara profesional antara konselor dan klien
yang bertujuan membantu individu ( klien ) dalam memecahkan masalahnya agar
individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sesuai potensi atau
kemampuan yang ada pada dirinya.

3.2.Saran
Dari pemaparan diatas tentang sejarah dan trend dalam konseling semoga dapat
bermanfaat untuk pembaca meskipun jauh dari kata sempurna. Apabila tersapat kritik
dan saran semoga tersampaikan dan selalu membangun untuk kebaikan kepenulisan
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Gladding, 2012, Konseling Profesi Yang Menyeluruh, Jakarta:Indeks

Mappiare, Andi. 1992. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja


Grafindo

Semiun. Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta. Kanisius

Anda mungkin juga menyukai