Anda di halaman 1dari 3

Nama : Jennifer Cantika Marwan

NIM : A031191178

PPh 25

 Pengertian PPh Pasal 25

Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) adalah pajak yang dibayar secara angsuran. Tujuannya adalah
untuk meringankan beban wajib pajak, mengingat pajak yang terutang harus dilunasi dalam waktu satu
tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak bisa diwakilkan.

 Perhitungan PPh Pasal 25

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan (tahun pajak berikutnya setelah tahun yang
dilaporkan di SPT tahunan PPh) dihitung sebesar PPh yang terutang pajak tahun lalu, yang dikurangi
dengan:

 Pajak penghasilan yang dipotong sesuai Pasal 21 (yaitu sesuai tarif pasal 17 ayat (1) bagi pemilik
NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki NPWP) dan Pasal 23 (15% berdasarkan
dividen, bunga, royalti, dan hadiah – serta 2% berdasarkan sewa dan penghasilan lain serta
imbalan jasa) – serta pajak penghasilan yang dipungut sesuai pasal 22 (pungutan 100% bagi yang
tidak memiliki NPWP)
 Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sesuai pasal
24; lalu dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa setahun.

 Tarif PPh Pasal 25

Terdapat dua (2) jenis pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) untuk Wajib
Pajak Orang Pribadi (WPOP), yaitu:

 Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP – OPPT), yaitu yang melakukan usaha
penjualan barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa – dengan satu atau lebih tempat usaha.
PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet bulanan tiap masing-masing tempat usaha.
 Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT), yaitu pekerja bebas atau
karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi OPSPT = Penghasilan Kena Pajak (PKP)
x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh (12 bulan).
Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh adalah:

 Sampai Rp 50.000.000 = 5%
 Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 = 15%
 Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 = 25%
 Di atas Rp 500.000.000 = 30%
Pembayaran angsuran PPh 25 untuk wajib pajak badan yaitu = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x 25% (Tarif
Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh).

 Batas Waktu Pembayaran PPh Pasal 25


Misalnya: untuk bulan Februari 2014, angsuran PPh 25 harus dibayar paling lambat 15 Maret 2014.

Jika batas waktu penyetoran jatuh pada hari libur (termasuk Sabtu, Minggu, hari libur nasional, dan
Pemilihan Umum), maka pembayaran masih dapat dilakukan pada hari berikutnya – sesuai Pasal 3
Peraturan Menteri Keuangan No.184/PMK.03/2007, yang kemudian diubah lagi sesuai Peraturan
Menteri Keuangan No. 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak.

Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-22/PJ/2008 pada 21 Mei 2008, pembayaran harus
dilakukan dengan membawa Surat Setoran Pajak (SSP) atau dokumen sejenisnya.

Untuk melakukan setoran pajak, Anda harus membuat ID Billing terlebih dahulu. OnlinePajak
menyediakan layanan pembuatan ID Billing secara online yang mudah, cepat dan akurat.

Sanksi-sanksi Keterlambatan Pembayaran PPh Pasal 25

Apabila wajib pajak terlambat membayar, maka WP akan dikenai bunga sebesar 2% per bulan, dihitung
dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran.

Misalnya: untuk bulan Februari 2014, WP terlambat dan baru membayarnya pada 16 Maret. Sesuai
Pasal 9 ayat (2a) UU KUP, WP dikenai bunga 2%.

PPh 28/29

 Pengertian PPh Pasal 28A dan PPh Pasal 29


Setelah satu tahun pajak terlampaui, Wajib Pajak harus menghitung kembali seluruh
penghasilan-biaya dalam satu tahun pajak dan menentukan PPh terutang. Kemudian, menghitung
keseluruhan kredit pajak yang telah dibayarkan dan membandingkan dengan jumlah PPh terutang.
Dari sini akan diperoleh PPh kurang bayar (Pasal 29).
Berdasarkan bunyi pasal 29 UU No.7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan, sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU No.36 Tahun 2008, yang menyatakan bahwa
Namun, perubahan yang cukup signifikan terjadi dalam UU KUP 2008, yakni tidak ada lagi
tanggal yang pasti mengenai batas waktu pembayaran kekurangan pembayaran pajak yang
terutang berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan. UU KUP 2008 hanya menyebutkan bahwa
kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tersebut
harus dibayar lunas sebelum SPT Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan. Walaupun demikian,
tatacara perhitungan besarnya pajak penghasilan yang kurang bayar dalam satu tahun pajak atau
PPh Pasal 29 masih tetap sama.

 Penyetoran PPh Pasal 28A dan 29


Jika pada akhir tahun ada pajak yang lebih bayar (PPh Pasal 28A), maka kelebihan pembayaran
pajak tersebut akan diakumulasi pada pembayaran Tahun Pajak berikutnya. Sedangkan jika pada
akhir tahun pajak ternyata masih ada pajak yang masih kurang dibayar (PPh Pasal 29), maka perlu
dilakukan penyetoran PPh pasal 29 dengan menggunakan Surat Setoran Pajak paling lambat
sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan.
 Pelaporan PPh Pasal 29
Dalam pelaporan PPh pasal 28A yang lebih bayar maka kelebihan pajak tersebut harus
dikembalikan kepada WP atau diakumulasi pada Tahun Pajak berikutnya. Sedangkan Pelaporan PPh
pasal 29 sudah terintegrasi/menyatu dalam SPT Tahunan PPh. Prosedur penyampaian SPT Tahunan
PPh harus sesuai dengan UU KUP. SPT Tahunan untuk WP Badan dalam negeri yang
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang selain Rupiah menggunakan
form 1771/$ dan lampirannya.

 Akuntansi PPh Pasal 28A dan PPh Pasal 29


Prosedur pencatatan akuntansi PPh pasal 29 harus didasarkan pada PSAK No.46. Dalam Laporan
Laba Rugi, besarnya PPh yang terutang selama satu tahun pajak dicatat dengan mengurangi laba
bersih sebelum pajak. Pencatatan jurnal penyetoran PPh Pasal 29 dilakukan dengan mendebit Uang
muka PPh Pasal 29 dan mengkredit Kas. Namun, apabila terjadi kelebihan pembayaran Pajak
Penghasilan (PPh Pasal 28A), maka kelebihan pembayaran pajak dicatat dalam akun piutang PPh.
Dokumen dasar/sumber Wajib Pajak untuk membuat jurnal adalah SPT Tahunan PPh. Dengan
kata lain, jurnal atas PPh pasal 29 ini dibuat setelah SPT Tahunan PPh selesai dibuat. Dalam
mekanisme PPh Pasal 29 ini, terlebih dahulu WP harus menghitung jumlah PPh yang kurang/lebih
bayar. Jika ternyata ada PPh yang kurang dibayar, maka WP harus menyetorkan kekurangan
pembayaran PPh sebelum disampaikannya SPT Tahunan.

Anda mungkin juga menyukai