Adanya proyek mangkrak seakan menjadi peninggalan sejarah menjadi beban generasi
berikutnya. Seperti proyek pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga
Nasional di Bukit Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang kini terbengkalai.
Megaproyek itu mulai mangkrak sejak tahun 2012 lalu pasca beberapa jajaran kabinet
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dicokok KPK karena diduga
korupsi anggaran proyek tersebut.
Proyek Hambalang pada awalnya hanya dianggarkan Rp. 125 miliar. Kemudian, di tangan
Andi Mallarangeng anggaran proyek itu membengkak hingga Rp. 2,5 triliun. Andi
Mallarangeng saat itu menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, sekaligus anggota
Dewan Pembina Partai Demokrat.
Kerugian negara yang tercatat dari penyelewengan proyek Hambalang tersebut diperkirakan
mencapai Rp 243,66 miliar. Hal itu berdasarkan audit keuangan yang dilakukan oleh BPK.
Selain Andi Mallarangeng, kasus korupsi pada proyek Hambalang juga menyeret Ketua
Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum.
Kini karena korupsi yang dilakukan oleh kader-kader Partai Demokrat itu, proyek Hambalang
harus terhenti. Hingga kini proyek Hambalang itu belum ada perkembangan lebih signifikan.
(Sumber : Kompasiana)
Selain Andi Mallarangeng Komisi pemberantasan korupsi, KPK juga menetapkan adik
mantan Menteri pemuda dan olah raga Andi Mallarangeng, Choel Mallarangeng sebagai
tersangka dugaan korupsi proyek pembangunan prasarana olah raga di Hambalang, Jabar.
Menurut situs KPK, Andi Zoelkarnaen Mallarangeng alias Choel Mallarangeng diduga
melawan hukum dan menyalahgunakan wewenang untuk memperkaya diri atau orang lain
terkait kasus Hambalang.
Atas perbuatannya, Choel disangkakan melanggar Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 UU nomor 31
Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana
Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUH Pidana.
(Sumber : BBC News Indonesia)
Jaksa menilai Choel terbukti secara sah dan meyakinkan telah menerima USD 550.000 atau
senilai Rp 5 Miliar dan Rp 2 Miliar terkait proyek di Hambalang. Pemberian uang tersebut
tertuang dalam surat dakwaan yang menyebut adik kandung mantan Menpora Andi Alfian
Mallarangeng itu sebagai perantara pemberian uang USD 550.000 dari mantan Kepala Biro
Keuangan dan Rumah tangga Kementerian Pemuda dan Olahraga sekaligus Pejabat Pembuat
Komitmen Kemenpora Deddy Kusdinar.
Dalam dakwaan disebut bahwa uang itu diberikan secara bertahap yaitu Rp 2 miliar diterima
Choel di kantornya dari PT Global Daya Manunggal, Rp 1,5 miliar diterima oleh Choel
Mallarangeng dari PT Global Daya Manunggal melalui mantan Sekretaris Menteri Pemuda
dan Olahraga Wafid Muharam dan Rp 500 juta diterima Choel Mallarangeng dari PT Global
Daya Manunggal melalui Mohammad Fakhruddin.
PT Global Daya Manunggal adalah salah satu perusahaan subkontraktor yang mengerjakan
proyek Hambalang sedangkan M Fakhruddin adalah staf khusus Andi Mallarangeng.
Uang itu digunakan untuk keperluan operasional Menpora, pembayaran tunjangan hari raya
untuk protokoler menteri pemuda dan olahraga, pembantu dan pengawal di rumah dinas
menteri pemuda dan olahraga dan rumah kediaman Andi.
Uang itu juga untuk akomodasi dan pembelian tiket pertandingan sepak bola piala AFF di
Senayan dan Malaysia serta pertandingan tim Manchester United untuk rombongan Menpora
serta anggota Komisi X DPR.
Dalam pemeriksaan 4 Maret 2013 lalu, Choel mengaku sudah mengembalikan uang 550 ribu
dolar AS tersebut. Perkara ini merupakan pengembangan korupsi pembangunan proyek
P3SON Hambalang sebelumnya yang sudah menjerat mantan Menteri Pemuda dan Olahraga,
Andi Mallarangeng, selaku pengguna anggaran, mantan Kabiro Perencanaan Kemenpora
Deddy Kusdinar selaku Pejabat Pembuat Komitmen saat proyek Hambalang dilaksanakan
dan mantan Direktur Operasional 1 PT Adhi Karya (persero) Teuku Bagus Mukhamad Noor
dan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
(Sumber : Merdeka.Com)