Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Epistimologi Islam
Dosen Pengampu :
Oleh :
Fakultas Humaniora
Ilmu Komunikasi
2020 M/ 1442 H
A. Abstrak
Dalam perkembangan zaman saat ini banyak sekali hal dalam prespektif islam
yang terlalu mudah untuk di alih beritakan, salah satunya dengan muncul
keilmuan-keilmuan baru yang sebenarnya hanya pengembangan ilmu pengetahuan
di zaman atau abad sebelumnya. Tentu keilmuan yang sekarang kita pelajari
adalah ilmu dari pengetahuan generasi kita sebelumnya, banyak juga para
cendikiawan muslim yang ikut andil dalam tercciptanya sebuah ilmu terkhusu
dalam pembahasan ini yaitu “Ilmu Komunikasi”. Tanpa kita sadari mungkin
hanya tokoh barat yang kita ambil pemikirannya sehingga kita tidak mengerti
akan turut andilnya islam dalam keilmuan Komunikasi1.
1
Sulhatul Habibah, IMPLIKASI FILSAFAT ILMU TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
DAN TEKNOLOGI, di unduh 27/10/2020 pukul 22.01 WIB
2
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Cet. XII, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 1.
BAB I
B. Pendahuluan
Ilmu komunikasi sendiri memiliki sebuah artian yang sangat penting dalam
kehidupan kita sehari-hari, setiap perilaku yang di lakukan tentunya memiliki
unsur pesan verbal maupun non verbal. Dalam menyempurnakan tentunya Bahasa
verbal saja tidak bisa sepenuhnya membuat komunikasi menjadi efektif tetapi
dengan bantuan non verbal yang membuat komunikasi tersebut menjadi lebih
efektif.
A. Pembahasan
Islamisasi ilmu yang muncul pada abad ke-20 merupakan respons kritis
dari ilmuwan muslim atas peradaban global Barat yang sekuler dan jauh dari nilai-
nilai ilahiah. Menurut Ismail Raji al-Faruqi, salah seorang penggagas gerakan
Islamisasi ilmu, menyatakan bahwa “Islamisasi ilmu adalah mengislamkan
disiplin-disiplin ilmu yang sesuai dengan pandangan Islam”.3 Sementara, menurut
Syed M. Naquib Al-attas, Islamisasi ilmu adalah “membebaskan manusia dari
tradisi magis, mitos, animistik, kultur nasional, dan dari jeratan sekuler yang
4
membelenggu akal dan bahasa”. Dari dua pendapat tokoh tersebut berarti
Islamisasi ilmu merupakan gerakan untuk mengislamkan disiplin-disiplin ilmu
dan membebaskan manusia dari berbagai tradisi dan pengetahuan yang tidak
sesuai dengan nilainilai islam.
Awal mula munculnya gagasan Islamisasi ilmu tidak terlepas dari pro dan
kontra di kalangan pembaharu. Fazlurrahman, seorang pembaharu dari Pakistan,
merupakan salah seorang yang menentang adanya gerakan Islamisasi ilmu.
Menurut Fazlurraham dalam artikel “The American Journal of Islamic Social
Science (AJISS)”, orang tidak dapat menemukan suatu metodologi atau
memerinci suatu strategi untuk mencapai pengetahui Islami. Satu-satunya harapan
umat Islam untuk menghasilkan Islamisasi adalah memelihara pemikiran umat
muslim. Islamisasi ilmu tidak diperlukan karena pada dasarnya semua ilmu telah
Islam, tunduk dalam aturan sunnatullah dan Islamisasi tidaknya ilmu terletak pada
5
moralitas manusia sebagai pengguna Ilmu Sosial. Meskipun proyek islamisasi
ilmu mendapatkan perlawanan dari sebagian ilmuwan muslim, tetapi proyek
3
Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Pustaka), 1984
4
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan Secularism, Kualalumpur, 1978.
5
Fazlur Rahman, “Islamisasi ilmu pengetahuan sebuah respon”, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, Vol.
III, No. 4, hlm. 106
tersebut hingga kini mengalami perkembangan dan banyak yang merespons secara
positif. Berbagai pertemuan ilmiah diadakan untuk meneruskan proyek islamisasi
ilmu tersebut, seperti konferensi internasional tentang pendidikan di Mekah pada
tahun 1977 dan konferensi internasional islam dan modernisme di Istambul tahun
1997. Harus diakui bahwa proyek Islamisasi ilmu bukanlah pekerjaan yang
mudah. Tidak hanya sekedar memberikan label Islam terhadap pengetahuan
kontemporer, tetapi dibutuhkan kerja keras dengan cara memahami pandangan
dunia Islam tentang ilmu dan sekaligus juga memahami budaya dan peradaban
Barat. Menurut Ziauddin Sardar, “Islamisasi bukan hanya sintesis ilmu-ilmu
modern dengan ilmu-ilmu Islam, melainkan harus dimulai dari aspek ontologi
dengan membangun world view dengan berpijak pada epistemologi Islam”.6
Salah satu ilmu yang perlu diislamisasikan adalah ilmu komunikasi. Sama
halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya yang berkembang di Barat, ilmu
komunikasi juga merupakan ilmu yang dibangun dari paradigma yang sekuler dan
mengabaikan nilai-nilai dan etika agama. Menurut Hamid Mowlana, beberapa
kajian tentang komunikasi internasional menunjukkan ada dua karakteristik yang
telah berkembang pada dua dekade terakhir ini yaitu: Pertama, terjadi
kecenderungan etnosentrisme dalam sistem komunikasi massa yang berkembang
di dunia dan di negara-negara industri. Kedua, adanya arus informasi yang
“asimetris” di dunia sehingga muncul ketidakseimbangan dan distribusi
kekuasaan yang tidak sama antara negara adikuasa dengan negara-negara
berkembang.7
Jika arus informasi yang berkembang di dunia ini dikuasai oleh Barat atau
negaranegara adikuasa seperti yang diungkapkan oleh Mowlana tersebut, maka
secara otomatis budaya dan etika yang disebarkan adalah budaya-budaya dan
etika-etika Barat yang notabene sekuler dan mengabaikan nilai-nilai agama.
Dalam konteks ini tentu negara-negara berkembang, khususnya negara-negara
yang mayoritas penduduknya muslim, sebagai negara yang sangat rentan
dipengaruhi oleh budaya dan etika Barat. Mengingat sebagian besar negara-negara
6
Dikutip dari Budi Handrianto “Islamisasi Ilmu Pengetahuan”, dalam Adian Husaini, et.al. Filsafat
Ilmu Perspektif Barat dan Islam, (Jakarta: Gema Insani), 2013, hlm. 27.
7
Hamid Mowlana, “Theoretical Perspectives on Islam and Communication”, China Media
Research, 3 (4), 2007. hlm. 23.
muslim adalah para pemasok informasi dan pengguna teknologi informasi yang
berasal dari Barat.
A. IBNU SINA
8
Wahyu Illahi, Komunikasi Dakwah voll 1, hlm 14-22
370 H atau Agustus 980 M. Beliau telah melakukan penelitian besar yang
diabadikan oleh sejarah ilmu kedokteran di dunia.9
Ibnu Sina memiliki semangat belajar yang luar biasa, berbagai bidang
ilmu beliau pelajari. Tidak hanya belajar di bidang kedokteran, Ibnu Sina
juga mempelajari bidang teologi dan matematika. Sehingga tidak
mengherankan apabila di usia 16 tahun beliau menjadi pusat perhatian
para dokter pada zamannya. Tidak hanya itu, Ibnu Sina juga merupakan
salah seorang yang pertama kali menemukan cara pengobatan bagi orang
yang sakit dengan cara menyuntikan obat ke tubuh penderita. Maka tidak
heran apabila beliau diberi julukan al-Ra’s atau puncak gunung
pengetahuan. Semangat belajar dan etos kerja yang tinggi telah membuat
Ibnu Sina menjadi salah satu ilmuwan muslim besar yang penting di dunia.
Pada tahun 428 H atau 1037 M Ibnu Sina wafat di Hamdzan,
Persia.Meskipun demikan, karya-karya serta pemikirannya hingga kini
masih terus dikembangkan dan dipelajari para ilmuwan dunia. Beliaulah
yang ikut andil dalam prespektif Komunikasi Kesehatan.
B. IBNU AL-HAFIS
Ibnu al-Nafis lahir di Damaskus atau Suriah pada tahun 1210 dan
meninggal dunia di Mesir pada 17 Desember 1288. Selain memberikan
kontribusi di bidang kedokteran, Ibnu al-Nafis jugs dikenal sebagai
9
https://www.merdeka.com/jateng/6-ilmuwan-muslim-yang-paling-berpengaruh-di-dunia-wajib-
diketahui-kln.html?page=4 di unduh 27/10/2020, pukul 22.15
10
https://www.merdeka.com/jateng/6-ilmuwan-muslim-yang-paling-berpengaruh-di-dunia-
wajib-diketahui-kln.html?page=4 di unduh 27/10/2020, pukul 22.15
ilmuwan muslim yang serba bisa. Beliau berhasil memperkenalkan sebuah
klasifikasi ilmu hadits yang lebih logis.
C. BUYA HAMKA
BAB III
11
https://www.merdeka.com/jateng/6-ilmuwan-muslim-yang-paling-berpengaruh-di-dunia-
wajib-diketahui-kln.html?page=4 di unduh 27/10/2020, pukul 22.15
Ilmu pengetahuan dan komunikasi keberadaan serta pengembangannya
selalu saling mempengaruhi. Pada zaman kontemporer terjadi loncatan-loncatan
penting dalam Ilmu Komunikasi. Inovasi teknologi secara pesat mempunyai
dampak positif juga negatif. Filsafat ilmu sebagai dasar bagi pengembangan Ilmu
Komunikasi harus turun pada kontekstualitas supaya kesadaran akan pemanfaatan
teknologi tetap pada koridor kepentingan bersama.
Daftar Pustaka
- Azhim, Ali Abdul.1989. Epistemologi dan Aksiologi Ilmu Dalam Perspektif Al-
Qur’an. Bandung: CV Rosda.
- Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
- Kartanegara, Mulyadhi. 2002. Panorama Filsafat Islam. Bandung: Mizan.
________. 2003.
- Pengantar Epistemologi Islam. Bandung: Mizan. Miller, Katherine. 2005.
- Communication Theories Perspectives, Processes, and Contexts, Second
Edition. Boston: Mc Graw Hill. Mowlana, Hamid.1996. Global
Communication in Transition the End of Diversity?. London: Sage
Publications.
- https://www.merdeka.com/jateng/6-ilmuwan-muslim-yang-paling-berpengaruh-di-
dunia-wajib-diketahui-kln.html?page=4 di unduh 27/10/2020, pukul 22.15