Anda di halaman 1dari 10

kontribusi para cendekiawan muslim dalam perkembangan ilmu komunikasi

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas :

Epistimologi Islam

Dosen Pengampu :

Al-Ustadzah Ussisa Ala-Taqwa, MA.

Oleh :

Sulton Khalida Zia Haq 3920185210285

Fakultas Humaniora

Ilmu Komunikasi

Universitas Darussalam Gontor Ponorogo

2020 M/ 1442 H
A. Abstrak

Dalam perkembangan zaman saat ini banyak sekali hal dalam prespektif islam
yang terlalu mudah untuk di alih beritakan, salah satunya dengan muncul
keilmuan-keilmuan baru yang sebenarnya hanya pengembangan ilmu pengetahuan
di zaman atau abad sebelumnya. Tentu keilmuan yang sekarang kita pelajari
adalah ilmu dari pengetahuan generasi kita sebelumnya, banyak juga para
cendikiawan muslim yang ikut andil dalam tercciptanya sebuah ilmu terkhusu
dalam pembahasan ini yaitu “Ilmu Komunikasi”. Tanpa kita sadari mungkin
hanya tokoh barat yang kita ambil pemikirannya sehingga kita tidak mengerti
akan turut andilnya islam dalam keilmuan Komunikasi1.

Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan ke Islaman dengan


menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dalam Alquran dan hadis
ditemukan panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat
mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam
perspektif Islam. Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan
panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam
komunikasi intrapersonal, interpersonal secara lisan, dan tulisan, maupun dalam
aktivitas lain.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada


orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau
perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.2
Melihat pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa tujuan dari komunikasi
yaitu untuk memberi tahu dan mengubah sikap, pendapat atau perilaku. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan sebagai informatif dan persuasif.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya
bagi suatu organisasi/ instansi/ lembaga. Dengan adanya komunikasi yang baik
dalam suatu organisasi maka organisasi/ instansi/ lembaga tersebut dapat berjalan
lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya. Kurangnya atau tidak adanya
komunikasi yang baik dalam suatu organisasi itu dapat berantakan.2

1
Sulhatul Habibah, IMPLIKASI FILSAFAT ILMU TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
DAN TEKNOLOGI, di unduh 27/10/2020 pukul 22.01 WIB
2
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Cet. XII, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 1.
BAB I

B. Pendahuluan

Cendikiawan muslim selama ini banyak sekali berkecimpung dalam kemajuan


ilmu komunikasi, namun jarang di ketahui karena banyaknya simpang siur dari
semenjak keruntuhan Daulat bani Umayyah. Menuntut para alhi dalam
obsidentalis mengemukakan sebuah keikut sertaan para cendikiawan muslim
dalam perkembangan ilmu komunikasi yang kita pelajari saat ini.

Ilmu komunikasi sendiri memiliki sebuah artian yang sangat penting dalam
kehidupan kita sehari-hari, setiap perilaku yang di lakukan tentunya memiliki
unsur pesan verbal maupun non verbal. Dalam menyempurnakan tentunya Bahasa
verbal saja tidak bisa sepenuhnya membuat komunikasi menjadi efektif tetapi
dengan bantuan non verbal yang membuat komunikasi tersebut menjadi lebih
efektif.

Peran cendikiawan Muslim sangat besar dalam ikut membangun dan


memajukan bangsa ini sejak dulu hingga sekarang bahkan masa mendatang.
Dalam menjalankan peran itu, para cendikiawan Muslim harus tetap hormat pada
peran masa lalu dan kritis terhadap masa kini serta selalu optimis menjemput
masa depan.
BAB II

A. Pembahasan

Islamisasi ilmu yang muncul pada abad ke-20 merupakan respons kritis
dari ilmuwan muslim atas peradaban global Barat yang sekuler dan jauh dari nilai-
nilai ilahiah. Menurut Ismail Raji al-Faruqi, salah seorang penggagas gerakan
Islamisasi ilmu, menyatakan bahwa “Islamisasi ilmu adalah mengislamkan
disiplin-disiplin ilmu yang sesuai dengan pandangan Islam”.3 Sementara, menurut
Syed M. Naquib Al-attas, Islamisasi ilmu adalah “membebaskan manusia dari
tradisi magis, mitos, animistik, kultur nasional, dan dari jeratan sekuler yang
4
membelenggu akal dan bahasa”. Dari dua pendapat tokoh tersebut berarti
Islamisasi ilmu merupakan gerakan untuk mengislamkan disiplin-disiplin ilmu
dan membebaskan manusia dari berbagai tradisi dan pengetahuan yang tidak
sesuai dengan nilainilai islam.

Awal mula munculnya gagasan Islamisasi ilmu tidak terlepas dari pro dan
kontra di kalangan pembaharu. Fazlurrahman, seorang pembaharu dari Pakistan,
merupakan salah seorang yang menentang adanya gerakan Islamisasi ilmu.
Menurut Fazlurraham dalam artikel “The American Journal of Islamic Social
Science (AJISS)”, orang tidak dapat menemukan suatu metodologi atau
memerinci suatu strategi untuk mencapai pengetahui Islami. Satu-satunya harapan
umat Islam untuk menghasilkan Islamisasi adalah memelihara pemikiran umat
muslim. Islamisasi ilmu tidak diperlukan karena pada dasarnya semua ilmu telah
Islam, tunduk dalam aturan sunnatullah dan Islamisasi tidaknya ilmu terletak pada
5
moralitas manusia sebagai pengguna Ilmu Sosial. Meskipun proyek islamisasi
ilmu mendapatkan perlawanan dari sebagian ilmuwan muslim, tetapi proyek

3
Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Pustaka), 1984
4
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan Secularism, Kualalumpur, 1978.
5
Fazlur Rahman, “Islamisasi ilmu pengetahuan sebuah respon”, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, Vol.
III, No. 4, hlm. 106
tersebut hingga kini mengalami perkembangan dan banyak yang merespons secara
positif. Berbagai pertemuan ilmiah diadakan untuk meneruskan proyek islamisasi
ilmu tersebut, seperti konferensi internasional tentang pendidikan di Mekah pada
tahun 1977 dan konferensi internasional islam dan modernisme di Istambul tahun
1997. Harus diakui bahwa proyek Islamisasi ilmu bukanlah pekerjaan yang
mudah. Tidak hanya sekedar memberikan label Islam terhadap pengetahuan
kontemporer, tetapi dibutuhkan kerja keras dengan cara memahami pandangan
dunia Islam tentang ilmu dan sekaligus juga memahami budaya dan peradaban
Barat. Menurut Ziauddin Sardar, “Islamisasi bukan hanya sintesis ilmu-ilmu
modern dengan ilmu-ilmu Islam, melainkan harus dimulai dari aspek ontologi
dengan membangun world view dengan berpijak pada epistemologi Islam”.6

Salah satu ilmu yang perlu diislamisasikan adalah ilmu komunikasi. Sama
halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya yang berkembang di Barat, ilmu
komunikasi juga merupakan ilmu yang dibangun dari paradigma yang sekuler dan
mengabaikan nilai-nilai dan etika agama. Menurut Hamid Mowlana, beberapa
kajian tentang komunikasi internasional menunjukkan ada dua karakteristik yang
telah berkembang pada dua dekade terakhir ini yaitu: Pertama, terjadi
kecenderungan etnosentrisme dalam sistem komunikasi massa yang berkembang
di dunia dan di negara-negara industri. Kedua, adanya arus informasi yang
“asimetris” di dunia sehingga muncul ketidakseimbangan dan distribusi
kekuasaan yang tidak sama antara negara adikuasa dengan negara-negara
berkembang.7

Jika arus informasi yang berkembang di dunia ini dikuasai oleh Barat atau
negaranegara adikuasa seperti yang diungkapkan oleh Mowlana tersebut, maka
secara otomatis budaya dan etika yang disebarkan adalah budaya-budaya dan
etika-etika Barat yang notabene sekuler dan mengabaikan nilai-nilai agama.
Dalam konteks ini tentu negara-negara berkembang, khususnya negara-negara
yang mayoritas penduduknya muslim, sebagai negara yang sangat rentan
dipengaruhi oleh budaya dan etika Barat. Mengingat sebagian besar negara-negara
6
Dikutip dari Budi Handrianto “Islamisasi Ilmu Pengetahuan”, dalam Adian Husaini, et.al. Filsafat
Ilmu Perspektif Barat dan Islam, (Jakarta: Gema Insani), 2013, hlm. 27.
7
Hamid Mowlana, “Theoretical Perspectives on Islam and Communication”, China Media
Research, 3 (4), 2007. hlm. 23.
muslim adalah para pemasok informasi dan pengguna teknologi informasi yang
berasal dari Barat.

Dalam melakukan islamisasi komunikasi, seperti yang disarankan oleh


Ziauddin Sardar bertitik dari perubahan world view tentang ontologi,
epistemologi, dan aksiologi ilmu. Caranya bisa melakukan perombakan ilmu yang
ada dan memberikan alternatif baru. Dalam hal ini diperlukan kajian-kajian dan
penemuan-penemuan baru yang secara terus menerus dipublikasikan. Ismail Raji
al-Faruqi memberikan petunjuk teknis untuk melakukan proses islamisasi tersebut
yaitu:

1. Penguasaan disiplin ilmu modern: prinsip, metodologi, masalah, tema dan


perkembangannya.
2. Survei disiplin ilmu
3. Penguasaan khazanah Islam: ontology
4. Penguasaan khazanah ilmiah Islam: analisis
5. Penentuan relevansi islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu
6. Penilaian secara kritis terhadap disiplin keilmuan modern dan tingkat
perkembangannya di masa kini.
7. Penilaian secara kritis terhadap khazanah islam dan tingkat
perkembangannya dewasa ini.
8. Survei permasalahan yang dihadapi umat Islam
9. Survei permasalahan yang dihadapi manusia
10. Analisis dan sintesis kreatif
11. Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka islam
12. Penyebaran ilmu yang sudah diislamkan.8

Berikut cendikiawan muslim yang berperan aktif dalam ilmu komunikasi:

A. IBNU SINA

Ibnu Sina merupakan seorang ilmuwan muslim dunia yang


berkontribusi besar di bidang kedokteran. Pemilik nama lengkap Abu Ali
al-Huseyn bin Abdullah bin Hasan Ali bin Sina ini lahir di bulan shafar

8
Wahyu Illahi, Komunikasi Dakwah voll 1, hlm 14-22
370 H atau Agustus 980 M. Beliau telah melakukan penelitian besar yang
diabadikan oleh sejarah ilmu kedokteran di dunia.9

Ibnu Sina memiliki semangat belajar yang luar biasa, berbagai bidang
ilmu beliau pelajari. Tidak hanya belajar di bidang kedokteran, Ibnu Sina
juga mempelajari bidang teologi dan matematika. Sehingga tidak
mengherankan apabila di usia 16 tahun beliau menjadi pusat perhatian
para dokter pada zamannya. Tidak hanya itu, Ibnu Sina juga merupakan
salah seorang yang pertama kali menemukan cara pengobatan bagi orang
yang sakit dengan cara menyuntikan obat ke tubuh penderita. Maka tidak
heran apabila beliau diberi julukan al-Ra’s atau puncak gunung
pengetahuan. Semangat belajar dan etos kerja yang tinggi telah membuat
Ibnu Sina menjadi salah satu ilmuwan muslim besar yang penting di dunia.
Pada tahun 428 H atau 1037 M Ibnu Sina wafat di Hamdzan,
Persia.Meskipun demikan, karya-karya serta pemikirannya hingga kini
masih terus dikembangkan dan dipelajari para ilmuwan dunia. Beliaulah
yang ikut andil dalam prespektif Komunikasi Kesehatan.

B. IBNU AL-HAFIS

Ibnu al-Nafis merupakan seorang ilmuwan islam di bidang kedokteran


yang terkenal di dunia. Pada abad ke -13 Masehi Beliau telah mampu
merumuskan dasar-dasar sirkulasi jantung, paru-paru dan kapiler pertama
kali di dunia. Berkat jasanya yang sangat luar biasa tersebut Ibnu al-Nafis
dianugerahi Bapak Fisologi Sirkulasi.10

Ibnu al-Nafis lahir di Damaskus atau Suriah pada tahun 1210 dan
meninggal dunia di Mesir pada 17 Desember 1288. Selain memberikan
kontribusi di bidang kedokteran, Ibnu al-Nafis jugs dikenal sebagai
9
https://www.merdeka.com/jateng/6-ilmuwan-muslim-yang-paling-berpengaruh-di-dunia-wajib-
diketahui-kln.html?page=4 di unduh 27/10/2020, pukul 22.15
10
https://www.merdeka.com/jateng/6-ilmuwan-muslim-yang-paling-berpengaruh-di-dunia-
wajib-diketahui-kln.html?page=4 di unduh 27/10/2020, pukul 22.15
ilmuwan muslim yang serba bisa. Beliau berhasil memperkenalkan sebuah
klasifikasi ilmu hadits yang lebih logis.

C. BUYA HAMKA

Beliau adalah cendikiawan muslim yang merealisasikan komunikasi


dengan baik mengikuti prinsip al-qur’an dan hadist dalam mendakwahkan
atau mengajarkan ilmu pengetahuan, dengan kebaikan beliau di kenal oleh
banyak dan masyarakat yang luas dalam hidupnya hingga saat ini.11

BAB III

PENUTUP DAN KESIMPULAN

11
https://www.merdeka.com/jateng/6-ilmuwan-muslim-yang-paling-berpengaruh-di-dunia-
wajib-diketahui-kln.html?page=4 di unduh 27/10/2020, pukul 22.15
Ilmu pengetahuan dan komunikasi keberadaan serta pengembangannya
selalu saling mempengaruhi. Pada zaman kontemporer terjadi loncatan-loncatan
penting dalam Ilmu Komunikasi. Inovasi teknologi secara pesat mempunyai
dampak positif juga negatif. Filsafat ilmu sebagai dasar bagi pengembangan Ilmu
Komunikasi harus turun pada kontekstualitas supaya kesadaran akan pemanfaatan
teknologi tetap pada koridor kepentingan bersama.

Implikasi dari pengembangan dan penerapan Ilmu Komunikasi juga harus


dikendalikan dengan didasarkan pada filsafat ilmu dan adanya etika ilmiah supaya
tidak semakin jauh dari nilainilai etik, moral dan agama. Implikasi filsafat ilmu
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana pengujian
penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Usaha
merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuwan. Menerapkan
metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan, sehingga ilmuwan
mengetahui hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri serta memberikan pendasaran
logis terhadap metode keilmuan. Tanggung jawab etis tidak hanya menyangkut
mengupayakan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi secara tepat dalam
kehidupan manusia. Manusia juga harus menyadari apa yang seharusnya
dikerjakan atau tidak dikerjakan untuk memperkokoh kedudukan serta martabat
manusia yang seharusnya, baik dalam hubungannya sebagai pribadi, dengan
lingkungan, dan sebagai makhluk yang bertanggug jawab terhadap Khaliknya.

Daftar Pustaka

- Azhim, Ali Abdul.1989. Epistemologi dan Aksiologi Ilmu Dalam Perspektif Al-
Qur’an. Bandung: CV Rosda.
- Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
- Kartanegara, Mulyadhi. 2002. Panorama Filsafat Islam. Bandung: Mizan.
________. 2003.
- Pengantar Epistemologi Islam. Bandung: Mizan. Miller, Katherine. 2005.
- Communication Theories Perspectives, Processes, and Contexts, Second
Edition. Boston: Mc Graw Hill. Mowlana, Hamid.1996. Global
Communication in Transition the End of Diversity?. London: Sage
Publications.

- https://www.merdeka.com/jateng/6-ilmuwan-muslim-yang-paling-berpengaruh-di-
dunia-wajib-diketahui-kln.html?page=4 di unduh 27/10/2020, pukul 22.15

Anda mungkin juga menyukai