Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ALKALIMETRI
OLEH:
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
BAB I
PENDAHULUAN
4.2 PEMBAHASAN
Titrasi alkalimetri merupakan metode titrasi asam basa dimana suatu larutan
basa digunakan sebagai larutan standar atau titran dalam titrasi. Titrasi ini digunakan
ketika larutan analit yang akan diuji adalah berupa larutan yang bersifat asam baik itu
asam kuat maupun asam lemah. Basa sebagai titran akan diteteskan ke dalam larutan
analit yang bersifat asam sehingga akan terjadi reaksi penetralan. Titik ekivalen
titrasi akan dicapai ketika mol basa yang bereaksi sama dengan jumlah mol asam
dalam larutan analit. Selanjutnya akan dicapai titik akhir titrasi yang diketahui
dengan menggunakan indikator titrasi tertentu. Tahap terakhir dari titirasi alkalimetri
yaitu penentuan kadar atau konsentrasi sampel. Penentuan dilakukan secara
perhitungan dengan rumus umum titrasi dimana jumlah mol basa sama dengan
jumlah mol asam. Jumlah mol basa kita ketahui dengan cara mengalikan total
volume yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi dengan konsentrasi larutan
basa yang telah diketahui (Day & Underwood, 1983).
Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa
(reaksi penetralan). Pada saat terjadi perubahan warna-warna indikator, titrasi
dihentikan. Indikator berubah warna pada saat titik ekuivalen. Titik ekivalen yaitu
titik dimana jumlah titran dengan titrat adalah sama secara stoikiometri. Sedangkan
titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna atau kekeruhan yang
menandai berakhirnya suatu titrasi. Secara teoritis titik ekivalen harus sama dengan
titik akhir. Namun dalam praktikum sering kali ditemui terlebih dahulu adalah titik
ekivalen, yaitu pada saat warna titrat pertama sekali berubah warna saat sedang
ditetesi NaOH secara perlahan (Rivai, 1995).
Percobaan pertama dilakukan standarisasi (pembakuan) terhadap larutan
NaOH yang bertujuan untuk memastikan ketepatan konsentrasi NaOH awal 0,1 N.
Hal ini dikarenakan NaOH mudah menyerap air dilingkungan sekitarnya sehingga
terjadi pengenceran. Dengan kata lain, dapat mengalami perubahan konsentrasi
sehingga harus distandarisasi. Langkah awal yang dilakukan yaitu kalium biftalat
ditimbang sebanyak 403,7 mg kemudian dilarutkan dengan 75 mL akuades yang
bebas CO2. Penggunaan akuades bebas CO2 berfungsi agar mencegah tidak
terbentuk Na2CO3 apabila NaOH bereaksi dengan CO2 pada saat pembakuan yang
menyebabkan NaOH menjadi tidak murni. Selanjunya, dimasukkan larutan NaOH
0,1 N kedalam buret sampai tanda batas dan kalium biftalat yang berada pada
erlenmeyer sebelum dititrasi ditambahkan indikator PP sebnayak 2 tetes. Indikator
PP digunakan pada percobaan ini karena indikator ini yang paling sesuai dan dapat
menunjukkan perubahan warna saat sudah mencapai titik akhir titrasi. Fenolftalein
mempunyai rentang pH 8,0 – 9,6 dengan perubahan warna dari tak berwarna– merah
keunguan yang sangat cocok dengan pH basa. Lalu dilakukan titrasi dengan
meneteskan NaOH ke dalam erlemenyer secara perlahan sampai terjadi perubahan
warna dimana pada saat itu telah tercapai titik akhir titrasi yang ditandai dengan
warna larutan merah muda. Hasil yang didapat pada pembakuan larutan NaOH ini
adalah normalitas NaOH sebelum dan sesudah distandarisasi atau dilakukan
pembakuan adalah sama yaitu 0,1 N. NaOH dan volume titrasi sebesar 19,6 mL.
Pada alkalimetri ini digunakan sebagai larutan standar untuk menentukan kadar asam
salisilat.
Percobaan selanjutnya adalah perhitungan kadar asam salisilat dengan cara
titrasi terhadap asam salisilat dengan larutan NaOH sebagai titrannya. Langkah
pertama yaitu larutan baku NaOH yang telah dibuat diawal kedalam buret sampai
tanda batas. Kemudian ditimbang 101,4 mg padatan asam salisilat dengan timbangan
analitik dan dimasukkan kedalam gelas kimia. Selanjutnya ditambahkan 15 mL
etanol yang telah dinetralkan dan 20 mL akuadest dan diaduk sampai homogen.
Proses melarutkan dengan etanol yang bersifat netral agar tidak terdapat kandungan
atau zat lain pada sampel yang diuji sehingga keadaan larutan tetap steril dan tidak
terkontaminasi. Kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan 2
tetes indikator fenol merah ke dalam asam salisilat agar nantinya bisa terjadi
perubahan warna. Lalu dititrasi dengan meneteskan larutan NaOH 0.1 N ke dalam
asam salisilat sampai warna larutan yang dihasilkan menjadi merah muda yang
menandai telah dicapai titik akhir titrasi. Indikator metil merah dipakai karena
larutan ini memiliki trayek pH pada saat terjadi titik ekuivalen yang sesuai untuk
asam salisilat. Indikator metil merah mempunyai trayek pH 6,8 – 8,4. Dari perlakuan
tersebut, diperoleh volume NaOH sebanyak 5.6 mL dan melalui perhitungan,
diketahui bahwa kadar asam salisilat sebesar 87,84% dengan normalitas 0,037 N.
BAB V
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Pembakuan larutan NaOH 0,1 N diperoleh volume titik akhir titrasi sebesar 19,6
mL dan normalitas sebesar 0,131 N.
2. Penetapan kadar sampel asam salisilat diperoleh volume titik akhir titrasi sebesar
5,6 mL, normalitas sebesar 0,037 N dan kadar salisilat sebesar 87,84%
3. Fungsi dari akuades yang digunakan harus bebas dari CO2 agar mencegah tidak
terbentuk Na2CO3 yang menyebabkan NaOH menjadi tidak murni.
4. Etanol yang bersifat netral berfungsi untuk melarutkan asam salisilat serta
agar terhindar dari zat yang terkontaminasi.
5. Perubahan warna terjadi pada larutan asam salisilat dari warna bening berubah
menjadi warna merah muda.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Terjemahan
dari Vogel Chemical Textbook Inorganic Quantitative Analysis, oleh Dr. A.
Hadyana Pudjaatmaka dan Ir. L. Setiono Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Day, R.A. dan Underwood, A.L. 1983. Analisis Kimia Kuantitatif edisi keempat Jilid
1. Terjemahan dari Quantitative Chemical Analysis fourth edition, oleh
Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Ratnasari, Sinta. 2016. Studi Potensi Ekstrak Daun Adam Hawa (Rhoeo discolor)
Sebagai Indikator Titrasi Asam- Basa. Jurnal Penelitian. Vol 4 (1): 39-46.
Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jurnal Kimia. Vol 2 (7) : 45-46,
Jakarta.
Ulfa, Ade Maria, dkk. 2017. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak
Kelapa, Minyak Kelapa Sawit Dan Minyak Zaitun Kemasan Secara
Alkalimetri. Jurnal Analis Farmasi. Vol 2 (4): 242-250.
LAMPIRAN
0,4037 gram
= gram
4,0023 L
mol
= 0,1008 N
0,1014 gram
=
0,7734 gram/mol
= 0,131 N
3. % Kadar C7H6O3
Diketahui : Vtitran = 19,6 mL
Ntitran = 0,131 N
BE = 138,121 gram/mol
Ditanya : % Kadar b⁄b C7H6O3 = .... ?
Penyelesaian :
0,0196 L × 138,121 gram/mol
% Kadar b⁄b C7H6O3 = × 100% = 87,84%
0,4037 gram