PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Teori belajar disiplin mental berkembang sebelum abad ke-20. Teori ini
tanpa dilandasi eksperimen dan hanya berdasar pada filosof atau spekulatif.
Walaupun berkembang sebelum abad ke-20, namun teori disiplin mental sampai
sekarang masih ada pengaruhnya, terutama dalam pelaksanaan pengajaran
disekolah-sekolah. Teori ini menganggap bahwa secara psikologi individu
memiliki kekuatan, kemamouan atau potensi-potensi tertentu. Belajar adalah
pengalaman dari kekuatan, kemampuan dan potensi-potensi tersebut.
Teori belajar disiplin mental, merupakan salah satu pandangan yang mula-
mula memberikan definisi tentang belajar yang disusun oleh filsuf Yunani
bernama Plato. Pandangan filsafatnya yaitu tentang idealisme yang melukiskan
pikiran dan jiwa yang bersifat dasar bagi segala sesuatu yang ada. Idealisme
hanyalah ide murni yang ada di dalam fikiran, karena pengetahuan orang berasal
dari ide yang ada sejak kelahirannya. Belajar dilukiskan sebegai pengembangan
oleh fikiran yang bersifat keturunan. Kepercayaan ini kemudian dikenal sebagai
konsep “Disiplin Mental” (Bell Gredler, 1994:21).
Dalam teori disiplin mental individu memiliki kekuatan, kemampuan atau
potensi-potensi tertentu. Menurut Jean Jacques Rosseon, anak memiliki potensi-
potensi yangmasih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan untuk
mengembangkan atau mengaktualkan potensi tersebut.
Menurut psikologi atau Faculty Psychology individu memilikimsejumlah
daya-daya seperti daya mengenal, mengingat, menganggap, mengkhayal, berfikir
dan sebagainya. Daya itu dapat dikembangkan melalui latihan dalam bentuk
ulangan, kala anak dilatih banyak mengulang-ulang, menghapal sesuatu maka ia
akan ingat terus akan hal itu.
Menurut rumpuan teori disiplin mental, dari kelahirannya atau secara
herediter, anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Ada beberapa teori yang
termasuk rumpun disiplin mental sebagai berikut:
1. Teori disiplin mental Theistic, berasal dari psikologi daya seperti
mengamati, menganggap, mengingat, berfikir, memecahkan masalah dan
sebagainya.
2. Teori disiplin mental Humanistik, lebih mementingkan keseluruhan –
keutuhan.
3. Teori disiplin mental Naturalisme, teori ini mempunyai potensi atau
kemampuan untuk berbuat atau melaksanakan tugas, tetapi juga memiliki
kemauan dan kemampuan untuk berkembang dan belajar sendiri.
4. Teori disiplin mental Apresiasi, teori ini membantu anak untuk
mempunyai kemampuan untuk mempelajari sesuatu dan menguasai
pengetahuan selanjutnya. Demikian seterusnya, semakin tinggi pula masa
apresiasinya.
Teori belajar disiplin mental menjadi dasar untuk disusunnya strategi dan
model pembelajaran untuk diterapkan bagi peserta didik. Model pembelajaaran
yang dimaksud adalaah suatu perencanaan atau suatu pola yang menggunakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial serta untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran.
Kekurangan yang dimiliki oleh teori belajar disiplin mental adalah:
1. Apabila dilaksanakan secara berlebihan akan menimbulkan suasana belajar
yang tegang dan menyeramkan;
2. Proses belajar menjadi monoton;
3. Bila berlebihan kemungkinan bisa membebani mental peserta didik.
2) Bruner
Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif
manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif
seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan,terutama bahasa
yang biasanya digunakan. Menurut Bruner untuk mengajar sesuatu tidak usah
ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting
bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya.
Dengan lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan
dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner yang terkenal
dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang
sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang
terbaik menurut Bruner inia dalah dengan memahami konsep, arti dan
hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan.
(discovery learning).
3) Ausebel
Yang memandang bahwa Proses belajar terjadi jika siswa mampu
mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru
yang dimana Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap:
a) Memperhatikan stimulus yang diberikan
b) Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakaninformasi yang
sudah dipahami.
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya
didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada
siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan
kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi
umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akandipelajari oleh siswa.
Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu: Menyediakan suatu
kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari. Berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari danyang akan
dipelajari. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih
mudah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori disiplin mental adalah salah satu dari teori yang berkembang
sebelum abad ke-20, filusuf terkenal Ariestoteles dan Plato adalah penggagas
utama dalam teori disiplin mental. Teori ini berkembang dengan dasar
spekulatif ataupun filosofis saja, tanpa ada eksperimen. Pembelajaran dalam
disiplin mental adalah dengan mendisiplinkan atau melatih mental manusia
hingga menjadi terbiasa dan kemudian bias
Menurut teori belajar behaviorisme, belajar didefinisikan sebagai
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Dimana perubahan tingkah laku tersebut tergantung pada konsekuensi.
Teori belajar kognitifisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
3.2 Saran
Dalam melakukan sebuah penilaian belajar, seorang pendidik
sebauknya dan seharusnya mempertimbangkan keadaan mental peserta
didiknya disamping tingkah laku yang diamati.
DAFTAR PUSTAKA
http://trioredosaputra-tp-unbara.blogspot.com/2012/12/teori-disiplin-mental.html
Hani Wolingga, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Volume 6, Nomor 2 :
Agustus 2018, HAL 76-77