Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
Ratna Puspitasari (19208064 ) Septian Adam W (19208071)
Resti Lestihati (19208065 ) Susy Ariyanti (19208075)
Ridha Rosita ( 19208067) Susy Wasilah (19208076)
Rista Yayu P (19208068 ) Titin Wartini (19208078)
Riviyati ( 19208069 )
Yanti Lestari (19208082)
I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan pengaruh jenis pengikat terhadap sediaan tablet dengan teknik
granulasi basah dengan zat aktif parasetamol.
2. Menentukan evaluasi terhadap granul dan sediaan tablet yang dibuat
II. Prinsip
Melewatkan masa lembab melalui pengayak yang sesuai lalu di keringkan.
III. Teori
Menurut Farmakope IV (1995) tablet adalah sediaan padat yang
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
1
7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti
pelepasan di usus atau produk lepas lambat
8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk produksi
besar – besaran.
9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran
kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
(Lachman,1994)
2
granul yang pada pengempaan membantuk masa kohesif atau pemampatan
sebagai suatu tablet, dan dapat mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan.
3. Penghancur (disintegrants)
Tujuan penghancur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat
setelah ditelan pasien.
4. Pelincir (lubricant)
Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang meningkat
pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan dan
penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula menunjukan
sifat sebagai anti lengket (anti adherant) atau pelicin (glidan).
5. Antiadheran
Berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensi mudah
tersusun/terkumpul.
6. Pelicin (glidan)
Glidan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalam
lobang lumpang. Glidan dapat meminimalkan ketidakrataan yang sering di
temukan pada formula kempa langsung.
Adapun beberapa contoh obat yang dibuat dengan metode granulasi basah
adalah parasetamol, alukol, asam mefenamat, fenilpropanolamin HCl,
3
difenhidramin HCl, ranitidine HCl, dan lain-lain. Prinsip pembuatan obat
dengan metode granulasi basah ini adalah dengan membuat granul terlebih
dahulu. Granul yang dimaksud ini termasuk sebagai komponen dalam.
Kemudian timbang masing-masing komponen tersebut dan setelah itu campur
komponen dalam tersebut dalam satu wadah. Buat larutan pengikat. Aduk
komponen dalam dengan larutan pengikat, dan campur homogen sampai
didapat granulat yang homogen dapat dilihat dari pewarnaan yang merata.
Kemudian ayak granulat menjadi butiran-butiran. Keringkan granul di oven
pada suhu 40oC-60oC. Setelah granul kering, timbang seluruh granul untuk
menghitung komponen luar. Timbang komponen luar lalu campur dengan
granul hingga homogen. Lakukan uji granul. Jika pada saat melakukan
pengujian ternyata semua granul memenuhi syarat, maka dapat dilanjutkan
dengan melakukan pencetakan tablet. Hasil tablet yang di cetak kemudian
dilakukan uji sediaan tablet.
4
3. BJ nyata, BJ mampat, % Kompresibilitas
Bobot persatuan volume dari partikel padat dinyatakan sebagai kerapatan
sejati. Kebanyak serbuk dalam farmasetik berukuran kecil dan jika
ditempatkan memnuhi 1 cc pada gelas ukur maka diperoleh kerapatan
sebenarnya. Jika serbuk tersebut dimampatkan hingga memadat, akan
didapatkan volume terkecil tersebut dan disebut kerapatan mampat.
Partikulat dapat berupa keadaan yang keras, lembut atau keadaan yang
berpori. Kesukaran akan timbul jika dilakukan percobaan untuk
memeriksa volume partikel yang mengandung retakan retakan halus, pori
internal dan rongga kapiler. Kerapatan curah merupakan massa serbuk
dibagi dengan volume ruah. (Aulton, 1989)
4. Kelembaban
Menghitung kadar air yang baik pada massa granul. Kadar air yang baik
yaitu 2%-4%
b. Evaluasi Tablet
1. Organoleptis
Mengamati tablet secara visual, dilihat dari bentuk tablet, warna tablet,
dan bau. Selain itu dilihat juga apakah distribusi warna merata, ada cacat
fisik atau tidak.
2. Keseragaman Ukuran
Mengukur diameter dan ketebalan tablet menggunakan alat jangka
sorong untuk mengukurnya (Departemen Kesehatan RI, 1995).
3. Keseragaman bobot
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi
keretakan kaplet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian.
Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrot,
1971).
Persyaratan :
5
a. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga pada
kolom B.
b. Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu
tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang
ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B.
Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
tablet A B
<25 mg 15 30
26-150 mg 10 20
151-300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10
4. Friabilitas
Uji friabilitas sebenarnya berkaitan dengan kekerasan tablet karena uji
friabilitas menentukan kecenderungan tablet untuk pecah atau kehilangan
berat. Pengukuran dilakukan dengan cara menghitung kehilangan berat
kaplet sebelum dan sesudah pengujian. Ketahanan terhadap kehilangan
berat menunjukkan tablet tersebut bertahan terhadap goresan ringan atau
benturan yang terjadi selama penanganan, pengemasan, dan pengiriman
(Ansel, 1989)
5. Waktu hancur
Waktu hancur tablet berkaitan dengan daya hancur yang sangat penting
untuk tablet yang mengandung bahan obat (seperti antasida) yang tidak
dimaksudkan untuk diabsorpsi tetapi lebih banyak bekerja setempat
dalam saluran cerna. Dalam hal ini, daya hancur tablet memungkinkan
partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara local dalam tubuh
(Ansel, 1989)
Monografi Umum
Paracetamol
6
Struktur OH
O
Kimia
N
H
paracetamol
Rumus C8H9NO2/ 151
Kimia/BM
Pemerian Serbuk berwarna putih, tidak berbau, dan rasa pahit
Kelarutan Larut dalam 70 bagian air, larut dalam air panas, 7 bagian
etanol P, 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol, dan
dalam 9 bagian propilenglikol
Stabilitas Sangat stabil dalam air
Khasiat Analgetik, antipiretik
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tak tembus cahaya
Vitamin C (Asam Askorbat)
Struktur
Kimia
7
Struktur
Kimia
8
IV. Alat dan Bahan
A. Alat :
1. Beaker glass
2. Wadah stainless
3. Sendok
4. Gelas ukur
5. Loyang
6. Corong
7. Kertas perkamen
8. Batang pengaduk
9. Oven
10. Ayakan
11. Plastik bening
12. Alat pencetak tablet
B. Bahan :
1. Parasetamol
2. CTM
3. Vitamin C
4. Amylum (Fase dalam)
5. Pasta amylum
6. Pewarna
7. Amylum (fase luar)
8. Mg stearat
9. Talkum
V. Formulasi Sediaan
Parasetamol 500 mg
CTM 2 mg
Vit . C 50 mg
Amylum (FD) 8%
9
Pasta Amylum 10 %
Pewarna qs
Amylum (FL) 5%
Mg Stearat 1%
Talkum 2%
Bobot per tablet 700 mg dengan batch size 200 tablet
10
VII. Data Pengamatan
A. Perhitungan
1. Berat amprotab yang digunakan dalam pasta
a. Berat beaker glass kosong = 154,284 gram
b. Berat beaker glass kosong + pasta = 259,280 gram
c. Berat beaker glass kosong + pasta sisa = 239,679 gram
d. Berat pasta yang digunakan = 259,280 – 239,679 = 19,601 gram
10
e. Amprotab pro pasta yang digunakan = x 19,601=1,9601 gram
100
11
100
d. Mg stearat = 1% x 113,5601 gram x =1,3376 gram
84,86
Total fase luar teoritis = 9,5547 gram + 6,6878 gram + 2,6751 gram +
1,3376 gram = 20,2552 gram
12
9. Jumlah tablet yang akan di produkasi
(massa tablet nyata : massa tablet teoritis) x 200 tablet
116,3326
= x 200=173 tablet
133,8153
3. Sifat Alir
Berat granul yang diuji 25g
Didapatkan tinggi 2,5 cm
Diameter 9 cm
2h 2× 2,5
Sudut istirahat ¿ tan =tan
d 9
13
¿ tan0,55=29 °
Didapatkan sudut istirahat 29 °, sudut tersebut tergolong ke dalam sangat
mudah mengalir
4. Uji Kompresibilitas
Berat granul yang diuji 25g
berat granul 25
Kerapatan longgar (App. Density)¿ = =0,49
volume awal 51
berat granul 25
Kerapatan mampat (Tap. Density) ¿ = =0,52
volume akhir 48
Kerapatan mampat−kerapatanlonggar
% Kompresibilitas ¿ ×100 %
kerapatanmampat
0,52−0,49
¿ × 100 %=5,769 %
0,52
Hasil yang didapat yaitu 5,769 %, hal ini dapat dikatakan lairan sangat
baik.
C. Evaluasi Tablet
1. Uji Organoleptis
- Bentuk : Bulat
- Warna : Hijau
- Bau : Tidak berbau
- Distribusi : Warna merata,tidak ada cacat fisik
14
7 0.674 1.19 0.58 5
8 0.659 1.19 0.58 5
9 0.670 1.18 0.58 5
10 0.686 1.2 0.61 5.5
11 0.697 1.22 0.61 7
12 0.671 1.21 0.59 6
13 0.669 1.19 0.59 5
14 0.681 1.19 0.61 5
15 0.677 1.19 0.58 5
16 0.675 1.21 0.61 4
17 0.667 1.21 0.58 6
18 0.673 1.22 0.59 5
19 0.671 1.21 0.61 7
20 0.681 1.19 0.61 6.5
Total 13.518 23.96 11.91 111
SD 0.01 0.01 0.01 0.8
Rata - 0.676 1.198 0.595 5.55
rata
a. Uji Keseragaman Bobot
Tablet sebanyak 20 buah, ditimbang satu persatu di atas alat
timbangan. Kemudian hasil dicatat dan dihitung rata-ratanya.
Analisis keseragaman bobot tablet dengan membandingkan bobot
tablet dalam rentang penyimpangan bobot rata rata tablet.
5
Kolom A ×0,676=0,0338 gram
100
(+) 0,676 + 0,0338 = 0,709 gram
(-) 0,676 – 0,0338 = 0,642 gram
Tablet memenuhi uji keseragaman ukuran ,Karena tidak terdapat
penyimpangan bobot lebih dari 2 tablet dari kolom A.
b. Uji Keseragaman Ukuran
X diameter tablet : 1,198
X ketebalan tablet : 0,595
Berdasarkan hasil dari rata rata uji keseragaman ukuran tablet,
maka tablet tersebut memenuhi syarat karena diameter tablet
tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari sattu pertiga kali
tebal tablet.
15
c. Uji kekerasan
X kekerasan tablet : 5,55 kg/cm2
Hasil yang didaptkan mengartikan bahwa pada uji kekerasan
tablet memnuhi syarat karena 5,55 kg/cm2 terdapat dalam range 4
– 10 kg/cm2 pada persyaratan kekerasan tablet.
3. Uji Friabilitas
W0 = 13,137 g
W1 = 13,007 g
W 0−W 1 13,137−13,007
F= ×100 %= ×100 %
W0 13,137
0,13
¿ ×100 %=0,98 %
13,137
Dengan hasil yang di dapat yaitu 0.98 % maka pada uji Friabilitas tablet
memenuhi syarat, karena % Friabilitas < 1%
4. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur untuk 5 tablet ( pertama ) = 1 menit 53 detik
Uji waktu hancur untuk 5 tablet ( kedua ) = 1 menit 48 detik
Uji waktu hancur untuk 5 tablet ( ketiga ) = 1 menit 50 detik
VIII. Pembahasan
Pada praktikum teknologi sediaan solid kali ini mahasiswa akan membuat
tablet paracetamol, CTM, dan Vitamin C dengan bobot per tablet 700 mg.
Metode yang akan digunakan ialah metode granulasi basah karena paracetamol
dan CTM memiliki sifat tahan panas dan stabil pada suhu lembab. Sedang kan
vitamin C dimasukan ke dalam fase luar , karena memiliki sifat tidak tahan
pemanasan.
Metode granulasi basah sendiri merupakan salah satu metode pembuatan
tablet dengan cara menambahkan cairan pengikat pada proses pembuatan
massa tablet, metode ini biasanya digunakan pada zat aktif yang tahan terhadap
panas juga lembab, umumnya untuk zat yang sulit dicetak langsung karena
sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Keuntungan menggunakan
16
metode granulasi basah akan dihasilkan tablet yang lebih baik dan dapat
disimpan lebih lama dibandingkan dengan metode granulasi kering.
Pada formulasi di atas, paracetamol sebagai zat aktif dengan efek
farmakologis sebagai analgesic dan antipiretik. Parasetamol dimasukkan ke
fase dalam karena stabil dalam pemanasan yang lama.
CTM sebagai zat aktif dengan efek farmakologis antihistamin dan
sedative. CTM di masukkan ke dalam fase dalam karena stabil dalam
pemanasan.
Vitamin C sebagai zat aktif dengan efek farmakologis antioksidan yang
dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada manusia. Untuk Vitamin C
dimasukkan ke dalam fase luar, ini dikarenakan vitamin C tidak tahan pada
pemanasan.
Amprotab merupakan zat tambahan fase dalam yang digunakan sebagai
pengisi dan pengikat. Fungsi sebagai pengisi untuk menambah massa tablet
yang akan dicetak dan fungsi pengikat untuk mengikat zat aktif dan zat pengisi
sehingga dapat tercampur dengan homogen. Amprotab dapat digunakan
sebagai zat pengikat dengan pencampuran amprotab dan aquadest hangat
dengan konsentrasi 3-20% b/b untuk mendapatkan amprotab pro pasta segar
(HOPE, 2009). Pada praktikum kali ini dibuat pasta amylum dengan
konsentrasi 10 % yang ditambahkan secukupnya.
Amilum pada fase luar digunakan sebagai pengikat yang membantu
pengikatan fase luar dengan granul fase dalam. Selain itu juga berfungsi
sebagai disintegrant yang membantu penghancuran tablet sehingga
meningkatkan kelarutan obat dalam cairan tubuh. Amilum sebagi pengikat dan
disintegrant digunakan sebanyak 0,5-5% (HOPE, 2009). Pada praktikum ini
digunakan amilum sebanyak 5% agar tablet lebih mudah hancur dan larut
dalam tubuh.
Talkum dan Mg stearate adalah zat tambahan fase luar yang berfungsi
sebagai pelincir yang meningkatkan aliran granul sehingga tersebar ke seluruh
tempat cetakan pada saat pengempaan dan agar tidak menyumbat di cetakan.
Selain itu pelincir dapat memperpanjang waktu penghancuran obat, sehingga
17
pada saat dilakukan uji friabilitas, massa tablet tidak berkurang banyak. Kedua
zat ini ditambahkan sebagai fase luar untuk memberikan hasil yang lebih baik
pada kekerasan tablet dibandingkan ditambahkan sebagai fase dalam. Pada
formulasi tablet, talcum ditambahkan sebanyak 1-10% dan Mg stearate
ditambahkan sebnayak 0,25-5% (HOPE, 2009). Pada praktikum ini digunakan
talcum sebanyak 2% dan Mg stearate digunakan sebanyak 1%, penambahan
hanya sedikit karena pelincir yang banyak dapat menyebabkan tablet terlalu
keras sehingga sulit hancur dan sulit terlarut serta sulit dimetabolisme di dalam
tubuh.
Formula yang digunakan untuk pembuatan tablet paracetamol adalah
paracetamol 500 mg, CTM 2 mg, amprotab 8%, pasta amylum 10 % sebagai
fase dalam, sedangkan vitamin C 50 mg, Amilum 5%, Talkum 2%, dan Mg
stearate 1 % sebagai fase luar. Paracetamol merupakan zat aktif yang memiliki
khasiat sebagai analgesic dan antipyretic. CTM sebagai antihistamine dan
sedative. Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan daya tahan tubuh. Amprotab
berfungsi sebagai zat pengisi dan disintegran sedangkan amilum pasta
digunakan sebagai zat pengikat pada fase dalam. Amilum berfungsi sebagai
pengikat untuk fase luar, talcum berfungsi sebagai pelincir dan diluent,
sedangkan Mg stearate berfungsi sebagai zat pelincir.
Sebelum membuat tablet paracetamol dengan metode granulasi basah
hitung terlebih dahulu jumlah dari masing-masing bahan yang akan digunakan,
lalu siapkan alat-alat yang dipakai dan timbang bahan-bahan yang digunakan.
Setelah semua alat dan bahan siap, langkah pertama dimulai dengan pembutan
larutan pengikat terlebih dahulu. Pembuatan larutan pengikat dilakukan dengan
cara mencampurkan amylum 10 gram dengan aqua dest ad 100 ml dipanaskan
hingga homogen dan berbentuk mucilago lalu tambahkan pewarna sebanyak
0,1 %, karena membuat larutan pengikat dengan konsentrasi 10% maka
amylum yang digunakan 10 gram. Untuk pemakaian terbaik kadar larutan
pengikat sebanyak 30%, karena tablet dengan konsentrasi amylum tinggi tidak
dapat dicetak karena kompresibilitasnya tidak baik.
18
Setelah larutan pengikat siap, maka campurkan bahan-bahan yang menjadi
fasa dalam seperti paracetamol, CTM dan amylum dengan larutan pengikat
sedikit demi sedikit hingga terbentuk masa yang bisa dikepal dan ketika
kepalan tersebut dijatuhkan tidak hancur (tidak terlalu kering tapi tidak pula
terlalu basah). Yang selanjutnya masa granul diayak dengan pengayak no.12
mesh. Pada proses ini jika larutan pengikat terlalu banyak maka akan terbentuk
cacing pada saat proses pengayakan, tetapi jika larutan pengikat yang
digunakan sedikit maka kekuatan ikatan antara bahan-bahan kurang baik.
Ketika proses pembuatan kami menggunakan larutan pengikat yang berlebih
sehingga massa granul sedikit lengket akan tetapi ketika proses pengayakan
kami lakukan dengan perlahan sehingga massa granul dapat terbentuk granul
dengan ukuran seragam.
Setelah proses pengayakan dilakukan pengeringan dengan oven pada suhu
700C selama 1 jam. fungsi dilakukan pengeringan adalah agar granul yang
dihasilkan tidak lembab sehingga tidak merusak cangkang kapsul, karena
cangkang kapsul mudah susak jika berkontak degan air. Selain itu juga jika
granul masih lembab maka tablet menjadi sulit dicetak dan mempunyai
penampilan yang kurang menarik sehingga tidak diterima dipasaran. Lalu
granul diayak kembali menggunakan pengayak no.14 mesh yang bertujuan
agar ukuran granul setara.
Sebelum dicampurkan dengan fasa luar ambil 10 g granul yang sudah di
ayak kembali untuk dilakukan pengujian masa granul yaitu uji kelembaban,
dimana 10 g granul dipanaskan kembali dalam oven selama 10 menit dengan
suhu 40-60°C. pesyaratan kadar air yang baik yaitu 2-4%, hasil yang di dapat
pada praktikum setelah pengujian didapatkan hasil 2,2 % hal ini menandakan
bahwa kadar air pada granul baik dan memenuhi syarat.
Diwadah berbeda campurkan terlebih dahulu fasa luar seperti vitamin C,
amylum, mg stearat, dan talkum hingga tercampur dengan baik. Fasa luar dan
fasa dalam dicampurkan saat sebelum dicetak agar menghasilkan tablet yang
baik. Cetak tablet setelah beberapa uji granul memenuhi syarat agar dihasilkan
tablet yang baik.
19
Setelah dicampurkan antara fasa dalam dan fasa luar, dilakukan beberapa
pengujian terhadapa massa granul yang pertama dilakukan uji waktu alir,
dengan cara timbang 25 g granul tempatkan pada corong dalam keadaan
tertutup. Simpan corong pada ketinggian 10 cm. Buka penutupnya biarkan
granul mengalir, dan catat waktunya. Persyaratan : 100 g granul waktu alirnya
tidak lebih dari 10 detik (,10g/detik). Hasil yang di dapat untuk granul 25 gram
yaitu 4,34 detik.
Selanjutnya Sifat alir granul, mengukur tinggi (h) dan diameter unggukan
granul yang di dapatkan dari uji waktu alir menggunakan corong. Uji sifat alir
ini untuk menghitung sudut istirahat . hasil yang di dapat pada uji sifat alir
didapatkan sudut istirahat sebesar 29° hal ini menandakan bahwa granul
memiliki sifat alir yang sangat mudah mengalir.
Selanjutnya uji kompresibilitas, yaitu dengan cara memasukkan granul ke
dalam gals ukur 100 ml, catat volumenya. Ketuk-ketuk gelas ukur berisi granul
dengan interval ketukan 2 getik 1 ketukan selam 3 menit, lalu catat volume
akhirnya. % kompresibilitas yang di dapatkan yaitu 5,769 % hal ini
menandakan bahwa granul memiliki aliran yang sangat baik.
Setelah melaukan uji daya alir granul, langkah selanjutnya yaitu dilakukan
cetak tablet. Pada praktikum ini kelompok kami menghitung jumlah tablet
yang akan di produksi yaitu sebanyak 173 tablet, dan setelah dilakukan
pencetakan tablet didapatkan tablet nyata sebanyak 168 tablet paracetamol
dengan bobot per tablet 672 mg. Maka dilakukan perhitungan rendemen
jumlah tablet dan didapatkan 97,10%. Dengan hasil 97,10 % memasuki range
persyaratan yang di tetapkan yaitu antara 95-102%.
Setelah tablet di cetak, tahap selanjutnya yaitu melakukan tahap evaluasi
terhadap tablet. Evaluasi tablet yang dilakukan dalam praktikum antara lain uji
organoleptis, uji keseragaman bobot, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan,
uji friabilitas (Kerapuhan), dan uji waktu hancur.
Pada uji organoleptis hal yang dilihatnya antara lain bentuk tablet : bulat,
warna tabelat : hijau, bau tablet : tidak berbau dan distribusi : warna merata,
tidak terdapat cacat fisik.
20
Selanjutnya dilakukan uji keseragaman bobot yaitu dengan cara, sebnayak
20 tablet di timbang satu persatu, kemudian hasil di catat dan di hitung rata-
ratanya. Analisis keseragaman bobot tablet dalam rentang penyimpangan bobot
rata-rata tablet. Persyaratan :
a. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan
pada kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga pada kolom B.
b. Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam
kolom A maupun kolom B
Dengan mengacu terhadap persyaratan uji keseragaman bobot. Hasil yang
di dapat yaitu tidak terdapat penyimpangan pada kolom A. Maka tablet yang di
buat sudah memenuhi syarat keseragaman bobot.
Pada uji kekerasan dilakukan dengan mengambil 20 tablet, lalu ukur
kekerasan menggunakan alatukur kekerasan (Hardness tester) dan hitung rata-
ratanya, dengan persyaratan 4-10 kg/cm2. Setelah dilakukan uji kekerasan
terhadap 20 tablet didapatkan rata-rata sebesar 5,55 kg/cm2. Hasil tersebut
menandakan bahwa tablet memenuhi syarat karena 5,55 kg/cm2 terdapat dalam
range 4-10 kg/cm2.
Uji selanjutnya yaitu dilakukan uji Friabilitas (kerapuhan), ambil 20 tablet,
bersihkan dari serbuk halus, timbang, masukkan ke dalam alat uji (Friabilator),
lalu putar. Setelah beres putaran keluarkan tablet, bersihkan dari serbuk yang
terlepas dan timbang kembali, lalu hitung % friabilitasnya. Persyaratan : jika %
friabilitas <1% memnuhi syarat. Hasil yang di dapat dari uji friabilitas yaitu
sebesart 0,98% < 1 %, maka dengan hasil 0,98% pada pengujian friabilitas
memenuhi syarat.
Tahap uji yang terakhir yaitu uji waktu hancur. Masukkan masing-masing
1 tablet ke dalam 5 tabung dari alat uji waktu hancur, masukkan satu cakram
pada tiap tabung dan jalankanalat. Gunakan air sebagai media dengan suhu 37
± 2°C. semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur
21
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya. Tidak kurang dari 16 dari
18 tablet yang diuji harus hancur sempurna. Persyaratan : Untuk tablet tidak
bersalut adalah kurang dari 15 menit. Untuk tablet salut gula dan salut non
enteric kurang dari 30 menit. Untuk tablet enteric tidak boleh hancur dalam
waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium
basa. Pada pengujian waktu hancur dengan 5 tablet pertama dengan waktu 1
menit 53 detik, 5 tablet kedua dengan waktu 1 menit 48 detik dan terakhir
untuk 5 tablet ketiga dengan waktu 1 menit 50 detik. Waktu yang di dapatkan
memenuhi syarat karena tablet yang di buat tidak bersalut dan kurang dari 15
menit.
IX. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini yaitu melakukan pembuatan tablet dengan zat aktif
paracetamol, CTM dan vitamin C dengan menggunakan metode granulasi
basah yaitu dengan mencampurkan zat aktif dan eksipien ke bagian fase dalam
yang mengandung pengikat hingga membentuk massa lembab yang dapat
digranulasi, hasil granulasi dikeringkan, granul kemudian diberi tambahan fase
luar, lalu di cetak.
Evaluasi yang dilakukan pada massa granul antara lain : uji kelembaban,
uji waktu alir, sifat alir (sudut istirahat) dan uji kompresibilitas. Hasil yang di
dapat dari semua evaluasi massa granul di dapatkan hasil yang memenuhi
persyaratan.
Evaluasi yang dilakukan terhadap tablet yaitu uji organoleptis, uji
keseragaman bobot, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji friabilitas dan
uji waktu hancur. . Hasil yang di dapat dari semua evaluasi tablet di dapatkan
hasil yang memenuhi persyaratan
X. Daftar Pustaka
22
Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat.
Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim. Jakarta: UI-Press.
Aulton, M. E. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design,
Churchill Livingstone Inc, New York.
Ditjen POM.1975.FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Ditjen POM. 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Lachman L, Lieberman HA, Kaning JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta:
UI Press.
Parrot, EL. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceutics
Third Edition. Burges Publishing Company. USA.
Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipient. 6th Edition. Pharmaceutical Press. London.
XI. Lampiran
23
24