Segera ibunya bergegas ke ruang tamu, “Oh, Bu Karno, monggo pinarak Bu…” begitu ibunya
Habib mempersilahkan tamunya untuk duduk.
Sejenak kemudian mereka berbincang-bincang tentang acara pengajian yang akan di gelar ibu-
ibu RT di komplek perumahan.
Ibunya melotot jengkel, karena tidak ingin berdebat dengan anaknya yang masih kelas dua SD
itu di depan tamu, maka dia memberikan uang dua ribu dari saku bajunya.
“Kiri-kiri.. ya, mundur dikit… pelan..pelan.. yak.. masuk..!” begitu teriak seorang anak kecil
member aba-aba ke pada seorang pengemudi mobil yang hendak keluar dari parkiran. Begitu
mobilnya sudah siap meneruskan perjalanan sang sopir mengulurkan sebuah lembaran dua
ribuan kepada anak tadi. Kemudian bocah tadi kembali ke duduk di bangku kayu di ujung
tempat parkir.
“Ayo Bib, kamu turun, kita parkir di sini saja..!”
Sang bocah menghampiri ibunya Habib, “Jangan di kunci setir ya bu, ini karcisnya..” kata bocah
tadi.
Setelah hamper satu jam, Habib dan Ibunya berkeliling pasar untuk belanja, mereke kembali ke
tempat parker motor. Meski sudah sore, udara masih terasa panas sekali. Mereka menuju
motor matic merah yang joknya ditutup kardus bekas minuman air mineral. Begitu melihat
Habib dan Ibunya, Faisol yang sedang makan nasi bungkus segera berlari menuju motor yang di
parkir, dengan cekatan dia mengambil kardus penutup jok.
Sejenak Faisol melongo, sementara Habib sudah naik dibelakang di atas jok dibelakang ibunya..
“Iya..iya.. terimakasih Bu,…”
“Kami pulang dulu ya Sol, Assalamualaikum…!” kata Ibunya Habib sambil menyalakan mesin
dan menjalankan motornya meninggalkan tempat parkir.
“Walaikum salam…. Hati-hati ya Bu…!” seru Faisol.
Sesampainya di rumah.
Ibunya mengangguk.
“Emmmm… mmmmm…mm…”
“Habib, coba lihat Faisol, untuk makan siang saja, dia masih saja harus jaga parkir dulu, gantian
sama Bapaknya. Kira-kira kuat nggak, kamu seperti itu?”
“Kira-kira, kalo pas jaga parkir, Faisol minta uang jajan buat beli es krim atau makanan lain
dikasih nggak sama Bapaknya?”
“Nah, mulai sekarang Habib harus belajar untuk tidak banyak jajan. Lebih baik uangnya
ditabung.. begitu?”
Prosedur Kompleks dari cerpen
Di zaman sekarang ini, umumnya setiap siswa/siswi diberi uang saku oleh orang tuanya.
Besarnya uang saku setiap siswa berbeda-beda tergantung dari kemampuan ekonomi orang
tua. Adapun pemberiannya, ada yang menggunakan sistem setiap hari maupun bulanan.
Akan tetapi banyak siswa yang belum bisa mengelola uang saku. Seperti halnya dengan
Habib. Maka, agar keuangan Habib aman, tidak ada salahnya menggunakan cara-cara
mengatur uang saku sebagai berikut:
1.Menghargai uang. Camkan pada diri bahwa orang tua bukanlah ATMberjalan.
Perlu perjuangan dan waktu untuk mendapatkan uang.
2.Buatlah rencana anggaran kebutuhan kalian setiap bulan.
3.Buat prioritas. Belanjakan uang saku menurut prioritasnya.
4.Bedakan antara barang yang benar-benar dibutuhkan untuk
dibeliterlebih dahulu, dan mana barang-barang yang sebetulnya hanya diinginkan.
5.Camkan pada diri sendiri bahwa uang saku tidak selalu harus dihabiskan.Biasakan
untuk menyisakan uang saku guna ditabung.
6.Tak harus pelit. Hemat tidak sama dengan pelit. Jika ada kawan yang
tengahkesulitan, jangan segan membantu