Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH TAMBAHAN PENGGUNAAN LIMBAH KARET BAN

PADA CAMPURAN ASPAL BETON AC - WC DENGAN ABU BATU


SEBAGAI BAHAN PENGISI (FILLER) TERHADAP PENGUJIAN
MARSHALL
Elzaira Shafa Azkiya (4217210018)

a. Latar Belakang
Pertumbuhan jumlah kendaraan merupakan faktor utama kerusakan pada jalan. Hal
ini disebabkan karena perkerasan jalan raya yang didesain dengan beban tertentu
menerima beban yang lebih besar dari yang direncanakan. Akibatnya, banyak ditemui
kerusakan pada jalan sebelum umur rencananya tercapai. Karet ban berhubungan erat
dengan dengan roda kendaraan. Upaya mengurangi sampah ban kendaraan biasanya
dilakukan dengan cara pembakaran ternyata menghasilkan dampak polusi yang berbahaya
bagi lingkungan sekitar kita, terutama didaerah perkotaan yang padat penduduk. Oleh
karena itu, perlu dilakukan usaha yang serius untuk menangani dan mengolah limbah
karet ban yang ada di lingkungan dengan menggunakannya sebagai bahan dalam
campuran aspal.
Perkerasan jalan yang umum digunakan di Indonesia adalah campuran Lapis Aspal
Beton (Laston). Laston Lapis Aus atau Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC)
merupakan bagian yang terletak pada lapisan paling atas dalam perkerasan lentur jalan
raya. Lapisan perkerasan ini merupakan kombinasi dari aspal, agregat kasar, agregat
halus, dan (filler). [1]
Dalam penelitian ini material yang akan dicoba sebagai filler adalah abu batu,
sehingga secara teori partikel yang lolos ini dapat digunakan sebagai filler pada campuran
aspal. Untuk mengetahui apakah penggunaan abu batu sebagai filler untuk campuran
aspal beton AC-WC dapat memenuhi persyaratan teknis, dalam artian bahwa material
tersebut mendukung kinerja yang dikehendaki, maka dalam penelitian ini dilakukan
pengujian Marshall untuk mengetahui karakteristik dasar campuran yang meliputi
stabilitas, kelelahan, Marshall Quotient, presentase rongga dalam campuran (void in mix,
VIM), rongga dalam agregat (void in mineral aggregate, v,4), dan rongga terisi aspal
(void in bitumen, VIB). Juga dilakukan pengujian perendaman standar Marshall
(perendaman 24 jam pada suhu 60°C)
Dari permasalahan tersebut timbulah pemikiran untuk melakukan penelitian dalam
inovasi limbah karet ban yang dimanfaatkan sebagai campuran perkerasan jalan, dengan
mengangkat judul “Pengaruh Tambahan Penggunaan Limbah Karet Ban Pada Campuran
Aspal Beton AC - WC Dengan Abu Batu Sebagai Bahan Pengisi (Filler) Terhadap
Pengujian Marshall” dengan adanya penelitian tersebut diharapkan dapat mengurangi
limbah karet ban bekas yang ada dan dapat menghasilkan stabilitas perkerasan jalan yang
lebih baik.

b. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan limbah
karet ban terhadap campuran aspal AC-WC serta mengetahui pengaruh penambahan
presentase besar terhadap pengujian Marshall.
c. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah penulisan Tugas Akhir ini sebagai berikut :
1. Penambahan karet ban bekas sebagai bahan additive campuran aspal dengan
presentase yaitu 1%; 2%; 3%; dan 4%. Sedangkan untuk penambahan presentase
kadar aspal yaitu 5%; 5,5%; 6%; dan 6,5%.
2. Penambahan abu batu sebagai filler dengan presentase yaitu 0%; 25%; 50%; dan
100% dari berat semen.
3. Pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian Marshall.
4. Benda uji yang dibuat berbentuk silinder.
5. Standar yang digunakan untuk penelitian ini adalah SNI (Standar Nasional Indonesia)
dan Standar Bina Marga.

d. Tinjauan Pustaka
1. Perkerasan Jalan Lentur (Flexible Pavement)
Konstruksi jalan merupakan suatu konstruksi yang menerima beban lalu lintas
maka dari itu diharapkan suatu lapisan perkerasan jalan harus memiliki konstruksi
perkerasan jalan yang kuat dan mampu menerima beban dari pengguna lalu lintas.
Lapisan aspal beton (Laston) merupakan suatu konstruksi perkerasan jalan yang
terdiri dari komposisi aspal, agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi (Filler).
Laston adalah beton aspal bergradasi menerus yang umum digunakan untuk jalan-
jalan dengan beban lalu lintas yang berat. Berdasarkan fungsinya, Laston terdiri dari
tiga macam campuran, yaitu Laston lapis aus (AC-WC), Laston lapis pengikat (AC-
BC) dan laston lapis pondasi (AC-Base).
Laston lapis aus (AC-WC) merupakan lapisan paling atas dari struktur
perkerasan yang berhubungan langsung dengan roda kendaraan. Lapisan ini juga
berfungsi sebagai pelindung konstruksi dibawahnya dari kerusakan akibat air dan
cuaca, lapisan aus harus menyediakan permukaan jalan yang rata dan tidak licin. [2]

2. Agregat
Agregat merupakan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik
yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran
besar maupun kecil atau fragmen-fragmen. Agregat merupakan komponen utama dari
struktur perkerasan jalan. Karakteristik agregat berpengaruh pada kekuatan struktur
perkerasan jalan. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat
agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain. Agregat terbagu dalam 3
kelompok, yaitu :
 Agregat Kasar
Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan saringan No.4
(4,75 mm) dan haruslah bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan
yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan.
 Agregat Halus
Agregat halus dari sumber bahan manapun harus terdiri atas pasir atau hasil
pengayakan batu pecah, dan terdiri atas bahan yang lolos ayakan No.4 (4,75
mm).
 Bahan Pengisi (Filler)
Bila diperlukan bahan pengisi harus dari semen Portland. Bahan pengisi dapat
juga menggunakan abu batu, abu terbang, atau material lainnya. Bahan tersebut
harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki, mengandung bahan yang lolos
ayakan 0,150 mm (No. 100) minimum 95% dan lolos ayakan 0,075 mm (No.
200) minimum 75% terhadap beratnya, serta mempunyai sifat non plastis.[3]

3. Aspal
Aspal didefinisikan sebagai suatu cairan yang lekat atau berbentuk padat terdiri
dari hydrocarbon atau turunannya, terlarut dalam tricloro-ethylene dan bersifat tidak
mudah menguap serta lunak secara bertahap jika dipanaskan. Aspal berwarna coklat
tua sampai hitam dan bersifat melekatkan, padat atau semi padat, dimana sifat aspal
yang menonjol tersebut didapat di alam atau dengan penyulingan minyak. Aspal yang
digunakan dalam penelitian menggunakan aspal penetrasi 60/70.[4]

4. Abu Batu
Abu batu adalah agregat yang merupakan suatu bahan pengisi mineral (partikel
dengan ukuran lebih besar dari 0,075 mm), diperoleh dari produk samping pabrik
semen atau penghancur batu. Material ini sangat dibutuhkan untuk proses perkerasan
jalan dan juga bisa digunakan sebagai pengganti pasir. Material ini merupakan
material utama sebagai pembuatan gorong-gorong dan stone press. Abu batu masih
digunakan dan merupakan kebutuhan penting dalam pekerjaan aspal. Paving lapen
yang biasanya dilapisi abu batu dapat diganti dengan pasir sehingga abu batu pada
stone crusher menjadi bahan limbah yang harus segera dibenahi.[5]

Gambar 1. Abu Batu

5. Bahan Tambahan Campuran Aspal dengan Ban Karet Bekas


Recycling dengan campuran bahan tambah karet ban bekas sebagai alternatif
perbaikan pada lapis permukaan atas jalan dengan teknologi daur ulang merupakan
metode pengolahan dan penggunaan kembali konstruksi perkerasan lama baik dengan
atau tambahan agregat baru untuk keperluan pemeliharaan, perbaikan, maupun
peningkatan konstruksi perkerasan jalan. Keuntungan teknologi daur ulang tersebut
antara lain mengembalikan kekuatan perkerasan lama tanpa meninggikan atau
menambah elevasi permukaan jalan, memanfaatkan Kembali bahan perkerasan lama,
mempertahankan geometric jalan, mengatasi ketergantungan akan material baru,
penghematan material, perbaikan kualiatas lapis permukaan atas. Dalam pemilihan
jenis daur ulang tersebut biasanya mempertimbangkan kondisi permukaan, lalulintas,
ketersediaan alat konstruksi yang dipilih.[6]
6. Parameter Marshall
Parameter penting yang ditentukan pengujian ini adalah nilai stability dan flow
yang dibaca langsung pada alat marshall. Pengukuran dilakukan dengan
menempatkan benda uji pada alat marshall dan beban diberikan pada benda uji
dengan kecepatan 2 inci/menit atau 51 mm/menit. Beban pada saat terjadi keruntuhan
dibaca pada arloji pengukur dari proving ring. Deformasi yang terjadi pada saat
merupakan nilai flow yang dapat dibaca flow meternya. Nilai stabilitas merupakan
nilai arloji pengukur dikalikan dengan nilai kalibrasi proving ring, dan dikoreksi
dengan angka koreksi akibat variasi ketinggian benda uji. Parameter lain yang
penting adalah berat isi (density), rongga dalam butiran (VMA), rongga dalam
campuran (VIM), rongga terisi aspal (VFA) dan marshall quotient.
 Penentuan Kerapatan (Density)
Density merupakan tingkat kerapatan campuran setelah campuran
dipadatkan. Nilai density biasanya digunakan untuk membandingkan nilai
kepadatan rata-rata lapisan yang telah selesai dilapangan dengan kepadatan
dilaboratorium yang biasanya ≥96%. Kepadatan ini dipengaruhi oleh temperature
kepadatan, kadar aspal, kualitas dan jenis agregat penyusun campuran.

berat kering benda uji (gr)


Density = ……………………………………………
volume benda uji (cm 3 )
(1)

 Pengujian Kelelehan (Flow)


Flow adalah besarnya bentuk plastis dari beton aspal padat akibat adanya
beban sampai keruntuhan. Nilai flow dipengaruhi oleh kadar aspal, viskositas
aspal, gradasi agregat, dan temperature pemadatan. Besarnya nilai flow diperoleh
dari pembacaan arloji saat melakukan pengujian marshall.

 Volume pori dalam agregat campuran (VMA)


Volume pori dalam agregat campuran (VMA/ Voids in the Mineral
Aggregate) adalah banyaknya pori diantara butir-butir agregat dalam beton aspal
padat atau volume pori dalam beton aspal padat jika seluruh selimut aspal
ditiadakan dinyatakan dalam presentase.

Gmb × Ps
VMA = 100 - % dari volume bulk beton aspal padat…………………
Gsb
(2)

Keterangan :
VMA = Volume pori antara agregat didalam beton aspal padat
Gmb = Berat jenis bulk dari beton aspal padat
Ps = Kadar agregat, % terhadap berat beton aspal padat
Gsb = Berat jenis bulk dari agregat pembentuk beton aspal padat
 Volume pori dalam beton aspal padat (VIM)
Banyaknya pori yang berada dalam beton aspal padat (VIM/ Voids In Mix)
adaah banyaknya pori diantara butir-butir agregat yang diselimuti aspal. VIM
dinyatakan dalam presentase terhadap volume pori yang masih tersisa setelah
campuran beton aspal dipadatkan.

Gmm × Gmb
VIM = 100 - % dari volume bulk beton aspal padat………………
Gmm
(3)

Keterangan :
VIM = Volume pori beton aspal padat, % dari volume bulk beton aspal padat
Gmm = Berat jenis maksimum dari beton aspal yang belum dipadatkan
Gmb = Berat jenis bulk dari beton aspal padat

 Volume pori antara butir agregat terisi aspal (VFA)


Volume pori beton aspal padat (setelah mengalami proses pemadatan) yang terisi
oleh aspal atau volume film/selimut aspal (VFA/ Voids Filled Asphalt).
Presentase pori antara butir agregat yang terisi aspal dinamakan VFA, maka VFA
adalah bagian dari VMA terisi oleh aspal.

( VMA - VIM )
VFA = 100 - % dari VMA………………………..…..…………
VMA
(4)
Keterangan :
VFA = Volume pori antara butir agregat yang terisi aspal = % dari VMA
VMA = Volume pori antara agregat didalam beton aspal padat
VIM = Volume pori beton aspal padat, % dari volume bulk beton aspal padat

 Marshall Quotient (MQ)


Marshall Quotient adalah perbandingan antara nilai stabilitas dan flow, yang
dipakai sebagai pendekatan terhadap tingkat kekakuan campuran. Bila campuran
aspal agregat mempunyai angka kelelehan rendah dan stabilitas tinggi
menunjukkan sifat kaku, sebaliknya bila nilai kelelehan tinggi dan stabilitas
rendah maka campuran cenderung plastis.

MS
VFA =
MF
……………………………………………..…..……………
(5)

Keterangan :
MQ = Marshall Quotient (kg/mm)
MS = Marshall Stability (kg)
MF = Flow Marshall (mm).[7]

e. Metodologi Penelitian
Penulisan Tugas Akhir ini menggunakan metodologi sebagai berikut :
1. Riset Pustaka (Librarian Research)
Yaitu penelitian dengan cara mengumpulkan teori-teori mengenai masalah yang
erat kaitannya dengan tema Tugas Akhir ini meliputi berbagai referensi, baik dari
berbagai literatur atau dari buku-buku bacaan yang berhubungan dengan materi yang
akan dibahas.
2. Riset Lapangan (Field Research)
Yaitu langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam usaha mendapatkan semua
data yang akurat dengan cara melakukan penelitian di laboratorium.
Adapun diagram alir sebagai berikut :

Mulai

Persiapan Alat & Bahan

Pengujian material agregat kasar, dan agregat halus


dan filler
Tidak

Spesifikasi Umum Bina Marga

Ya

Data Pengujian Material Agregat Kasar,


Sedang, dan Halus

Rencana Proporsi Agregat Campuran


Aspal Panas AC- WC

Perhitungan Kadar Aspal Rencana

Pembuatan Benda Uji Tidak

Pengujian Marshall

Spesifikasi Umum Bina Marga

Ya
Analisa dan Pembahasan

Simpulan dan Saran

Selesai
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

f. Daftar Pustaka
[1] A. Serbuk and K. Sebagai, “Analisa Kinerja Campuran AC - WC dengan
Pemanfaatan Kombinasi Limbah Abu,” vol. 02, 2020.
[2] F. D. Kurniasari, S. M. Saleh, and S. Sugiarto, “Pengaruh Filler Abu Ampas Tebu
(Aat) Dengan Bahan Pengikat Aspal Pen 60/70 Pada Campuran Laston Ac-Wc,” J.
Arsip Rekayasa Sipil dan Perenc., vol. 1, no. 4, pp. 69–78, 2018, doi:
10.24815/jarsp.v1i4.12457.
[3] A. B. Tristianto and K. Abadi, “Pengaruh Penambahan ‘Limbah Karet Ban Luar’
Terhadap Karakteristik Marshall Pada Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas B,” J.
Media Tek. Sipil, vol. 9, no. 2, pp. 54–63, 2013, doi: 10.22219/jmts.v9i2.1194.
[4] M. F. Nur, E. I. Imananto, and A. Prajitno, “Tambah Dengan Filler Abu Batu Untuk
Meningkatkan Kinerja Karakteristik Beton Aspal ( Ac-Wc ),” vol. 1, pp. 30–38,
2017.
[5] B. Winarno, K. Catur Budi, A. Iwan Candra, S. Muslimin, K. Kunci, and F. Abu
Batu, “Pengaruh Abu Batu Sebagai Filler Terhadap Kinerja Aspal Beton AC-WC
Pada Test Marshall,” J. CIVILA, vol. 5, no. 2, pp. 468–475, 2020, [Online].
Available: http://www.jurnalteknik.unisla.ac.id/index.php/CVL/article/view/493.
[6] S. J. A. Zulfhazli, Wesli, “Penggunaan Abu Batu Bara Sebagai Filler Pada,” Teras
J., vol. 6, no. 2, pp. 121–130, 2016.
[7] P. Darma, “Pengaruh Kinerja Penambahan Karet Ban Bekas Sebagai Substitusi
Pengganti Campuran Beraspal Daur Ulang Pada Lapis Permukaan Atas,” vol. 12,
no. 2, pp. 62–67, 2015.

Anda mungkin juga menyukai