Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Terjadinya Perang Dunia II

Secara resmi, Perang Dunia II dimulai tanggal 1 September 1939. Pernyataan lain
menganggap bahwa perang ini terjadi lebih awal ketika Jepang berhasil menduduki
wilayah Manchuria sekitar tahun 1937.

Pada umumnya, Perang Dunia I menghasilkan upaya perdamaian ketika negara-negara


membentuk organisasi internasional Liga Bangsa-Bangsa (LBB).

Ketakutan, kengerian, hingga penderitaan akan perang disadari oleh pelaku maupun
korban perang. Untuk itu hadirnya LBB sebagai produk dari Perang Dunia I menjadi
jalan bagi terciptanya perdamaian.

Baca Juga: Sejarah Perang Dunia I

LBB kala itu tidak memiliki peran supranasional yang seharusnya mereka miliki untuk
dapat memerintah atas negara-negara anggotanya.

Tidak adanya peran supranasional tersebut dapat dilihat dari serangan Italia
terhadap Etiopia di tahun 1935.
Hal tersebut menunjukkan kesewenangan negara besar di dalam tubuh LBB untuk
berbuat sesuka hati, dan LBB tidak memiliki peran yang kuat untuk menghentikan,
menghukum, atau pun memerintah bagaimana seharusnya negara anggota itu
bertindak. LBB menjadi tidak lagi dipercayai sebagai badan yang mampu
menciptakan perdamaian.

Negara-negara aliansi hasil dari Perang Dunia I memiliki kecurigaan khusus


terhadap oposisinya. Jerman dan Italia yang berpaham ultranasionalisme (Nasional-
Sosialis Jerman dan Fasisme Italia) mencurigai komunis Uni Soviet.

Kecurigaan tersebut membuat patahnya keyakinan perdamaian yang dibimbing oleh


LBB, sehingga timbullah persaingan untuk mempertahankan diri dan memperkuatnya
di bidang militer.

Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat kemudian terlibat dengan kecurigaan paham
tersebut karena mereka mengusung paham demokrasi.

Persaingan bidang militer tersebut menghasilkan berbagai persenjataan baru dari


berbagai negara. Senjata-senjata modern dari transportasi laut, udara, darat
hingga senjata pemusnah massal sudah dimiliki oleh masing-masing negara.
Perang di era ini kemudian menjadi bentuk evolusi perang besar-besaran dengan
korban yang juga sangat massive.

Baca Juga: Sejarah Revolusi Prancis

Negara-negara Eropa (ditambah Amerika) terbagi atas 3 paham, yakni demokrasi


(Prancis, Inggris, ditambah dengan AS), fasisme (Jerman dan Italia), dan
komunisme (Uni Soviet).

Adanya politik balas dendam oleh pihak yang kalah di Perang Dunia I
yaitu Revanche Idea sebagai akibat munculnya rasa terhina oleh Jerman atas
Perjanjian Versailles yang membuatnya harus tunduk pada keinginan Prancis dan
Sekutu.

BACA JUGA:  Perang Irak-Iran di Timur Tengah dalam Hubungan Internasional

Selain itu, dorongan terciptanya perang juga diakibatkan oleh politik ekspansi dari
Jerman yang mengusung semboyan Lebensraum (Jerman Raya), Italia dengan
semboyan Italia Iradenta (Italia Raya), dan Jepang dengan semboyan Hakko Ichi-
u. 

Jerman dan Italia bersekutu yang ditandai dengan persahabatan Adolf Hitler dan
fasisme Benito Mussolini.

Perang di Kawasan Eropa


Jerman dengan Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler mulai berusaha merebut
pelabuhan Danzig di Polandia awal September 1939 yang dianggap sebagai milik
mereka sebelum terjadinya Perang Dunia I.

Mereka juga menyerang Austria dan daerah Cekoslovakia (Sudeten). Agresi militer
yang dilakukan oleh pihak Jerman ini dianggap sebagai langkah awal terciptanya
Perang Dunia II di Eropa.

Beberapa hari kemudian, tepatnya tanggal 3 September 1939, Inggris dan Prancis
menyatakan perang terhadap Jerman.

Dengan segera peperangan di Eropa tidak lagi terhindarkan. Eropa berkecamuk


diikuti dengan pergerakan jumlah militer yang masif melewati batasan-batasan
negara guna menyerang wilayah musuh-musuhnya.

Baca Juga: 50 Fakta Menarik Perang Dunia II

Ikut campurnya Inggris dan Prancis dalam menyerang Jerman tidak membuat Italia
sebagai sekutu setia Jerman tinggal diam. Bulan Juni 1940, Italia menyatakan
perang terhadap Inggris dan Prancis.
Dengan segera perang tersebar menyeluruh di kawasan Eropa. Segera setelah Italia
turut campur, pasukan gabungan Italia dan Jerman mampu menaklukkan pasukan
Prancis tanggal 22 Juni 1940.

Kekuatan Jerman  tampaknya semakin besar ketika bekerjasama dengan pasukan


Italia. Bulan April 1941, Jerman berhasil menduduki Yugoslavia, Yunani, dan hingga
meluas ke Afrika tepatnya Mesir.

Beberapa bulan setelah Jerman berhasil menduduki wilayah ketiga negara tersebut,
Jerman juga berhasil menduduki Ukraina dan Rusia di wilayah Uni Soviet.

Pertempuran Stalingrad

Bulan Agustus 1942 terjadi pertempuran antara Jerman-Uni Soviet demi


memperebutkan kota Stalingrad.

Perang ini dikenal dengan Pertempuran Stalingrad yang dianggap sebagai


pertempuran maha-dahsyat yang menewaskan jutaan tentara dan warga sipil.

Keinginan Hitler sebagai pemimpin Nazi Jerman untuk menguasai wilayah ini dipicu
oleh karena Stalingrad akan memudahkan pergerakan pasukan Jerman menuju
Kaukasus, wilayah dengan cadangan minyak besar, yang sangat dibutuhkan oleh
Jerman demi kepentingan industri.

Uni Soviet di bawah pimpinan Joseph Stalin berusaha terus mempertahankan


wilayah ini karena diisi dengan industri yang maju di tepi sungai Volga yang juga
menjadi jalur transportasi penting ke Laut Kaspia.

Stalin dan Hitler sebagai pemimpin masing-masing kubu dalam pertempuran ini tetap
bersikeras untuk menduduki wilayah ini.

Pasukan Jerman bertempur mati-matian demi mendapatkan wilayah ini. Di sisi lain,
pasukan Uni Soviet dibantu dengan warga sipil daerah tersebut melakukan
perlawanan sengit yang kemudian mampu menandingi kekuatan Jerman.

Di balik kesibukan pasukan Jerman dalam melakukan serangan, Stalin mengupayakan


bala bantuan untuk mempertahankan Stalingrad. Stalin kemudian menjalankan
program “Kampanye Musim Dingin”.

BACA JUGA:  Perwakilan Diplomatik Bilateral dan Multilateral

Serangan balasan Uni Soviet tersebut dilancarkan bulan November 1942 ketika
salju mulai menyelimuti Stalingrad.

Serangan itu dengan cepat menggulung pasukan Italia, Hungaria, dan Rumania yang
melindungi garis belakang Angkatan Darat Jerman. Akibatnya, pasukan Jerman yang
beroperasi di Stalingrad terkepung.

Jerman tidak menarik mundur pasukannya meski masih memiliki kesempatan karena
keinginan Der Fuhrer Adolf Hitler yang tetap keras kepala ingin menduduki
Stalingrad.

Pada tanggal 30 Januari 1943, Tentara Merah/ Red Army (Uni Soviet dan Sekutu) di
bawah pimpinan Marsekal Georgy Zhukov melancarkan serangan ke Stalingrad dan
dengan cepat menggulung pasukan Poros (Nazi Jerman dan bantuannya) yang sudah
kelelahan dan menderita kelaparan serta penyakit.

Dua hari kemudian, Marsekal Friedrich von Paulus dan 90.000 prajuritnya yang
tersisa menyerah.
Hal tersebut menandai kekalahan pasukan Nazi Jerman dalam upaya menduduki
Stalingrad. Kekalahan Jerman dalam Pertempuran Stalingrad merupakan awal
runtuhnya kekuatan Nazi Jerman.

Pertempuran Stalingrad dianggap sebagai pertempuran paling mengerikan dan paling


dahsyat dalam suatu wilayah sepanjang sejarah karena menelan korban jiwa hingga
mencapai 3 juta jiwa.

Keterlibatan Amerika Serikat dan Akhir Perang Dunia II

Minggu tanggal 7 Desember 1941, Jepang melakukan penyerbuan terhadap


Pangkalan Armada Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor, Hawaii.

Pearl Harbor merupakan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat yang terbesar di
Asia Pasifik. Dengan segera AS langsung menyatakan perang terhadap Jepang.

Selain Pearl Harbor, Jepang juga menyerang pangkalan udara AS di Filipina. Setelah
serangan tersebut Jepang mulai menyerang koloni Inggris di Hongkong, Borneo,
Malaya dan wilayah lainnya di sekitar Asia.

Jepang juga menguasai daerah jajahan Belanda yang dikenal dengan Hindia-Belanda,
yang termasuk di dalamnya Indonesia.

Pendudukan Jepang di beberapa wilayah Asia Timur dan Tenggara merupakan upaya
untuk memperkuat pasukan dan kekuatan, dengan merekrut pasukan-pasukan dari
daerah kekuasaannya.

Pada Operasi Overlord atau yang lebih dikenal dengan Invasi Normandia dilakukan
oleh pasukan Sekutu pada tanggal 6 Juni 1944, sekitar 3 juta tentara menyeberangi
Selat Inggris menuju Prancis guna melakukan serbuan terhadap tentara Nazi yang
menduduki Prancis.

Secara mayoritas, AS, Inggris, dan Kanada mengirimkan pasukan dalam operasi
tersebut guna melakukan penyelamatan terhadap Prancis.

Sekitar tahun 1941 hingga 1944, Jepang berhasil menguasai wilayah yang meliputi
wilayah-wilayah Asia tenggara dan wilayah Cina bagian Timur.

Pada saat itu pasukan Amerika Serikat dan pasukan dari Eropa yang berhasil
menyelamatkan diri membangun pertahanan di Australia.
Pada tanggal 6 Agustus 1945, Enola Gay, bomber B-29 yang dipiloti oleh Kolonel Paul
Tibbets, Jr. melepaskan satu bom atom yang dikenal dengan sebutan Little Boy di
kota Hiroshima, yang dengan cepat menghancurkan kota tersebut.

Dua hari kemudian tepatnya tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet menyatakan perang
terhadap Jepang.

Mereka kemudian melancarkan serangan besar terhadap Manchuria yang diduduki


Jepang, yang juga dikenal dengan istilah Operasi Badai Agustus.

BACA JUGA:  Free Ebook: The Prince oleh Niccolo Machiavelli

Pada tanggal 9 Agustus 1945, pesawat bomber jenis Boeing B-29 Superfortress
“Bock’s Car” yang dikemudikan oleh Mayor Charles Sweeney melepaskan satu bom
atom yang dinamai Fat Man di kota Nagasaki.

Bom tersebut mengakibatkan puluhan hingga jutaan manusia tewas seketika, dan
membumihanguskan kota itu dengan cepat.

Kekuatan Jepang pun mulai lumpuh yang membuatnya mulai menarik pasukan dari
negara-negara yang didudukinya, termasuk dari Indonesia.

Kekalahan telak Jepang dari sekutu oleh dua serangan bom nuklir tersebut
membuatnya kehilangan kekuatan dan melumpuhkan ‘kaki militer’-nya dengan segera.

Pada akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat tanggal 14 Agustus 1945, dan


kemudian menandatangani surat pernyataan menyerah pada tanggal 2 September
1945 di atas kapal USS Missouri di teluk Tokyo.

Di Eropa, sekitar bulan Oktober 1942, pasukan gabungan AS-Sekutu yang dipimpin
oleh Eisenhower (AS) dan Montgomery (Inggris) berhasil menaklukkan pasukan
gabungan Jerman-Italia.

Tahun 1944, pasukan AS-Sekutu berhasil menumbangkan kekuatan Italia di bawah


pimpinan Benito Mussolini. Akhirnya Italia menyerah kepada AS-Sekutu pada
tanggal 1 Mei 1944.
Di akhir bulan April 1945 ibukota Jerman, Berlin, sudah dikepung oleh Uni Soviet.
Kemudian pada tanggal 1 Mei 1945, Adolf Hitler selaku pemimpin Nazi Jerman
bunuh diri dengan menembakkan peluru ke kepalanya sendiri bersama dengan
istrinya Eva Braun di dalam bunkernya.

Sehari sebelum aksi bunuh dirinya, Adolf Hitler menikahi Eva Braun, dan setelah
mati ia memerintahkan pengawalnya untuk membakar mayatnya.

Pada tanggal 2 Mei 1945, seseorang bernama Karl Dönitz diangkat menjadi
pemimpin menggantikan Adolf Hitler.

Ia kemudian menyatakan Berlin menyerah pada hari itu juga. Hal tersebut disusul
dengan menyerahnya pasukan Jerman di Italia pada hari yang sama.

Pasukan Jerman di wilayah Jerman Utara, Denmark dan Belanda juga menyerah 2
hari setelahnya.

Sejarah Perang Dunia II: Penutup

Konflik besar di dunia hampir 70 tahun yang lalu atau yang dikenal dengan Perang
Dunia II mempengaruhi perubahan pada hubungan internasional di masa kini.

Hubungan internasional di geopolitik masa kini berdasar pada aliansi yang dibentuk
oleh sekutu-sekutu yang ada, yang kemudian membuat pihak yang kalah wajib
mengikuti keinginan pihak yang menang di era setelahnya.

Perang Dunia II juga mengakibatkan konflik antara dua negara Superpower di era
Perang Dingin yang terjadi setelah  PD II, dimana konflik ini juga menjadi alur
perubahan geopolitik hubungan internasional.

Perang Dunia II yang maha dahsyat tersebut dikenal sebagai perang terbesar yang
pernah terjadi di muka bumi, yang menghancurkan berbagai wilayah di Eropa, Asia,
Amerika, dan Afrika serta menghabisi sekitar 50 juta nyawa manusia.

Anda mungkin juga menyukai