Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

MODEL SATU KOMPARTEMEN INTRAVENA BOLUS

Disusun Oleh :

Kelompok 8 - Praktikum Farmakokinetika B-1

Catur Putri Miftahul Jannah 1806136025


Putri Nusaiba 1806185525
Karel Daud Rahardian 1806194252

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2020
I. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah memahami proses eliminasi obat dalam plasma
dan ekskresi urin setelah pemberian dosis tunggal I.V. Bolus mengikuti model satu
kompartemen dengan cara simulasi.

II. Tinjauan Pustaka


Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh
terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi
(D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi
termasuk sebagai proses eliminasi obat. Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui
berbagai cara pemberian umumnya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk
sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa
biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh (Gunawan, 2009).
Model kompartemen merupakan model farmakokinetika yang paling sederhana
dan seringkali digunakan untuk subjek manusia. Untuk menggambarkan distribusi obat
pada subyek manusia, seringkali sampel jaringan tidak tersedia sehingga sebagian besar
model fisiologis (berdasarkan jaringan asli) mengasumsikan aliran darah rata-rata untuk
subjek individu. Model kompartemen digunakan dalam farmakokinetik ketika perlu untuk
menggambarkan konsentrasi plasma versus data waktu secara memadai dan akurat, yang
pada gilirannya memungkinkan kita untuk mendapatkan estimasi akurat dari parameter
farmakokinetik fundamental yang dipilih seperti volume distribusi obat yang jelas,
eliminasi waktu paruh dan konstanta laju eliminasi suatu obat. Kompartemen ini bukan
merupakan wilayah fisiologis atau anatomi yang nyata tetapi dianggap sebagai jaringan
atau kelompok jaringan yang memiliki aliran darah dan afinitas obat yang serupa. Dalam
setiap kompartemen, obat dianggap terdistribusi secara seragam.
Model farmakokinetik merupakan model matematika yang menggambarkan
hubungan antara dosis dan konsentrasi obat dalam setiap individu. Parameter dari model
menggambarkan faktor-faktor yang dipercaya penting dalam penentuan observasi dari
konsentrasi atau efek obat. Parameter tersebut antara lain terdiri dari beberapa parameter
antara lain parameter primer yang terdiri dari volume distribusi (Vd); klirens (Cl); dan
kecepatan absorbsi (Ka), parameter sekunder terdiri dari kecepatan eliminasi (K); dan
waktu paruh (T1/2), serta parameter-parameter turunan. Model farmakokinetik tersebut
mempunyai aplikasi langsung untuk terapi obat berkenaan dengan menentukan aturan
dosis yang sesuai (Aiache, 1993).
Salah satu model farmakokinetika yang paling sederhana adalah model satu
kompartemen terbuka I.V. Bolus yang mana mengasumsikan obat terdistribusi secara
instan dan cepat, dan eliminasi obat terjadi cepat setelahnya saat memasuki tubuh. Obat
yang diberikan secara injeksi intravena cepat (I.V. bolus) akan segera masuk dengan
cepat dalam sirkulasi sistemik seluruhnya, sehingga laju absorbsi obat dapat diabaikan
dalam perhitungan. Kemudian obat tersebut didistribusikan ke semua jaringan tubuh
secara cepat akan mencapai kesetimbangan di dalamnya.
Model farmakokinetika satu kompartemen I. V. Bolus digambarkan sebagai berikut:

DB : Obat dalam tubuh


Vd : Volume distribusi
K : Tetapan laju eliminasi

Pada model kompartemen satu terbuka dianggap bahwa perubahan kadar obat
dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam
jaringan kompartemen, dimana kadar obat dalam tiap jaringan tidak sama pada berbagai
waktu. DB diketahui dengan menggunakan konsentrasi obat yang terdapat pada cuplikan
cairan tubuh, seperti darah.
Obat yang telah masuk ke dalam tubuh pada akhirnya akan dieliminasi oleh
tubuh. Laju eliminasi sebagian besar obat merupakan proses orde satu yang bergantung
pada tetapan laju eliminasi (K) dari jumlah obat yang tertinggal, DB dapat dituliskan
dalam rumus sebagai berikut:
0​.​ -kt
D​B =
​ D​B​ e​

Atau sama dengan

Keterangan :
DB = Jumlah obat pada waktu t
D​B​0 ​= Jumlah obat saat t = 0

Jumlah obat dalam tubuh tidak dapat ditentukan secara langsung tetapi cuplikan darah
dapat diambil pada jarak waktu secara berkala dan dianalisis konsentrasi obat tersebut
dikaitkan dengan volume distribusinya.

D​B​ = Vd x Cp
Dalam model kompartemen satu IV, Vd = D​B​0 / Cp​0 ​, Cp​0 ​merupakan konsentrasi
obat mula-mula saat t = 0, yang diperoleh dengan ekstrapolasi garis regresi ke sumbu y
pada grafik plot log Cp dengan waktu sehingga dDB= -KVd. Cp dt
Dengan diketahuinya Vd suatu obat, maka jumlah obat dalam tubuh pada berbagai waktu
setelah pemberian obat dapat ditentukan dengan mengukur konsentrasi obat dalam darah.
Tiap obat memiliki Vd yang konstan. Namun Vd dapat berubah jika menderita penyakit
tertentu yang merubah distribusi obat.
Pada data ekskresi urin dapat juga dikethui tetapan laju eliminasi (K). Di mana
laju ekskresi obat dianggap orde 1.

Keterangan :
Du : jumlah obat yang diekskresi dalam urin
Ke : tetapan laju ekskresi ginjal

Dengan menggambar log dDu/dt terhadap waktu akan diperoleh garis lurus
sehingga D​B​0 (dosis, D​0​) dapat diketahui dengan ekstrapolasi, dan slop= -K/2,3 serta
intersep Y = log K ekskresi D​B​0​, sehingga K ekskresi dapat ditentukan.

III. Alat dan Bahan


Alat
1. Alat simulasi model kompartemen
2. Pengaduk magnet (​magnetic stirrer​)
3. Buret 50 ml
4. Standard dan statif
5. Stopwatch
6. Tabung reaksi
7. Pipet ukur
8. Labu takar
9. Beaker glass
10. Spektrofotometer
Bahan
1. Aquades
2. KMnO​4

IV. Cara Kerja


A. Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Membuat larutan standar KMnO​4​100 ppm dari larutan induk KMnO​4​5000 ppm
2. Melakukan pengenceran dari larutan KMnO​4​100 ppm hingga didapat 7
konsentrasi yang berbeda, yaitu 2; 10; 20; 30; 40; 50; 60 ppm.
3. Menentukan panjang gelombang maksimum (Panjang gelombang maksimum
yang didapat adalah 526 nm)
4. Mengukur dengan segera serapannya pada panjang gelombang maksimum 526
nm menggunakan spektrofotometer UV-VIS ​double beam.​ Sebagai blanko,
digunakan Aquadest.
5. Membuat kurva kalibrasi

B. Simulasi model satu kompartemen IV bolus


1. Menyiapkan alat-alat simulasi yang akan digunakan untuk model satu
kompartemen, yaitu buret 50 ml sebagai reservoir, beaker glass 1 liter sebagai
tempat volume distribusi, dan dilengkapi dengan 2 kran sebagai klirens renal (Clr)
dan non renal (Clnr) dan ​magnetic stirrer​ di dalamnya.
2. Aquades dimasukkan ke dalam buret. Masukkan 300 ml aquades pada beaker
glass sebagai volume distribusi dan putar ​magnetic stirrer dalam plasma. Buka
kran buret dan kran-kran gelas piala, atur kecepatan aliran masing-masing hingga
terjadi kesetimbangan antara air yang masuk dan keluar. Total klirens diusahakan
± 10 ml/ menit dengan Clr >> Clnr. Sebelumnya, lakukan kalibrasi terlebih
dahulu pada beaker glass.
3. Menimbang secara seksama 0,25 g KMnO​4​, kemudian masukkan dalam labu
ukur, dan encerkan dengan aquadest sampai 50.0 ml, sehingga diperoleh
konsentrasi 5000 ppm. Ambil larutan tersebut dengan pipet volume sebanyak 2,0
ml, kemudian masukkan kedalam gelas piala yang berisi aquades (D0).
4. Menyiapkan tabung reaksi sebanyak 9 buah untuk sampel plasma dan 5 buah
beaker glass untuk sampel urin. Tabung-tabung reaksi tersebut diberi tanda sesuai
menit masing-masing. Beri tanda tabung dan beaker tersebut sesuai dengan
waktu-waktu pengambilan sampel.
5. Mengambil sampel plasma dari gelas piala sebanyak 5.0 ml pada saat : 2,5; 5; 7,5;
12,5; 17,5; 25; 35; 45 dan 60 menit setelah larutan KMnO​4 (D0)
​ dimasukkan.
6. Menampung sampel urin ditampung dari kran Clr pada beaker glass pada saat:
0-5; 5-15; 15-30; dan 30-60 menit, masing-masing sebanyak 5.0 ml.
7. Menentukan kadar KMnO4 pada tiap sampel, dengan cara mengukur serapannya
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum (sekitar 527
nm, tetapi tetap dibuat kurva serapan maksimum), sebagai blanko digunakan
aquadest.
8. Membuat kurva plot Cp vs t (sampel plasma) dan plot laju ekskresi vs tmid
(sampel urin) dibuat di kertas semilog, serta hitung parameter dan persamaan
farmakokinetik.
V. Hasil Percobaan dan Perhitungan
a. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Data kurva kalibrasi larutan standar KMnO​4 pada
​ λ = 525 nm
Konsentrasi (ppm) Absorbansi (A)

2 0,064

10 0,115

20 0,236

30 0,394

40 0,513

50 0,634

60 0,811
Tabel 1.​ Data kurva kalibrasi larutan standar KMnO​4 pada
​ λ= 525 nm

b. Sampel Plasma

t (menit) Serapan (A)

2,5 0,376

5 0,326

7,5 0,312

12,5 0,281

17,5 0,269

25 0,229

35 0,208

45 0,164

60 0,128
Tabel 2. ​Data serapan sampel plasma setelah waktu tertentu diukur pada
λ = 525 nm

c. Sampel Urin
t (menit) Serapan (A) Volume (mL)

0-5 0,351 42

5-15 0,309 72

15-30 0,253 76

30-60 0,163 89

Tabel 3. ​Data serapan sampel urin setelah waktu tertentu diukur pada λ = 525 nm

B. Perhitungan

Konsentrasi (ppm) Absorbansi (A)

2 0,064

10 0,115

20 0,236

30 0,394

40 0,513

50 0,634

60 0,811
Tabel 4​. Data kurva kalibrasi larutan standar KMnO​4​ pada λ = 525 nm

Persamaan kurva kalibrasi : y = 0,013x + 0,00143


a = 0,00143
b = 0,013x
r = 0,9961
Gambar 1​. Kurva kalibrasi larutan standar KMnO​4 ​pada λ = 525 nm

a. Pembuatan larutan stok KMnO​4


Larutan induk KMnO4 yang tersedia = 5000 ppm
Bobot KMnO4 yang ditimbang = 0,5 g/100,00 mL = 500000 µg/100,00 mL =
5000 ppm
Volume yang disuntikkan = 2,0 mL
Do = 5000 mg/mL x 2,0 mL = 10000 mg
b. Simulasi Model Satu Kompartemen Intravena Bolus Sampel Plasma

t (menit) Serapan (A) Cp (μg/mL)

2,5 0,376 28,82

5 0,326 24,96

7,5 0,312 23,89

12,5 0,281 21,50

17,5 0,269 20,58

25 0,229 17,50

35 0,208 15,89

45 0,164 12,50

60 0,128 9,73
Tabel 5​. Data Harga Konsentrasi Plasma Berdasarkan Harga Serapan Sampel
Plasma pada Waktu Tertentu dengan Pengambilan Sampel 5,0 mL.

Harga Cp didapatkan dengan memasukkan harga serapan A (y) ke dalam


persamaan kurva kalibrasi standar:

y = 0,013x + 0,00143

Sehingga diperoleh harga Cp (μg/mL)

Perhitungan Teoritis

1. ClT = 10 mL/menit
2. Vd = 300 mL
Cl
3. k = V T = 10300
mL/menit
mL = 0,033/menit
d
0,693 0,693
4. t ½ = k = 0,033/menit = 21 menit
10 mg
5. Cp0 = VDod = 300 mL = 0,033 mg/mL = 33,33 μg/mL
Cl
6. Ke = V dr = 8 mL/menit
300 mL = 0,026/menit
Cp 0,033 mg/mL mg menit
7. AUC = k 0 = 0,033 = 1,0 mL
Gambar 2. ​Grafik hubungan antara konsentrasi plasma dengan waktu pada
sampel plasma
Perhitungan Analisis
ln C 2 − ln C 9 ln (24,96) − ln (9,73)
1. k = slope = t9 −t2 = 60−5 = 0,0173 menit−1
0,693 0,693
2. t ½ = k = 0,0173 menit = 40,05 menit

Dari grafik pada kertas semilog, diperoleh C p0

3. C p0 = 27 μg/mL
D0 10000 μg/mL
4. Vd = C p0 = 27 μg/mL = 370,37 mL
5. Cl = k . Vd

= 0,0173/ menit x 370,37 mL

= 6,407 mL/menit
Intersep 27 μg/mL
6. Ke = D0 = 10000 μg/mL = 0,0027/menit
C 27 x 10−3 mg/mL mg menit
7. AUC = kp0 = 0,0173 menit = 1,560 mL

Perbandingan hasil perhitungan secara teoritis dan analisis pada


sampel plasma

Parameter Teoritis Analisis

k ( menit−1 ) 0,033/menit 0,0173/menit

Vd ( mL) 300 mL 370,37 mL

t ½ (menit) 21 menit 40,05 menit

AUC (mg menit/mL) 1,0 mg menit/mL 1,560 mg menit/mL


Cp0 (μg/mL) 33,33 μg/mL 27 μg/mL

Cl (mL/menit) 10 mL/menit 6,407 mL/menit


Ke (menit−1 ) 0,026/menit 0,0027/menit

Tabel 6. ​Perbandingan hasil perhitungan secara teoritis dan analisis pada


sampel plasma

c. Simulasi Model Satu Kompartemen IV Bolus dengan Sampel Urin


t (menit) Serapan (A) Cp (μg/mL)

0-5 0,351 26,89

5-15 0,309 23,66

15-30 0,253 19,35

30-60 0,163 12,43

Tabel 7. ​Harga Serapan (A) dan Konsentrasi Obat (Cp) pada Sampel Urin

Harga Cp didapatkan dengan memasukkan harga serapan A (y) ke dalam persamaan


kurva kalibrasi standar:

y = 0,013x + 0,00143

Sehingga diperoleh harga Cp (μg/mL)

Maka didapatkan harga Cp (x) dalam μg/mL

t (menit) Cu Volume Du dDu/dt tmid


(μg/mL) Urin (μg) (μg/menit) (menit)
Renal
(mL)

0-5 26,89 42 1129,38 225,87 2,5

5-15 23,66 72 1703,52 170,35 10

15-30 19,35 76 1470,6 98.04 22,5

30-60 12,43 89 1106.27 36,87 45

Tabel 8​. Data Untuk Perhitungan k, ke, dan t1/2 Metode Laju

Perhitungan Teoritis :

1. ClT = 10 mL/menit
2. ClR = 8 mL/menit
klirens total
3. k = Vd

10 mL/menit
k = 300 mL

k = 0, 0333/menit
0,693 0,693
4. t1/2 = k = 0,0333/menit

t1/2 = 20, 81 menit = 0, 347 jam


Cl renal 8 mL/menit
5. K eks = Vd = 300 mL = 0, 0266/menit
6. k m = k − k ekskresi = 0, 0333/menit − 0, 0266/menit = 0, 0067/menit
km
% Obat yang dimetabolisme = k x 100%

0,0067/menit
% Obat yang dimetabolisme = 0,0333/menit x 100% = 20, 2%

k ekskresi
% Obat yang diekskresi = k x 100%

0,0266/menit
% Obat yang diekskresi = 0,0333/menit x 100% = 79, 8%
Gambar 3. ​Grafik hubungan antara konsentrasi urin dengan waktu pada
sampel urin
Perhitungan Analisis

ln ( dDu dDu
dt )1− ln ( dt )2
1. −k = t mid 2 − t mid 1
2.
ln 36,87 − ln 225,87
−k = 45 − 2,5 = -0,04264

k = 0, 04264
0,693 0,693
3. t​1/2 = k = 0,04264 = 16,25234 m enit = 0,27087 jam
245 μg/menit
4. k​eks = dDUDo
/dt
= 10000μg = 0,0245/menit
5. k m = k − k ekskresi = 0, 04264/menit − 0, 0245/menit = 0, 01814/menit

km 0,01814
% Obat yang dimetabolisme = k x 100% = 0,04264 x 100%

% Obat yang dimetabolisme = 42, 54221%

k ekskresi 0,0245
% Obat yang diekskresi = k x100% = 0,04264 x 100%

% Obat yang diekskresi = 57, 45778%

Perbandingan hasil perhitungan secara teoritis dan analisis pada


sampel urin

Parameter Teoritis Analisis

k​ ​(menit​-1​) 0,0333 0,04264

t​1/2 (menit)
​ 20,81 16,25234

k​eks​ (menit​-1​) 0,0266 0,0245

Vd (mL) 300 300

Persentase Obat yang 20,2% 42,54221%


dimetabolisme di urin
(%)
Persentase Obat yang 79,8% 57,45778%
diekskresi di urin (%)

VI. Pembahasan

Pada praktikum ini, praktikan mensimulasikan kinetika obat di dalam tubuh


dengan model injeksi intravena bolus satu kompartemen. Dalam praktikum ini, dilakukan
pengukuran konsentrasi KMnO₄ di dalam darah dan juga di urin selama waktu tertentu.
Pengukuran konsentrasi KMnO₄ didalam darah dapat diperoleh dari data plasma yang
diambil dari larutan KMnO₄ yang ada dalam beaker, di sampling dengan pipet 5 ml pada
menit ke 2,5; 5; 7,5; 12,5; 17,5; 25; 35; 45 dan 60; kemudian masing masing diukur
serapannya pada λ maksimum sekitar 525 nm dengan spektrofotometer UV-Vis. Dari
harga serapan yang didapat, dapat ditentukan harga konsentrasi dalam tiap sampel dengan
memasukkan ke dalam persamaan kurva kalibrasi, yakni diperoleh y = 0,013x + 0,00143.

Menurut hasil dari praktikum, konsentrasi KMnO₄ semakin lama semakin


menurun. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi obat di dalam darah akan
berkurang seiring dengan waktu yang diakibatkan oleh metabolisme tubuh. Berdasarkan
model yang digunakan, kurva Cp vs t yang didapatkan praktikan menggambarkan model
satu kompartemen dengan harga antara hasil analisis data dan perhitungan teoritis tidak
jauh berbeda. Model ini ditandai dengan hasil kurvanya yang lurus pada kertas semilog.
Ada beberapa parameter farmakokinetika yang penting pada pengukuran ini, yaitu waktu
paruh, konstanta eliminasi, volume distribusi, klirens, AUC (​Area Under Curve​), dan
konsentrasi obat sebelum mengalami eliminasi dan distribusi.

Selain konsentrasi obat dalam darah, konsentrasi obat dalam urin juga sering
digunakan untuk mengetahui persentase ekskresi dan metabolisme obat oleh ginjal dan
hati. Sampel data dari urin diambil selama 0-5; 5-15; 15-30; dan 30-60 menit, lalu
volume dari 4 kali penampungan tersebut diukur. Hasil menunjukkan bahwa kurva grafik
semilog Du/dt vs t menghasilkan garis lurus, yang artinya grafik tersebut sesuai dengan
model satu kompartemen.

Penurunan konsentrasi obat di plasma dan urin yang tidak konstan dapat terjadi
akibat penambahan larutan aquades dari buret yang tidak sesuai dengan pengeluaran
cairan dalam beaker. Selain itu, penurunan konsentrasi obat yang tidak signifikan terjadi
karena kecepatan aliran aquades tidak konstan yang menyebabkan volume yang
dihasilkan bervariasi.
VIII. Kesimpulan
a. Parameter Farmakokinetik Sampel Plasma

Parameter Teoritis Analisis

k ( menit−1 ) 0,033/menit 0,0173/menit

Vd ( mL) 300 mL 370,37 mL

t ½ (menit) 21 menit 40,05 menit

AUC (mg menit/mL) 1,0 mg menit/mL 1,560 mg menit/mL


Cp0 (μg/mL) 33,33 μg/mL 27 μg/mL

Cl (mL/menit) 10 mL/menit 6,407 mL/menit


Ke (menit−1 ) 0,026/menit 0,0027/menit

b. Parameter Farmakokinetik Sampel Urin

Parameter Teoritis Analisis

k​ (menit​

-1​
) 0,0333 0,04264

t​1/2 (menit)
​ 20,81 16,25234

k​eks​ (menit​-1​) 0,0266 0,0245

Vd (mL) 300 300


Persentase Obat yang 20,2% 42,54221%
dimetabolisme di urin
(%)

Persentase Obat yang 79,8% 57,45778%


diekskresi di urin (%)
IX. Daftar Pustaka

Shargel, Leon; Yu, A. B. C. (2016). Applied Biopharmaceutics and


Pharmacokinetics (7th ed.). New York: McGraw Hill Education.

X. Lampiran
A. Pertanyaan tambahan
1. Apa order reaksi pada farmakokinetika ini?

Jawaban: Orde reaksi pada farmakokinetika ini atau model satu


kompartemen IV bolus adalah orde 1. Diketahui dari laju eliminasi
dimana besarnya konsentrasi obat pada waktu (t) berkurang
sebanding dengan konsentrasi obat yang tersisa.

2. Apa ciri-ciri order nol dan apa ciri-ciri order satu?

Jawaban:

● Orde nol: Jumlah obat yang tereliminasi hanya bergantung


pada konstanta eliminasi sehingga jumlah obat berkurang
konstan terhadap waktu. Untuk waktu paruh pada orde nol
tidak konstan karena bergantung pada konsentrasi obat awal.
● Waktu paruh orde 0 menggunakan rumus c=co-ko x t ,
dimana ko adalah konstanta eliminasi yang tidak konstan dan
c pada saat t1/2 adalah c= 1⁄2 co , sehingga t1/2 = 1⁄2 co/ko
● Orde 1: laju eliminasi pada setiap waktu bergantung pada
jumlah atau konsentrasi obat pada saat itu. Untuk waktu
paruh pada orde 1 konstan karena hanya bergantung pada
konstanta eliminasi
● Waktu paruh orde 1 menggunakan rumus ln c = ln co -k1 x t ,
pada saat t1/2 adalah c = 1⁄2 co . maka t1/2 = 0.693/k1

Ciri-ciri Orde Nol Orde Satu


−dc −dc
Laju Eliminasi dt = Ko dt =KC

Konstanta Eliminasi Tidak Konstan Konstan


Waktu Paruh Tidak konstan Konstan
0,5 C 0,693
t​1/2​= Ko t​1/2​= K

Persamaan Cp = Co-kt ​
Cp = Co. ​e-kt
Farmakokinetika

Kurva di kertas
linear

Kurva di kertas
semilog

3. Dalam pengambilan sampel urin pada pasien di lapangan,


masalah apa yang harus diperhatikan?

Jawaban:

Sampel urin yang diambil tidak boleh terpengaruh oleh metabolit


lain agar mudah untuk dianalisis. Selain itu sampel urin harus sering
diambil agar menghasilkan kurva yang baik. Wadah yang digunakan
untuk menampung sampel urin sebaiknya terbuat dari bahan plastik,
tidak mudah pecah, bermulut lebar, dan dapat ditutup dengan rapat.

Anda mungkin juga menyukai