Anda di halaman 1dari 50

BUPATI TANGERANG

PROVINSI BANTEN

PERATURAN BUPATI TANGERANG


NOMOR 118 TAHUN 2019

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG,

Menimbang : a. bahwa pedoman teknis pelaksanaan pemungutan


pajak air tanah di Kabupaten Tangerang telah diatur
dengan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 07 Tahun
2011 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan
Pemungutan Pajak Air Tanah;

b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 31 ayat (6)


Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak
Daerah dan ketentuan Pasal 9 Peraturan Gubernur
Nomor 35 Tahun 2018 tentang Pedoman Penetapan
Nilai Perolehan Air Tanah, dalam penyelenggaraan
pengelolaan pendapatan daerah perlu dilakukan
penyesuaian Nilai Perolehan Air Tanah, maka
Peraturan Bupati Tangerang Nomor 07 Tahun 2011
tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemungutan
Pajak Air Tanah, perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Tanah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Djawa Barat sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968
tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan
Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa
Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2851);
2.Undang–Undang…
-2-

2. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang


Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4010);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5049);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
7. Undang-Undang Nomor I7 Tahun 2019 tentang
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 190, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6405);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang
Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4859);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang
Tatacara Pemberian Dan Pemanfaatan Insentif
Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5161);
10.Peraturan…
-3-

10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 tentang


Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5950);
11. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 20 Tahun 2017 tentang Pedoman Penetapan
Nilai Perolehan Air Tanah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 408);
12. Peraturan Gubernur Nomor 35 Tahun 2018 tentang
Pedoman Penetapan Nilai Perolehan Air Tanah (Berita
Daerah Provinsi Banten Tahun 2018 Nomor 35;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 10
Tahun 2010 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Tangerang Tahun 2010 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang
Nomor 1010) sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Tangerang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Perubahan
Kedua Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor
10 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Nomor 18,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang
Nomor 2418);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TANGERANG TENTANG PEDOMAN


PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
3.Pemerintah...
-4-

3. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai


unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
4. Bupati adalah Bupati Kabupaten Tangerang.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Tangerang.
6. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu bupati dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Tangerang dalam penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
7. Badan Pendapatan Daerah yang selanjutnya disingkat
BAPENDA adalah unsur pelaksana Pemerintah
Kabupaten Tangerang di bidang pendapatan daerah.
8. Kepala BAPENDA adalah Kepala BAPENDA Kabupaten
Tangerang yang membidangi Pendapatan daerah.
9. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang selanjutnya
disebut UPTD Pajak Daerah adalah unsur pembantu
Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kabupaten Tangerang dalam penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
kabupaten/kota, yang mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi BAPENDA
dalam hal pelayanan Pajak Daerah dan teknis
operasional tertentu serta administrasi perpajakan
sesuai kewenangannya dan/atau pelimpahan
kewenangan dari Kepala BAPENDA
10. Pajak Air Tanah adalah pajak pengambilan dan/atau
Pengusahaan Air Tanah.
11. Subyek Pemakai atau Kelompok Pemakai Air adalah
orang atau badan yang memanfaatkan atau pengguna
air tanah untuk kepentingan usaha.
12. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal
yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama
dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha
tetapAir adalah semua air yang terdapat pada, di atas,
atau di bawah permukaan tanah, termasuk air laut
yang berada di darat.
13.Sumber…
-5-

13. Sumber Daya Air adalah air, sumber air dan


daya air yang terkandung di dalamnya.
14. Sumber Air adalah tempat atau wadah Air alami
dan/atau buatan yang terdapat pada, diatas, atau
dibawah permukaan tanah.
15. Air Tanah adalah air yang terdapat di dalam lapisan
tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
16. Air Baku merupakan Air yang berasal dari Air Tanah
yang telah diambil dari sumbernya dan telah siap
untuk dimanfaatkan.
17. Pengusahaan Air Tanah adalah Upaya Pengusahaan
Sumber Daya Air Tanah untuk memenuhi kebutuhan
usaha.
18. Izin Pengusahaan Air Tanah adalah Izin untuk
memperoleh dan/atau mengambil sumber daya air
tanah untuk melakukan kegiatan usaha.
19. Nilai Perolehan Air Tanah yang selanjutnya disingkat
NPA adalah Nilai Air Tanah yang telah diambil dan
dikenai pajak Air Tanah, besarnya sama dengan volume
air yang diambil dikalikan dengan Harga Dasar Air.
20. Harga Dasar Air yang selanjutnya disingkat HDA
adalah harga Air Tanah yang akan dikenai pajak
pemanfaatan Air Tanah, besarnya sama dengan HAB
dikalikan FNA.
21. Harga Air Baku yang selanjutnya disingkat HAB adalah
biaya investasi dalam Rupiah untuk mendapatkan Air
Baku tersebut yang besarnya tergantung pada harga
yang berlaku di daerah setempat dibagi dengan
volume pengambilan selama umur produksi dalam
satuan meter kubik.
22. Faktor Nilai Air yang selanjutnya disingkat FNA adalah
suatu bobot nilai dari Komponen Sumber Daya Alam
serta Peruntukan dan Pengelolaan yang besarnya
ditentukan berdasarkan subyek kelompok pengguna
Air Tanah serta volume pengambilannya.
23. Biaya Investasi adalah biaya pembuatan sumur
produksi ditambah biaya operasional selama umur
produksi dalam Rupiah.
24. Volume Pengambilan Air Tanah yang selanjutnya
disebut Volume Pengambilan adalah jumlah Air Tanah
dalam satuan meter kubik yang diambil dari sumur
gali, sumur pasak, atau sumur bor.
25. Konservasi Air Tanah adalah pengelolaan air tanah
untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan
menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan
tetap memelihara serta mempertahankan mutunya.
26.Pencemaran…
-6-

26. Pencemaran Air Tanah adalah masuknya atau


dimasukkannya unsur, zat, komponen fisika, kimia
atau biologi ke dalam air tanah oleh kegiatan manusia
atau oleh proses alami yang mengakibatkan mutu Air
Tanah turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak
lagi sesuai dengan peruntukannya.
27. Pengendalian adalah segala usaha mencakup
kegiatan pengaturan, penelitian dan pemantauan
pengambilan air tanah untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana demi menjaga
kesinambungan ketersediaan dan mutunya.
28. Dampak Lingkungan adalah pengaruh perubahan pada
lingkungan yang diakibatkan oleh suatu usaha
dan/atau kegiatan pengambilan dan Pengusahaan Air
Tanah.
29. Metropolitan adalah kesatuan wilayah perkotaan yang
terbentuk karena aglomerasi kegiatan ekonomi,
aglomerasi aktivitas sosial masyarakat, aglomerasi
lahan terbangun dan aglomerasi penduduk minimal
satu juta jiwa.
30. Pusat Pertumbuhan adalah kesatuan wilayah yang
dapat berperan memacu pertumbuhan ekonomi
wilayah lain dalam jangkauan pengaruhnya.
31. Bobot adalah faktor pengali terhadap harga air baku
tanah untuk usaha pemulihan, peruntukan dan
pengolahaan.
32. Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah yang selanjutnya
disingkat NPWPD, adalah nomor yang diberikan kepada
Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal
diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan
hak dan kewajiban daerah.
33. Formulir Pendaftaran Wajib Pajak adalah surat yang
digunakan Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri dan
melaporkan objek pajak atau usahanya kepada
BAPENDA.
34. Masa Pajak adalah jangka waktu tertentu yang menjadi
dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor,
dan melaporkan pajak yang terutang.
35. Formulir Pendaftaran Wajib Pajak, adalah surat yang
digunakan Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri dan
melaporkan objek pajak atau usahanya kepada
BAPENDA dan/atau UPTD Pajak Daerah.
36.Surat…
-7-

36. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya


disingkat SPTPD adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek
pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah.
37. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya
disingkat SKPD, adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang
terutang.
38. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat
SSPD adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak
yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir
atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
39. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang
selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran
pokok pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah
pajak yang masih harus dibayar.
40. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT,
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
41. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang
selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada
pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
42. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya
disingkat SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang
dan tidak ada kredit pajak setelah dilakukan
pemeriksaan.
43. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat
STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak
dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau
denda.
44. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang
pajak dan biaya penagihan pajak.

45.Keputusan…
-8-

45. Keputusan Pembetulan adalah Keputusan yang


membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung
dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan
tertentu dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan daerah yang terdapat dalam SKPD, SKPDN,
SKPDLB, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Keputusan
Pembetulan, atau Keputusan Keberatan.
46. Keputusan Keberatan adalah Keputusan atas
keberatan terhadap SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD
yang diajukan oleh Wajib Pajak.
47. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan daerah dan/atau tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan daerah.
48. Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang
dilakukan di Kantor BAPENDA.
49. Pemeriksaan Lapangan adalah Pemeriksaan yang
dilakukan ditempat kedudukan, tempat kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, atau
tempat lain yang ditentukan oleh BAPENDA.

BAB II
OBJEK PAJAK DAN SUBJEK PAJAK

Pasal 2

(1) Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau


pemanfaatan Air Tanah.

(2) Pengambilan dan/atau pemanfaatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dapat diperuntukan bagi:
a. karyawan pada badan usaha; dan
b. masyarakat setempat untuk produksi dan bantu
produksi kebutuhan rumah tangga.

(3) Objek Pajak Air Tanah yang diperuntukan bagi


karyawan pada badan usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, dapat dikenakan Pajak Air
Tanah.

(4) Objek Pajak Air Tanah sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) huruf b untuk kebutuhan rumah tangga
sampai dengan 100 M3/bulan (seratus merter kubik per
bulan) tidak dapat dikenakan Pajak Air Tanah.

(5)Dikecualikan...
-9-

(5) Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah, adalah:


a. pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah
untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan
pertanian dan perikanan rakyat serta peribadatan;
dan
b. pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah oleh
pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah, TNI
dan POLRI yang tidak bersifat komersil.

Pasal 3

(1) Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau


Badan yang melakukan pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Tanah.

(2) Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan
yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan
Air Tanah.

BAB III
NILAI PEROLEHAN AIR TANAH

Pasal 4

(1) NPA merupakan dasar pengenaan Pajak Air Tanah.

(2) NPA ditetapkan untuk setiap titik pengambilan air


tanah yang sudah memiliki Surat Izin Pengusahaan Air
Tanah.

(3) Besaran NPA dihitung dengan mempertimbangkan


faktor-faktor sebagai berikut:
a. jenis sumber Air Tanah;
b. lokasi sumber Air Tanah;
c. tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air
Tanah;
d. volume Air Tanah yang diambil dan/atau
dimanfaatkan;
e. kualitas Air Tanah;q`
f. tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.

Pasal 5

Faktor-faktor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)


diformulasikan untuk penghitungan NPA yang dinyatakan
dalam rupiah ke dalam komponen berikut:
a. Sumber daya alam; dan
b. peruntukan dan pengelolaan.

Pasal 6…
-10-

Pasal 6

(1) Komponen Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 huruf a meliputi faktor-faktor berikut:
a. jenis sumber Air Tanah;
b. lokasi sumber Air Tanah; dan
c. kualitas Air Tanah.

(2) Faktor jenis sumber Air Tanah dan lokasi sumber Air
Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dan huruf b ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:
a. ada sumber air alternatif (terdapat jaringan
perusahaan daerah air minum dan atau terdapat
sumber air permukaan);
b. tidak terdapat sumber air alternatif, baik jaringan
perusahaan daerah air minum maupun sumber air
permukaan.

(3) Faktor kualitas Air Tanah sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf c ditentukan oleh
kriteria berikut:
a. kualitas air tanah baik; atau
b. kualitas air tanah tidak baik.

(4) Penentuan kualitas Air Tanah baik atau tidak baik


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf
b berdasarkan sertifikat hasil pengujian laboratorium
air yang terakreditasi.

Pasal 7

(1) Komponen peruntukan dan pengelolaan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
meliputi faktor-faktor berikut:
a. tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air
Tanah; dan
b. volume Air Tanah yang diambil dan/atau
dimanfaatkan, dihitung dalam satuan meter
kubik (m3) yang diperoleh berdasarkan angka
meter air.

(2) Volume air tanah yang diambil sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b dibedakan berdasarkan volume
progresif air tanah yang diambil dan/atau dimanfaatkan
per bulan sebagai berikut:
a. 0 s/d 50 m3;
b. 51 s/d 500 m3;
c. 501 s/d 1000 m3;
d. 1001 m3- 2500m3; atau
e. >2500 m3.

BAB IV…
-11-

BAB IV
KELOMPOK PENGGUNA AIR TANAH

Pasal 8

(1) Komponen peruntukan dan pengelolaan Air Tanah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
dibedakan dalam 5 (lima) kelompok pengguna Air Tanah
yang ditetapkan dalam bentuk pengusahaan berikut:
a. kelompok 1, merupakan bentuk pengusahaan
produk berupa Air, meliputi:
1. pemasok air baku;
2. perusahaan air minum;
3. industri air minum dalam kemasan;
4. pabrik es kristal; dan
5. pabrik minuman olahan.

b. kelompok 2, merupakan bentuk pengusahaan


produk bukan Air termasuk untuk membantu
proses produksi dengan penggunaan Air dalam
jumlah besar, meliputi:
1. industri tekstil;
2. pabrik makanan olahan;
3. hotel bintang 3, hotel bintang 4, dan hotel bintang
5;
4. pabrik kimia;
5. tempat pengolahan bahan beton/batching plant;
6. industri peternakan, perikanan;
7. pabrik kertas; dan
8. industri farmasi.
c. kelompok 3, merupakan bentuk pengusahaan
produk bukan Air termasuk untuk membantu
proses produksi dengan penggunaan Air dalam
jumlah sedang, meliputi:
1. hotel bintang 1 dan hotel bintang 2;
2. usaha persewaan jasa kantor;
3. apartemen dan kampus;
4. pabrik es skala kecil;
5. agro industri;
6. showroom kendaraan bermotor; dan
7. industri pengolahan logam.
d. kelompok 4, merupakan bentuk pengusahaan
produk bukan Air untuk membantu proses produksi
dengan penggunaan Air dalam jumlah kecil,
meliputi:
1. losmen/pondokan/penginapan/rumah sewa;
2. tempat hiburan;
3. restoran;
4. gudang pendingin;
5. pabrik mesin elektronik;
6. pencucian kendaraan bermotor;
7. kolam renang, waterboom; dan
8. jasa pencucian pakaian/laundry.
e.kelompok…
-12-

e. kelompok 5, merupakan bentuk pengusahaan


produk bukan Air untuk menunjang kebutuhan
pokok, meliputi:
1. usaha kecil skala rumah tangga;
2. rumah makan;
3. rumah sakit;
4. klinik;
5. stasiun pengisian bahan bakar umum;
6. stasiun pengisian bahan bakar gas;
7. stasiun pengisian bahan bakar elpiji; dan
8. tempat istirahat/rest area.

(2) Kelompok pengguna Air Tanah sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) berdasarkan tujuan dan besar
penggunaan air tanah sebagai bahan pendukung, bantu
proses, atau baku utama.

(3) Dalam hal terdapat pengguna Air Tanah baru yang


belum tercantum dalam bentuk pengusahaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dimasukkan dalam kelompok bentuk pengusahaan
yang sejenis, dan yang akan ditetapkan dengan
keputusan Bupati.

BAB V
TATA CARA PERHITUNGAN HARGA DASAR AIR TANAH

Pasal 9

(1) Perhitungan Besarnya HDA ditentukan oleh:


a. HAB; dan
b.FNA.

(2) HAB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


a, dihitung berdasarkan Biaya Investasi untuk
mendapatkan Air Tanah dengan volume yang
dihasilkan/diproduksi dalam masa umur ekonomis.

(3) FNA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,


disesuaikan dengan bobot nilai komponen sumber daya
alam serta peruntukan dan pengelolaan yang besarnya
ditentukan berdasarkan subyek kelompok penggunaan
Air Tanah serta volume pengambilan yang dihitung
secara progresif.

Pasal 10

(1) Untuk menentukan besarnya FNA sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b dilakukan
dengan cara memberikan nilai tertentu pada masing-
masing komponennya.

(2)Nilai…
-13-

(2) Nilai komponen Sumber Daya Alam sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a dan ayat (2)
dihitung secara eksponensial dengan bobot sebagai
berikut:

No K Peringk Bobot
1. r
Air Tanah kualitas baik, at 4 16
ada i
Sumber Air talternatif
e
2. Air Tanah kualitas
r 3 9
baik, tidak ada
i
Sumber Air aalternatif
3. Air Tanah kualitas 2 4
tidak baik, ada
Sumber Air alternatif
4. Air Tanah kualitas tidak 1 1
baik, tidak ada Sumber
Air alternatif

(3) Komponen peruntukan dan pengelolaan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) memiliki nilai
berdasarkan kelompok peruntukan dan volume
pengambilan yang dihitung secara progresif dengan
tabel berikut:

Volume Pengambilan (M3)


Volume Pengambilan (M3)
No Peruntukan
0– 51 - 501- 1001-
> 2500
50 500 1000 2500

1. Kelompok 5 1 1.5 2.25 3.38 5.06

2. Kelompok 4 3 4.5 6.75 10.13 15.19

3. Kelompok 3 5 7.5 11.25 16.88 25.31

4. Kelompok 2 7 10.5 15.75 23.63 35.44

5. Kelompok 1 9 13.5 20.25 30.38 45.56

(4) Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dipakai sebagai faktor pengali terhadap persentase
komponen sumber daya alam dan komponen
peruntukan dan pengelolaan.

Pasal 11…
-14-

Pasal 11

(1) Besarnya FNA diperoleh dari penjumlahan


perkalian bobot komponen Sumber Daya Alam
dengan bobot komponen peruntukan dan
pengelolaan.

(2) Besarnya bobot komponen Sumber Daya Alam dan


bobot komponen peruntukan dan pengelolaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai
berikut:

Ko Bobot
m
Sumber Daya Alam (S) 60 %
po
Peruntukan dan Pengelolaan (P) 40 %
ne
n
(3) Dalam menetapkan kriteria FNA, Pemerintah Daerah
dapat mempertimbangkan unsur perkembangan
wilayah Metropolitan dan Pusat-pusat Pertumbuhan.

BAB VI
PERHITUNGAN NILAI PEROLEHAN AIR

Pasal 12

(1) Perhitungan NPA sebagai dasar pengenaan pajak Air


Tanah diperoleh dengan cara mengalikan volume air
yang diambil dan dimanfaatkan (dalam ukuran m3
(meter kubik) dengan HDA.

(2) Volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan


adalah volume air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2).

(3) HDA diperoleh dengan mengalikan FNA dengan HAB.

(4) Cara perhitungan NPA sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:
PA = Volume Progresif x HDA
HDA = HAB x FNA
FNA = [60% x nilai Komponen Sumber Daya
Alam (S)] + [40% x
nilai
Komponen Peruntukan dan
NPA = Volume Progresif
Pengelolaan (P)] x HAB x FNA
= Volume Progresif x HAB x [(60% x S) +
(40% x P)]
(5) Contoh perhitungan NPA sebagai dasar pengenaan
pajak Air Tanah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 13…
-15-

Pasal 13

(1) Daerah dapat melaksanakan pencatatan/pendataan


pengambilan Air Tanah dan penghitungan NPA.

(2) Hasil pencatatan/pendataan pengambilan Air


Tanah dan penghitungan NPA dilaksanakan Daerah
untuk ditetapkan besaran NPA-nya oleh Gubernur.

(3) Penetapan NPA sebagaimana dimaksud ayat (2)


dilaksanakan setiap bulan.

Pasal 14

Nilai perolehan Air sebagai pengenaan pajak air tanah


ditetapkan secara periode sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun.

BAB VII
TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN PAJAK AIR
TANAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 15

Tata cara pelaksanaan pengelolaan Pajak Air Tanah


meliputi:
a. pendaftaran;
b. pendataan;
c. penetapan;
d. penyetoran;
e. angsuran dan penundaan Pembayaran;
f. pemeriksaan dan pengawasan;
g. penagihan;
h. pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak; dan
i. pengembalian kelebihan pembayaran.

Bagian Kedua
Pendaftaran

Pasal 16

(1) Setiap Wajib Pajak Air Tanah wajib mendaftarkan objek


pajak kepada Bupati melalui kepala BAPENDA dengan
menggunakan Formulir Pendaftaran Wajib Pajak dan
surat pendaftaran objek pajak dalam jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari sebelum sebelum
pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.

(2)Pendaftaran…
-16-

(2) Pendaftaran wajib pajak dan pendaftaran objek pajak


usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sebagai berikut:
a. pengusaha/penanggungjawab atau kuasanya
mengambil, mengisi dan menandatangani formulir
pendaftaran wajib pajak dan surat pendaftaran
objek pajak yang disediakan oleh BAPENDA
dan/atau UPTD Pajak Daerah;
b. formulir pendaftaran wajib pajak dan surat
pendaftaran objek pajak yang telah diisi dan
ditandatangani disampaikan kepada BAPENDA
dan/atau UPTD Pajak Daerah dengan melampirkan:
1. fotocopy KTP pengusaha/penanggungjawab/
penerima kuasa;
2. fotocopy Akte pendirian perusahaan; dan
3. fotocopy Surat Izin Pemanfaatan Air Tanah yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
c. terhadap penerimaan berkas pendaftaran, BAPENDA
dan/atau UPTD Pajak Daerah memberikan tanda
terima pendaftaran.

(3) Bentuk format Formulir Pendaftaran Wajib Pajak dan


surat pendaftaran objek pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.

Pasal 17

(1) Berdasarkan keterangan Wajib Pajak dan data yang


ada pada formulir pendaftaran, kepala BAPENDA
dan/atau kepala UPTD Pajak Daerah menerbitkan:
a. surat pengukuhan sebagai Wajib Pajak dengan
sistem pemungutan pajak yang dikenakan;
b. surat penunjukan sebagai sebagai pemilik/
penanggungjawab usaha Wajib Pajak;
c. kartu NPWPD.

(2) Penyerahan surat pengukuhan, surat penunjukan,


kartu NPWPD kepada pengusaha/penanggungjawab
atau kuasanya sesuai dengan tanda terima
pendaftaran.

Pasal 18

Terhadap Wajib Pajak tidak melaporkan sendiri usahanya


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, maka kepala
BAPENDA atau pejabat yang ditunjuk akan mendaftarkan
usaha Wajib Pajak secara jabatan.

Pasal 19…
-17-

Pasal 19

(1) BAPENDA dapat melakukan membatalkan surat


pengukuhan Wajib Pajak dan penghapusan NPWPD
dalam hal:
a. diajukan permohonan pembatalan dan penghapusan
sebagai Wajib Pajak oleh Wajib Pajak dan/atau ahli
warisnya, apabila Wajib Pajak sudah tidak
memenuhi persyaratan sebagai Wajib Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perpajakan daerah;
b. Wajib Pajak menghentikan secara tetap kegiatan
usahanya; atau
c. Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan subjek
pajak dan/atau objek pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perpajakan daerah.

(2) Pembatalan pengukuhan Wajib Pajak dan penghapusan


NPWPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan.

(3) Dalam hal Wajib Pajak masih memiliki utang pajak,


maka pembatalan pengukuhan Wajib Pajak dan
penghapusan NPWPD tidak dapat diterbitkan oleh
kepala BAPENDA.

Bagian Ketiga
Pendataan

Pasal 20

(1) Dalam rangka perhitungan NPA, kepala BAPENDA


dan/atau pejabat yang ditunjuk melakukan pendataan
dan/atau pencatatan besarnya jumlah/volume
pengambilan dan pemanfaatan Air Tanah yang
digunakan oleh wajib pajak berdasarkan penggunaan
meter air (water meter).

(2) Pendataan objek pajak dan subjek pajak sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), dicatat oleh Petugas BAPENDA
dengan menggunakan SPTPD atau dokumen lain yang
dipersamakan.

(3) Bagi Wajib Pajak yang tidak mempergunakan meter air


(water meter) ketetapan besarnya jumlah/volume
pengambilan dan pemanfaatan Air Tanah didasarkan
pada volume maksimal pengambilan dan pemanfaatan
Air Tanah dalam 30 (tiga puluh) hari kalender yang
diizinkan sebagaimana tercantum dalam Surat Izin
Pengusahaan Air Tanah.
(4)Dalam…
-18-

(4) Dalam hal meter air (water meter) rusak, besarnya


jumlah pengambilan dan pemanfaatan Air Tanah
didasarkan pada volume maksimal pengambilan dan
pemanfaatan Air Tanah dalam 30 (tiga puluh) hari
kalender yang diizinkan sebagaimana tercantum dalam
Surat Izin Pengusahaan Air Tanah.

(5) Dalam hal pengambilan dan pemanfaatan Air Tanah


dihentikan sementara/selamanya atau pergantian
sumur atau terjadi kerusakan meter air (water meter)
maka Wajib Pajak diharuskan melaporkan secara
tertulis kepada kepala BAPENDA dan/atau kepala UPTD
Pajak Daerah.

(6) BAPENDA dapat mengembangkan sistem pelaporan


SPTPD secara elektronik dan online.

(7) Bentuk format Formulir SPTPD sebagaimana dimaksud


pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.

Bagian Keempat
Penetapan

Pasal 21

(1) Kepala BAPENDA dan/atau Kepala UPTD Pajak Daerah


dapat menetapkan besarnya pajak yang terutang dalam
suatu masa pajak sesuai dengan penghitungan NPA
atau dokumen lain yang dipersamakan berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan dengan
mengeluarkan SKPD atau dokumen lain yang
dipersamakan.

(2) SKPD yang diterbitkan meliputi:


a. SKPDKB;
b.SKPDKBT;
c. SKPDLB; dan/atau
d.SKPDN.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk SKPD


sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berpedoman pada
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(4) Apabila pembayaran pajak terutang dilakukan setelah


jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dikenakan bunga keterlambatan sebesar 2%
(dua persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama
24 (dua puluh empat) bulan, dan ditagih dengan STPD.
Pasal 22…
-19-

Pasal 22

(1) Pajak terutang dalam SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD,


wajib dilunasi dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal diterbitkan.

(2) Pajak terutang dalam SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD,


yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo
pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% (dua persen) sebulan.

Bagian Kelima
Penyetoran

Pasal 23

(1) Wajib Pajak menyetorkan pajak ke Kas Daerah,


bank/channel perbankan dan/atau tempat lain yang
ditunjuk oleh Bupati, berdasarkan SKPD.

(2) Bank yang ditunjuk Bupati menerima setoran pajak


dan memvalidasi SSPD rangkap 2 (dua):
a. lembar pertama untuk Wajib Pajak; dan
b. lembar kedua dan untuk arsip.

(3) Dalam hal bank telah yang ditunjuk Bupati


menerapkan elektronifikasi penerimaan setoran pajak
maka validasi terhadap SSPD atau tanda bukti
pembayaran lain yang sah berpedoman pada ketentuan
Peraturan Perundangan-undangan yang berlaku.

Bagian Keenam
Angsuran dan Penundaan Pembayaran

Pasal 24

(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas permohonan


Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang
ditentukan, dapat memberikan persetujuan untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang
terutang dalam SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, dengan
dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

(2) Tata cara pembayaran angsuran dan penundaan


pembayaran pajak terutang dilakukan sebagai berikut :
a. wajib Pajak yang akan melakukan pembayaran
secara angsuran maupun menunda pembayaran
pajak, harus mengajukan permohonan secara
tertulis kepada Bupati melalui Kepala Bappenda
dengan disertai alasan yang jelas dan melampirkan
fotokopi SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD yang
diajukan permohonannya;
b.permohonan…
-20-

b. permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a


harus sudah diterima BAPENDA paling lambat 7
(tujuh) hari sebelum jatuh tempo pembayaran yang
telah ditentukan;
c. permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a
harus melampirkan rincian utang pajak untuk masa
pajak atau tahun pajak yang bersangkutan serta
alasan-alasan yang mendukung diajukannya
permohonan;
d. terhadap permohonan pembayaran secara angsuran
maupun penundaan pembayaran yang disetujui
Bupati atau pejabat yang ditunjuk, untuk
selanjutnya dituangkan dalam surat keputusan,
baik surat keputusan pembayaran secara angsuran
maupun penundaan pembayaran yang
ditandatangani bersama oleh Bupati atau pejabat
yang ditunjuk bersama Wajib Pajak yang
bersangkutan;
e. pembayaran angsuran diberikan paling lama untuk
10 (sepuluh) kali angsuran dalam jangka waktu 10
(sepuluh) bulan terhitung sejak tanggal surat
keputusan angsuran, kecuali ditetapkan lain oleh
Bupati atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan
alasan Wajib Pajak yang dapat diterima;
f. penundaan pembayaran diberikan untuk paling
lama 4 (empat) bulan terhitung mulai tanggal jatuh
tempo pembayaran yang termuat dalam SKPDKB,
SKPDKBT dan STPD, kecuali ditetapkan lain oleh
kepala BAPENDA berdasarkan alasan Wajib Pajak
yang dapat diterima;
g. pembayaran angsuran atau penundaan pembayaran
dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan;
h. perhitungan untuk pembayaran angsuran adalah
sebagai berikut:
1. perhitungan sanksi bunga dikenakan hanya
terhadap jumlah sisa angsuran;
2. jumlah sisa angsuran adalah hasil pengurangan
antara besarnya sisa pajak yang belum atau
akan diangsur, dengan pokok pajak angsuran;
3. pokok pajak angsuran adalah hasil pembagian
antara jumlah pajak terutang yang akan
diangsur, dengan jumlah bulan angsuran;
4. bunga adalah hasil perkalian antara jumlah sisa
angsuran dengan bunga sebesar 2% (dua
persen);
5. besarnya jumlah yang harus dibayar tiap bulan
angsuran adalah pokok pajak angsuran
ditambah dengan bunga sebesar 2% (dua
persen).
i. terhadap jumlah angsuran yang harus dibayar tiap
bulan tidak dapat dibayar dengan angsuran lagi,
tetapi harus dilunasi tiap bulan;

j.perhitungan…
-21-

j. perhitungan untuk penundaan pembayaran adalah


sebagai berikut:
1. perhitungan bunga dikenakan terhadap seluruh
jumlah pajak terutang yang akan ditunda,
yaitu hasil perkalian antara bunga 2 % (dua
persen) dengan jumlah bulan yang ditunda,
dikalikan dengan seluruh jumlah utang pajak
yang akan ditunda;
2. besarnya jumlah yang harus dibayar adalah
seluruh jumlah utang pajak yang ditunda,
ditambah dengan jumlah bunga 2 % (dua
persen) sebulan;
3. penundaan pembayaran harus dilunasi
sekaligus paling lambat pada saat jatuh
tempo penundaan yang telah ditentukan dan
tidak dapat diangsur.
k. terhadap Wajib Pajak yang telah mengajukan
permohonan pembayaran secara angsuran, tidak
dapat mengajukan permohonan penundaan
pembayaran untuk surat ketetapan pajak yang
sama.

(3) Bentuk dan isi surat keputusan pembayaran angsuran


dan penundaan pembayaran serta bentuk formulir yang
berhubungan dengan penyelesaian permohonan
angsuran dan penundaan pembayaran pajak,
ditetapkan oleh kepala BAPENDA.

Bagian Ketujuh
Pemeriksaan dan Pengawasan

Pasal 25

Bupati atau pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan


pemeriksaan Pajak Air Tanah dengan tujuan untuk:
a. menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
daerah; dan/atau
b. tujuan lain dalam rangka melaksanakan Peraturan
Perundang-undangan perpajakan daerah.

Pasal 26

(1) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 huruf a, dilaksanakan pada satu atau
beberapa Masa Pajak dalam tahun berjalan maupun
tahun-tahun lalu.

(2) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan
atau Pemeriksaan Kantor.

Pasal 27…
-22-

Pasal 27

(1) Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka


melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan perpajakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 huruf b, meliputi penentuan, pencocokan, atau
pengumpulan materi yang berkaitan dengan tujuan
Pemeriksaan.

(2) Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka


melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan perpajakan dilakukan dengan kriteria antara
lain sebagai berikut:
a. pemberian NPWPD secara jabatan;
b. penghapusan NPWPD;
c. pengukuhan atau pencabutan pengukuhan
objek/subjek kena pajak;
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
e. pencocokan data dan/atau keterangan; dan/atau
f. pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.

(3) Pemeriksaan untuk tujuan lain sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), dilakukan dengan jenis Pemeriksaan
Lapangan atau Pemeriksaan Kantor.

(4) Ketentuan mengenai pemeriksaan Pajak Air Tanah


berpedoman pada Peraturan Bupati tentang penelitian
dan pemeriksaan pajak daerah.

Pasal 28

Pengawasan dilakukan terhadap:


a. status pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah;
dan
b. penetapan, pembayaran, dan penagihan Pajak yang
terutang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 29

(1) Setiap petugas yang ditunjuk wajib melakukan


pengawasan terhadap:
a. pelaksanaan pengambilan dan/atau pemanfaatan
Air Tanah;
b. pemungutan dan pembayaran Pajak Air Tanah.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan untuk menilai sebagai berikut:
a. aspek teknis pengambilan dan/atau pemanfaatan
Air Tanah;
b. aspek kepatuhan pemungutan, dan pembayaran
pajak.

(3)Apabila...
-23-

(3) Apabila dalam pengawasan yang dilakukan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditemukan
pelanggaran, petugas wajib melakukan pengusutan
atas pelanggaran tersebut.

(4) Apabila dalam melakukan pengusutan sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) ditemukan data baru (novum),
maka data tersebut dipakai sebagai dasar untuk
melakukan tagihan susulan.

Bagian Kedelapan
Tata Cara Penagihan

Pasal 30

(1) Kepala BAPENDA dapat menerbitkan STPD apabila:


a. Pajak–pajak Daerah dalam tahun berjalan tidak atau
kurang dibayar;
b. Dari hasil penelitian SKPD terdapat kekurangan
pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau
salah hitung;
c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa
denda atau bunga.

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam


STPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
huruf b, ditambah dengan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan untuk
paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat
terutangnya pajak.

(3) Pajak yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh


tempo pembayaran atau terlambat dibayar dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
persen) sebulan, dan ditagih dengan STPD.

Pasal 31

(1) Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak yang


terutang dalam surat ketetapan pajak, surat
keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan
dan putusan banding yang tidak atau kurang dibayar
setelah jatuh tempo pembayaran.

(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan penagihan pajak


dengan Surat Paksa diatur sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.

(3) Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak atau Penangung


Pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan
penagihan pajak dengan Surat Paksa.

Bagian…
-24-

Bagian Kesembilan
Tata Cara Pengurangan, Keringanan, dan Pembebasan Pajak

Pasal 32

(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat


memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan
pajak.

(2) Permohonan Wajib Pajak diajukan secara tertulis


kepada Bupati melalui kepala BAPENDA selambat–
lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum jatuh tempo
pembayaran, dengan melampirkan paling sedikit terdiri
atas :
a. besarnya pajak terutang;
b. kemampuan keuangan Wajib Pajak yang didukung
oleh keterangan/bukti syah dari yang berwenang
dan bagi Wajib Pajak badan usaha harus
melampirkan laporan keuangan yang syah;
c. pemberian persetujuan selama-lamanya 3 (tiga)
bulan sejak permohonan Wajib Pajak diterima
dengan ketentuan:
1. Pengurangan paling tinggi sebesar 50% (lima
puluh persenI dari besarnya pajak terutang;
2. Keringanan berupa pelunasan pajak selama-
lamanya 1 ( satu ) tahun.

(3) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan, Bupati tidak


memberikan keputusan, permohonan wajib pajak
dianggap dikabulkan dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).

Pasal 33

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan,


keringanan dan pembebasan berpedoman kepada ketentuan
Peraturan Perundang–undangan.

BAB VIII
KEBERATAN DAN BANDING
Bagian Kesatu
Keberatan

Pasal 34

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada


Bupati dalam hal ini Kepala BAPENDA yang ditunjuk atas
SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB, SKPDN Pajak Air Tanah.

Pasal 35…
-25-

Pasal 35

(1) Penyelesaian keberatan atas surat ketetapan pajak


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dilaksanakan
oleh BAPENDA dengan memproses penyelesaian
keberatan untuk jumlah ketetapan pajak (pokok pajak
berikut sanksi administrasi).

(2) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan untuk


beberapa surat ketetapan pajak dengan objek pajak
(tempat usaha) yang sama diselesaikan secara
bersamaan di BAPENDA.

(3) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan untuk


surat ketetapan pajak yang telah dilakukan tindakan
penagihan pajak dengan Surat Paksa, diselesaikan
melalui Tim Pertimbangan Keberatan Pajak.

(4) Batas kewenangan penyelesaian keberatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dapat
ditinjau kembali dengan keputusan kepala BAPENDA.

(5) Permohonan keberatan yang diajukan Wajib Pajak


harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia, dengan disertai alasan-alasan yang
jelas;
b. dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas
ketetapan pajak secara jabatan, Wajib Pajak harus
dapat membuktikan ketidak benaran ketetapan
pajak tersebut;
c. surat permohonan keberatan ditandatangani oleh
Wajib Pajak, dan dalam hal permohonan keberatan
dikuasakan kepada pihak lain harus dengan
melampirkan surat kuasa;
d. surat permohonan keberatan diajukan untuk satu
surat ketetapan pajak dan untuk satu tahun pajak
atau masa pajak dengan melampirkan fotokopinya;
e. permohonan keberatan diajukan dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat
ketetapan pajak diterima oleh Wajib Pajak, kecuali
apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa
jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena
keadaan di luar kekuasaannya.

Pasal 36

(1) Pengajuan keberatan yang tidak memenuhi persyaratan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (5), tidak
dianggap sebagai pengajuan keberatan, sehingga tidak
dipertimbangkan.
(2)Dalam…
-26-

(2) Dalam hal pengajuan keberatan yang belum memenuhi


persyaratan tetapi masih dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 Ayat (5) huruf e,
kepala BAPENDA dapat meminta Wajib Pajak untuk
melengkapi persyaratan tersebut.

Pasal 37

Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar


pajak dan pelaksanaan penagihan pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 38

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)


bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, Bupati
atau pejabat yang ditunjuk harus memberikan
Keputusan atas keberatan yang diajukan oleh Wajib
Pajak, yang dituangkan dalam Keputusan Bupati atau
Keputusan Pejabat yang ditunjuk.

(2) Keputusan Bupati atau Keputusan Pejabat yang


ditunjuk atas keberatan sebagaimana maksud pada
ayat (1), dapat berupa menerima seluruhnya atau
sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajak
yang terutang.

(3) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


telah lewat, dan Bupati atau Pejabat Yang Ditunjuk
tidak memberikan jawaban, maka keberatan yang
diajukan Wajib Pajak tersebut dianggap dikabulkan.

(4) Keputusan keberatan tidak menghilangkan hak Wajib


Pajak untuk mengajukan permohonan mengangsur
pembayaran.

Pasal 39

(1) Dalam hal surat permohonan keberatan memerlukan


pemeriksaan lapangan maka kepala BAPENDA dapat
meminta kepada Pemeriksa untuk dilakukan
pemeriksaan lapangan dan hasilnya dituangkan dalam
Laporan Pemeriksaan Pajak Air Tanah.

(2) Terhadap surat keberatan yang tidak memerlukan


pemeriksaan lapangan, kepala BAPENDA dapat
berkoordinasi dengan unit kerja terkait untuk
mendapatkan masukan dan pertimbangan atas
keberatan Wajib Pajak, dan hasilnya dituangkan dalam
laporan hasil koordinasi pembahasan keberatan
pajak.

(3) Kepala BAPENDA dapat membentuk Tim Pertimbangan


Keberatan Pajak untuk memberikan pertimbangan
dalam rangka pembahasan keberatan pajak.
Pasal 40…
-27-

Pasal 40

(1) Kepala BAPENDA karena jabatannya atau atas


permohonan Wajib Pajak dapat membetulkan surat
keputusan keberatan Pajak Air Tanah yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan
hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan
Peraturan Perundang-undangan tentang Pajak Air
Tanah.

(2) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada


Ayat (1) harus disampaikan secara tertulis oleh Wajib
Pajak kepada kepala BAPENDA paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal diterima surat (petikan)
putusan keberatan dengan memberikan alasan yang
jelas.

Bagian Kedua
Banding

Pasal 41

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding


hanya kepada Pengadilan Pajak, terhadap keputusan
mengenai keberatan yang ditetapkan oleh Bupati atau
pejabat yang ditunjuknya.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia,
dengan alasan yang jelas, dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan sejak keputusan keberatan diterima,
dengan dilampirkan salinan dari surat keputusan
tersebut.

(3) Pengajuan permohonan banding tidak menunda


kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan
penagihan pajak.

Pasal 42

(1) Terhadap satu keputusan keberatan, diajukan 1 (satu)


surat banding.

(2) Terhadap banding dapat diajukan surat pernyataan


pencabutan kepada Pengadilan Pajak.

(3) Banding yang dicabut sebagaimana dimaksud pada


ayat (2), dihapus dari daftar sengketa dengan:
a. penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan
pencabutan diajukan sebelum sidang dilaksanakan;
b. putusan Majelis Hakim/Hakim Tunggal melalui
pemeriksaan dalam hal surat pernyataan
pencabutan diajukan dalam sidang atas persetujuan
terbanding.
(4)Banding…
-28-

(4) Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau


putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
dapat diajukan kembali.

BAB IX
SANKSI KELEBIHAN VOLUME

Pasal 43

Kelebihan volume pengambilan Air Tanah dari yang tertera


dalam Surat Izin Pengusahaan Air Tanah dikenakan sanksi
berupa kewajiban untuk membayar kelebihan volume
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Pajak Air = Pajak Air Tanah + Sanksi Kelebihan


Tanah Volume
dengan
kelebihan
Volume

Sanksi Kelebihan = 100% x HDA x (Volume


Volume Pemakaian – Volume yang diizinkan)

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 44

(1) Pada saat Peraturan Bupati ini berlaku, maka pajak


yang masih terutang sebelum berlakunya Peraturan
Bupati ini masih dapat ditagih dalam jangka waktu 5
(lima) tahun, sejak saat terutang.

(2) Segala proses yang meliputi proses penyitaan, proses


pelelangan, proses permohonan pembetulan dan
pembatalan pajak, proses permohonan pengurangan
dan keringanan, proses keberatan dan/atau banding
proses permohonan penghapusan, yang sedang
berjalan sebelum berlakunya Peraturan Bupati ini,
prosesnya tetap dilaksanakan sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Bupati ini.

BAB XI…
-29-

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 45

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan


Bupati Tangerang Nomor 07 Tahun 2011 tentang Pedoman
Teknis Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Tanah, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 46

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Kabupaten Tangerang.

Ditetapkan di Tigaraksa
pada tanggal 26 Desember 2019

BUPATI TANGERANG,

ttd

A. ZAKI ISKANDAR

Diundangkan di Tigaraksa
pada tanggal 26 Desember 2019

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN TANGERANG,

ttd

MOCH. MAESYAL RASYID

BERITA DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2019 NOMOR 118


-1-

LAMPIRAN I
PERATURAN BUPATI TANGERANG
NOMOR 118 TAHUN 2019
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK
AIR TANAH

CONTOH PERHITUNGAN NPA

1. Pajak Air Tanah adalah pungutan daerah atas pengambilan dan


Pengusahaan Air Tanah

Pajak Air Tanah = Tarif Pajak x Nilai Perolehan Air


= 20% x Nilai Perolehan Air

2. Nilai Komponen Sumber Daya Alam :


No Kriteria Peringkat Bobot
1. Air Tanah kualitas baik, ada 4 16
Sumber Air alternatif
2. Air Tanah kualitas baik, tidak ada 3 9
Sumber Air alternatif
3. Air Tanah kualitas tidak baik, ada 2 4
Sumber Air alternatif
4. Air Tanah kualitas tidak baik, 1 1
tidak ada Sumber Air alternatif

3. Nilai Indeks Komponen Peruntukan dan Pengelolaan untuk masing-masing


jenis Pengusahaan dan kelompok pemakai air tanah dilakukan dengan
melihat tabel dibawah ini :
Volume Pengambilan
>
51- 501- 1001-
No Peruntukan 0-50 250
500 1000 2500
M3 0
M3 M3 M3
M3
1. Kelompok 5 1 1.5 2.25 3.38 5.06

15.1
2. Kelompok 4 3 4.5 6.75 10.13
9
25.3
3. Kelompok 3 5 7.5 11.25 16.88
1
35.4
4. Kelompok 2 7 10.5 15.75 23.63
4
45.5
5. Kelompok 1 9 13.5 20.25 30.38
6

Tabel…
-2-

Tabel perhitungan FNA masing-masing kelompok sebagai berikut:

A. TABEL JUMLAH FNA KELOMPOK 1

1. Air Tanah Kualitas Baik, Ada Sumber Air Alternatif.

Kompon
Volume en Peruntukan
No Sumber FNA
Pengambilan Daya dan
Ala Pengelolaa
m n
1. Volume 0-50 m3 16 x60% = 9,6 9x40% = 3,6 13,2
2. Volume 51-500 m3 16 x60% = 9,6 13,5x40%=5,4 15
3. Volume 501-1000 m3 16 x60% = 9,6 20,25X 40%=8,1 17,7
4. Volume1001-2500 m3 16 x60% = 9,6 30,38X 40%=12,2 21,8
5. Volume >2500 m3 16 x60% = 9,6 45,56X 40%=18,2 27.8

2. Air Tanah Kualitas Baik, Tidak Ada Sumber Air Alternatif.

Komponen
Volume
No FNA
Pengambilan Sumber Peruntukan
Daya dan
1. Volume 0-50 m3 Alam
9 x60% = 5.4 Pengelolaa
9x40% = 3,6 9
n
2. Volume 51-500 m3 9 x60% = 5,4 13,5x40%=5,4 10,8

3. Volume 501-1000 m3 9 x60% = 5,4 20,25X 40%=8,1 13,5

4. Volume1001-2500 m3 9 x60% = 5,4 30,38X 40%=12,2 17,6


5. Volume >2500 m3 9 x60% = 5,4 45,56X 40%=18,2 23,6

3. Air Tanah Kualitas Tidak Baik, Ada Sumber Air Alternatif.

Komponen
Volume
No FNA
Pengambilan
Sumber Peruntukan
Daya dan
1. Volume 0-50 m3 Alam
4 x60% = 2,4 Pengelolaa
9x40% = 3,6 6
n
2. Volume 51-500 m3 4 x60% = 2,4 13,5x40%=5,4 7,8

3. Volume 501-1000 m3 4 x60% = 2,4 20,25X 40%=8,1 10,5

4. Volume1001-2500 m3 4 x60% = 2,4 30,38X 40%=12,2 14,6


5. Volume >2500 m3 4 x60% = 2,4 45,56X 40%=18,2 20,6

4.Air..
-3-

4. Air Tanah Kualitas Tidak Baik, Tidak Ada Sumber Air Alternatif.

Kompone
Volume n Peruntukan
No Sumber FNA
Pengambilan Daya dan
1. Volume 0-50 m3 Ala = 0,6
1 x60% Pengelolaa
9x40% = 3,6 4,2
m n
2. Volume 51-500 m3 1 x60% = 0,6 13,5x40%=5,4 6
3. Volume 501-1000 m3 1 x60% = 0,6 20,25X 40%=8,1 8,7
4. Volume1001-2500 m3 1 x60% = 0,6 30,38X 12,8
Volume >2500 m3 40%=12,2 18,8
5. 1 x60% = 0,6 45,56X
40%=18,2
B. TABEL JUMLAH FNA KELOMPOK 2

1. Air Tanah Kualitas Baik, Ada Sumber Air Alternatif.

Komponen
Volume
No FNA
Pengambilan Sumber Peruntukan
Daya dan
1. Volume 0-50 m3 Alam Pengelolaa
16 x60% = 9,6 7x40% = 2,8 12,4
n
2. Volume 51-500 m3 16 x60% = 9,6 10,5x40%= 4,2 13,8
3. Volume 501-1000 m3 16 x60% = 9,6 15,75X 40%= 6,3 15,9
4. Volume1001-2500 m3 16 x60% = 9,6 23,63X 40%= 9,5 19,1
5. Volume >2500 m3 16 x60% = 9,6 35,44X 40%= 14,2 23,8

2. Air Tanah Kualitas Baik, Tidak Ada Sumber Air Alternatif.

Komponen
Volume
No FNA
Pengambilan Sumber Peruntukan
Daya dan
1. Volume 0-50 m3 Alam
9 x60% = 5.4 Pengelolaa 8,2
7x40% = 2,8
n
2. Volume 51-500 m3 9 x60% = 5,4 10,5x40%= 4,2 9,6

3. Volume 501-1000 m3 9 x60% = 5,4 15,75X 40%= 6,3 11,7

4. Volume1001-2500 m3 9 x60% = 5,4 23,63X 40%= 9,5 14,9

5. Volume >2500 m3 9 x60% = 5,4 35,44X 40%= 14,2 19,6

3.Air Tanah…
-4-

3. Air Tanah Kualitas Tidak Baik, Ada Sumber Air Alternatif.

Volume Komponen
No Pengambilan FNA
Sumber Daya Peruntukan
Alam dan
Pengelolaan

1. Volume 0-50 m3 4 x60% = 2,4 7x40% = 2,8 5,2


2. Volume 51-500 m3 4 x60% = 2,4 10,5x40%= 4,2 6,6
3. Volume 501-1000 m3 4 x60% = 2,4 15,75X 40%= 6,3 8,7
4. Volume1001-2500 m3 4 x60% = 2,4 23,63X 40%= 9,5 11,9
5. Volume >2500 m3 4 x60% = 2,4 35,44X 40%= 14,2 16,6

4. Air Tanah Kualitas Tidak Baik, Tidak Ada Sumber Air Alternatif.

Komponen
Volume
No FNA
Pengambilan Sumber Peruntukan
Daya dan
Alam Pengelolaan

1. Volume 0-50 m3 1 x60% = 0,6 7x40% = 2,8 3,4


2. Volume 51-500 m3 1 x60% = 0,6 10,5x40%= 4,2 4,8
3. Volume 501-1000 m3 1 x60% = 0,6 15,75X 40%= 6,3 6,9
4. Volume1001-2500 m3 1 x60% = 0,6 23,63X 40%= 9,5 10,1
5. Volume >2500 m3 1 x60% = 0,6 35,44X 40%= 14,2 14,8

C. TABEL JUMLAH FNA KELOMPOK 3

1. Air Tanah Kualitas Baik, Ada Sumber Air Alternatif.

Kompone
Volume n Peruntukan
No Sumber FNA
Pengambilan Daya dan
Alam Pengelolaan

1. Volume 0-50 m3 16 x60% = 9,6 5x40% = 2 11.6

2. Volume 51-500 m3 16 x60% = 9,6 7,5x40%= 3 12,6

3. Volume 501-1000 m3 16 x60% = 9,6 11,25 X 40%= 4,5 14,1

4. Volume1001-2500 m3 16 x60% = 9,6 16,88X 40%= 6,8 16,4

5. Volume >2500 m3 16 x60% = 9,6 25,31X 40%= 10,1 19,7

2.Air Tanah…
-5-

2. Air Tanah Kualitas Baik, Tidak Ada Sumber Air Alternatif.

Komponen
Volume
No FNA
Pengambilan Sumber Peruntukan
Daya dan
Alam Pengelolaan

1. Volume 0-50 m3 9 x60% = 5.4 5x40% = 2 7,4

2. Volume 51-500 m3 9 x60% = 5,4 7,5x40%= 3 8,4

3. Volume 501-1000 m3 9 x60% = 5,4 11,25 X 40%= 4,5 9,9

4. Volume1001-2500 m3 9 x60% = 5,4 16,88X 40%= 6,8 12,2

5. Volume >2500 m3 9 x60% = 5,4 25,31X 40%= 10,1 15,5

3. Air Tanah Kualitas Tidak Baik, Ada Sumber Air Alternatif.

Kompone
Volume n
No FNA
Pengambilan Sumber Peruntukan
Daya dan
Alam Pengelolaan

1. Volume 0-50 m3 4 x60% = 2,4 5x40% = 2 4,4

2. Volume 51-500 m3 4 x60% = 2,4 7,5x40%= 3 5,4

3. Volume 501-1000 m3 4 x60% = 2,4 11,25 X 40%= 4,5 6,9

4. Volume1001-2500 m3 4 x60% = 2,4 16,88X 40%= 6,8 9,2

5. Volume >2500 m3 4 x60% = 2,4 25,31X 40%= 10,1 12,5

4. Air Tanah Kualitas Tidak Baik, Tidak Ada Sumber Air Alternatif.

Kompone
Volume n Peruntukan
No Sumber FNA
Pengambilan Daya dan
Alam Pengelolaan
1. Volume 0-50 m3 1 x60% = 0,6 5x40% = 2 2,6

2. Volume 51-500 m3 1 x60% = 0,6 7,5x40%= 3 3,6

3. Volume 501-1000 m3 1 x60% = 0,6 11,25 X 40%= 4,5 5,1

4. Volume1001-2500 m3 1 x60% = 0,6 16,88X 40%= 6,8 7,4

5. Volume >2500 m3 1 x60% = 0,6 25,31X 40%= 10,1 10,7

D.TABEL…
-6-

D. TABEL JUMLAH FNA KELOMPOK 4

1. Air Tanah Kualitas Baik, Ada Sumber Air Alternatif.

Volume Komponen
No Pengambilan FNA
Sumber Peruntukan
Daya dan
Alam Pengelolaan

1. Volume 0-50 m3 16 x60% = 9,6 3x40% = 1,2 10,8

2. Volume 51-500 m3 16 x60% = 9,6 4,5x40%= 1,8 11,4

3. Volume 501-1000 m3 16 x60% = 9,6 6,75 X 40%= 2,7 12,3


Volume1001-2500 13,7
4. 16 x60% = 9,6 10,13X 40%= 4,1
m3
5. Volume >2500 m3 16 x60% = 9,6 15,19X 40%= 6,1 15,7

2. Air Tanah Kualitas Baik, Tidak Ada Sumber Air Alternatif.

Komponen
Volume
No FNA
Pengambilan Sumber Peruntukan
Daya dan
Alam Pengelolaa
n
1. Volume 0-50 m3 9 x60% = 5.4 3x40% = 1,2 6,6

2. Volume 51-500 m3 9 x60% = 5,4 4,5x40%= 1,8 7,2

3. Volume 501-1000 m3 9 x60% = 5,4 6,75 X 40%= 2,7 8,1


Volume1001-2500 9,5
4. 9 x60% = 5,4 10,13X 40%= 4,1
m3
5. Volume >2500 m3 9 x60% = 5,4 15,19X 40%= 6,1 11,5

3. Air Tanah Kualitas Tidak Baik, Ada Sumber Air Alternatif.

Komponen
Volume
No FNA
Pengambilan Sumber Peruntukan
Daya dan
Alam Pengelolaan

1. Volume 0-50 m3 4 x60% = 2,4 3x40% = 1,2 3,6

2. Volume 51-500 m3 4 x60% = 2,4 4,5x40%= 1,8 4,2

3. Volume 501-1000 m3 4 x60% = 2,4 6,75 X 40%= 2,7 5,1

4. Volume1001-2500 m3 4 x60% = 2,4 10,13X 40%= 4,1 6,5

5. Volume >2500 m3 4 x60% = 2,4 15,19X 40%= 6,1 8,5

4.Air…
-7-

4. Air Tanah Kualitas Tidak Baik, Tidak Ada Sumber Air Alternatif.

Volume Komponen
No Pengambilan Sumber Peruntukan FNA
Daya dan
Alam Pengelolaan

1. Volume 0-50 m3 1 x60% = 0,6 3x40% = 1,2 1,8

2. Volume 51-500 m3 1 x60% = 0,6 4,5x40%= 1,8 2,4

3. Volume 501-1000 m3 1 x60% = 0,6 6,75 X 40%= 2,7 3,3

4. Volume1001-2500 m3 1 x60% = 0,6 10,13X 40%= 4,1 4,7

5. Volume >2500 m3 1 x60% = 0,6 15,19X 40%= 6,1 6,7

E. TABEL JUMLAH FNA KELOMPOK 5

1. Air Tanah Kualitas Baik, Ada Sumber Air Alternatif.

Komponen
Volume
No FNA
Pengambilan Sumber Daya Peruntukan
Alam dan
Pengelolaan

1. Volume 0-50 m3 16 x60% = 9,6 1x40% = 0,4 10

2. Volume 51-500 m3 16 x60% = 9,6 1,5x40%= 0,6 10,2


Volume 501-1000 10,5
3. 16 x60% = 9,6 2,25 X 40%= 0,9
m3
Volume1001-2500 11
4. 16 x60% = 9,6 3,38X 40%= 1,4
m3
5. Volume >2500 m3 16 x60% = 9,6 5,06X 40%= 2,0 11,6

2. Air Tanah Kualitas Baik, Tidak Ada Sumber Air Alternatif.

Komponen
Volume Sumber Peruntukan
No Pengambilan Daya dan FNA
Alam Pengelolaan

1. Volume 0-50 m3 9 x60% = 5.4 1x40% = 0,4 5,8


2. Volume 51-500 m3 9 x60% = 5,4 1,5x40%= 0,6 6
Volume 501-1000 6,3
3. 9 x60% = 5,4 2,25 X 40%= 0,9
m3
Volume1001-2500 6,8
4. 9 x60% = 5,4 3,38X 40%= 1,4
m3
5. Volume >2500 m3 9 x60% = 5,4 5,06X 40%= 2,0 7,4

3.Air Tanah…
-8-

3. Air Tanah Kualitas Tidak Baik, Ada Sumber Air Alternatif.

Komponen
Volume
No FNA
Pengambilan Sumber Peruntukan
Daya dan
Alam Pengelolaan

1. Volume 0-50 m3 4 x60% = 2,4 1x40% = 0,4 2,8

2. Volume 51-500 m3 4 x60% = 2,4 1,5x40%= 0,6 3

3. Volume 501-1000 m3 4 x60% = 2,4 2,25 X 40%= 0,9 3,3

4. Volume1001-2500 m3 4 x60% = 2,4 3,38X 40%= 1,4 3,8

5. Volume >2500 m3 4 x60% = 2,4 5,06X 40%= 2,0 4,4

4. Air Tanah Kualitas Tidak Baik, Tidak Ada Sumber Air Alternatif.

Volume Komponen
No Pengambilan FNA
Sumber Peruntukan
Daya dan
Alam Pengelolaan

1. Volume0-50m3 1 x60% = 0,6 1x40% = 0,4 1

2. Volume51-500m3 1 x60% = 0,6 1,5x40%= 0,6 1,2

3. Volume501-1000m3 1 x60% = 0,6 2,25 X 40%= 0,9 1,5

4. Volume1001-2500m3 1 x60% = 0,6 3,38X 40%= 1,4 2

5. Volume>2500m3 1 x60% = 0,6 5,06X 40%= 2,0 2,6

a. Nilai Perolehan Air (NPA) dihitung dengan rumus :


NPA = Volume Progresif x HDA

HDA = HBA x FNA

FNA = [60% x nilai Komponen Sumber Daya Alam (S)] + [40% x nilai
Komponen Peruntukan dan Pengelolaan (P)]

NPA = Volume Progresif x HBA x FNA


= Volume Progresif x HBA x [(60% x S) + (40% x P)]

b.Contoh….
-9-

b. Contoh Perhitungan

HAB di Kabupten Tangerang adalah jumlah rata-rata seluruh HAB


sumur dalam dan sumur dangkal seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel Perhitungan Harga Air Baku di Kabupaten Tangerang


Biaya Operasional dengan asumsi umur sumur produksi
selama 5 tahun (60 bulan)

BIAYA PEMBUATAN SUMUR BIAYA OPERASIONAL

JENIS Biaya TOTAL BIAYA


NO Keda- Umur
PENGAMBILAN Pembora*) Sub Total Biaya/bulan Sub Total (Rp)
laman Sumur
(LS) (Rp) (Rp) (Rp)
(m) (Bln)
(Rp)

Sumur Bor
1 400.000.000 150 400.000.000 3.842.000 60 230.520.000 630.520.000
Dalam

Sumur Bor
2 30.000.000 50 30.000.000 768.000 60 46.080.000 76.080.000
Pantek

*) Rincian Biaya Pemboran Sumur Dalam dan Sumur Pantek terlampir Perhitungan
Biaya Operasional dengan asumsi menggunakan pompa Submersible dengan daya
5 PK dan pompa Jet pump dengan daya1 PK dimana 1PK≈746Watt, dipergunakan
selama 9 jam denganTarif Dasar Listrik Non-Subsidi Golongan Bisnis/Industri
bulan Oktober 2017 sebesar Rp 1.467,28 /kWh. Untuk mengantisipasi biaya
kenaikan dan biaya-biaya lainnya dipergunakan Overhead sebesar 30%.

BIAYA/

DAYA TARIF/ OVER BLN


JENIS DURASI BIAYA/BLN
NO POMPA PK kWh HEAD DIBULAT
PENGAMBILAN (jam) (Rp)
(kVA) (Rp) (30% ) KAN

(Rp)
SumurBor 3.842.014 3.842.000
1 3,730 5 9 1.467,28 886.619
Dalam

SumurBor 768.000
2 0,746 1 9 1.467,28 177.324 768.403
Pantek

Agar lebih realistis, debit pompa menggunakan asumsi air yang keluar pada
outlet untuk total head maksimum berdasarkan rata-rata uji di lapangan.

JENIS KAPASITAS
NO DEBIT
PENGAMBILAN POMPA

1 SumurBorDalam 5PK 2lt/d 64.800lt/hari 65 M3/hari


et
2 SumurBorPantek 1PK 12lt/ 6.480lt/hari 7M3/hari
mnt
-10-

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dan dengan mengacu kepada


Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2017 tentang Pedoman Penetapan Nilai Perolehan Air
Tanah,diperoleh hasil perhitungan untuk Harga Air Baku (HAB) di
Kabupaten Tangerang adalah sebesar Rp5.635.- permeter kubik dengan
rincian sebagai berikut :

Tabel Hasil Perhitungan Rata-Rata Harga Air Baku


di Kabupaten Tangerang

VOLUMEPENGAMBILAN HargaAir
Rata-Rata
JENIS Baku
NO M3/5 HAB/M3
PENGAMBILAN M3/Hari M3/Tahun (HAB)/M3
Tahun (Rp)
(Rp)
SumurBor
1 65 23.725 118.625 5.315
Dalam
5.635
SumurBor
2 7 2.555 12.775 5.955
Pantek

Contoh Kelompok 1 :
Suatu perusahaan pengguna air tanah dalam untuk keperluan industri Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK) menggunakan air tanah setiap bulan rata-
rata 3.000 m3. Air tanah kualitas baik, dan ada sumber alternative lain (di
dalam daerah jaringan PDAM) maka perhitungan FNA sebagai berikut :

Komponen
Volume
No SumberDaya Peruntukan dan FNA
Pengambilan
Alam Pengelolaan
1. Volume0-50m3 16 x60% = 9,6 9x40% =3,6 13,2
2. Volume51-500m3 16 x60% = 9,6 13,5x40%=5,4 15
3. Volume501-1000m3 16 x60% = 9,6 20,25X 40%=8,1 17,7
4. Volume1001-2500m3 16 x60% = 9,6 30,38X 40%=12,2 21,8
5. Volume>2500m3 16 x60% = 9,6 45,56X 40%=18,2 27,8

NPA (Vol umex


HDA(HABx
Volume HAB HDA)
Kelompok FNA FNA)(Rp)
(m3) (Rp) (Rp)
1 50 13,2 5.635 74.382 3.719.100
450 15 5.635 84.525 38.036.250
500 17,7 5.635 99.739,5 49.869.750
1.500 21,8 5.635 122.843 183.858.780
500 27,8 5.635 156.653 78.394.120

Jumlah 353.878.000
Berdasarkan…
-11-

Berdasarkan peraturan perundangan, ditentukan bahwa tarif ditentukan


maksimum sebesar 20 %, sehingga perhitungan tarif pajaknya adalah:

Pajak Air
Tanah = 20 % x (NPA)
20 % x Rp
= 353.878.000,-
= Rp 70.775.600,-

Dengan demikian maka perusahaan tersebut harus membayar pajak


penggunaan air tanah setiap bulan rata-rata sebesar Rp.70.775.600 (Tujuh
Puluh JutaTujuh Ratus Tujuh Puluh Lima Ribu EnamRatus Rupiah).

Contoh Kelompok 2 :

Suatu Hotel Bintang 5 menggunakanair tanah setiap bulan rata-rata 3.000


m3. Air tanah kualitas baik, dan tidak ada sumber alternative lain, maka
perhitungan FNA sebagai berikut:

Komponen
Volume
No SumberDaya Peruntukandan FNA
Pengambilan
Alam Pengelolaan
1. Volume0-50m3 9 x60% = 5,4 7x40% = 2,8 8,2
2. Volume51-500m3 9 x60% = 5,4 10,5x40%=4,2 9,6
3. Volume501-1000m3 9 x60% = 5,4 15,75X 40%=6,3 11,7
4. Volume1001-2500m3 9 x60% = 5,4 23,63X 40%=9,5 14,9
5. Volume>2500m3 9 x60% = 5,4 35,44X 40%=14,2 19,6

NPA(Vol
HDA(HABxFN
Volume HAB umex HDA)
Kelompok FNA A)(Rp)
(m3) (Rp) (Rp)

2 50 8,2 5.635 46.207 2.310.350


450 9,6 5.635 54.096 24.343.200
500 11,7 5.635 65.929,5 32.964.750
1.500 14,9 5.635 83.961,5 125.942.250
500 19,6 5.635 110.446 55.223.000

Jumlah 240.783.550

Berdasarkan…
-12-

Berdasarkan peraturan perundangan, ditentukan bahwa tarif


ditentukan maksimum sebesar 20 %, sehingga perhitungan tarif pajaknya
adalah :
Pajak Air Tanah : 20% X (NPA)
20% X Rp 240.783.550,-
Rp 48.156.710,-

Dengan demikian maka perusahaan tersebut harus membayar pajak


penggunaan air tanah setiap bulan rata-rata sebesar Rp.48.156.710,-(Empat
Puluh Delapan Juta Seratus Lima Puluh Enam Ribu Tujuh Ratus Sepuluh
Rupiah).

Contoh Kelompok 3 :
Suatu Showroom Kendaraan Bermotor menggunakanair tanah setiap bulan
rata-rata 4651 m3. Air tanah kualitas baik, dan tidak ada sumber alternative
lain, maka perhitungan FNA sebagai berikut :

Komponen
Volume
No SumberDaya Peruntukandan FNA
Pengambilan
Alam Pengelolaan

1. Volume0-50m3 9 x60% = 5,4 5x40% = 2 7,4


2. Volume51-500m3 9 x60% = 5,4 7.5x40%=3 8,4
3. Volume501-1000m3 9 x60% = 5,4 11.25X 40%=4,5 9,9
4. Volume1001-2500m3 9 x60% = 5,4 16,88X 40%=6,8 12,2
5. Volume>2500m3 9 x60% = 5,4 25,31X 40%=10,1 15,5

NPA(Vol umex HDA)


HDA(HA
Volume HAB (Rp)
Kelompok FNA BxFNA)
(m3) (Rp)
(Rp)
2.084.950
50 7,4 5.635 41.699

21.300.300
450 8,4 5.635 47.334
3
27.893.250
500 9,9 5.635 55.786,5
1500 12,2 5.635 68.747 103.120.500
2151 15,5 5.635 87.342,5 187.873.717,5

Jumlah 342.272.717,5
-13-

Berdasarkan peraturan perundangan, ditentukan bahwa tarif


ditentukan maksimum sebesar 20 %, sehingga perhitungan tarif pajaknya
adalah :
Pajak Air Tanah : 20% X (NPA)
20% X 342.272.717,5,-
Rp 68.454.543,5,-

Dengan demikian maka perusahaan tersebut harus membayar pajak


penggunaan air tanah setiap bulan rata-rata sebesar Rp68.454.543,5,-(Enam
Puluh Delapan Juta Empat Ratus Lima Puluh Empat Ribu Lima Ratus
Empat Puluh Tiga Rupiah).

Contoh Kelompok 4 :
Suatu Tempat hiburan menggunakanair tanah setiap bulan rata-rata 2.500 m3.
Air Tanah kualitas tidak baik, ada Sumber Air alternatif, maka perhitungan FNA
sebagai berikut :

Komponen
Volume
No SumberDaya Peruntukandan FNA
Pengambilan
Alam Pengelolaan

1. Volume0-50m3 4 x60% = 2,4 3x40% = 1,2 3,6


4,2
2. Volume51-500m3 4 x60% = 2,4 4,5x40%= 1,8
5,1
3. Volume501-1000m3 4 x60% = 2,4 6,75X 40%=2,7
6,5
4. Volume1001-2500m3 4 x60% = 2,4 10,13X 40%=4,1
8,5
5. Volume>2500m3 4 x60% = 2,4 15,19X 40%=6,1

NPA(Vol umex
HDA(HAB
Volume HAB HDA)
Kelompok FNA xFNA)(Rp)
(m3) (Rp) (Rp)

50 8,2 5.635 46.207 2.310.350

4 450 9 5.635 54.096 24.343.200


,
500 11,7
6 5.635 65.929,5 32.964.750
1.500 14,9 5.635 83.961,5 125.942.250
Jumlah 185.560.550

Berdasarkan…
-14-

Berdasarkan peraturan perundangan, ditentukan bahwa tarif ditentukan


maksimum sebesar 20 %, sehingga perhitungan tarif pajaknya adalah:
Pajak Air Tanah : 20% X (NPA)
20% X Rp 185.560.550,-
Rp 37.112.110,-

Dengan demikian maka perusahaan tersebut harus membayar pajak


penggunaan air tanah setiap bulan rata-rata sebesar Rp.37.112.110,-(Tiga
Puluh Tujuh Juta Seratus Dua Belas Ribu Seratus Sepuluh Rupiah).

Contoh Kelompok 5 :
Suatu Rumah Sakit menggunakanair tanah setiap bulan rata-rata 3.000 m3. Air
Tanah kualitas baik, tidak ada Sumber Air alternatif, maka perhitungan FNA
sebagai berikut :

Komponen
Volume
No SumberDaya Peruntukandan FNA
Pengambilan
Alam Pengelolaan
5,8
1. Volume0-50m3 9 x60% = 5,4 1x40% = 0,4
6
2. Volume51-500m3 9 x60% = 5,4 1,5 x40%= 0,6
6,3
3. Volume501-1000m3 9 x60% = 5,4 2,25X 40%=0,9
6,8
4. Volume1001-2500m3 9 x60% = 5,4 3,38X 40%=1,4
7,4
5. Volume>2500m3 9 x60% = 5,4 5,06X 40%=2

NPA(Vol
HDA(HABx
Volume HAB umex HDA)
Kelompok FNA FNA)(Rp)
(m3) (Rp) (Rp)

5,8 32.683 1.634.150


50 5.635
6 33.810 15.214.500
450 5.635
6,3 35.500,5 17.750.250
500 5.635
5 38.318 57.477.000
1.500 6,8 5.635
41.699 20.849.500
500 7,4 5.635
112.925.400
Jumlah

Berdasarkan…
-15-

Berdasarkan Peraturan Perundangan-undangan, ditentukan bahwa tarif


ditentukan maksimum sebesar 20 %, sehingga perhitungan tarif pajaknya
adalah :

Pajak Air Tanah : 20% X (NPA)


20% X Rp 196.323.400,-

Rp 22.585.080,-

Dengan demikian maka perusahaan tersebut harus membayar pajak


penggunaan air tanah setiap bulan rata-rata sebesar Rp.22.585.080,-(Dua Puluh
Dua Juta Lima Ratus Delapan Puluh Lima Ribu Delapan Puluh Rupiah).

BUPATI TANGERANG,

ttd

A. ZAKI ISKANDAR
-16-

LAMPIRAN II
PERATURAN BUPATI TANGERANG
NOMOR 118 TAHUN 2019
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK
AIR TANAH

SURAT PENDAFTARAN OBJEK PAJAK DAERAH (SPOPD)


PAJAK AIR TANAH (PAT)
Nomor : .....................................

I. Data Objek Pajak


a. Objek Pajak : Air Tanah
b. Sumur Ke : .............
c. Kedalaman Sumur : ........... M
d. Sistem Perhitungan : FLAT / METER *)
e. Jumlah Pemanfaatan : ............... m³/bulan
f. Tujuan Pemanfaatan 1). Rumah Tangga
2). Industri
3). ........................
g. Alamat/Lokasi Objek : ...............................................................................................
: RT..........RW......... Kode Pos .........................................
h. Kelurahan : ...............................................................................................
i. Kecamatan : ...............................................................................................
j. Kota/ Kab .Adm. : ...............................................................................................
k. TMT Operasi : ...............................................................................................
l. NOP PBB : ...............................................................................................

II. Data Wajib Pajak


a. Nama Wajib Pajak : ...............................................................................................
b. NPWPD : ...............................................................................................
c. NIK/NPWP : ................................................................................................

III. Keterangan Lain-lain :


Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibat termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya
beritahukan di atas, beserta lampiran-lampirannya adalah benar dan lengkap.
Tigaraksa,.............................
Petugas Penerima, Wajib Pajak/Penanggung Pajak,

................................................... ..................................................
NIP............................................ Nama Jelas/Tanda Tangan/Cap

Keterangan :
Lembar 1. Badan Pendapatan Daerah Kab.Tangerang
2. Wajib Pajak
PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG Nomor Formulir
BADAN PENDAPATAN DAERAH
KOMPLEK PERKANTORAN TIGARAKSA
TELP.021-5993783
FORMULIR PENDAFTARAN
WAJIB PAJAK / BADAN USAHA
Kepada Yth,
…………………………………………………
…………………………………………………
di …………………………………………….

PERHATIAN :
1. Harap diisi dalam rangkap dua (dua) ditulis dengan huruf CETAK
2. Beri tanda √ pada kotak yang tersedia untuk jawaban yang diberikan
3. Setelah Formulir Pendaftaran ini diisi dan ditanda tangani, harap diserahkan kembali
Kepada Badan Pendapatan Daerah Cq. Kepala Bidang Pajak Daerah Non PBB dan BPHTB

DIISI OLEH SELURUH WAJIB PAJAK BADAN USAHA

1. Nama Badan/Merk/Usaha :

2. Alamat (foto copy Surat keterangan domisili dilampirkan)


- Jalan / No :
- RT / RW :
- Desa / Kelurahan :
- Kecamatan :
- Kabupaten / Kota :
- No. Telp :
- Kode Pos :

3. Surat Izin yang dimiliki (foto copy Surat Izin harap dilampirkan)
- Surat Izin Tempat Usaha : No. …………………….………………….Tgl
………………………………..
- Surat Izin …………………… : No. …………………….………………….Tgl
………………………………..
- Surat Izin …………………… : No. …………………….………………….Tgl
………………………………..
- Surat Izin …………………… : No. …………………….………………….Tgl
………………………………..

4. Bidang Usaha (harap diisi sesuai dengan bidang usahanya)


Reklame
Pemanfaatan Air Tanah
Hiburan
Hotel
Restorant
Parkir
Sarang Burung Walet

KETERANGAN PEMILIK ATAU PENGELOLA

5. Nama Pemilik / Pengelola :

6. Jabatan :
7. Alamat Tempat Tinggal
- Jalan / No :
- RT / RW :
- Desa / Kelurahan :
- Kecamatan :
- Kabupaten / Kota :
- No. Telp :
- Kode Pos :

8. Kewajiban Pajak / Retribusi


Pajak Hotel
Pajak Restorant
Pajak Hiburan
Pajak Parkir
Pajak Reklame
Pajak Air Tanah
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Sarang Burung Walet

Nama Jelas :
Tanda Tangan :

DIISI OLEH PETUGAS PENERIMA DIISI OLEH PETUGAS PENCATAT DATA


Diterima tanggal : NPWPD yang diberikan
Nama Jelas/NIP :
Tanda Tangan :

NPWPD Yang diberikan

Nama Jelas / NIP :


Tanda Tangan :
PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG
BADAN PENDAPATAN DAERAH
SPTPD
Komp.Perkantoran Tigaraksa Gedung Usaha-usaha Daerah
Telp. 5990508 Fax.(021) 5992483
SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH
Website : bapenda.tangerangkab.go.id
Email : bapenda@tangerangkab.go.id
PAJAK AIR TANAH

PERHATIAN : 1. Harap diisi dalam rangkap dua (dua) ditulis dengan huruf CETAK
2. Beri tanda √ pada kotak yang tersedia untuk jawaban yang diberikan
3. Setelah Formulir Pendaftaran ini diisi dan ditanda tangani, harap diserahkan Kembali MASA / TAHUN PAJAK
Kepada Badan Pendapatan Daerah paling lambat pada tanggal 10 (official assesment) dari
tanggal 15 (self assessment) bulan berikutnya. BULAN ……………………… TAHUN……………….
4. Keterlambatan penyerahan dari tanggal tersebut diatas akan dilakukan penetapan secara
jabatan untuk WP yang berdasarkan official assessment dan denda untuk WP yang
berdasarkan self assessment.

A. IDENTITAS WAJIB PAJAK


1. NPWPD :

2. NAMA WAJIB PAJAK : ……………………………………………………….....


ALAMAT : …………………………………………………………… KODE POS

3. NAMA PERUSAHAAN / USAHA :


…………………………………………………………….
ALAMAT : ……………………………………………………………. KODE POS
TELP/FAX/HP : …………………………………………………………….

DIISI OLEH PENGELOLA / PEMAKAI AIR TANAH


1. Peruntukan Air 01. Proses Produksi
02. MCK
03. Proses Produksi + MCK

2. Kelompok Pengguna 01. Niaga 05. Penjualan Air selain PDAM


02. Non Niaga 06. Lainnya ………………………
03. Industri
04. PDAM

3. Jenis Usaha 01. Pabrik 05. Keramik


02. Pengolahan Logam 06. Kertas
03. Tekstil / Garment 07. Pengrajin / Rumah Tangga
04. Konveksi 08. Lainnya …………………………

4. Sistem Perhitungan 1. Meteran


2. Non Meteran

DIISI OLEH PENGELOLA / PEMAKAI AIR TANAH


.
NO BULAN LALU BULAN INI VOLUME AIR

PERNYATAAN

Demikian formulir ini diisi sebenar benarnya dan apabila terdapat ketidak benaran dalam pemenuhan kewajiban
pengisian SPTPD ini, kami bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Diterima oleh Petugas


Tanggal …………………………………………. Tangerang, …………………………………………………
WP / Penanggung Pajak / Kuasa

(………………………………………….) (…………………………………………)
Nama Jelas Nama Jelas

BUPATI TANGERANG,

ttd

A. ZAKI ISKANDAR

Anda mungkin juga menyukai