Anda di halaman 1dari 3

1.

Stadium Demensia
Stadium demensia dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Stadium I
Berlangsung selama 2-4 tahun, ditandai oleh amnesia yang
menonjol, diskalkulia dan berkurangnya spontanitas. Gangguan
memori terutama memori jangka pendek, merupakan defisit yang
paling umum dalam stadium ini. Penderita sering mengulang setiap
pertanyaan, lupa bagaimana cara menggunakan telepon, sampai
tidak mampu lagi mengingat nomor telepon bahkan lupa dengan
angka-angka yang ada di telepon.
b. Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun dapat disebut sebagai stadium
bingung, yang ditandai dengan mundurnya secara progresif bidang
kognitif, yang melibatkan banyak aspek fungsi. Afasia agnosia,
apraksia, dan disorientasi waktu dan tempat lambat laun menjadi
lebih nyata. Gejala kognitif dan tingkah laku memburuk dan
spektrum fungsi yang terganggu melebar.
c. Stadium III
Pada stadium ini berlangsung sekitar 6-12 tahun dengan gejala yang
ditimbulkan penderita menjadi vegetatif, kegiatan sehari-hari
membutuhkan bantuan orang lain, membisu, daya ingat
intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal
keluarganya sendiri, tidak bisa mengendalikan buang air besar
maupun kecil. Menyebabkan trauma kematian atau akibat infeksi.
(Menurut Dani Fitri Sari 2012)
2. Tingkatan Demensia
Tingkatan demensia menurut derajatnya:
a. Ringan
Walaupun masih dalam tahap ringan diharapkan para lanjut usia
yang mengalami demensia dalam tahap ini perlu adanya sosialisasi
dalam masyarakat, belajar untuk tidak bergantung dengan orang lain,
dukungan positif dari lingkungan, serta penilaian umum.
b. Sedang:
Diharapkan pada lanjut usia yang menderita demensia dalam tahap
sedang tidak dibiarkan hidup sendiri, karena hal tersebut bisa
membahayakan diri bagi lanjut usia. Pada tahap ini juga dibutuhkan
suatu suportivitas yang penuh dari keluarga
c. Berat :
Pada tahap demensia berat biasanya individu tersebut tidak bisa
hidup sendiri karena pada tahap ini lansia banyak membutuhkan
pertolongan dari orang lain yang disebabkan karena sudah tidak
singkronnya kegiatan sehari-hari.
(Menurut Vina Dwi Wahyunita & Fitrah, 2010)
3. Pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE) pada
Demensia
Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan salah satu alat
yang paling umum untuk pemeriksaan penurunan kognitif pada dewasa
tua dan lanjut usia. Lima fungsi kognitif yang dikaji dalam MMSE
meliputi konsentrasi, bahasa, orientasi, memori dan atensi. MMSE
terdiri dari dua bagian, bagian pertama hanya membutuhkan respon
verbal dan mengkaji orientasi, memori, dan atensi. Bagian kedua
mengkaji kemampuan menulis kalimat, menamakan objek, mengikuti
perintah tertulis, verbal, dan menyalin gambar. Penilaian MMSE
menurut Folstein adalah sebagai berikut
a. Nilai 24-30 = gangguan kognitif rendah
Lansia cenderung alpa/pelupa, cenderung untuk melakukan
pekerjaan di rumah, tapi masih sering bisa mengerjakan pekerjaan
yang mudah dan aman, masih bisa mengenali nama/alamat sendiri,
pembicaraan terbatas tapi masih bisa dimengerti, mampu
mengerjakan tugas khusus.
b. Nilai 18-23 = gangguan kognitif sedang
Sering kali tersesat di luar rumah, tidak tahu alamat, cenderung
kecelakaan.
c. Nilai 0-17 = gangguan kognitif berat
Gangguan memori berat, tidak hiraukan sama sekali pada personal
hygiene, pembicaraan kacau.
(Menurut Sofia Rhosma Dewi, 2014)

Anda mungkin juga menyukai