BAB II Hss Gamma I
BAB II Hss Gamma I
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Pada bab ini akan dikemukakan beberapa landasan teori dan rumus-rumus
yang berkaitan dengan penelitian. Teori dan rumus-rumus yang dikemukakan
diperlukan untuk mendukung kegiatan penelitian dan menjadi dasar rumusan
untuk mencapai hasil penelitian yang diinginkan.
Harto (1993) berpendapat, bahwa Analisa debit banjir adalah debit banjir
yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan besarnya debit banjir rencana
pada suatu DAS. Banjir rencana ini secara otoritis hanya berlaku pada suatu titik
di suatu ruas sungai, sehingga pada sepanjang ruas sungai akan terdapat besaran
banjir rencana yang berbeda. Debit banjir rencana merupakan debit banjir
maksimum rencana pada sungai atau saluran ilmiah dengan periode ulang
tertentu. Data yang dibutuhkan untuk penentuan debit banjir rencana antara lain
data curah hujan. Data curah hujan merupakan salah satu data yang dapat
digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana baik secara
rasional, empiris, maupun statistik.
4
sungai. Panjang DAS adalah panjang maksimum sepanjang sungai utama dari
stasiun yang ditinjau atau muara ke titik terjauh dari batas DAS. Panjang pusat
berat adalah panjang sungai yang diukur sepanjang sungai dari stasiun yang
ditinjau sampai titik terdekat dengan titik berat daerah aliran sungai.
2.2 Hidrograf
5
- Hidrograf terdiri dari tiga bagian yaitu :
a. Sisi naik (rising limb, A) yang sangat dipengaruhi oleh intensitas
hujan, lama hujan, dan keadaan daerah aliran sebelum terjadi hujan.
b. Sisi Puncak (crest, B) merupakan besarnya debit maksimum untuk
suatu hujan dengan kedalaman dan distribusi tertentu.
c. Sisi resesi (recession limb, C) adalah bagian debit aliran yang
merupakan pengaturan dari akuifer setelah tidak ada lagi aliran yang
masuk ke dalam sungai sehingga hanya tergantung dari sisi keadaan
akuifer.
6
yang ditetapkan (constant intensity).
- Sedangkan landasan pemikirannya (postulates) yaitu :
a) Ordinat hidrograf satuan sebanding dengan volume hujan yang
menimbulkannya (linear system).
b) Tanggapan DAS tidak tergantung dari waktu terjadinya masukan (time
invariant).
c) Waktu dari puncak hidrograf satuan sampai akhir hidrograf limpasan
langsung selalu tetap.
........................................................................... (2.1)
Dimana:
S = Standar deviasi
Xi = Curah hujan rata-rata
Xr = Harga rata-rata
n = Jumlah data
2. Hitung nilai faktor frekuensi (K)
......................................................... (2.2)
Dimana:
K = Faktor frekuensi
T = Waktu periode ulang
3. Hitung hujan dalam periode ulang T tahun
XT = Xr + (K . S) ................................................................................ (2.3)
7
Dimana:
XT = Hujan dalam periode ulang tahun (mm)
Xr = Harga rata – rata
K = Faktor frekuensi
S = Standar deviasi
2.6 Cara Perhitungan Debit Banjir Rencana Dengan Metode HSS Gama 1
1. Waktu naik (time of rise, TR), yaitu waktu yang diukur dari saat hidrograf
mulai naik sampai saat terjadinya debit puncak.
2. Debit puncak (peak discharge, QP).
3. Waktu dasar (base time, TB), yaitu waktu yang diukur dari saat hidrograf
mulai naik sampai berakhirnya limpasan langsung atau debit sama dengan
nol.
4. Koefisien tampungan (storage coefficient, K), yaitu yang menunjukkan
kemampuan DAS dalam fungsinya sebagai tampungan air.
8
Q
(M²/det)
QP
t (jam)
TR
TB
Dimana :
TR = Waduk naik, dalam jam.
L = Panjang sungai, dalam km.
SF = Faktor sumber, tidak berdimensi.
9
SIM = Faktor simetri, tidak berdimensi.
10
Semakin banyak pangsa sungai tingkat satu berarti sub-DAS tingkat satu juga
semakin banyak dan semakin kecil. Akibatnya air yang dikuras dari tiap sub-DAS
menjadi semakin kecil dan mengalir ke sungai-sungai yang lebih tinggi tingkatnya
dalam selang waktu yang relatif panjang. Hal ini berakibat panjangnya waktu
pengaliran air ke luar DAS.
Laus DAS sebelah hulu berpengaruh langsung pada waktu dasar karena
semakin besar nilai RUA berarti semakin banyak bagian air di DAS sebelah hulu
yang harus dikeluarkan. Pengaruh ke empat faktor tersebut di atas terhadap waktu
dasar dalam persamaan berikut :
TB = 27,4132 TR0,1457 S-0,0986 SN0,7344 RUA0,2574 ............................... (2.6)
Dimana :
TB = Waktu dasar, dalam jam.
TR = Waktu naik, dalam jam.
S = Landai sungai rata-rata, tidak berdimensi.
SN = Frekuensi sumber, tidak berdimensi.
RUA = Luas DAS sebelah hulu, tidak berdimensi.
11
K = 0,5617 A0,1798 S-0,1446 SF-0,0897 D0,0452.......................................... (2.7)
Dimana :
K = Koefisien tampungan, dalam jam.
A = Luas DAS, dalam Km2.
S = Landai sungai rata-rata, tidak berdimensi.
SF = Faktor sumber, tidak berdimensi.
D = Kerapatan jaringan kuras, dalam km/km2.
Memperhatikan tanggapan sungai-sungai di Indonesia terhadap masukan
hujan, maka di pandang sangat memadai dengan menyajikan sisi naik hidrograf
satuan sebagai garis lurus. Adapun sisi-resesi (recession limb) hidrograf satuan
disajikan dengan persamaan eksponensial sebagai berikut :
Qt = QP.e t/K ...................................................................................... (2.8)
Dimana :
Qt = Debit yang diukur pada jam ke t sesudah debit puncak, dalam
m3/det.
QP = Debit puncak, dalam m3/det.
e = 2,71
t = Waktu yang diukur dari saat terjadinya debit puncak, dalam jam.
K = Koefisien tampungan, dalam jam.
12
Keofisien pengaliran (α) ditentukan dengan rumus:
β= .............................................................................. (2.19)
t= .................................................................... (2.20)
l= ............................................................................. (2.21)
Jika luas daerah pengaliran kurang dari atau sama dengan 100 Km2 dan
lama hujan kurang dari sama dengan 12 jam maka nilai l dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
l= ......................................................................................... (2.22)
13
7. Tentukan nilai α, β, dan l pada saat nilai t sudah tetap (sama dengan t
perhitungan sebelumnya).
8. Hitung Qmaks berdasarkan nilai α, β, dan l pada saat nilai t pada
langkah 7.
- Langkah-langkah perhitungan debit maksimum dengan periode ulang i
tahun (Qi) untuk daerah pengaliran di luar Jakarta dengan Metode
Weduwen adalah:
1. Gunakan langkah-langkah perhitungan 1 s./d 8 Qmaks Jakarta.
2. Hitung curah hujan dengan periode ulang i tahun (Ri):
Ri = ........................................................................... (2.23)
Qi = Qmaks Jakarta
14
Dalam hidrologi, analisis tersebut dipakai untuk menentukan besarnya hujan dan
debit banjir rancangan (design flood) dengan skala ulang tertentu.
Sebuah pendapat lain yang dikemukakan oleh Harto (1993) bahwa dari
banyak penelitian tentang pengaruh sifat-sifat DAS terhadap proses pembentukan
banjir yang dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 sifat-sifat DAS yaitu :
1. Luas DAS (catchment area)
2. Panjang sungai (main stream length)
3. Landai sungai rata-rata (average main stream slope)
4. Kerapatan jaringan khusus (drainage density)
15
Landai sungai di artikan sebagai perbandingan antara perbedaan tinggi
maksimum titik si sungai dengan stasiun hidrometri dan panjang sungai. Adapun
jaringan kuras adalah jumlah panjang semua sungai dan anak sungainya per
satuan luas DAS. Selain itu masih ada beberapa sifat lain yang disebut-sebut
seperti panjang maksimum DAS, lebar rata-rata DAS, frekuensi jaringan kuras
(drainage frequency), dan faktor penduduk (population factor).
Berdasarkan parameter morfometri DAS yang dapat digunakan untuk
melakukan pendugaan karakteristik hidrologi, Harto (1993) memodifikasi metode
hidrograf satuan sintetik yang memanfaatkan parameter morfometri DAS dengan
asumsi bahwa pengalihragaman hujan menjadi aliran baik pengaruh translasi
maupun tampungannya dapat dijelaskan dipengaruhi oleh sistem DAS-nya. Hasil
modifikasinya adalah mendefinisikan parameter-parameter DAS yang dapat
diukur langsung dari peta topografi yang secara hidrologi dapat mudah dijelaskan
pengaruhnya terhadap hidrograf. Adapun parameter DAS yang dimaksudkan
adalah sebagai berikut:
a. Faktor-sumber (source factor, SF), yaitu jumlah panjang semua sungai
tingkat satu dibandingkan dengan jumlah panjang sungai semua tingkat.
SF = ............................................................................................... (2.23)
SN = ................................................ (2.24)
WF = ......................................................................................... (2.25)
d. Luas DAS di bagian hulu (upstream catcment area, RUA), yaitu luas
relatif DAS di sebelah hulu garis yang ditarik melalui titik sungai yang
terdekat dengan titik berat DAS, tegak lurus garis hubung titik tersebut
dengan stasiun hidrometri.
16
RUA = ......................................................................................... (2.26)
S= .............................................................................. (2.28)
D= ............................................. (2.29)
Dimana:
WF = Faktor lebar, tidak berdimensi.
WU = Lebar DAS yang diukur dititik sungai yang berjarak 0,75 panjang
sungai dari stasiun hidrometri (Km).
WL = Lebar DAS yang diukur dititik sungai yang berjarak 0,25 panjang
sungai dari stasiun hidrometri (Km).
17
RUA = Luas relatif DAS sebelah hulu, ( tidak berdimensi).
AU = Luas DAS sebelah hulu, (Km2).
A = Luas total DAS.
X = Jumlah panjang sungai tingkat I, (Km).
Y = Jumlah panjang sungai semua tingkat, (Km) A = Luas (Km2).
Sifat Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut di atas dapat diperoleh dengan
pengukuran peta topografi dengan skala 1 : 100.000 atau lebih besar, baik
pengukuran panjang maupun untuk pengukuran luas (DAS).
18
terbentuk sungai satu tingkat lebih tinggi.
3. Sungai dengan tingkat tertentu yang bertemu dengan sungai dengan
tingkat yang lebih rendah maka tingkat sungai pertama tidak berubah.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.4. Dengan demikian
maka sungai yang salah satu tempatnya digunakan sebagai stasiun hidrometri
merupakan sungai dengan tingkat tertinggi.
19