Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Pada bab ini akan dikemukakan beberapa landasan teori dan rumus-rumus
yang berkaitan dengan penelitian. Teori dan rumus-rumus yang dikemukakan
diperlukan untuk mendukung kegiatan penelitian dan menjadi dasar rumusan
untuk mencapai hasil penelitian yang diinginkan.

2.1 Analisa Debit Banjir Rencana

Harto (1993) berpendapat, bahwa Analisa debit banjir adalah debit banjir
yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan besarnya debit banjir rencana
pada suatu DAS. Banjir rencana ini secara otoritis hanya berlaku pada suatu titik
di suatu ruas sungai, sehingga pada sepanjang ruas sungai akan terdapat besaran
banjir rencana yang berbeda. Debit banjir rencana merupakan debit banjir
maksimum rencana pada sungai atau saluran ilmiah dengan periode ulang
tertentu. Data yang dibutuhkan untuk penentuan debit banjir rencana antara lain
data curah hujan. Data curah hujan merupakan salah satu data yang dapat
digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana baik secara
rasional, empiris, maupun statistik.

2.1.1 Penentuan Luas DTA (Daerah Tangkapan Air)


Triatmodjo (2008) berpendapat, bahwa dalam penentuan batas dan luas
suatu wilayah daerah tangkapan air/catchment area, digunakan data yang dihitung
dengan cara manual yaitu dengan memisahkan aliran air hujan dan yang dibatasi
oleh pembatas topografi berupa punggung-punggung bukit atau gunung.

2.1.2 Penentuan Panjang Aliran Sungai


Triatmodjo (2008) berpendapat, Panjang sungai adalah panjang yang
diukur sepanjang sungai, dari stasiun yang ditinjau atau muara sungai sampai
ujung hulunya. Sungai utama adalah sungai terbesar pada daerah tangkapan dan
yang membawa aliran menuju muara sungai. Pengukuran panjang sungai dan
panjang DAS adalah penting dalam analisis aliran limpasan dan debit aliran

4
sungai. Panjang DAS adalah panjang maksimum sepanjang sungai utama dari
stasiun yang ditinjau atau muara ke titik terjauh dari batas DAS. Panjang pusat
berat adalah panjang sungai yang diukur sepanjang sungai dari stasiun yang
ditinjau sampai titik terdekat dengan titik berat daerah aliran sungai.

2.2 Hidrograf

Seyhan (1977) berpendapat, bahwa hidrograf merupakan suatu grafik yang


menunjukkan keragaman limpasan, dapat juga tinggi muka air, kecepatan, beban
sedimen, dan lain – lain terhadap waktu. Limpasan dalam pengertian tersebut
dapat berupa aliran air yang masuk ke dalam sistem DAS. Asdak (2007)
berpendapat, bahwa air larian terjadi ketika jumlah curah hujan telah melampaui
laju infiltrasi air ke dalam tanah. Oleh karena itu, hidrograf aliran dapat diartikan
sebagai bentuk tanggapan dari suatu sistem DAS terhadap hujan yang masuk.
Hidrograf aliran akan membentuk suatu kurva yang sesuai dengan sifat atau
karakteristik hujan sebagai masukannya. Oleh karena itu, hidrograf aliran sungai
akan selalu berubah tergantung sifat masukannya.

2.3 Hidrograf Satuan

Sebuah pendapat lain dikemukakan oleh Harto (1993) berpendapat, bahwa


Hidrograf satuan merupakan hidrograf limpasan langsung yang dihasilkan oleh
hujan yang terjadi merata di seluruh DAS dan dengan intensitas tetap dan dalam
satuan waktu yang ditetapkan hidrograf satuan ini sangat dipengaruhi oleh dua hal
yaitu karakteristik DAS dan iklim. Karakteristik hujan ini dapat berupa curah
hujan total, intensitas hujan, lama waktu hujan, penyebaran hujan dan suhu
(Asdak, 2007).
Semua DAS memiliki data-data tersebut secara lengkap, sehingga analisis
banjir akan sangat mudah dilakukan. Keterbatasan data-data inilah yang
mendorong pakar-pakar hidrologi membuat suatu pemodelan yang dapat
digunakan untuk memprediksi banjir secara akurat dengan penyimpangan yang
tidak terlalu jauh dari kenyataan. Pemodelan tersebut dikenal sebagai hidrograf
satuan sintetik.

5
- Hidrograf terdiri dari tiga bagian yaitu :
a. Sisi naik (rising limb, A) yang sangat dipengaruhi oleh intensitas
hujan, lama hujan, dan keadaan daerah aliran sebelum terjadi hujan.
b. Sisi Puncak (crest, B) merupakan besarnya debit maksimum untuk
suatu hujan dengan kedalaman dan distribusi tertentu.
c. Sisi resesi (recession limb, C) adalah bagian debit aliran yang
merupakan pengaturan dari akuifer setelah tidak ada lagi aliran yang
masuk ke dalam sungai sehingga hanya tergantung dari sisi keadaan
akuifer.

Gambar 2.1 : Hidrograf Satuan Sintetik


Sumber : Harto, (1993)

Sebuah pendapat lain dikemukakan oleh Harto (1985) berpendapat,


hidrograf mempunyai dua andaian pokok dan didasarkan atas tiga landasan
pemikiran. Dua andaian pokok yaitu :
a. Hidrograf satuan ditimbulkan oleh hujan yang terjadi merata diseluruh
DAS (spatialy evently distributed).
b. Hidrograf satuan ditimbulkan oleh hujan yang terjadi merata selama waktu

6
yang ditetapkan (constant intensity).
- Sedangkan landasan pemikirannya (postulates) yaitu :
a) Ordinat hidrograf satuan sebanding dengan volume hujan yang
menimbulkannya (linear system).
b) Tanggapan DAS tidak tergantung dari waktu terjadinya masukan (time
invariant).
c) Waktu dari puncak hidrograf satuan sampai akhir hidrograf limpasan
langsung selalu tetap.

2.4 Distribusi Gumbel

Suripin (2003) berpendapat, distribusi Gumbel biasanya digunakan untuk


data-data nilai ekstrim, misalnya nilai ekstrim gempa, curah hujan, banjir atau
suhu ekstrim. Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan curah
hujan rencana dengan metode Gumbel adalah sebagai berikut :
1. Hitung standar deviasi

........................................................................... (2.1)

Dimana:
S = Standar deviasi
Xi = Curah hujan rata-rata
Xr = Harga rata-rata
n = Jumlah data
2. Hitung nilai faktor frekuensi (K)

......................................................... (2.2)

Dimana:
K = Faktor frekuensi
T = Waktu periode ulang
3. Hitung hujan dalam periode ulang T tahun
XT = Xr + (K . S) ................................................................................ (2.3)

7
Dimana:
XT = Hujan dalam periode ulang tahun (mm)
Xr = Harga rata – rata
K = Faktor frekuensi
S = Standar deviasi

2.5 Hidrograf Satuan Sintetik Gama 1

Harto (1993) berpendapat, bahwa hidrograf satuan sintetik yang


dikembangkan khusus untuk Pulau Jawa adalah HSS Gama 1. HSS Gama 1 ini
merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kesulitan dalam analisis hidrologi
untuk sungai-sungai yang memiliki keterbatasan data, dikarenakan variabel yang
digunakan dalam perhitungan hidrograf satuan sintetik tersebut merupakan
variabel fisik DAS yaitu morfometri DAS.
Komponen-komponen utama yang terdapat pada pemodelan HSS Gama 1
antara lain adalah Time to Rise (TR), Time to Base (TB), Debit puncak (Qp), dan
koefisien tampungan (K). Dengan pengertian ini hidrograf tidak tersedia data
pengukuran debit maupun data AWLR (Automatic Water Level Recorder) pada
suatu tempat tertentu dalam sebuah DAS.

2.6 Cara Perhitungan Debit Banjir Rencana Dengan Metode HSS Gama 1

Penggunaan metode ini memerlukan beberapa karakteristik parameter


daerah aliran sebagai berikut:

1. Waktu naik (time of rise, TR), yaitu waktu yang diukur dari saat hidrograf
mulai naik sampai saat terjadinya debit puncak.
2. Debit puncak (peak discharge, QP).
3. Waktu dasar (base time, TB), yaitu waktu yang diukur dari saat hidrograf
mulai naik sampai berakhirnya limpasan langsung atau debit sama dengan
nol.
4. Koefisien tampungan (storage coefficient, K), yaitu yang menunjukkan
kemampuan DAS dalam fungsinya sebagai tampungan air.

8
Q
(M²/det)

QP

t (jam)
TR
TB

Gambar 2.2 : Hidrograf Satuan Sintetik Gama 1


Sumber _: Sri Harto (1993)

2.6.1 Waktu Naik (TR)


Harto (1993) berpendapat, air hujan berkumpul terlebih dahulu dalam
sungai-sungai tingkat satu sebelum dialirkan lebih lanjut ke sungai-sungai dengan
tingkat yang lebih tinggi dan selanjutnya ke muara atau tempat pengukuran debit.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa makin besar faktor sumber makin cepat
air hujan dialirkan ke hilir, sehingga debit puncak akan tercapai lebih cepat, atau
waktu naik semakin pendek. Faktor ini dinyatakan sehingga faktor sumber
ratarata tiap satuan panjang sungai.
Faktor simetri mempunyai pengaruh yang berbeda, karena semakin besar
nilan faktor simetri berarti sebagian besar air yang berada di sebelah hulu DAS
akan sampai di tempat pengukuran debit lebih lama. Oleh sebab itu waktu naik
hidrograf satuan dinyatakan sebagai fungsi faktor sumber tiap satuan panjang
sungai dan faktor simetri yang didasarkan dalam persamaan sebagai berikut:

TR = 0,43 + 1,066 SIM + 1,2775........................................ (2.4)

Dimana :
TR = Waduk naik, dalam jam.
L = Panjang sungai, dalam km.
SF = Faktor sumber, tidak berdimensi.

9
SIM = Faktor simetri, tidak berdimensi.

2.6.2 Debit Puncak (QP)


Harto (1993) berpendapat, debit air terukur di stasiun pengukuran adalah
air yang terkuras dar DAS, sehingga jelas bahwa jumlah air ini tergantung dari
luas DAS yang bersangkutan.
Waktu naik yang sama kecil, atau faktor sumber yang makin besar, tidak
memberikan kesempatan cukup bagi air hujan untuk mengalir sebagai aliran
limpasan (overland flow), sehingga jumlah kehilangan air akibat infiltrasi,
tampungan cekungan juga makin kecil. Dengan penjelasan yang semacam dapat
di jelaskan pula pengaruh jumlah pertemuan sungai JN, karena faktor ini pada
hakikatnya sama dengan jumlah pangsa sungai tingkat satu dikurangi satu.
Hubungan antara faktor-faktor luas DAS A, waktu naik TR, dan jumlah
pertemungan sungai JN dengan debit puncak QP dinyatakan dalam persamaan
sebagai berikut :
QP = 0,1836 A0,5886 JN 0,2381 TR-0,4008 ................................................. (2.5)
Dimana :
QP = Debit puncak, dalam m3/det.
JN = Jumlah pertemuan sungai.
TR = Waktu naik, dalam jam.

2.6.3 Waktu Dasar (TB)


Harto (1993) berpendapat, waktu dasar secara hidrologik dapak dijelaskan
merupakan fungsi waktu naik TR, landai sungai rata-rata S, frekuensi sumber, dan
luas DAS sebelah hulu. Waktu naik jelas sekali sangat berpengaruh terhadap
waktu dasar, karena semakin besar waktu naik berarti semakin besar waktu dasar,
demikian pula bila dikaitkan dengan pengaruh T waktu naik terhadap debit
puncak QP.
Landai sungai rata-rata S mempengaruhi waktu pengaliran dalam sungai.
Semakin besar landai sungai semakin tinggi kecepatan air yang berarti waktu
pengaliran menjadi semakin kecil.
Frekuensi sumber FN menunjukkan banyaknya pangsa sungai tingkat satu.

10
Semakin banyak pangsa sungai tingkat satu berarti sub-DAS tingkat satu juga
semakin banyak dan semakin kecil. Akibatnya air yang dikuras dari tiap sub-DAS
menjadi semakin kecil dan mengalir ke sungai-sungai yang lebih tinggi tingkatnya
dalam selang waktu yang relatif panjang. Hal ini berakibat panjangnya waktu
pengaliran air ke luar DAS.
Laus DAS sebelah hulu berpengaruh langsung pada waktu dasar karena
semakin besar nilai RUA berarti semakin banyak bagian air di DAS sebelah hulu
yang harus dikeluarkan. Pengaruh ke empat faktor tersebut di atas terhadap waktu
dasar dalam persamaan berikut :
TB = 27,4132 TR0,1457 S-0,0986 SN0,7344 RUA0,2574 ............................... (2.6)
Dimana :
TB = Waktu dasar, dalam jam.
TR = Waktu naik, dalam jam.
S = Landai sungai rata-rata, tidak berdimensi.
SN = Frekuensi sumber, tidak berdimensi.
RUA = Luas DAS sebelah hulu, tidak berdimensi.

2.6.4 Koefisien Tampungan (K)


Harto (1993) berpendapat, koefisien tampungan K ini merupakan faktor
yang sangat menentukan sifat sisi-resesi sebuah hidrograf satuan, yang dalam
praktek dapat didekati dengan persamaan (2.1). Dengan persamaan ini berarti
bahwa sisi-resesi merupakan debit dari DAS yang bersangkutan sesudah semua
masukan ke dalam sungai-sungai telah terhenti. Dengan perkataan lain sisi-resesi
ini merupakan pengatusan semua tampungan air dalam DAS.
Faktor sumber menentukan kecepatan pengatusan air tampungan ke dalam
sungai-sungai tingkat satu. Semakin besar nilai SF semakin cepat air dapat
ditampung dalam sungai-sungai tingkat satu, yang berarti memperkecil nilai K.
Kerapatan jaringan kuras D menentukan banyaknya tampungan dalam
sungai (channel strorage). Dalam hal ini makin besar nilai D makin besar pula
nilai K. Hubungan fungsional antar ke empat faktor tersebut dengan koefisien
tampungan K disajikan dalam persamaan :

11
K = 0,5617 A0,1798 S-0,1446 SF-0,0897 D0,0452.......................................... (2.7)
Dimana :
K = Koefisien tampungan, dalam jam.
A = Luas DAS, dalam Km2.
S = Landai sungai rata-rata, tidak berdimensi.
SF = Faktor sumber, tidak berdimensi.
D = Kerapatan jaringan kuras, dalam km/km2.
Memperhatikan tanggapan sungai-sungai di Indonesia terhadap masukan
hujan, maka di pandang sangat memadai dengan menyajikan sisi naik hidrograf
satuan sebagai garis lurus. Adapun sisi-resesi (recession limb) hidrograf satuan
disajikan dengan persamaan eksponensial sebagai berikut :
Qt = QP.e t/K ...................................................................................... (2.8)
Dimana :
Qt = Debit yang diukur pada jam ke t sesudah debit puncak, dalam
m3/det.
QP = Debit puncak, dalam m3/det.
e = 2,71
t = Waktu yang diukur dari saat terjadinya debit puncak, dalam jam.
K = Koefisien tampungan, dalam jam.

2.7 Metode Weduwen

Metode Weduwen yang digunakan untuk menghitung debit maksimum di


daerah pengaliran Jakarta dan juga luar Jakarta dirumuskan sebagai berikut:
Qmaks Jakarta = α β 1 A ......................................................... (2.17)
Dimana:
Qmax = debit maksimum (m3/dt).
α = koefisien pengairan.
β = koefisien reduksi.
l = intensitas hujan (m3/dt/Km2).
A = luas daerah pengaliran (Km2).

12
Keofisien pengaliran (α) ditentukan dengan rumus:

α=1– ........................................................................................ (2.18)

Koefisien reduksi (β) ditentukan dengan rumus:

β= .............................................................................. (2.19)

Lamanya hujan (t dalam satuan jam) ditentukan dengan rumus:

t= .................................................................... (2.20)

S adalah kemiringan dasar sungai rata-rata.


Dalam perhitungan Qmaks atau debit maksimum dengan kala ulang
tertentu, intensitas hujan (l) harus dibandingkan dengan intensitas hujan dengan
periode ulang 70 tahun.
Nilai intensitas hujan maksimum dengan kala ulang 70 tahun ditentukan
dengan rumus:

l= ............................................................................. (2.21)

Jika luas daerah pengaliran kurang dari atau sama dengan 100 Km2 dan
lama hujan kurang dari sama dengan 12 jam maka nilai l dihitung dengan rumus
sebagai berikut:

l= ......................................................................................... (2.22)

- Langkah-langkah perhitungan debit maksimum (Qmaks Jakarta) dengan


Metode Weduwen adalah:
1. Coba harga t.
2. Hitung harga β berdasarkan persamaan (2.19).
3. Hitung l berdasarkan persamaan (2.21).
4. Hitung harga α berdasarkan persamaan (2.18).
5. Hitung harga t berdasarkan persamaan (2.20).
6. Cek harga t hitung apakah sudah sama dengan t coba, jika tidak sama
maka ulangi dari langkah 1.

13
7. Tentukan nilai α, β, dan l pada saat nilai t sudah tetap (sama dengan t
perhitungan sebelumnya).
8. Hitung Qmaks berdasarkan nilai α, β, dan l pada saat nilai t pada
langkah 7.
- Langkah-langkah perhitungan debit maksimum dengan periode ulang i
tahun (Qi) untuk daerah pengaliran di luar Jakarta dengan Metode
Weduwen adalah:
1. Gunakan langkah-langkah perhitungan 1 s./d 8 Qmaks Jakarta.
2. Hitung curah hujan dengan periode ulang i tahun (Ri):

Ri = ........................................................................... (2.23)

mi = koefisien perbandingan curah hujan di suatu wilayah dengan


periode ulang i tahun (Ri; besarnya belum diketahui) dengan
curah hujan dengan periode ulang 70 tahun (R70), lihat pada
Lampiran A. Gambar A.2.4. Halaman 29.
mn = koefisien perbandingan curah hujan di suatu wilayah dengan
periode ulang n tahun (Rn; besarnya sudah diketahui) dengan
curah hujan dengan periode ulang 70 tahun (R70), lihat pada
Lampiran A. Gambar A.2.4. Halaman 29.
Rn = curah hujan di suatu wilayah dengan periode ulang n tahun;
besarnya sudah diketahui.
3. Hitung Qi

Qi = Qmaks Jakarta

= Qmaks Jakarta .................................................... (2.24)

2.8 Analisa Frekuensi

Limantara (2010) berpendapat, bahwa analisis frekuensi bukan untuk


menentukan besarnya debit aliran sungai pada suatu saat, tetapi lebih tepat untuk
memperkirakan apakah debit aliran sungai tersebut akan melampaui atau
menyamai suatu nilai tertentu misalnya 10 tahun, 20 tahun, yang akan datang.

14
Dalam hidrologi, analisis tersebut dipakai untuk menentukan besarnya hujan dan
debit banjir rancangan (design flood) dengan skala ulang tertentu.

2.9 Sifat-sifat Hujan

Harto (1993) berpendapat, sifat-sifat hujan yang penting adalah intensitas


hujan (rainfall intensity), lama hujan (rainfall duration), dan area gerak hujan
(strom movement). Baik intensitas hujan maupun lama hujan mempunyai
pengaruh data terhadap besaran debit puncak (peak discharge), sedangkan arah
gerak hujan lebih berpengaruh terhadap terjadinya debit puncak.

2.10 Daerah Aliran Sungai

Manan (1979) berpendapat, Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diartikan


sebagai kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung,
menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai yang
akhirnya bermuara ke danau/laut, bahwa DAS merupakan ekosistem yang terdiri
dari unsur utama vegetasi, tanah, air dan manusia dengan segala upaya yang
dilakukan di dalamnya. DAS merupakan kumpulan dari beberapa Sub-DAS yang
merupakan suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, air
hujan meresap atau mengalir melalui sungai. Manusia dengan aktivitasnya dan
sumber daya tanah, air, flora serta fauna merupakan komponen ekosistem di Sub-
DAS yang saling berinteraksi dan berinterdependensi.

2.11 Sifat-Sifat DAS

Sebuah pendapat lain yang dikemukakan oleh Harto (1993) bahwa dari
banyak penelitian tentang pengaruh sifat-sifat DAS terhadap proses pembentukan
banjir yang dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 sifat-sifat DAS yaitu :
1. Luas DAS (catchment area)
2. Panjang sungai (main stream length)
3. Landai sungai rata-rata (average main stream slope)
4. Kerapatan jaringan khusus (drainage density)

15
Landai sungai di artikan sebagai perbandingan antara perbedaan tinggi
maksimum titik si sungai dengan stasiun hidrometri dan panjang sungai. Adapun
jaringan kuras adalah jumlah panjang semua sungai dan anak sungainya per
satuan luas DAS. Selain itu masih ada beberapa sifat lain yang disebut-sebut
seperti panjang maksimum DAS, lebar rata-rata DAS, frekuensi jaringan kuras
(drainage frequency), dan faktor penduduk (population factor).
Berdasarkan parameter morfometri DAS yang dapat digunakan untuk
melakukan pendugaan karakteristik hidrologi, Harto (1993) memodifikasi metode
hidrograf satuan sintetik yang memanfaatkan parameter morfometri DAS dengan
asumsi bahwa pengalihragaman hujan menjadi aliran baik pengaruh translasi
maupun tampungannya dapat dijelaskan dipengaruhi oleh sistem DAS-nya. Hasil
modifikasinya adalah mendefinisikan parameter-parameter DAS yang dapat
diukur langsung dari peta topografi yang secara hidrologi dapat mudah dijelaskan
pengaruhnya terhadap hidrograf. Adapun parameter DAS yang dimaksudkan
adalah sebagai berikut:
a. Faktor-sumber (source factor, SF), yaitu jumlah panjang semua sungai
tingkat satu dibandingkan dengan jumlah panjang sungai semua tingkat.

SF = ............................................................................................... (2.23)

b. Frekuensi-sumber (source frequency, SN), yaitu jumlah pangsa sungai


(segment) tingkat satu dibandingkan dengan jumlah seluruh pangsa sungai.

SN = ................................................ (2.24)

c. Faktor-lebar (width factor, WF), yaitu perbandingan antara lebar DAS


yang diukur di titik di sungai yang berjarak 0,75 dengan lebar DAS yang
diukur di titik di sungai yang berjarak 0,25 dari stasiun hidrometri.

WF = ......................................................................................... (2.25)

d. Luas DAS di bagian hulu (upstream catcment area, RUA), yaitu luas
relatif DAS di sebelah hulu garis yang ditarik melalui titik sungai yang
terdekat dengan titik berat DAS, tegak lurus garis hubung titik tersebut
dengan stasiun hidrometri.

16
RUA = ......................................................................................... (2.26)

e. Faktor-simetri (sysmetri factor, SIM), yaitu hasil kali antara faktor-lebar


(WF) dengan luas DAS di bagian hulu (RUA).
SIM = WF x RUA ............................................................................. (2.27)
f. Kemiringan DAS rata-rata (S) yaitu perbandingan selisih antara ketinggian
titik tertinggi dan titik keluaran (outlet) pada sungai utama, dengan
panjang sungai utama yang terletak pada kedua titik tersebut.

S= .............................................................................. (2.28)

g. Kerapatan-drainase (D) yaitu jumlah panjang sungai semua tingkat tiap


satuan luas DAS.

D= ............................................. (2.29)

Gambar 2.3 : Sketsa penetapan WF dan Penetapan RUA


Sumber : Triatmodjo (2008)

Dimana:
WF = Faktor lebar, tidak berdimensi.
WU = Lebar DAS yang diukur dititik sungai yang berjarak 0,75 panjang
sungai dari stasiun hidrometri (Km).
WL = Lebar DAS yang diukur dititik sungai yang berjarak 0,25 panjang
sungai dari stasiun hidrometri (Km).

17
RUA = Luas relatif DAS sebelah hulu, ( tidak berdimensi).
AU = Luas DAS sebelah hulu, (Km2).
A = Luas total DAS.
X = Jumlah panjang sungai tingkat I, (Km).
Y = Jumlah panjang sungai semua tingkat, (Km) A = Luas (Km2).
Sifat Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut di atas dapat diperoleh dengan
pengukuran peta topografi dengan skala 1 : 100.000 atau lebih besar, baik
pengukuran panjang maupun untuk pengukuran luas (DAS).

Gambar 2.4 : Sketsa penetapan penetapan tingkat sungai


Sumber : Triatmodjo (2008)

Strahler (1964) berpendapat, bahwa pemberian nomor tingkat suatu


pangsa sungai yang pada dasarnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Sungai-sungai paling ujung disebut sebagai sungai tingkat satu (first order
channel).
2. Bila dua buah sungai dengan tingkat yang sama bertemu maka akan

18
terbentuk sungai satu tingkat lebih tinggi.
3. Sungai dengan tingkat tertentu yang bertemu dengan sungai dengan
tingkat yang lebih rendah maka tingkat sungai pertama tidak berubah.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.4. Dengan demikian
maka sungai yang salah satu tempatnya digunakan sebagai stasiun hidrometri
merupakan sungai dengan tingkat tertinggi.

19

Anda mungkin juga menyukai