SEKOLAH PERWIRA
SINDIKAT IV
DAFTAR ISI
2
PUSAT PENDIDIKAN KESEHATAN
SEKOLAH PERWIRA
BAB I
PENDAHULUAN
Arsen (As) adalah salah satu logam toksik yang sering diklasifikasikan
sebagai logam, Tetapi lebih bersifat nonlogam. Tidak seperti logam lain yang
membentuk kation, Arsen (As) dialam berbentuk anion, seperti H2AsO4
(Ismunandar, 2004). Arsen (As) tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah
menuju air atau tanah yang dibawa oleh debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa
Arsen (As) tidak bisa larut di perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen.
Senyawa arsen pada awalnya digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum
senyawa organic ditemukan, dan
sebagai pengawet kayu (Copper Chromated Arsenic (CCA)).
Arsen (As) di alam ditemukan berupa mineral, antara lain arsenopirit, nikolit,
orpiment, enargit, dan lain-lain. Demi keperluan industry mineral, Arsen (As)
dipanaskan terlebih dahulu sehingga As berkondensasi menjadi bentuk padat. Arsen
(As) berasal dari kerak bumi yang bila dilepaskan ke udara sebagai hasil sampingan
dari aktivitas peleburuan bijih baruan, Arsen (As) dalam tanah berupa bijih, yaitu
arsenopirit dan orpiment, yang pada akhirnya bisa mencemari air tanah. Arsen (As)
merupakan unsur kerak bumi yang berjumlah besar, yaitu menempati urutan kedua
puluh dari unsur kerak bumi, sehingga sangat besar kemungkinannya mencemari air
tanah dan air minum. Jutaan manusia bisa terpapar Arsen (As), seperti yang pernah
terjadi di Bangladesh, India, Cina. Semua batuan mengandung Arsen (As) 1-5 ppm.
Kosentrasi yang lebih tinggi ditemukan pada batuan beku dan sedimen.
Senjata kimia atau amunisi kimia (bomb, peluru, granat) dan agen perang
kimia menggunakan sifat racun untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan
musuh selama peperangan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah
mengklasifikasikan senjata kimia bersama dengan senjata nuklir dan biologi sebagai
senjata pemusnah masal (Andrulewicz, 2006). Sebanyak sekitar 70 jenis bahan
kimia berupa cairan, gas atau pun benda padat digunakan untuk memproduksi
senjata kimia selama abad 20-21. Agen perang kimia ini dilepaskan di udara berupa
gas atau disemprotkan (berupa padat atau cairan). Agen berupa cairan memiliki
tingkat penguapan yang tinggi dan didesain agar bisa menguap dan menyebar
dalam waktu yang singkat, sedangkan agen berupa bahan padat sering kali dibentuk
seperti plastik sehingga jarang digunakan. Secara umum agen berbasis organoarsen
adalah padatan yang sampai saat ini banyak tersebar baik sebagai cairan atau
3
digunakan bahan peledak tinggi (Stock, 2010).
Agen kimia berbasis arsenik menunjukkan efek jangka panjang pada manusia
yang bisa meyebabkan kematian jika tidak ditangani. Banyak bahan kimia yang
mengandung senyawa arsen telah ditemukan di masa lalu. SEnjata berbasis arsen
pertama muncul pada tahun 431-404 SM ketika Kaum Spartan menggunakan
arsenic sebagai asap beracun di Kota Athena selama peperangan Peloponnesia.
Sekitar 1000 SM, masyarakat Cina menemukan bola asap beracun, yang
mengandung arsen oksida (As2O3), senjata ini dianggap sebagai pelopor granat gas
kimia masa kini (Croddy dan Wirtz, 2005). Granat asap CW berbasis arsenik modern
pertama muncul selama Perang Dunia I dan mengandung senyawa organoarsen.
Methyldichloroarsine (MD) dan phenyldichloroarsine (PD) dikembangkan di Eropa
pada tahun 1917 dan 1918. Antara 1913 dan 1918, ahli kimia Jerman Heinrich
Wieland, seorang ahli kimia Amerika Roger Adams dan tim ilmuwan Inggris secara
independen menemukan agen muntah diphenylaminochlorarsine (DM), yang sering
disebut dengan Adamsite (Croddy dan Wirtz, 2005).
Dalam makalah ini, kami membahas tentang agen kimia arsen yang digunakan
dalam pertempuran. Akan dibahas dalam makalah ini tentang penyiapan, produksi,
aplikasi dan penyimpanan serta penggunaan senjata kimia berbasis arsenic selama
masa perang. Serta bagaimana tantangan masa kini dengan menggunakan
tekhnologi yang ada, kita dapat mendeteksi adanya agen perang kimia berbahan
arsen di lingkungan kita.
4
BAB II
ISI
2.1 Arsenik
Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal
(steel-grey). Senyawa arsen didalam alam berada dalam 3 bentuk: Arsen trichlorida
(AsCl3) berupa cairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih) berupa kristal
putih dan berupa gas arsine (AsH3). Lewisite, yang sering disebut sebagai gas
perang, merupakan salah satu turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak
berbau, tetapi beberapa senyawanya dapat mengeluarkan bau bawang putih. Racun
arsen pada umumnya mudah larut dalam air, khususnya dalam air panas . Arsen
merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa arsen trioksida
misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2 mg. Dalam
jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah menyebabkan timbulnya
gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat untuk
berbagai infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba, spirocheta dan
tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan karena ditemukannya obat lain
yang lebih aman. Arsen dalam dosis kecil sampai saat ini juga masih digunakan
sebagai obat pada resep homeopathi.
Mekanisme masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral dari
makanan/minuman, Kontak Kulit, dan melalui saluran pernafasan atau terhirup. Arsen
yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke
peredaran darah (Wijanto, 2005). Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara
umum. Hal tersebut terjadi apabila arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH),
terutama yang berada dalam enzim. Salah satu system enzim tersebut ialah
kompleks piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi piruvat
menjadi Co-A dan CO2 sebelum masuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid).
Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor. Reaksi tersebut
melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim A (CoA-SH) untuk membentuk asetil
CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril. Kelompok
sulfhidril sangat berperan mengikat arsen trivial yang membentuk kelat. Kelat dari
dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen
terikat dengan system enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam darah.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dari
5
glikolisis dengan jalan berkompetisi dengan fosfat dalam reaksi gliseraldehid
dehidrogenase. Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat,
akibatnya tidak terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak
memproduksi ATP. Selama Arsen bergabung dengan gugus –SH, maupun gugus –
SH yang terdapat dalam enzim, maka akan banyak ikatan As dalam hati yang terikat
sebagai enzim metabolic. Karena adanya protein yang juga mengandung gugus –SH
terikat dengan As, maka hal inilah yang menyebakan As juga ditemukan dalam
rambut, kuku dan tulang. Karena eratnya As bergabung dengan gugus –SH, maka
arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan tulang beberapa tahun kemudian.
Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang dapat
mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Bila
melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri,
mual, muntah dan diare. Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah
merah dan putih, gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati
dan ginjal (Wijanto, 2005). Berikut ini adalah implikasi klinik akibat tercemar oleh
arsen:
4. Liver, Paparan arsen yang cukup lama (paparan kronis) pada liver akan
menyebabkan efek yang signifikan, berupa meningkatnya aktifitas enzim
pada liver (enzim SGOT, SGPT, gamma GT), ichterus (penyakit kuning),
liver cirrhosis (jaringan hati berubah menjadi jaringan ikat dan ascites
(tertimbunnya cairan dalam ruang perut).
7
5. Ginjal Arsen akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage
(terjadi ichemia dan kerusakan jaringan).
1. Dimercaprol
10
BAB III
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
3. Fhazira. 2010. Logam Berat Arsen, diakses pada tanggal 10 April 2021 di
http://chitralestari.blogspot.com/2010/09/logam-berat-arsen.html.
5. http://tralalaikrima.blogspot.com/2012/04/makalah-toksikologi-arsen- as.html
6. http://en.wikipedia.org/wiki/Dimercaptosuccinic_acid
7. http://en.wikipedia.org/wiki/Dimercaprol
12