Anda di halaman 1dari 15

PUSAT PENDIDIKAN KESEHATAN

SEKOLAH PERWIRA

PENGGUNAAN BAHAN KIMIA ARSENIK DALAM


PEPERANGAN MODERN

Disusun Oleh :
Lettu Laut (K/W) Farida Ariani
Lettu Laut (K) dr. Kenzo Adhi Wiranata
Lettu Laut (K) drg. Aloysius Kiyoshi
Lettu Laut (K) Stefanus Indra Gamawan, S.Farm, Apt.
Lettu Laut (K) Ega Widya Prayogo, S.Farm, Apt.
Lettu Laut (K/W) dr. Nabila Sindami

Surabaya, April 2021

1
PUSAT PENDIDIKAN KESEHATAN
SEKOLAH PERWIRA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Arsen (As) adalah salah satu logam toksik yang sering diklasifikasikan sebagai
logam, Tetapi lebih bersifat nonlogam. Tidak seperti logam lain yang membentuk
kation, Arsen (As) dialam berbentuk anion, seperti H2AsO4 (Ismunandar, 2004).
Arsen (As) tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang
dibawa oleh debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa larut di
perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada awalnya
digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa organic ditemukan, dan
sebagai pengawet kayu (Copper Chromated Arsenic (CCA)).

Arsen (As) di alam ditemukan berupa mineral, antara lain arsenopirit, nikolit,
orpiment, enargit, dan lain-lain. Demi keperluan industry mineral, Arsen (As)
dipanaskan terlebih dahulu sehingga As berkondensasi menjadi bentuk padat. Arsen
(As) berasal dari kerak bumi yang bila dilepaskan ke udara sebagai hasil sampingan
dari aktivitas peleburuan bijih baruan, Arsen (As) dalam tanah berupa bijih, yaitu
arsenopirit dan orpiment, yang pada akhirnya bisa mencemari air tanah. Arsen (As)
merupakan unsur kerak bumi yang berjumlah besar, yaitu menempati urutan kedua
puluh dari unsur kerak bumi, sehingga sangat besar kemungkinannya mencemari air
tanah dan air minum. Jutaan manusia bisa terpapar Arsen (As), seperti yang pernah
terjadi di Bangladesh, India, Cina. Semua batuan mengandung Arsen (As) 1-5 ppm.
Kosentrasi yang lebih tinggi ditemukan pada batuan beku dan sedimen.

Senjata kimia atau amunisi kimia (bomb, peluru, granat) dan agen perang
kimia menggunakan sifat racun untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan
musuh selama peperangan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah
mengklasifikasikan senjata kimia bersama dengan senjata nuklir dan biologi sebagai
senjata pemusnah masal (Andrulewicz, 2006). Sebanyak sekitar 70 jenis bahan
kimia berupa cairan, gas atau pun benda padat digunakan untuk memproduksi
senjata kimia selama abad 20-21. Agen perang kimia ini dilepaskan di udara berupa
gas atau disemprotkan (berupa padat atau cairan). Agen berupa cairan memiliki
tingkat penguapan yang tinggi dan didesain agar bisa menguap dan menyebar dalam
waktu yang singkat, sedangkan agen berupa bahan padat sering kali dibentuk seperti
plastik sehingga jarang digunakan. Secara umum agen berbasis organoarsen adalah
padatan yang sampai saat ini banyak tersebar baik sebagai cairan atau digunakan
bahan peledak tinggi (Stock, 2010).

Agen kimia berbasis arsenik menunjukkan efek jangka panjang pada manusia
yang bisa meyebabkan kematian jika tidak ditangani. Banyak bahan kimia yang
mengandung senyawa arsen telah ditemukan di masa lalu. SEnjata berbasis arsen
pertama muncul pada tahun 431-404 SM ketika Kaum Spartan menggunakan arsenic
2
sebagai asap beracun di Kota Athena selama peperangan Peloponnesia. Sekitar
1000 SM, masyarakat Cina menemukan bola asap beracun, yang mengandung arsen
oksida (As2O3), senjata ini dianggap sebagai pelopor granat gas kimia masa kini
(Croddy dan Wirtz, 2005). Granat asap CW berbasis arsenik modern pertama muncul
selama Perang Dunia I dan mengandung senyawa organoarsen.
Methyldichloroarsine (MD) dan phenyldichloroarsine (PD) dikembangkan di Eropa
pada tahun 1917 dan 1918. Antara 1913 dan 1918, ahli kimia Jerman Heinrich
Wieland, seorang ahli kimia Amerika Roger Adams dan tim ilmuwan Inggris secara
independen menemukan agen muntah diphenylaminochlorarsine (DM), yang sering
disebut dengan Adamsite (Croddy dan Wirtz, 2005).

Dalam makalah ini, kami membahas tentang agen kimia arsen yang digunakan
dalam pertempuran. Akan dibahas dalam makalah ini tentang penyiapan, produksi,
aplikasi dan penyimpanan serta penggunaan senjata kimia berbasis arsenic selama
masa perang. Serta bagaimana tantangan masa kini dengan menggunakan
tekhnologi yang ada, kita dapat mendeteksi adanya agen perang kimia berbahan
arsen di lingkungan kita.

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud. Makalah ini dimaksudkan sebagai bahan belajar siswa


Dikspespa Kesehatan Angkatan XIX TA. 2021.

b. Tujuan. Makalah ini disusun bertujuan untuk menambah wawasan,


pengetahuan, dan mengembangkan dalam pola pikir siswa kesehatan tentang
penggunaan agen peperangan kimia (arsen) sebagai salah satu pilihan dan tantangan
pertahanan negara.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut

a. Ruang Lingkup. Ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini meliputi


karakteristik arsenic, mekanisme kerja arsenic, penggunaan arsenic dalam
peperanggan, deteksi arsenic disusun dalam tata urut ruang lingkup sebagai berikut :

1. Pendahuluan.

2. Karakteristik arsen.

3. Mekanisme kerja arsenic

4. Penggunaan arsen pada peperangan.

5. Deteksi arsenic.

6. Penutup.

4. Dasar.

a. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2008 tentang Penggunaan bahan kimia dan


larangan arsen sebagai senjata kimia;
b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pelarangan pengembangan
produksi penimbunan dan penggunaan senjata kimia serta tentang penggunaannya;
c. Konfrensi IV Denhag 1907 mengenai hukum dan berperang didarat.
3
d. Convention on the prohibition of the development, production stockpiling and used
of chemical weapon and on there destruction.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan
Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna
metal (steel-grey). Senyawa arsen didalam alam berada dalam 3 bentuk: Arsen
trichlorida (AsCl3) berupa cairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen
putih) berupa kristal putih dan berupa gas arsine (AsH3). Lewisite, yang sering
disebut sebagai gas perang, merupakan salah satu turunan gas arsine. Pada
umumnya arsen tidak berbau, tetapi beberapa senyawanya dapat mengeluarkan
bau bawang putih. Racun arsen pada umumnya mudah larut dalam air,
khususnya dalam air panas .

Klasifikasi senjata kimia


Gas saraf Asphyxiant Vesicant Bahaya Gas air
(darah) (melepuh) tersedak mata Lumpuh

Cyclosari
n, sarin,
soman,
tabun

Arsen merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa
arsen trioksida misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis

4
3 x 1-2 mg. Dalam jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah
menyebabkan timbulnya gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah
digunakan sebagai obat untuk berbagai infeksi parasit, seperti protozoa, cacing,
amoeba, spirocheta dan tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan
karena ditemukannya obat lain yang lebih aman. Arsen dalam dosis kecil sampai
saat ini juga masih digunakan sebagai obat pada resep
homeopathi .
Bermacam-macam bentuk senyawa kimia dari arsen ini yaitu sebagai
berikut ;
a. Arsen triokasida (As2O3), ialah bentuk garam inorganic dan
bentuk trivial dari asam arsenat (H4AsO4) berwarna putih dan padat seperti
gula.
b. Arsen pentaoksida (As2O5)
c. Arsenat (misalnya : PbHAsO4), ialah bentuk garam dari asam
arsenat, merupakan senyawa arsen yang banyak dijumpai di alam dan bersifat kurang
toksik.
d. Arsen organic, arsen berikatan kovalen dengan rantai karbon
alifatik atau struktur cincin, dimana arsen terikat dalam bentuk trivalent ataupun
pentavalen. Bentuk senyawa arsen ini kurang toksin dibandingkan dengan
bentuk senyawa arsen inorganic trivalent.
Bentuk senyawa arsen yang paling beracun ialah gas arsin (AsH3), yang
terbentuk bila asam bereaksi dengan arsenat yang mengandung logam lain.
Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat
ditemukan di industri seperti industri pestisida, proses pengecoran logam
maupun pusat tenaga geotermal. Elemen yang mengandung arsen dalam
jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya ditemukan pada produk
laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun (tidak toksik). Arsen dapat dalam
bentuk inorganik bervalensi tiga dan bervalensi lima. Bentuk inorganik arsen
bervalensi tiga adalah arsenik trioksid, sodium arsenik, dan arsenik triklorida.
Sedangkan bentuk inorganik arsen bervalensi lima adalah arsenik pentosida,
asam arsenik, dan arsenat (Pb arsenat, Ca arsenat). Arsen bervalensi tiga
(trioksid) merupakan bahan kimia yang cukup potensial untuk menimbulkan
terjadinya keracunan akut.

2.2 Karakteristik Arsen


Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan.
Arsen di air di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen
lain (Wijanto, 2005).
Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor,
dan sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia
dan juga beracun. Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi
oksida arsen, yang berbau seperti bau bawang putih. Arsen dan beberapa
senyawa arsen juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi
gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsen ditemukan dalam dua
bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan
5,73.

Sifat Kimia Arsen


Arsen, Sb, dan Bi, terutama terdapat sebagai mineral sulfide seperti
mispickel, FeAsS, atau stibnite, Sb2S3. Arsen, Sb, dan Bi, diperoleh sebagai
logamnya. Semuanya membentuk kristal yang strukturnya mirip dengan fosfor
5
hitam. Namun ketiga unsur tersebut tampak mengkilat dan seperti logam, serta
mempunyai tahanan masing-masing 30, 40, dan 105 µΩ cm, yang bias
dibandingkan dengan logam-logam seperti Ti dan Mn (berturut-turut 42 dan 185
µΩ cm). Melalui reduksi oksidasinya dengan karbon dan hydrogen. Logamnya
terbakar pada pemanasan dalam oksigen menghasilkan oksida.
Arsen trihalida mirip dengan trihalida fosfor. SbCl3 berbeda karena ia larut
dalam sejumlah air yang terbatas menghasilkan larutan jernih, yang dalam
pengenceran menghasilkan okso klorida yang tidak terlarut seperti SbOCl dan
Sb4O5Cl2. Tidak ada ion Sb3+ sederhana dalam larutan BiCl3, suatu padatan
kristal putih, terhidrolisis oleh air
menjadi BiOCl namun reaksi ini di bolak=balik :
BiCl3 + H2O ↔ BiOCl + 2 HCl
Arsen membentuk As4S3, As4S4, As2S3, dan As2S5 dengan interaksi
langsung. Dua yang terakhir juga dapat mengendap dari larutan asam
hidroklorida dan dengan S. As2S3 tidak larut dalam air dan asam, namun larut
sebagai asam dalam larutan alkalin sulfide menghasilkan anionlhio. As2S5
berperilaku sama. As4S4 yang terdapat sebagai mineral realgar, mempunyai
struktur dengan tetrahedron As4.

Sumber Pencemaran Oleh Arsen


Keberadaan arsen di alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan
sedimen, udara, air dan biota), produksi arsen di dalam industri, penggunaan
dan sumber pencemaran arsen di lingkungan.
Keberadaan Arsen di Alam
1. Batuan (Tanah) dan Sedimen
Di batuan atau tanah, arsen (As) terdistribusi sebagai mineral. Kadar As
tertinggi dalam bentuk arsenida dari amalgam tembaga, timah hitam, perak
dan bentuk sulfida dari emas. Mineral lain yang mengandung arsen adalah
arsenopyrite (FeAsS), realgar (As4S4) dan orpiment (As2S3). Secara kasar
kandungan arsen di bumi antara 1,5-2 mglkg (NAS, 1977). Bentuk oksida
arsen banyak ditemukan pada deposit/sedimen dan akan stabil bila berada di
lingkungan. Tanah yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan mengandung kadar
As antara 0,240 mg/kg, sedang yang terkontaminasi mengandung kadar As rata-rata
lebih dari 550 mg/kg (Walsh & Keeney, 1975). Secara alami kandungan arsen dalam
sedimen biasanya di bawah 10 mg/kg berat kering. Sedimen bagian bawah dapat
terjadi karena kontaminasi yang berasal dari sumber buatan kering ditemukan pada
sedimen bagian bawah yang dekat dengan buangan pelelehan tembaga.
2. Udara
Zat padat di udara (total suspended particulate = TSP) mengandung senyawa
arsen dalam bentuk anorganik dan organik (Johnson & Braman, 1975). Crecelius
(1974) menunjukkan bahwa hanya 35% arsen anorganik terlarut dalam air hujan. Di
lokasi tercemar, kadar As di udara ambien kurang dari satu gram per meter kubik
(Peirson, et al 1974; Johnson & Braman, 1975).
3. Air
Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat
merembes ke air tanah. Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen tertinggi
adalah daerah aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan
kaya bahan organik. Arsenik dalam air tanah bersifat alami dan dilepaskan dari
sedimen ke dalam air tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan di bawah
permukaan tanah. Arsen terlarut dalam air dalam bentuk organik dan anorganik
(Braman, 1973; Crecelius, 1974). Jenis arsen bentuk organik adalah methylarsenic
acid dan methylarsenic acid, sedang anorganik dalam bentuk arsenit dan arsenat.
Arsen dapat ditemukan pada air permukaan, air sungai, air danau, air sumur dalam,
6
air mengalir, serta pada air di lokasi di mana terdapat aktivitas panas bumi
(geothermal).
4. Biota
Penyerapan ion arsenat dalam tanah oleh komponen besi dan aluminium,
sebagian besar merupakan kebalikan dari penyerapan arsen pada tanaman (WaIlsh,
1977). Kandungan arsen dalam tanaman yang tumbuh pada tanah yang tidak
tercemari pestisida bervariasi antara 0,01-5 mg/kg berat kering (NAS, 1977).
Tanaman yang tumbuh pada tanah yang terkontaminasi arsen selayaknya
mengandung kadar arsen tinggi, khususnya di bagian akar (Walsh & Keene,
1975; Grant & Dobbs, 1977). Beberapa rerumputan yang mengandung kadar
arsen tinggi merupakan petunjuk/indikator kandungan arsen dalam tanah
(Porter & Peterson, 1975). Selain itu, ganggang laut dan rumput laut juga
umumnya mengandung sejumlah kecil arsen.
5. Produksi dalam Industri
Berdasarkan data yankg digunakan dari Biro Pertambangan Amerika Serikat
(Nelson, 1977), dapat diperkirakan bahwa total produksi senyawa arsen di dunia mulai
tahun 1975 sekitar 600.000 ton. Negara-negara produser utama adalah: China, Peru,
Swedia, USA dan USSR. Negara-negara tersebut mampu mencukupi sampai 90%
produk dunia. Arsen trivalen adalah basis utama industri kimia arsen dan merupakan
produk samping dalam pelelehan bijih tembaga dan timah hitam.

Penggunaan Senyawa Arsen


Arsen banyak digunakan dalam berbagai bidang, yaitu salah satunya dalam
bidang pertanian. Di dalam pertanian, senyawa timah arsenat, tembaga acetoarsenit,
natrium arsenit, kalsium arsenat dan senyawa arsen organik digunakan sebagai
pestisida. Sebagian tembakau yang tumbuh di Amerika Serikat, perlu diberi pestisida
yang mengandung arsen untuk mengendalikan serangga yang menjadi hama
tanaman tersebut selama masa pertumbuhannya. Tembakau ini akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan rokok.

2.2 Mekanisme Arsenic


Mekanisme masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui
oral, dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap
lambung dan usus
halus kemudian masuk ke peredaran darah (Wijanto, 2005).
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum. Hal tersebut
terjadi apabila arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada
dalam enzim. Salah satu system enzim tersebut ialah kompleks piruvat
dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi piruvat menjadi Co-
A dan CO2 sebelum masuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana
enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor. Reaksi tersebut
melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim A (CoA-SH) untuk membentuk
asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril.
Kelompok sulfhidril sangat berperan mengikat arsen trivial yang membentuk
kelat. Kelat dari dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok
akibatnya bila arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi akumulasi asam
piruvat dalam darah.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dari
glikolisis dengan jalan berkompetisi dengan fosfat dalam reaksi gliseraldehid
dehidrogenase. Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat,
akibatnya tidak terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan
tidak memproduksi ATP. Selama Arsen bergabung dengan gugus –SH, maupun
7
gugus –SH yang terdapat dalam enzim, maka akan banyak ikatan As dalam hati
yang terikat sebagai enzim metabolic. Karena adanya protein yang juga
mengandung gugus –SH terikat dengan As, maka hal inilah yang menyebakan
As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang. Karena eratnya As
bergabung dengan gugus –SH, maka arsen masih dapat terdeteksi dalam
rambut dan tulang beberapa tahun kemudian.

2.3 Cara Mengatasi Keracunan Arsenik


Pertolongan pertama (standart treatment) bila kulit kita terpapar arsenik:
cuci permukaan kulit dengan air mengalir secara kontinu kurang lebih 10 menit,
atau sampai tidak ada kandungan bahan kimia di atas kulit. Bila perlu, gunakan
sabun. Baju yang terkontaminasi harus dilepaskan. Kemudian segera ke dokter
untuk mendapat pertolongan medis. Sementara bila racun masuk ke
pencernaan, masukkan air dalam jumlah yang cukup besar ke dalam mulut
untuk mencuci. Tetapi, air jangan tertelan. Kalau bahan kimianya sudah tertelan,
minum kurang lebih 250 ml air dan jangan memaksakan muntah. Segera cari
pertolongan medis.
Cara mengatasi keracunan arsenik berbeda antara keracunan akut dan
kronik. Untuk keracunan akut yang belum berlangsung 4 jam, korban diberi
ipekak untuk merangsangnya muntah. Dapat juga dilakukan bilas lambung
apabila ia tidak dapat minum. Pemberian katartik atau karboaktif dapat
bermanfaat. Sedangkan untuk keracunan yang sudah berlangsung lebih lama
(termasuk juga keracunan kronik), sebaiknya diberi antidotumnya, yaitu suntikan
intramuskuler dimerkaprol 3-5 mg/kgBB 4-6 kali sehari selama 2 hari.
Pengobatan dilanjutkan 2-3 kali sehari selama 8 hari.
Metode kimia dan sintetik saat ini digunakan untuk mengobati keracunan
arsenik. Dimercaprol dan asam dimercaptosuccinic adalah agen chelating yang
mengambil arsenik dari protein darah dan digunakan untuk mengobati
keracunan arsenik akut. Dimercaprol jauh lebih beracun dari pada succimer.

2.4 Efek-efek yang ditimbulkan oleh arsen


Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan air,
tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam
tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat
kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak
langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah
dan udara di atasnya.
WHO menetapkan ambang aman tertinggi arsen dalam air tanah sebesar
50 ppb. Air tanah biasa digunakan sebagai sumber air minum bagi
kelangsungan hidup manusia. Salah satu akibat yang merugikan dari arsen
adalah apabila dalam air minum mengandung unsur arsen melebihi nilai
ambang batas, yaitu bila kadarnya melebihi 10 ppb dalam air minum. Gejala
keracunan kronis yang ditimbulkannya pada tubuh manusia berupa iritasi usus,
kerusakan syaraf dan sel, kelainan kulit atau melanoma serta kanker usus.
Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang
dapat mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan
jaringan. Bila melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi
saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare. Selain itu mengakibatkan
penurunan pembentukan sel darah merah dan putih, gangguan fungsi jantung,
kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal (Wijanto, 2005). Berikut ini
adalah implikasi klinik akibat tercemar oleh arsen :
8
1. Mata
Efek Arsenic terhadap mata adalah gangguan penglihatan dan kontraksi
mata pada bagian perifer sehingga mengganggu daya pandang (visual fields)
mata.
2. Kulit
Adanya kulit yang berwarna gelap (hiperpigmentasi), penebalan kulit
(hiperkeratosis), timbul seperti bubul (clavus), infeksi kulit (dermatitis) dan
mempunyai efek pencetus kanker (carcinogenic).
3. Darah
Efeknya menyebabkan kegagalan fungsi sum-sum tulang dan terjadinya
pancytopenia (yaitu menurunnya jumlah sel darah perifer).
4. Liver
Paparan arsen yang cukup lama (paparan kronis) pada liver akan
menyebabkan efek yang signifikan, berupa meningkatnya aktifitas enzim pada
liver (enzim SGOT, SGPT, gamma GT), ichterus (penyakit kuning), liver
cirrhosis (jaringan hati berubah menjadi jaringan ikat dan ascites (tertimbunnya
cairan dalam ruang perut).
5. Ginjal
Arsen akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi
ichemia dan kerusakan jaringan).
6. Saluran pernapasan
Paparan arsen pada saluran pernafasan akan menyebabkan timbulnya
laryngitis (infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula
menyebabkan kanker paru.
7. Pembuluh darah
Logam berat Arsen dapat menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga
dapat mengakibatkan penyakit arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah),
portal hypertention (hipertensi oleh karena faktor pembuluh darah potal),
oedema paru dan penyakit pembuluh darah perifer (varises, penyakit bu rger).
8. Sistem Reproduksi
Efek arsen terhadap fungsi reproduksi biasanya fatal dan dapat pula
berupa cacat bayi waktu dilahirkan, lazim disebut efek malformasi.
9. Sistem Immunologi
Efek pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya tahan tubuh/
penurunan kekebalan, akibatnya peka terhadap bahan karsinogen (pencetus
kanker) dan infeksi virus.
10. Sistem Sel
Efek terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitokondria dalam inti sel
sehingga menyebabkan turunnya energi sel dan sel dapat mati.
11. Gastrointestinal (Saluran Pencernaan)
Arsen akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut,
mual (nausea) dan muntah (vomiting).

2.5 Antidotum pada pasien keracunan arsen


1. Dimercaprol
Dimercaprol (INN) atau British anti-Lewisite, merupakan senyawa yang
dikembangkan oleh ahli biokimia Inggris di Oxford University selama Perang
Dunia II. Ini dikembangkan diam-diam sebagai penangkal untuk lewisite, yang
berbasis arsenik sekarang-usang senjata kimia agent. Sekarang, digunakan
medis dalam pengobatan arsenik, merkuri, emas, timah, dan keracunan logam
beracun lainnya. Selain itu, di masa
9
lalu telah digunakan untuk pengobatan penyakit Wilson, kelainan genetik di mana
tubuh cenderung mempertahankan tembaga.
Arsenik dan beberapa logam berat lainnya bereaksi dengan residu thiol
yang berdekatan pada enzim metabolik, menciptakan sebuah kompleks kelat
yang menghambat aktivitas enzim yang terkena. Dimercaprol bersaing dengan
kelompok thiol untuk
mengikat ion logam, yang kemudian diekskresikan dalam urin.
Dimercaprol sendiri beracun, dengan kisaran terapeutik yang sempit dan
kecenderungan untuk mengkonsentrasikan arsenik dalam beberapa organ.
Kelemahan lainnya termasuk kebutuhan untuk mengelola dengan injeksi
intramuskular menyakitkan.
Efek samping yang serius termasuk nefrotoksisitas dan hipertensi.
Dimercaprol telah ditemukan untuk membentuk kelat stabil in vivo dengan
banyak logam beracun lainnya termasuk anorganik merkuri, bismut, kadmium,
kromium, kobalt, emas, dan nikel. Namun, bukan pengobatan pilihan untuk
toksisitas logam ini. Dimercaprol telah digunakan sebagai tambahan dalam
pengobatan ensefalopati akut keracunan timbal. Obat ini berpotensi beracun, dan
penggunaannya bisa disertai dengan beberapa efek samping. Meskipun
pengobatan dengan dimercaprol akan meningkatkan ekskresi kadmium, seiring
bertambahnya konsentrasi kadmium ginjal, sehingga penggunaannya dalam
kasus keracunan kadmium harus dihindari. Memang, bagaimanapun
menghilangkan merkuri anorganik dari ginjal; tapi tidak berguna dalam
pengobatan alkylmercury atau fenil toksisitas merkuri. Dimercaprol juga
meningkatkan toksisitas selenium dan telurium, sehingga tidak dapat digunakan
untuk menghilangkan unsur-unsur dari tubuh.

2. Asam Dimercaptosuccinic (DMSA)


Asam Dimercaptosuccinic (DMSA), adalah senyawa organosulfur
dengan rumus HO2CCH (SH) CH (SH) CO2H. Ini tidak berwarna padat berisi
dua asam karboksilat dan dua kelompok tiol, yang terakhir yang bertanggung
jawab untuk bau agak tidak menyenangkan. Hal ini terjadi dalam dua
diastereomer, meso dan bentuk dl kiral. Meso isomer ini digunakan sebagai
agen chelating. Asam ini paling sering digunakan sebagai pengobatan untuk
keracunan logam berat, dan zat larut dan tidak beracun air.
Asam Dimercaptosuccinic (Chemet) diindikasikan untuk pengobatan
keracunan timbal pada anak-anak dengan tingkat darah diukur di atas 45 mg /
dL. Penggunaan DMSA tidak disetujui untuk profilaksis/ pencegahan keracunan
timbal dalam mengantisipasi paparan dalam memimpin terkontaminasi
lingkungan yang diketahui. Eliminasi paruh adalah 2.5-3.5 h. DMSA dapat
melintasi penghalang darah-otak tikus, tetapi tidak manusia, membatasi
penggunaannya untuk mengekstrak logam berat dari bagian tubuh selain sistem
saraf pusat.
Aplikasi lain untuk DMSA adalah untuk provokasi jaringan logam berat
dalam mengantisipasi tes urine. Hal ini kadang-kadang disebut "tantangan" atau
tes "memprovokasi" logam berat. DMSA digunakan untuk membantu
memobilisasi logam berat yang disimpan dalam jaringan tubuh (dan karena itu
tidak biasanya hadir dalam ksirkulasi) dan meningkatkan ekskresi logam berat
dalam urin.
Kegiatan relatif serangkaian ester monoalkil novel meso-2,3-
dimercaptosuccinic acid (MiADMSA) telah diperiksa sebagai agen untuk
mobilisasi kadmium, timah dan arsenik karena kemampuan monoesters ini untuk
10
menyeberang membran sel. Mono esters ditemukan lebih efektif dari pada
senyawa induk DMSA. Kompleks (monoesters dari DMSA) tampaknya
menembus sel (tidak mungkin dalam kasus DMSA), yang membantu dalam
menargetkan situs intraseluler dalam tubuh dan membantu dalam penghapusan
ion logam beracun dalam sitosol dan organel dalam sel.

2.6 Gejala Toksisitas Arsen


a) Toksisitas Akut
Toksisitas akut arsen biasanya memperlihatkan gejala sakit perut,
gejala tersebut disebabkan oleh adanya vasodilatasi (pelebaran pembuluh
darah) yang akan mengakibatkan terbentuknya vesikel (lepuh) pada lapisan
submukose lambung dan usus. Gangguan tersebut mengakibatkan rasa mual,
muntah, diare (kadang bercampur darah) dan sakit perut yang sangat. Bau
napas seperti bawang putih, diare profus menyebabkan
banyak cairan tubuh keluar sehingga menyebabkan gejala hipotensi.
Terjadinya diare profus menyebabkan banyak larutan protein terbuang
keluar tubuh, sehingga mengakibatkan usus tidak berfungsi normal (enteropati).
Arsen juga dapat menyebabkan peningkatan aktivitas mitotik pada sel hati. Gas
arsenik dapat mengakibatkan hemolisis dalam waktu 3-4 jam dan
mengakibatkan nekrosis tubulus
ginjal akut sehingga terjadi kegagalan ginjal.
Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga terlihat jelas ialah dengan
ditemukannya gejala rambut rontok kebotakan (alopesia) , tidak berfungsinya
saraf tepi yang ditandai dengan kelumpukan anggota gerak bagian bawah,kaki
lemas,persendian
tangan lumpuh, dan daya reflex menurun
b) Toksisitas kronis

11
Terjadinya toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah populasi
penduduk yang tinggal dalam suatu kawasan pencemarn lingkungan oleh arsen
dari limbah industri pestisida, pabrik kertas, bubur pulp dan sebagainya.
Epidemiologi penyakit toksisitas arsen kronis terjadi pada sebuah populasi
penduduk di Bangladesh yang mengonsumsi air tanah yang mengandung arsen.
Konsentrasi arsen dalam air tanah pada daerah tersebut dapat
mencapai 10 sampai 1820 mg/l. Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai 8
minggu sejak penderita mulai mengonsumsi air yang terkontaminasi tersebut.
Gejala yang jelas terlihat adalah adanya kelainan pada kulit dan kuku, terciri
dengan adanya hyperkeratosis, hiperpigmentasi, dermatitis dengan
terkelupasnya kulit dan adanya warna putih pada persambungan kulit dan kuku.
Toksisitas As kronik juga dapat meningkatkan penyebab risiko
terjadinya kanker pada kulit, paru-paru, hati (liver-angiosarkoma), kantung
kencing, ginjal, dan kolon. Beberapa kelompok peneliti menyatakan bahwa
keracunan kronis A dapat menyebabkan hepatotoksik hidroarsenicisme (karena
mengonsumsi air minum yang terkontaminasi As), hal tersebut terjadi setelah 1-
15 tahun sejak mengonsumsi air tersebut. Hepatomegali (pembesaran hati)
terjadi pada 76,7% dari 248 pasien yang dirawat karena kasus toksisitas kronis
As ini.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan hati
ditandai dengan kolestasis, hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas enzim
alkaline fosfatase yang disertai dengan tingginya konsentrasi arsenik dalam
urine.
Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut. Saraf kaki
akan lebih parah dari pada saraf tangan, menyebabkan kulumpuhan pada saraf
motorik dan sensorik. Terlihat kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam
saluran pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis.
Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pansitopeni (sel darah
berkurang), terutama neutropeni (sel darah putih menurun). Produksi sel darah
merah berhenti dan adanya gambaran basophilic stippling.Anemia yang ada
hubungannya dengan defisiensi asam folat juga terlihat.
Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungan antara toksisitas kronis
dari arsen trivial dan arsen pentavalen dengan ditemukannya kasus kanker
paru,kanker limfa, dan kanker kulit.

2.7 Pencegahan Terjadinya Paparan Arsen


Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah
pemakaian alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi
terpapar oleh arsen.
Alat proteksi diri tersebut misalnya :
a) Masker yang memadai
b) Sarung tangan yang memadai
c) Tutup kepala
d) Kacamata khusus
Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu
pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap
tahun. Jika
keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam urine.
Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen
yang berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor),
terutama kadar arsen dalam patikel debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut
setidaknya dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik, agar
sirkulasi udara dapat lancar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna
metal (steel-
grey).
2. Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik
tampaknya
memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik.
3. Cara pencegahan paparan arsen dengan menggunakan alat proteksi diri
dan
melakukkan surveilance medis.
B. Saran
Untuk menghindari terjadinya keracunan akibat paparan arsen melalui udara,
air, tanah, biota dan kegiatan industry maka yang harus dilakukan adalah
menggunakan alat proteksi diri seperti memakai masker, sarung tangan,
kacamata dll saat berada di lingkungan kerja yang berhubungan dengan
pertambangan. Selain itu melakukkan surveilance medis setiap tahun secara
rutin. Ini ditujukan agar tidak terjadinya keracunan akibat paparan Arsen.
DAFTAR PUSTAKA

Cotton dan Wilkinson . 2009 . Kimia Anorganik Dasar . Jakarta : UI-Press


Darmono . 2006 . Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan
Toksikologi Seyawa Logam . Jakarta . UI-Press
Adnan Agnesa. 2010. Makalah Toksikologi Industri ARSEN. http://kesmas-
unsoed.blogspot.com/2010/10/makalah-toksikologi-industri-arsen.html.30 Maret
2012
Fhazira. 2010. Logam Berat
Arsen. http://chitralestari.blogspot.com/2010/09/logam-berat-arsen.html.
30 Maret 2012
Darmono . 2009 . Farmasi Forensik dan Toksikologi . Jakarta : UI-Press
Diakses pada tanggal 25 Mei 2015 di http://service-with-
heart.blogspot.com/2012/10/makalah-arsen.html
http://tralalaikrima.blogspot.com/2012/04/makalah-toksikologi-arsen- as.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Dimercaptosuccinic_acid
http://en.wikipedia.org/wiki/Dimercaprol

Anda mungkin juga menyukai