Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah cair adalah air yang tidak dipakai lagi yang merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia
sehari-hari. Dengan semakin bertambahnya kegiatan, maka limbah air juga mengalami peningkatan.
Pada umumnya, jika limbah cair dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau
menampungnya maka akan terjadi kerusakan lingkungan. Limbah adalah sampah dari lingkungan
masyarakat yang terdiri dari air yang telah dipergunakan hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda
padat yang terdiri dari zat organik (Sari, 2009).

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik, pengertian air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari aktivitas hidup sehari-
hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air. Air limbah domestik berasal dari penggunaan
sanitasi manusia seperti dapur, kamar mandi, cucian, toilet dan lain lain. Kategori dari air limbah
domestik adalah blackwater dan greywater. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas/kadar unsur
pencemar atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah ynng akan
dibuang/dilepas kedalam sumber air dari suatu usaha atau kegiatan.

Air limbah domestik menjadi polutan terbesar yang masuk ke perairan dan berkontribusi dalam
meningkatkan pencemaran. Hal ini dikarenakan 60% – 80% dari air bersih yang digunakan akan
dibuang ke lingkungan sebagai air limbah. Hasil analisis statistik secara nasional menunjukkan
sebanyak 62,14% rumah tangga telah memiliki akses terhadap sanitasi layak, akan tetapi proporsi rumah
tangga yang masih membuang air limbah domestik ke got/saluran drainase mencapai 46,7% (Susanthi
dkk, 2018). Pencemaran air sungai berasal dari berbagai sumber yaitu 60% berasal dari limbah domestik
(sanitasi, sampah, detergen); 30% limbah industri dan 10% limbah pertanian dan peternakan.
Berdasarkan dokumen Agenda ke-21 Indonesia, diprediksi bahwa dengan acuan pertumbuhan penduduk
kota pada tahun 1990, maka diperkirakan penduduk di wilayah perkotaan di Indonesia akan mencapai
257 juta jiwa pada tahun 2020. Dengan asumsi bahwa setiap orang akan menghasilkan limbah setiap
hari sebesar 40 L/orang, maka diperkirakan di wilayah perkotaan akan terjadi pembuangan air limbah
domestik ke sungai sebesar ±10,28 juta m3 setiap harinya. Peningkatan pencemaran air di badan sungai
memicu berbagai permasalahan, diantaranya penurunan kualitas air tanah dan air permukaan sehingga
mengganggu kesehatan masyarakat yang akhirnya menurunkan daya saing bangsa dan negara
(Sa’diyah, 2018).

Kurang memadainya sarana dan prasarana kebersihan di suatu wilayah pemukiman akan sangat
berdampak besar pada kualitas lingkungan dan kesehatan di wilayah tersebut. Hal ini disebabkan
keberadaan prasarana lingkungan merupakan kebutuhan yang paling penting yang secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia. Artinya prasarana
dasar dalam satu unit lingkungan adalah syarat bagi terciptanya kenyamanan hunian (Claire, 1973 dari
Wulandari, 2014). Tingkat kenyamaman seseorang dalam bertempat tinggal ditandai dengan
terpenuhinya kebutuhan, termasuk juga prasarana lingkungan, karena prasarana lingkungan merupakan
kelengkapan fisik dasar suatu lingkungan perumahan diantaranya tersedianya sarana dan prasarana
sanitasi lingkungan (Wulandari, 2014).

Masalah sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan merupakan isu yang krusial dan selalu menarik
perhatian banyak pihak saat ini. Selain permasalahannya yang kompleks, sanitasi lingkungan berperan
besar dalam upaya meningkatkan derajat kehidupan dan kesehatan masyarakat, terutama pada
masyarakat lapisan bawah. Sanitasi lingkungan terkait dengan peningkatan kebersihan / higienis dan
pencegahan berjangkitnya penyakit yang berhubungan dengan faktor-faktor lingkungan. Beberapa
faktor lingkungan yang berhubungan dengan sanitasi tersebut termasuk penanganan air air limbah
rumah tangga yang berasal dari mandi, cuci, dan limbah tinja dari kakus/ Water Closet (WC)
(Wulandari, 2014).

Keadaan air di Kecamatan Medan Pertisah sudah memburuk. Untuk mengantisipasi potensi dampak
pencemaran di badan air/sungai maka perlu upaya minimalisasi limbah baik itu dari aspek kebijakan
pemerintah dalam rangka menekan jumlah air limbah domestik yang dihasilkan maupun dari aspek ilmu
pengetahuan dan teknologi guna mendapatkan berbagai alternatif teknologi pengolahan limbah yang
efektif dan efisien. Disamping itu, memecahkan masalah pencemaran air dapat melestarikan sumber-
sumber air. Upaya yang bisa dilakukan salah satunya adalah penanganan limbah air domestik untuk
mengurangi pencemaran air sungai. Maka dalam tugas besar ini dirancanglah suatu bangunan
pengolahan air limbah yang berasal dari Kecamatan Medan Pertisah dan juga tugas ini diberikan untuk
memenuhi persyaratan mata kuliah Perencanaan dan Perancangan Bangunan Pengolahan Air Buangan
Terpusat (PPBPABT).

1. 2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari tugas besar Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan Terpusat
ini adalah:
1. Bagaimana tahapan pengolahan air buangan agar effluent yang dihasilkan sesuai baku mutu dan
aman bagi lingkungan?
2. Bagaimana perencanaan bangunan pengolahan air buangan terpusat di Kecamatan Medan
Polonia?
3. Bagaimana perencanaan pengolahan air buangan dengan Moving Bed Biofilm Reactor
(MBBR)?

I-2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas besar Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan Terpusat ini adalah:
1. Mengetahui tahapan pengolahan air buangan agar effluent yang dihasilkan sesuai baku mutu dan
aman bagi lingkungan.
2. Merencanakan bangunan pengolahan air buangan pada Kecamatan Medan Polonia.
3. Merencanakan pengolahan air buangan dengan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR).

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari tugas besar Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan Terpusat:
1. Untuk menambah wawasan mengenai perencanaan bangunan pengolahan air buangan terpusat.
2. Untuk menambah pengetahuan mengenai pengolahan air buangan dengan Moving Bed Biofilm
Reactor (MBBR).
3. Untuk melatih pengaplikasian teori-teori yang didapat selama perkuliahan.
4. Sebagai syarat lulusnya mata kuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan Terpusat.

1.4 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup tugas besar Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan Terpusat ini
adalah:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data terdiri dari pengambilan data penduduk, fasilitas umum & sosial Kecamatan Medan
Polonia pada website BPS.
2. Analisa dan Perhitungan
Analisa dan perhitungan terdiri dari :
a. Menghitung debit air buangan
b. Merancang bangunan pengolahan primer, sekunder, dan tersier.
c. Perhitungan desain Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR).
3. Air buangan yang dimaksud pada tugas besar ini adalah air limbah domestik yang dihasilkan di
Kecamatan Medan Polonia.
4. Air limbah domestik yang dimaksud pada tugas besar ini adalah air limbah cair hasil buangan dari
perumahan (rumah tangga), bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenis di Kecamatan
Medan Polonia.

I-3

Anda mungkin juga menyukai