Anda di halaman 1dari 6

Nama : Wiryo Dharma Subakti

NIM : B1032171030

Sejarah perkembangan standar akuntansi di Indonesia

Perubahan pada perkembangan global semakin menuntut di hampir seluruh negara di dunia, ditopang dengan
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin memperbudak seluruh bangsa. Membawa
perubahan zaman yang seharusnya menjadikan kemajuan dalam sifat transaparansial, akuntable, dan relevansi di
segala bidang. Standar akuntansi keuangan adalah sebuah pedoman atau standar umum untuk menyusun laporan
keuangan yang merupakan pernyataan resmi tentang masalah akuntansi tertentu yang dikeluarkan oleh badan
yang berwenang dan berlaku di lingkungan tertentu. Untuk mewujudkan sifat transparansial, akuntable, dan
relevansi maka diperlukan suatu pedoman yang disebut standar akuntansi keuangan. Standar akuntansi
keuangan dapat diumpamakan sebagai cerminan dari kondisi praktik bisnis yang sebenarnya terjadi. Oleh karena
itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, akan sangat relevan dan dibutuhkan pada masa
sekarang ini.

Berikut ini adalah perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari awal sampai dengan saat ini yang
menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2008):

1. Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia: Indonesia memakai standar akuntansi belanda (Sound
Business Practices)
2. Tahun 1955: Indonesia belum mempunyai undang – undang resmi / peraturan tentang standar keuangan
3. Tahun 1974: Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat oleh IAI yang disebut dengan
Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)
4. Tahun 1984: PAI ditetapkan menjadi standar akuntansi Indonesia
5. Akhir tahun 1984: PAI mengikuti standar yang bersumber dari IASC (International Accounting
Standart Committee)
6. Sejak tahun 1994: PAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS
7. Tahun 2008: SAK mengacu kepada IFRS
8. Tahun 2012: IFRS mulai diresmikan dan diterapkan

Pada tahun 1955, Indonesia pun belum mempunyai undang-undang resmi untuk peraturan tentang standar
keuangan. Pada tahun 1974, Indonesia mulai mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat oleh IAI yang
disebut dengan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi
akuntan yang juga merupakan badan yang menyusun standar akuntansi di Indonesia. Organisasi profesi ini terus
berusaha menanggapi perkembangan akuntansi keuangan yang terjadi baik tingkat nasional, regional maupun
global, khususnya yang mempengaruhi dunia usaha dan profesi akuntansi sendiri. Perkembangan akuntansi
keuangan sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini perkembangan standar akuntansi ini dilakukan
secara terus menerus.

Awal sejarah adanya standar akuntansi keuangan di Indonesia adalah ketika menjelang diadakannya pasar
modal aktif di Indonesia tahun 1973. Pada tahun 1973 terbentuk Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan
Struktur GAAP dan GAAS. Pada tahun tersebut juga dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (Komite
PAI) yang bertugas menyusun standar keuangan. Ini merupakan masa awal IAI menerapkan system standar
akuntansi di Indonesia yang dituangkan di dalam buku berjudul “Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).” Komite
PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan
personel yang selalu diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite
PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK), kemudian pada kongres VIII, tanggal
23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan untuk
masa bakti 1998-2000 dan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK.

Pada 1994, IAI telah melakukan berbagai langkah harmonisasi menggunakan standar akuntansi internasional di
dalam proses pengembangan standar akuntansi dan melakukan revisi total pada PAI 1984 dan sejak itu
mengeluarkan serial standar keuangan yang diberi nama Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitken
sejak 1 Oktober 1994. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ditetapkan sebagai standar akuntansi yang baku di
Indoneisa. Perkembangan standar akuntansi ketiga ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha dan
profesi akuntansi dalam rangka mengikuti dan mengantisipasi perkembangan internasional. Banyak standar
yang dikeluarkan itu sesuai atau sama dengan standar akuntansi internasional yang dikeluarkan oleh IASC.

Sekarang ini ada dua PSAK yang dikeluarkan oleh 2 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, yaitu:

1. PSAK Konvensional
2. PSAK Syariah

Di dalam proses berkembangnya standar akuntansi keuangan, terjadi beberapa revisi yang dilakukan secara
kontinyu, yaitu baik penyusunan ataupun penambahan dari standar itu sendiri.sejak tahun 1994, telah dilakukan
sekitar enam kali revisi hingga tahun 2007. Di dalam revisi tersebut, ditambahkan sejumlah standar, yaitu
KDPPLK Syariah, 5 PSAK revisi, dan 6 PSAK baru. Saat ini terdapat 2 KDPPLK, 7 ISAK dan 62 PSAK.

konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai tahun 2010, buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru. Proses
revisi dilakukan sebanyak enam kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober
2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007, dan versi 1 Juli 2009. Pada tahun 2006 dalam kongres IAI X di Jakarta
ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu adalah taat
penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008. Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai
akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33 standar (terjadi pada
periode 2006-2008).

Salah satu bentuk revisi standar IAI yang berbentuk adopsi standar international menuju konvergensi dengan
IFRS tersebut dilakukan dengan revisi terakhir yang dilakukan pada tahun 2007. Revisi pada tahun 2007
tersebut merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI yaitu menuju konvergensi dengan IFRS sepenuhnya
pada tahun 2012.

Skema menuju konvergensi penuh dengan IFRS pada tahun 2012 dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pada akhir 2010 diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam PSAK;
2. Tahun 2011 merupakan tahun penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk implementasi PSAK
yang sudah mengadopsi seluruh IFRS;

3. Tahun 2012 merupakan tahun implementasi dimana PSAK yang berbasis IFRS wajib diterapkan oleh
perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik.

Revisi tahun 2007 yang merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI tersebut menghasilkan revisi 5
PSAK yang merupakan revisi yang ditujukan untuk konvergensi PSAK dan IFRS serta reformat beberapa
PSAK lain dan penerbitan PSAK baru. PSAK baru yang diterbitkan oleh IAI tersebut merupakan PSAK yang
mengatur mengenai transaksi keuangan dan pencatatannya secara syariah. PSAK yang direvisi dan ditujukan
dalam rangka tujuan konvergensi PSAK terhadap IFRS adalah:

1. PSAK 16 tentang Properti Investasi


2. PSAK 16 tentang Aset Tetap
3. PSAK 30 tentang Sewa
4. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan
5. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran

PSAK-PSAK hasil revisi tahun 2007 tersebut dikumpulkan dalam buku yang disebut dengan Standar Akuntansi
Keuangan per 1 September 2007 dan mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2008.

Pengertian Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual  adalah suatu konstitusi, suatu system koheren dari hubungan anatara tujuan dan
fundamental yang dapat mendorong standar yang konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi dan keterbatasan
akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Menurut FASB, kerangka konseptual merupakan suatu konstitusi, suatu sistem yang koheren dari hubungan
antara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi
serta keterbatasan akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Tujuan akan mengindentifikasikan sasaran dan
maksud akuntansi, sedangkan fundamental adalah konsep yang mendasari akuntansi, konsep yang memberikan
petunjuk dalam memilih kejadian untuk dicatat, mengukur kejadian tersebut, meringkas dan
mengkomunikasikan pada pihak-pihak yangberkepentingan.Tujuannya adalah memberikan petunjuk dalam
menyelesaikan perselisihan yang meningkat selama proses penyusunan standar dengan mempersempit
pertanyaan, apakah standar telah sesuai dengan kerangka konseptual ataukah tidak.  Secara lengkap, kerangka
kerja konseptual adalah :
 Petunjuk FASB dalam menetapkan standar akuntansi
 Menyediakan kerangka acuan untuk menyelesaikan pertanyaan sebelum ada standar khusus yang
mengaturnya.
 Menentukan batasan pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan
 Mempertinggi komparabilitas dengan menurunkan jumlah alternative metode akuntansi.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh  FASB sebagai :

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan
konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten
dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.

Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah pokok)


adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan transaksi,
kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara
meringkas serta mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep lainnya mengalir dari
konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi berulang-ulang dalam menetapkan,
menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan pelaporan.

Elemen Kerangka Konseptual

Menurut Belkaoui (2000: 142) kerangka konseptual memiliki empat tingkatan, yaitu:

1. Tingkat Pertama
Pernyataan konsep akuntansi keuangan mengenai rumusan tujuan pelaporan keuangan suatu kesatuan bisnis
(organisasi bisnis) SFAC nomor 1.
SFAC nomor 4 tujuan pelaporan keuangan perusahaan nonbisnis organisasi nirlaba.
2. Tingkat Kedua
Pernyataan tentang Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi SFAC nomor 2.
Unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan bisnis, SFAC nomor 3, kemudian diganti SFAC nomor 6, yang
mengatur tentang unsure-unsur laporan keuangan baik untuk perusahaan bisnis maupun organisasi nirlaba
(sektor publik).
3. Tingkat Ketiga
Rumusan tentang pengakuan dan pengukuran laporan dan pelaporan keuangan SFAC nomor 5.
SFAC nomor 33, mengatur tentang pelaporan keuangan dengan penyesuaian tingkat harga (tingkat inflasi).
4. Tingkat Keempat
Pelaporan posisi keuangan, pelaporan arus kas dan likuiditas, pelaporan earnings (dalam hal ini adalah laporan
laba rugi).
2. STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
1. Elemen-Elemen Teori Akuntansi

Menurut Belkaoui apapun metodologi dan pendekatan yang digunakan, apakah itu deduksi atau induksi, apakah
deskriptif atau normatif, struktur akhir atau kerangka acuannya harus didasarkan pada unsur-unsur atau
perangkat elemen-elemen dan hubungan yang mendasari pembangunan pengembangan teknik-teknik akuntansi.

Suatu struktur teori akuntansi menurut Ahmed Belkaoui harus mencakup elemen-elemen atau unsur-unsur
sebagai berikut:

1. A Statement of objectives.
Merupakan tujuan dari financial statement atau laporan keuangan yang dihasilkan akuntansi.
2. A Statement of the postulate and theoretical concept of accounting.
Postulat-postulat dan konsep teori akuntansi berkaitan langsung dengan asumsi-asumsi lingkungan serta sifat
daripada unit akuntansi yang dapat diturunkan dan tujuan yang telah dinyatakan.
3. A Statement of basic accounting principle.
Prinsip-prinsip dasar akuntansi yang diturunkan baik dari postulate maupun theoretical concepts.
4. A Body of accounting techniques

1. Konsep Teoritis Akuntansi

1)      Teori Proprietary / Teori Kepemilikan

Menurut teori proprietary antita sebagai “agen, perwakilan atau susunan melalui wirausaha individual atau
pengoperasi pemegang saham”.. Tujuan utama teori proprietary adalah untuk menentukan dan menganalisis
kekayaan bersih pemilik.

2)      Teori Entitas

Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak yang menyediakan modal
pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan pemilik, merupakan pusat kepentingan akuntansi.Unit bisnis
memiliki sumber daya perusahaan danbertanggung jawab terhadap pemilik maupun kreditor.
3)      Teori Dana

Teori dana memandang unit bisnis terdiri atas sumber daya ekonomi (dana) serta kewajiban dan restriksi terkait
mengenai penggunaan sumber daya. Laporan ini merefleksikan perilaku operasi perusahaan yang berkaitan
sumber dan penggunaan dana.Teori dana terutama berguna untuk pemerintah dan organisasi nirlaba

1. Prinsip Akuntansi

1)      Prinsip Kos (cost principle)


2)      Prinsip Revenue (Revenue cost)
3)      Prinsip Penandingan (Matching Principle)
4)      Prinsip Objektive (Objective principle)
5)      Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
6)      Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure)
7)      Prinsip Konservatisme (conservatism)
8)      Prinsip Materialitas (Materiality)
9)      Prinsip Keseragaman Dan Komparabilitas (comparability)
1. Standar (Teknik) Akuntansi
Standar akuntansi adalah peraturan- peraturan khusus yang dijabarkan dari prinsip dasar akuntansi, yang
mengatur tentang bagaimana standar perlakuan pencatatan dan pelaporan terhadap semua transaksi atau
kejadian-kejadian tertentu yang dialami oleh suatu lembaga (entity) organisasi atau perusahaan.

Inilah yang sebenarnya digambarkan oleh Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP) di Amerika dan APB Statement menjadi FASB Statement. Standar ini
diperlukan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan yang baku. Standar akuntansi ini akan secara
terus-menerus berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman, dunia usaha,dan kemajuan
teknologi.

Belkoui (1985) mengemukakan alasan pentingnya standar akuntansi yang baku, yaitu:
1)      Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan kegiatan perusahaan yang dapat
dipercaya kebenarannya dan memiliki daya banding.
2)      Memberikan pedoman bagi akuntan publik dalam melakukan pekerjaannya secara hati-hati dan
independen.
3)      Memberikan database kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang dianggap penting dalam
perhitungan PPh, peraturan tentang perusahaan, perencanaan dan pengaturan ekonomi, dan peningkatan efisiensi
ekonomi, serta tujuan-tujuan makro lainnya.
4)      Menarik perhatian para ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi.

Mengenai pihak-pihak yang dianggap memiliki peranan yang besar dalam proses perumusan standar akuntansi.
Belkoui (1985) membaginya ke dalam tiga fase:
1)      Fase peranan manajemen (1990-1933)
Dalam periode ini, manajemen dianggap memiliki peranan yang besar dalam perumusan standar akuntansi.
Metode yang dipakai dalam memecahkan masalah akuntansi yang timbul di periode ini adalah lebih bersifat
pragmatis, bukan berdasarkan pada teori yang ada.
2)      Fase peranan profesi (1933-1973)
Dalam periode ini, perumusan standar akutansi didominasi oleh profesi, dimana organisasi mulai tumbuh dan
berkembang dengna pesat. Namun anggota asosiasi dan organisasi profesi masih belum yakin terhadap kerangka
teori yang ada yaitu kekuatan atau otoritasnya tidak jelas..
3)      Fase politisasi (1973-sekarang)
Berbagai kelemahan yang ada pada fase peranan manajemen dan profesi telah menimbulkan kecendariungan
pada lahirnya metode yang lebih bersifat deduktif dan politisasi dalam perumusan standar akuntansi.

 DAFTAR PUSTAKA

https://asil4dworld.wordpress.com/2009/05/28/perubahan-standar-akuntansi-di-indonesia-sampai-dengan-tahun-
2008/
http://criticalperspectivesonaccounting.com/wp-content/uploads/2014/06/paper-cpa-069.pdf
http://yopipazzo.blogspot.com/2014/05/standar-akuntansi-keuangan-dan.html

Yadiati, Wiwin. 2007. Teori Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Harahap, Sofyan. 2001. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai