Anda di halaman 1dari 4

Nama : Gina Prasasya

Kelas :B

NIM : 13040218140085

Dosen Pengampu : Teuku Afrizal, S.E., M.ENV, MGT., Ph.D

Mata Kuliah : Antropologi Perkotaan

RINGKASAN ANTROPOLOGI PERKOTAAN PERTEMUAN KEDUA

“Urbanism as a Way of Life”

Peradaban manusia dimulai dari peradaban barat yang ditandai dengan pemukiman
permanen masyarakat yang dulunya nomaden di cekungan Mediterania dan sejak saat itu mulai
bertumbuh peradaban-peradaban besar. Dunia kontemporer tidak lagi menyajikan gambaran
kelompok kecil manusia terisolasi yang tersebar di wilayah yang luas seperti yang digambarkan
Sumner tentang masyarakat primitif. Cara hidup manusia modern adalah berfokus kelompok
kepentingan yang penting dan kepentingan yang tidak terlalu mendesak. Dampak kota terhadap
kehidupan sosial manusia mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan ekonomi, politik,
budaya yang terjalin dalam keragaman daerah masyarakat di setiap aktivitas dalam sebuah satu
kesatuan.
Saat ini populasi dunia sangat tidak merata dan pertumbuhan kota tidak terlalu maju di
beberapa negara yang baru saja tersentu oleh industrialisme. Pergeseran dari masyarakat
pedesaan ke masyarakat perkotaan telah terjadi dalam rentang satu generasi di daerah industri
seperti Amerika Serikat dan Jepang yang disertai dengan perubahan besar di hampir setiap fase
kehidupan sosial. Karena kota adalah hasil dari pertumbuhan dan bukan hasil ciptaan seketika,
maka diharapkan pengaruh-pengaruh yang diberikannya pada cara-cara kehidupan tidak
menghilangkan cara-cara pergaulan manusia yang sebelumnya dominan. Seperti contohnya
pertanian, rumah adat kuno, dan segala sesuatu yang ada di pedesaan. Karena penduduk kota itu
sendiri sebagian besar berasal dari pedesaan, dimana ia membawa corak kehidupan yang
sebelumnya. Ini yang menyebabkan terbentuknya peradaban kontemporer. Peradaban
komtemporer berasal dari masyarakat perkotaan yang berbasis industri dan masyarakat pedesaan
yang berbasis rakyat.
Fakta menunjukkan bahwa kota secara statistik merupakan konsep administartif dimana
batasan perusahaan memainkan peran yang menentukan dalam gambaran wilayah perkotaan.
Dominasi kota, terutama kota besar, dapat dianggap sebagai konsekuensi dari konsentrasi di
kota-kota industri dan komersial, fasilitas dan kegiatan keuangan dan administrasi, jalur
transportasi dan komunikasi, dan peralatan budaya dan rekreasi seperti pers, stasiun radio,
teater, perpustakaan, museum, gedung konser, opera, rumah sakit, lembaga pendidikan tinggi,
pusat penelitian dan penerbitan, organisasi profesi, dan lembaga keagamaan dan kesejahteraan.
Urbanisasi tidak lagi hanya menunjukkan proses di mana orang tertarik ke suatu tempat yang
disebut kota dan dimasukkan ke dalam sistem kehidupannya, tetapi ada ciri-ciri khas corak
kehidupan yang diasosiasikan dengan pertumbuhan kota, dan akhirnya pada perubahan arah
moda kehidupan yang dikenal sebagai perkotaan yang tampak di antara orang-orang, di mana
pun mereka berada yang telah berada di bawah pengaruh pengaruh yang diberikan kota
berdasarkan kekuatan institusi dan kepribadiannya yang beroperasi melalui alat komunikasi dan
transportasi. Untuk tujuan sosiologis, kota dapat didefinisikan sebagai pemukiman yang relatif
besar, padat, dan permanen dari individu yang heterogen secara sosial. Semakin besar, semakin
padat penduduk, dan semakin heterogen suatu komunitas maka semakin menonjol karakteristik
yang terkait urbansime.
Sejak politik Aristoteles, peningkatan jumlah penduduk di suatu pemukiman yang
melebihi batas tertentu akan mempengaruhi hubungan antar masyarakat dan karakteristik
mereka. Secara karakteristik, kaum urban yang bertemu satu dengan yang lain akan saling
bergantung untuk pemenuhan kebutuhan mereka. Berbeda dengan orang-orang pada pedesaan
yang kurang bergantug pada orang lain karena mereka mengusahakan kebutuhan hidupnya
dengan aktivitas yang dilakukannya seperti bertani atau berkebun. Kota dicirikan dengan kontak
sekunder dan desa dicirikan dengan kontak primer.
Menurut Adam Smith, spesialisasi individu dalam pekerjaan ditandai dengan adanya
pembagian kerja. Dominasi kota atas daerah pedalaman sekitarnya menjadi dapat dijelaskan
dalam hal pembagian kerja yang terjadi dan dipromosikan oleh kehidupan perkotaan. Tingkat
saling ketergantungan yang ekstrim dan keseimbangan kehidupan perkotaan yang tidak stabil
terkait erat dengan pembagian kerja dan spesialisasi pekerjaan. Saling ketergantungan dan
ketidakstabilan ini meningkat dengan kecenderungan masing-masing kota untuk mengkhususkan
diri pada fungsi-fungsi yang memiliki keuntungan terbesar.
Ada hubungan antara teori urbanisme dan penelitian sosiologi. Dalam hal ini urbanisme
sebagai corak gaya hidup dapat didekati secara empiris dari tiga perspektif yang saling terkait:
(1) sebagai struktur fisik yang terdiri dari basis populasi, teknologi, dan tatanan ekologis: (a)
sebagai sistem organisasi sosial yang melibatkan struktur sosial yang khas , serangkaian institusi
sosial, dan pola hubungan sosial yang khas; dan (3) sebagai seperangkat sikap dan gagasan, dan
konstelasi kepribadian yang terlibat dalam bentuk khas perilaku kolektif dan tunduk pada
mekanisme karakteristik kontrol sosial. tampaknya mungkin untuk menjelaskan ciri-ciri
kehidupan perkotaan dan untuk menjelaskan perbedaan antara kota-kota dalam berbagai ukuran
dan jenis.
Semakin nesar suatu kota, semakin terlihat karakteristik spesifik mengenai urbanisme
dengan heterogenitas. Heterogenitas penduduk perkotaan terlihat dengan beragamnya ras dan
etnis. Selain ras dan etnis,usia, jenis kelamin, serta asal-usul terkait dengan faktor lain seperti
pekerjaan dan minat, menjadi salah satu karakteristik utama pembeda penduduk kota satu dengan
yang lain. Dan juga penurunan angka kelahiran secara umum dapat dinggapai sebagai tanda
paling signifikan dari urbanisasi.
Ciri-ciri khas dari kehidupan perkotaan sering digambarkan secara sosiologis terdiri dari
substitusi kontak primer ke kontak sekunder, melemahnya ikatan kekerabatan, penurunan
signifikansi sosial keluarga, hilangnya lingkungan, dan merusak dasar tradisional solidaritas
sosial. Fungsi-fungsi seperti pemeliharaan kesehatan, metode untuk mengurangi kesulitan yang
terkait dengan keamanan pribadi dan sosial, ketentuan untuk pendidikan, rekreasi, dan
peningkatan budaya telah melahirkan institusi yang sangat terspesialisasi di seluruh komunitas,
bahkan dalam skala nasional. Secara umum, penduduk perkotaan memiliki pekerjaan yang
menguntungkan dibandingkan dengan penduduk pedesaan. Meskipun pendapatan penduduk
kota rata-rata lebih tinggi daripada penduduk pedesaan, biaya hidup tampaknya lebih tinggi di
kota-kota besar.
Kaum urban terikat untuk mengerahkan dirinya dengan bergabung dengan orang lain
yang memiliki minat yang sama ke dalam kelompok terorganisir untuk mencapai tujuannya.
Sementara di satu sisi ikatan tradisional pergaulan manusia melemah, keberadaan perkotaan
melibatkan tingkat saling ketergantungan yang jauh lebih besar antara manusia dan manusia dan
bentuk saling keterkaitan timbal balik yang lebih rumit, rapuh, dan tidak stabil selama banyak
fase di mana individu dapat melakukannya. Sementara dalam masyarakat primitif dan pedesaan
umumnya dimungkinkan untuk memprediksi berdasarkan beberapa faktor yang diketahui siapa
yang akan menjadi milik apa dan siapa yang akan bergaul dengan siapa di hampir setiap
hubungan kehidupan, di kota kita hanya dapat memproyeksikan secara umum. Pola
pembentukan dan afiliasi kelompok, dan pola ini akan memunculkan banyak ketidaksesuaian dan
kontradiksi.
Kerangka kerja organisasi memunculkan fungsi-fungsi yang sangat berbeda yang
menjamin konsistensi dan iantegritas kepribadian dan kepentingan. Ada beberapa masalah
seperti disorganisasi pribadi, gangguan mental, bunuh diri, kenakalan, kejahatan, korupsi, dan
kekacauan lebih sering terjadi di perkotaan daripada pedesaan. Dalam hal ini kontrol sosial di
kota harus dilakukan melalui kelompok yang diorganisir secara formal. Pemerintah sendiri juga
mengambil alih dalam bidang ekonomi, politik, atau budaya agar semuanya berjalan dengan
stabil. Semakin banyak jumlah orang dalam keadaan interaksi satu sama lain, semakin rendah
tingkat komunikasinya. Ini semua dapat ditinjau melalui sosiologi perkotaan dengan melalui
pendelatan umum dan teoritis.
Jadi kesimpulannya adalah urbanisasi dunia merupakan salah satu fakta paling
mengesankan di zaman modern kerena urbanisasi telah membawa perubahan yang snagat besar
di setiap fase kehidupan sosial. Urbanisasi ini sangat berkaitan dengan perkotaan yang
didalamnya terdapat berbagai kota. Kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat, dan
permanen dari individu-individu yang heterogen. Di kota terkenal dengan kepadatan penduduk
yang melibatkan diversifikasi dan spesialisasi. Dalam hal ini, hubungan sosial yang terjadi hanya
sebatas kebutuhan keuangan atau kebutuhan yang mendesak saja. Hubungan ini yang
menggantikan hubungan antar pribadi.

Daftar Pustaka
Wirth, Louis. (1938). Urbanism as a Way of Life. University of Chicago Press: The American
Journal Sociology. (44):1-24.

Anda mungkin juga menyukai