Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
hidrologi, hidrolika, irigasi, teknik sungai, pondasi, mekanika tanah, dan ilmu teknik
bendung tersebut. Untuk menunjang proses perencanaan bendung maka berbagai teori
dan rumus-rumus dari berbagai studi pustaka sangat diperlukan, terutama ketika
pengolahan data, desain rencana dan rehabilitasi bangunan air yang mengacu kepada
Perencanaan 06.
Secara luas hidrologi meliputi pula berbagai bentuk air, termasuk transformasi
antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, di atas dan di bawah permukaan
tanah. Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpanan air
yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini. Daur atau siklus hidrologi gerakan air
laut ke udara, kemudian jatuh ke permukaan tanah dan akhirnya mengalir ke laut
kembali. Air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah, sebagian kecil akan meresap
(absorbsi) di dalam tanah (infiltrasi), sedang yang lainnya akan menjadi limpasan
melalui mata air (interflow), tapi sebagian besar akan tetap tersimpan dalam tanah
(ground water). Air tanah ini umumnya membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
dapat muncul kembali ke permukaan, yang biasa disebut dengan limpasan air tanah.
Semua bagian-bagian air yang disebut di atas tadi pada akhirnya akan mengalir menuju
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh
sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan
gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi
kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum
mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu
menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik
bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan,
celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat
bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau
utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka
biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan
daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun
yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan
akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses
hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di
bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan
tempatnya.
Dengan demikian ada empat macam proses dalam siklus hidrologi yang harus
dipelajari oleh para ahli hidrologi dan para ahli bangunan air, yaitu:
a. prespitasi
b. evaporasi
c. infiltrasi
II.3. Hujan
laut yang naik ke atmosfer, mendingin dan kemudian menyuling dan jatuh sebagian
kembali (evaporasi) dan sebagian menjadi lembab. Air yang meresap ke dalam
Air hujan yang menguap, yang meresap ke dalam tanah, yang ditahan tumbuh-
tumbuhan dan transpirasi tidak ikut menjadi aliran air di dalam sungai dan disebut
air hilang.
Para pakar hidrologi telah lama mengetahui bahwa dari seluruh jumlah
laut melalui limpasan langsung (direct runoff) atau aliran air tanah (ground water
flow). Penguapan dari permukaan laut adalah sumber utama air hujan, dan
diperkirakan tidak lebih dari sepuluh persen dari hujan di daratan berasal dari
Dalam data hujan ada 5 buah unsur yang harus kita tinjau, yaitu:
a. intensitas i, adalah laju curah hujan = tinggi air per satuan waktu, misalnya
b. lama waktu atau durasi t, adalah lamanya curah hujan terjadi dalam menit atau
jam.
c. tinggi hujan d, adalah banyaknya atau jumlah hujan yang dinyatakan dalam
Hubungan antara intensitas, durasi dan tinggi hujan dinyatakan sebagai berikut:
I
d = ∫ idt ≈ ∑ I∆t ..................................................... (2-1)
0
d
i= ........................................................................ (2-2)
t
A. Durasi Hujan
Durasi hujan adalah lamanya kejadian hujan yang diperoleh dari hasil
pencatatan alat ukur hujan otomatis (dalam menitan, jam-jaman ataupun harian).
Intensiatas curah hujan adalah jumlah hujan dalam ratio satuan waktu,
yang biasanya dinyatakan dalam milimeter per jam. Besarnya intensitas curah
kejadian.
semakin kecil. Jika tidak ada waktu untuk mengamati besarnya intensitas hujan
- Talbot (1881)
a
i= ...................................................... (2-3)
t +b
- Sherman (1905)
a
i= .......................................................... (2-4)
tb
- Inshiguro
a
i= ................................................... (2-5)
t +b
- Mononobe
2/3
d 24
i = 24 ............................................ (2-6)
24 t
dimana:
a,b = konstanta
C. Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik
yang paling jauh pada aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir saluran.
- Conduit time (td) yakni waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
tc = t0 + t d ..................................................... (2-7)
mendapatkan hujan sehingga didapat tinggi curah hujan rata-rata dan kemudian
mendapatkan data curah hujan di suatu titik tertentu (point rainfall). Jika dalam
suatu areal terdapat beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan, maka dapat
Ada tiga macam cara yang berbeda dalam menetukan tinggi curah hujan
pada areal tertentu dari angka-angka curah hujan di beberapa titik pos pencatat
curah hujan atau AWLR (Automatic Water Level Recorder), antara lain:
Cara mencari tinggi rata-rata curah hujan di dalam suatu daerah aliran
dengan cara arithmatic mean merupakan salah satu cara yang sangat sederhana.
Biasanya cara ini dipakai pada daerah yang datar dan banyak stasiun curah
adalah sama rata (uniform distribution). Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan
d1 + d 2 + d 3 + .... + d n n
d
d= = ∑ 1 ................ (3-8)
n i =1 n
Dimana:
Cara ini akan memberikan hasil yang dapat dipercaya jika stasiun-stasiun
Cara ini diperoleh dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus
pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian tiap
stasiun penakar R n akan terletak pada suatu poligon tertentu An. Dengan
dimana A adalah luas daerah penampungan atau jumlah luas seluruh areal yang
Keterangan:
• Cara Isohyet
curah hujan yang sama (isohyet), seperti terlihat pada gambar. Kemudian luas
dihitung sebagai harga rata-rata berimbang dari nilai kontur seperti terlihat pada
d 0 + d1A d1 + d 2 dn − 1 + dn
A A + ... An
d= 2 2 2 ...................... (2-10)
A1 + A2 + ... An
di − 1 + d i
∑ 2
Ai
d= ............................. (2-11)
∑ Ai
Dimana:
yang bersangkutan
Ini adalah cara yang paling teliti untuk mendapatkan hujan areal rata-rata,
tetapi memerlukan jaringan stasiun penakar yang relatif lebih padat yang
Sistem-sistem sumber daya air harus dirancang bagi hal-hal yang akan
terjadi pada masa yang akan datang, yang tak dapat dipastikan kapan akan terjadi.
Oleh karena itu, ahli hidrologi harus memberikan suatu pernyataan probabilitas
bahwa aliran-aliran sungai akan menyamai atau melebihi suatu nilai yang telah
ditentukan.
menghasilkan suatu kejadian tertentu terhadap jumlah total hasil yang mungkin
Frekuensi seperti yang yang mengacu pada SK SNI M-18-1989 tentang Metode
Perhitungan debit banjir. Tujuan dari analisa distribusi frekuensi curah hujan adalah
Banyak macam distribusi teoritis yang kesemuanya itu dapat dibagi dua,
yaitu diskrit dan kontinu. Diskrit diantaranya adalah Binominal dan Poisson,
sedangkan kontinu adalah Normal, Log Normal, Gamma, Beta, Pearson dan
distribusi yaitu:
a. Gumbel
c. Normal
d. Log Normal
Distribusi Gumbel
nilai-nilai ekstrem datang dari persoalan banjir. Tujuan teori statistik nilai-
akan lebih kecil dari nilai X tertentu (dengan waktu balik Tr), mendekati
− a ( x −b )
P( X ) = e − e ........................... (-12)
Y = reduced variate
Jika diambil nilai logaritmanya dua kali berurutan dengan bilangan dasar e
X =
1
[ab − ln{− ln P( X )}] ............................ (2-14)
a
data debit maksimum dalam tahun), dengan suatu variate disamai atau
dilampaui oleh suatu nilai, sebanyak satu kali. Jika interval antara 2 buah
1
Tr ( X ) = ........................................ (2-15)
1 − P( X )
pengendalian banjir sehingga lebih mementingkan waktu balik Tr(X) dari pada
1 T ( X ) − 1
X r = br − ln − ln r .................... (2-16)
a Tr ( X )
T ( X ) − 1
Yr = − ln − ln r ................................ (2-17)
Tr ( X )
X = µ + σ .K ................................ (2-18)
K = Factor frekwensi
X = X + sK …………………… (2-19)
berikut ini :
YT − Ys
K= ………………………..…... (2-20)
Sn
sampel n
Yn .s YT .s
= X− +
Sn Sn
Sn Y .s
Jika dimasukkan = a dan X − n = b , maka
s s
1
X T = b + YT ……………………………………. (2-22)
a
YT = Reduced variate
- Nilai tengah
- Standard deviasi
- Koefisien skewness
∑ LogX
i =1
1
Log Xr = ........................................ (2-23)
n
Dengan:
Xr = nilai rerata curah hujan
Xi = curah hujan ke-I (mm)
n = banyaknya data pengamatan
∑ ( LogX 1 − LogXr )
i =1
2
Sx = ................. (2-24)
n −1
dengan:
Sx = standard deviasi
Distribusi Normal
Distribusi ini mempunyai ‘probability density function’ sebagai
berikut:
1 [ −(𝑥−µ)2 ]
P’(X) = e …………………………. (2-26)
𝜎 √2𝜋 2𝜎 2
σ = varian
µ = rata-rata
Sifat khas lain yaitu nilai asimetrisnya (skewness) hampir sama dengan
P (𝑥̅ − 𝜎) = 15,87%
P (𝑥̅ ) = 50%
P (𝑥̅ + 𝜎) = 84,14%
dan (𝑥̅ + 𝜎) adalah 68,27%. Sejalan dengan itu maka yang berada antara
Distribusi Log-Normal
1 𝑙𝑛𝑥− µ𝑛 2
P’ x = eksp ( − ½ ( ) ), (µ > 0)……..... (2-27)
𝑥 𝜎𝑛 √2𝜋 𝜎𝑛
Dengan
µ4
µ𝑛 =½ ln ( )…………………………………........ (2-28)
µ2 +𝜎 2
𝜎 2 + µ2
𝜎𝑛2 = ln ( )………................................................. (2-29)
µ2
dengan
𝜎 2
𝜂𝑣 = (𝑒 −𝜎𝑛 − 1)0,5………………........................... (2-31)
µ
selalu bertanda positif. Atau nilai ‘skewness’ Cs kira-kira sama dengan tiga
Metode Haspers
Untuk metode ini, besar curah hujan rencana periode ulang T tahun
dengan:
Xr =
∑X .................................................................. (2-34)
N
1 X max 1 − Xr X max 2 − Xr
Sd = + ............. (2-35)
2 µ1 µ2
N +1
T= ................................................................... (2-36)
m
dengan:
Sd = Standard deviasi
µ = Standard variate
hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang
menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya
melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Linsley
(1980) menyebut DAS sebagai “A river of drainage basin in the entire area drained by a
stream or system of connecting streams such that all stream flow originating in the area
discharged through a single outlet”. Sementara itu IFPRI (2002) menyebutkan bahwa “A
attractive unit for technical efforts to conserve soil and maximize the utilization of
surface and subsurface water for crop production, and a watershed is also an area with
administrative and property regimes, and farmers whose actions may affect each other’s
interests”.
dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara
dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan
energi. Selain itu pengelolaan DAS dapat disebutkan merupakan suatu bentuk
pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber
daya alam (SDA) yang secara umum untuk mencapai tujuan peningkatan produksi
pertanian dan kehutanan yang optimum dan berkelanjutan (lestari) dengan upaya
menekan kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal
hulu, tengah dan hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS bagian
hilir merupakan daerah pemanfaatan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama
dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu
akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan
transport sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran airnya. Dengan perkataan
lain ekosistem DAS, bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan
DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh karenanya
pengelolaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS,
bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi.
berdasarkan fungsi, yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi
yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi,
yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas
air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. Kedua DAS bagian tengah
didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan
manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari
kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah,
serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.
untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang
diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian
curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air
limbah.
Keberadaan sektor kehutanan di daerah hulu yang terkelola dengan baik dan
terjaga keberlanjutannya dengan didukung oleh prasarana dan sarana di bagian tengah
akan dapat mempengaruhi fungsi dan manfaat DAS tersebut di bagian hilir, baik untuk
pertanian, kehutanan maupun untuk kebutuhan air bersih bagi masyarakat secara
keseluruhan. Dengan adanya rentang panjang DAS yang begitu luas, baik secara
administrasi maupun tata ruang, dalam pengelolaan DAS diperlukan adanya koordinasi
berbagai pihak terkait baik lintas sektoral maupun lintas daerah secara baik.
Metode untuk mendapatkan debit banjir rencana dapat menggunakan metode J.P.
der Weduwen:
Qn = Mn x f x q’ x R70/240
atau
Qn = f x q’ x Rn/240
dimana:
Elevasi mercu bendung ditentukan berdasarkan muka air rencana pada bangunan
sadap. Disamping itu kehilangan tinggi energi perlu ditambahkan untuk alat ukur,
menurut kriteria lebar bendung ini diambil sama dengan lebar rata-rata sungai yang
setabil atau lebar rata-rata muka air banjir tahunan sungai yangbersangkutan atau diambil
lebar maksimum bendung tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai pada ruas yang
Be = B – 2 (nKp+ Ka ) H1
Dimana :
n = jumlah pilar.
tebal pilar
bagian depan terbuka) sebaiknya diambil 80% dari lebar rencana untuk mengkompensasi
2 2
Q = Cd
3
�3 𝑔 Be 𝐻11.5
Dimana :
Q = debit (m3/det)
Cd = koefisien debit
V = c × √R I
A = ( b + m.h ) h
P = b + 2.h �1 + 𝑚²
𝑃
R =
𝐴
Adapun kondisi hidrolis bendung lama dan bendung baru Timbang Lawan
sebagai berikut:
Tipe mercu untuk Bendung Timbang Lawan ini menggunakan tipe mercu bulat.
untuk menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir, besarnya bukaan pintu
bergantung kepada kecepatan aliran masuk yang diizinkan. Kecepatan ini bergantung
kepada ukuran butir bahan yang dapat diangkut. Kapasitas pengambilan harus sekurang-
fleksibilitas dan agar dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur proyek.
2 ℎ
v ≥ 32 ( ) 1/3 d
𝑑
h : kedalaman air, m
d : diameter butir, m
Dengan kecepatan masuk sebesar 1,0 – 2,0 m/dt yang merupakan besaran
perencanaan normal, dapat diharapkan bahwa butir-butir berdiameter 0,01 sampai 0,04 m
b = lebar bukaan, m
a = tinggi bukaan, m
2
g = percepatan gravitasi, m/dt (≈ 9,8)
Keterangan :
Stabilitas bendung dianalisis pada dua macam kondisi yaitu pada saat sungai
kosong dan pada saat sungai banjir. Tinjauan stabilitas yang diperhitungkan dalam
Rumus: G = V * γ
Dimana :
V = volume (m3)
Rumus : Px = Hx − H
∆𝐻
Px = Hx – ( Lx ∗ )
𝐿
Dimana :
Rumus : 𝑎𝑑 = 𝑛 (𝑎𝑐𝑥𝑧)𝑚
𝑎𝑑
E=
𝑔
Dimana:
E = koefisien gempa
Dari koefisien gempa di atas, kemudian dicari besarnya gaya gempa dan
Gaya Gempa, He = E x G
Dimana:
E = koefisien gempa
He = gaya gempa
Dimana:
Pa =
1
2
γsub * Ka * h²
Ka = tan² (45° − ∅ / 2)
γsub = γsat − γw
𝐺𝑠+𝑒
= [ γw ] – γw ; dimana γw = 1 T/m3
1+𝑒
𝐺𝑠−1
= [ γw ]
1+𝑒
Pp =
1
2
γsub ⃰ Kp ٭h²
Kp = tan² (45° + ∅ / 2)
γsub = γsat − γw
𝐺𝑠+𝑒
= [ γw ] – γw ; dimana γw = 1 T/m3
1+𝑒
𝐺𝑠−1
= [ γw ]
1+𝑒
Keterangan :
Gs = Spesifik Gravity
e = Void Ratio
bendung terhadap guling, geser, pecahnya struktur, erosi bawah tanah (piping) dan daya
dukung tanah.
∑𝑀𝑡
Rumus : Sf = ≥ 1,5
∑𝑀𝑔
∑𝑅𝑣
Rumus : Sf = ≥ 1,5
∑𝑅ℎ
∑Mt−∑Mg
Rumus : a =
∑V
e = ( B/ 2 – a ) < 1/6 . B
qult
͞σ =
FS
Kontrol :
RV 6.e
σmaks = ( 1+ ) < ͞𝜎
B B
RV 6.e
σmin = ( 1− ) > 0
B B
Dimana :
SF = faktor keamanan
Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah permukaan air dan sama
dengan :
PH = 𝛾 w . z
kecil saja pada jenis bangunan yang digunakan di jaringan irigasi. Prinsip gaya
hidrodinamik adalah bahwa jika kecepatan datang (approach velocity) cukup tinggi dan
oleh sebab itu tinggi energi besar, maka akan terdapat tekanan yang makin besar pada
Rembesan atau perkolasi air melalui tanah di sekitar bangunan diakibatkan oleh
Pada Gambar 3.8 ditunjukkan dua macam jalur rembesan yang mungkin terjadi: (A) jalur
rembesan di bawah bangunan dan (B) jalur rembesan di sepanjang sisi bangunan.
kehilangan bahan)
Gaya tekan ke atas pada tanah bawah dapat ditemukan dengan membuat jaringan
aliran (flownet), atau dengan asumsi-asumsi yang digunakan oleh Lane untuk teori angka
Dalam metode analog listrik, aliran air melalui tanah bawah dibandingkan dengan
aliran listrik melalui medan listrik daya-antar konstan. Besarnya voltase sesuai dengan
tinggi piesometrik, daya-antar dengan kelulusan tanah dan aliran listrik dengan kecepatan
air (lihat Gambar 39). Biasanya plot dengan Langan yang dilakukan dengan seksama
Dalam teori angka rembesan Lane, diandaikan bahwa bidang horisontal memiliki
daya tahan terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih lemah dibandingkan dengan bidang
vertikal. Ini dapat dipekai untuk menghitung gaya tekan ke atas di bawah bangunan
dengan cars membagi beds tinggi ener&i pada bangunan sesuai dengan panjang relatif di
Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada titik x di sepanjang
𝐿𝑥
Px = Hx − ∆H
𝐿
dimana :
dan di mana L dan Lx adalah jarak relatif yang dihitung menurut cara
Bangunan-bangunan yang harus mengatasi beda tinggi muka air hendaknya dicek
stabilitasnya terhadap erosi bawah tanah dan bahaya runtuh akibat naiknya dasar galian
dicek dengan jalan membuat jaringan aliran/flownet (lihat pasal 3.3.3.a.1) dan dengan
- Metode Bligh
- Metode Koshla
Metode Lane, yang juga disebut metode angka rembesan Lane (weighted creep
ratio method), adalah cara yang dianjurkan untuk mencek bangunan guna mengetahui
adanya erosi bawah tanah. Metode ini memberikan hasil yang aman dan mudah dipakai.
memberikan hasil-hasil yang lebih baik, tetapi penggunaannya lebih sulit. Metode lane ini
bangunan tanah bawah dengan beda tinggi muka air antara kedua sisi bangunan. Di
sepanjang jalur perkolasi ini, kemiringan yang lebih curam dari 45° dianggap vertikal dan
yang kurang dari 45° dianggap horisontal. Jalur vertikal dianggap memiliki daya tahan
1
∑Lv + 3 Lh
CL =
H
di mana :
1. M + H + K + T + Thn 0%
2. M +H + K + T + Thn + G 20%
3. M + H + K + T + Thb 20%
4. M + H + K + T + Thn + G 50%
5. M + H + K + T + Thb + Ss 30%
Dimana:
M = Beban mati
H = Beban hidup
K = Beban kejut
T = Beban tanah
G = Beban gempa
qu = α c Nc + 𝛾 z Nq + b 𝛾 B N𝛾
dimana :
berikut :
𝜎𝑘+∆𝜎𝑘
z = h ∗ ln
𝜎𝑘
dimana:
z = penurunan, m
(dipadatkan), m
kN/m2.
Bangunan bendung dapat dibuat dari pasangan batu atau beton, atau campuran
kedua bahan ini yang masing-masing bahan bangunannya mempengaruhi bentuk dan
Sampai saat ini pasangan batu dilaksanakan dengan cara tidak standart dan
batu kali sangat ditentukan oleh komposisi campuran dan kerapatan adukan dalam
speci antar batu. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kedisiplinan tukang
dalam merocok adukan dan tingkat kejujuran pengawas lapangan. Perilaku tukang
Pasangan batu kali dapat dipakai pada bangunan melintang sungai dengan syarat-
memakai material lain misalnya beton, yang tentunya memerlukan biaya lebih
Pasangan batu akan dipakai apabila bahan bangunan ini (batu-batu berukuran
besar) dapat ditemukan di atau dekat daerah itu. Permukaan bendung yang
terkena abrasi langsung dengan air dan pasir, biasanya dilindungi dengan lapisan
batu keras yang dipasang rapat-rapat. Batu ini disebut batu candi, yaitu batu-batu
yang dikerjakan dengan tangan dan dibentuk seperti kubus agar dapat dipasang
serapat mungkin.
(ii) Beton
tinggi melebihi syarat-syarat batasan seperti tersebut dalam butir (i). Meskipun
bangunan. Hal ini bisa tercapai karena prosedur pelaksanaan dan kontrol kekuatan
di mana tidak terdapat batu yang cocok untuk konstruksi pasangan batu, beton
merupakan alternatif.
butir (i) yang terbuat dari beton, akan memerlukan biaya yang mahal mengingat
struktur beton yang di dalam tubuhnya diisi dengan pasangan batu kali. Tebal
Lindungan permukaan
Tipe dan ukuran sedimen yang diangkut oleh sungai akan mempengaruhi
pemilihan bahan yang akan dipakai untuk membuat permukaan bangunan yang langsung
bersentuhan dengan aliran air. Ada tiga tipe bahan yang bisa dipakai untuk melindungi
• Batu Candi, yakni pasangan batu keras alamiah yang dibuat bentuk blok-blok
segi empat atau persegi dan dipasang rapat-rapat. Pasangan batu tipe ini telah
terbukti sangat tahan abrasi dan dipakai pada banyak bendung yang terkena abrasi
keras. Bila tersedia batu-batu keras yang berkualitas baik, seperti andesit, basal,
diabase, diorit, gabro, granit atau grano-diorit, maka dianjurkan untuk membuat
permukaan dari bahan ini pada permukaan bendung yang dibangun di sungai-
bahan lindungan yang baik pula, beton yang dipakai untuk lindungan permukaan
tinggi.
• Baja, kadang-kadang dipakai di tempat yang terkena hempasan berat oleh air
yang mengandung banyak sedimen. Khususnya blok halang di kolam olak dan