Anda di halaman 1dari 9

Pemanfaatan DNA untuk Penyimpanan Data Digital

Aura Arsy Prinsesa


102020055
Kelompok : C2
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
aura.102020055@civitas.ukrida.ac.id
__________________________________________________________________________
Abstrak
Dengan semakin pesatnya pertumbuhan informasi dimasa sekarang sehingga kebutuhan
akan data penyimpanan untuk jangka panjang semakin banyak yang memerlukan. Pada
akhirnya memerlukan kapasitas data yang sangat besar, tetapi tidak menimbulkan kerusakan
pada lingkungan. DNA muncul sebagai media prospektif untuk penyimpanan data dengan
fitur-fiturnya yang mencolok. Model pengkodean yang beragam untuk membaca dan menulis
data ke DNA, kode untuk mengenkripsi data yang membahas masalah pembuatan kesalahan,
dan pendekatan untuk mengembangkan kodon dan gaya penyimpanan telah dikembangkan
selama ini. DNA yang digunakan sebagai perangkat memori organik bersama dengan
penyimpanan data besar dan analitik dalam DNA telah membuka jalan menuju komputasi
DNA. Pada makalah ini akan lebih berfokus pada fungsi DNA itu sendiri dengan
karakteristiknya dalam menyimpan data, perbedaannya dengan RNA, fungsi dan
kegunaannya di kehidupan sehari-hari, teknologi apa saja yang dapat dikembangkan dengan
DNA, dan dampak pemanfaatan DNA sebagai tempat penyimpanan digital pada polusi bahan
baku logam ke lingkungan.
Kata Kunci : Dampak penyimpanan DNA ke lingkungan, fungsi DNA, penyimpanan DNA
Abstract
With the exponential growth in the capacity of information generated and the emerging
need for data to be stored for prolonged period of time, there emerges a need for a storage
medium with high capacity, high storage density, and possibility to withstand extreme
environmental conditions. DNA emerges as the prospective medium for data storage with its
striking features. Diverse encoding models for reading and writing data onto DNA, codes for
encrypting data which addresses issues of error generation, and approaches for developing
codons and storage styles have been developed over the recent past. DNA utilized as an organic
memory device along with big data storage and analytics in DNA has paved the way towards
DNA computing for solving computational problems. This paper critically analyzes the function
of DNA itself with its characteristics in storing data, its differences with RNA, its functions
and uses in everyday life, what technologies can be developed with DNA, and the impact of
using DNA as a digital storage place on the pollution of metal raw materials to the
environment.
Keywords : DNA Function, DNA storage, impact of DNA storage on the environment
Pendahuluan
Latar belakang
Deoxyribonucleic acid (DNA) merupakan makromolekul berupa benang sangat panjang
yang terbentuk dari sejumlah besar deoksiribonukleotida yang masing-masing tersusun dari
satu basa, satu gula dan satu gugus fosfat. Basa pada molekul DNA membawa informasi
genetik, sedangkan gula dan gugus fosfat mempunyai peranan struktural. Gula dalam
deoksiribonukleotida merupakan deoksiribosa. Awalan deoksi menunjukkan bahwa gula ini
kekurangan satu atom oksigen yang ada pada ribosa, senyawa induknya. Basa nitrogen
merupakan derivat purin dan pirimidin. Purin dalam DNA adalah adenin (A) dan Guanin (G),
serta pirimidinnya adalah timin (T) dan sitosin (C).1
DNA memiliki kapasitas penyimpanan yang sulit untuk dipercaya, contohnya kita dapat
menempatkan semua informasi yang ada di seluruh penjuru internet dalam satu perangkat
yang bahkan lebih kecil dibanding satu unit inci kubik. DNA dapat menjadi tempat yang
optimal secara fundamental karena daripada menggunakan penyimpanan data komputer,
dengan munggunakan adenin, guanin, sitosin, dan timin yang dibuat berpasang-pasangan (A-
T dan G-C) dapat dimanfaatkan untuk menyimpan informasi dalam bentuk kode biner. DNA
dapat menjawab akan kebutuhan tempat penyimpanan berkapasitas tinggi karena dengan
nukleotida tunggal dapat menyimpan 2bit informasi, dan 455 EB data dapat disimpan dalam1
gram dari satu untai DNA (ssDNA), bahkan seluruh informasi yang dihasilkan dalam satu
tahun dapat disimpan hanya dalam 4gram DNA. DNA menawarkan tempat penyimpanan
yang mudah dibaca dan dapat diandalkan untuk menyimpan informasi yang bahkan
diperpanjang hingga tak terhingga dengan mengeringkan dan menjaganya dari oksigen dan
air.2
Akan tetapi kita juga perlu mengetahui fungsi dari DNA itu sendiri dalam tubuh kita,
mengapa ia bisa berbeda dengan RNA. Selain itu, karakteristik apa yang dimiliki DNA
sehingga para ahli dapat menyimpan data pada DNA tersebut. Lalu, teknologi apa saja yang
terintegrasi dengan DNA, dan terakhir dampak lingkungan apa saja yang dapat dicapai bila
pemanfaatan DNA untuk penyimpanan data digital ini berhasil.
Skenario
Berjudul Utilize our DNA for digital data storage
Rumusan Masalah
Utilize DNA for digital data storage.
Hipotesis
Bisa atau tidak.
Tinjauan Pustaka
Berdasarkan aspek lingkungan dan teknologi polusi bahan baku logam terhadap
kesehatan, dan apakah memungkinkan pemanfaatan DNA sebagai media penyimpanan data
digital.

Sasaran Belajar
Pertama mahasiswa mampu menjelaskan mengenai biomolekul DNA dan RNA. Lalu,
mahasiswa mampu mengetahui fungsi dan kegunaan biomolekul pada sehari-hari, dan
terakhir mahasiswa dapat mengintegrasikan aspek biomolekul dengan teknologi.
DNA dan Manfaatnya
DNA pertama kali ditemukan oleh F. Miescher (1869) dari sel spermatozoa dan sel
eritrosit burung, selanjutnya dinamakan sebagai nuklein. Penemuan lain dilakukan oleh
Fischer (1880), yaitu tentang adanya zat pirimidin (yang berupa Sitosin dan Timin) dan dua
purin (Adenin dan guanin). Setelah penemuan tersebut, dilengkapi pula dengan penemuan
Levine (1910) tentang gula 5 karbon ribosa, gula deoksiribosa, dan asam fosfat dalam inti.
Keberadaan DNA tersebut sebagian besar di dalam nukleus (inti sel). Tetapi ada juga yang
terdapat pada mitokondria. 1
Pada tahun 1953, Frances Crick dan James Watson menemukan model molekul DNA
sebagai suatu struktur heliks beruntai ganda, atau yang lebih dikenal dengan heliks ganda
Watson-Crick.DNA merupakan makromolekul polinukleotida yang tersusun atas polimer
nukleotida yang berulang-ulang, tersusun rangkap, membentuk DNA haliks ganda dan
berpilin ke kanan. Setiap nukleotida terdiri dari tiga gugus molekul, yaitu; gula 5 karbon
(Metasentris Akrosentris Submetasentris Telosentris), basa nitrogen yang terdiri golongan
purin yaitu adenin (Adenin = A) dan guanin (guanini = G), serta golongan pirimidin, yaitu
sitosin (cytosine = C) dan timin (thymine = T), dan (3) gugus fosfat .1
Basa pada molekul DNA membawa informasi genetik, sedangkan gula dan gugus fosfat
mempunyai peranan struktural. Gula dalam deoksiribonukleotida merupakan deoksiribosa.
Awalan deoksi menunjukkan bahwa gula ini kekurangan satu atom oksigen yang ada pada
ribosa, senyawa induknya. Basa nitrogen merupakan derivat purin dan pirimidin. Purin dalam
DNA adalah adenin (A) dan Guanin (G), serta pirimidinnya adalah timin (T) dan sitosin (C).1
DNA mempunyai peran penting dalam pewarisan sifat. DNA merupakan suatu senyawa
kimia yang penting pada makhluk hidup. Tugas utamanya membawa materi genetik dari
suatu generasi ke generasi berikutnya. DNA juga merupakan senyawa polinukleotida yang
membawa sifat-sifat keturunan yang khas pada kromosom. DNA penting dalam hal hereditas.
Paket semua informasi genetik dan dibagikan pada generasi berikutnya. Dasar untuk ini
terletak pada kenyataan bahwa DNA membuat gen dan gen membuat kromosom.1
RNA
Struktur kovalen RNA berbeda dengan DNA dalam dua hal. Sebagaimana terbaca dari
namanya, unit-unit gula dalam RNA berupa ribosa bukan deoksiribosa. Ribosa mengandung
sebuah gugus 2'-hidroksil yang tidak terdapat deoksiribosa. Perbedaan yang lain ialah bahwa
satu dari keempat basa utama dalam RNA adalah urasil (U) yang menggantikan timin (T).
Urasil, seperti timin, dapat membentuk pasangan basa dengan adenin, tetapi tidak
mengandung gugus metil yang terdapat dalam timin. Molekul RNA dapat berbentuk. Struktur
bagian dari suatu untai tunggal atau untai ganda.1
RNA tidak dapat membentuk heliks ganda tipe B-DNA karena interferensi steril oleh
gugus 2'-hidroksil pada unit-unit ribosanya. Akan tetapi, RNA dapat membentuk modifikasi
heliks ganda dan pasanganpasangan basanya menjauh membuat sudut sekitar 20° lebih besar
dari garis tegak lurus dengan sumbu heliks, suatu struktur yang mirip dengan A-DNA. RNA
menyusun 5-10% dari berat kering sel. Pada dasarnya, terdapat dua kelompok utama RNA
yang menyusun makhluk hidup, yaitu RNA genetik dan RNA nongenetik.1
RNA Genetik
RNA genetik memiliki fungsi yang sama dengan DNA, yakni merupakan molekul genetik
yang secara keseluruhan bertanggung jawab dalam membawa segala materi genetis, seperti
yang dimiliki oleh DNA. Dengan kata lain, RNA ini berfungsi sebagai DNA. RNA genetik
ini hanya dimiliki oleh makhluk hidup tertentu yang tidak memiliki DNA, seperti pada
beberapa jenis virus. 1
RNA nongenetik
RNA nongenetik merupakan RNA yang tidak berperan sebagai DNA. RNA nongenetik
dimiliki oleh makhluk hidup yang materi genetiknya diatur oleh DNA. Pada makhluk hidup
kelompok ini, di dalam selnya terdapat DNA dan RNA. Berdasarkan letak serta fungsinya,
RNA non-genetik dibedakan menjadi tiga macam, yakni RNA duta, RNA ribosom, dan RNA
transfer. 1
Pertama ada RNA duta atau “messenger RNA” (mRNA) merupakan asam nukleat yang
berbentuk pita tunggal dan merupakan RNA terbesar atau terpanjang yang bertindak sebagai
pola cetakan pembentuk polipeptida. Fungsi utama mRNA adalah membawa kode-kode
genetik dari DNA ke ribosom. mRNA juga berfungsi sebagai cetakan dalam sintesis protein.1
Kedua ada RNA transfer (tRNA) merupakan RNA terpendek yang bertindak sebagai
penerjemah kodon dari mRNA. Selain itu, tRNA berfungsi mengikat asam-asam amino yang
akan disusun menjadi protein dan mengangkutnya ke ribosom. Pada tRNA terdapat bagian
yang berhubungan dengan kodon yang disebut antikodon dan bagian yang berfungsi sebagai
pengikat asam amino.1
Terakhir ada RNA ribosom (rRNA) merupakan RNA dengan jumlah terbanyak dan
penyusun ribosom. RNA ini berupa pita tunggal, tidak bercabang, dan fleksibel. Lebih dari
80% RNA merupakan rRNA. Fungsi rRNA sampai sekarang masih belum banyak diketahui,
tetapi diduga memiliki peranan penting dalam proses sintesis protein.1

Karakteristik Penyimpanan DNA


Struktur DNA dikatakan dalam bentuk dua untai yang terbuat dari molekul yang disebut
nukleotida yang terjalin untuk membentuk struktur yang disebut struktur heliks ganda.
Nukleotida yang menyusun untaian ini sendiri terdiri dari beberapa blok
fundamental,yaitu:“Salah satu dari empat kemungkinan basa yang meliputi, Adenin (A),
Sitosin (C), Guanin (G) dan Timin (T), gugus fosfat dan lima gula karbon.” 3
Setiap basis memiliki pasangan identiknya masing-masing yang akan saling berikatan ,
melalui ikatan kovalen hidrogen dan bersama-sama pasangan bebas ini disebut pasangan basa
(timin melengkapi adenin menggunakan dua ikatan H dan sitosin berikatan dengan guanin
tiga ikatan H). Struktur heliks ganda sangat stabil karena bentuknya yang teratur dan susunan
lapisannya. Perbedaan susunan dari pasangan basa ini memberikan sifat yang berbeda pada
semua makhluk hidup. Dari warna mata hingga kecerdasan yang lebih baik karena itu, dari
sifat regenerasi hingga penyakit genetik, semuanya diatur oleh pengaturan pasangan ini.
Kombinasi yang berbeda dari pasangan basa ini mirip dengan bagaimana kode biner
digunakan dalam sistem komputasi saaat ini, menggunakan logika Boolean untuk
membangun sistem dengan kompleksitas tinggi. Urutan basis dapat dilihat dan dianalogikan
dengan sistem basis 4 yaitu 4 kemungkinan unit fundamental untuk membentuk kombinasi
yang kompleks. Kesamaan ini dengan sistem biner adalah salah satu alasan utama
pertimbangan DNA sebagai alternatif metode penyimpanan data, dan karenanya juga disebut
kode kehidupan (code of life).3
Meskipun ada banyak bentuk tingkat molekuler atau penyimpanan data tingkat atom,
DNA menonjol sebagai alternatif yang sangat menarik. Misalnya, menggunakan DNA untuk
penyimpanan data menawarkan kepadatan hingga 1018 byte per mm3,kira-kira enam kali
lipat lebih padat dari media terpadat yang tersedia saat ini. Kepadatan ini juga memfasilitasi
pelestarian data dalam molekul untuk jangka waktu yang lama dengan biaya energi rendah.
Khususnya keuntungan uniknya seperti mudahnya replikasi DNA, contohnya, penggunakan
PCR, yang menawarkan kemampuan untuk menyalin sejumlah besar data pada waktu dengan
biaya yang sangat rendah. 3
Setelah data disimpan dalam DNA, kami juga dapat memanfaatkan proses hibridisasi
DNA untuk melakukan operasi data, misalnya, pencarian kesamaan. Akhirnya, DNA
kemungkinan besar relevan selamanya karenaakan selalu ada pengurut DNA (pembaca),
diberikan penggunaannya yang meluas dalam ilmu kehidupan dan kedokteran. Data
penyimpanan juga bisa mendapatkan keuntungan dari kemajuan pesat dalam penulisan dan
pembacaan DNA oleh industri bioteknologi seumur hidup tujuan ilmu pengetahuan. 3
DNA juga menawarkan keuntungan penting lainnya dibandingkan media tradisional.
DNA diuji oleh waktu secara alami, dengan DNA urutan telah dibaca dari ribuan fosil tahun.
Saat dijauhkan dari cahaya dan kelembaban dan pada suhu yang wajar, DNA dapat bertahan
sangatlah lama. Berurusan dengan keusangan adalah hal yang substansial komponen biaya
pemeliharaan untuk penyimpanan arsip -misalnya, Library of Congress menghabiskan
sebagian besar sumber dayanya untuk memindahkan data ke yang baru generasi tape, dan
tape drive hanya kompatibel ke belakang dengan sejumlah terbatas generasi sebelumnya.
Selain itu, waktu penyalinan untuk media penyimpanan tradisional sebanding dengan jumlah
data yang akan disalin dan jumlah replika yang akan dibuat. Ini berbeda dengan Penyimpanan
DNA, yang melaluinya sejumlah besar salinan dapat dibuat dengan proses waktu cepat
seperti PCR.3
Integrasi Teknologi Penyimpanan Data pada DNA
Proses dasar dalam penyimpanan data DNA melibatkan pengkodekan informasi digital
menjadi urutan DNA (pengkodean), menulis urutan ke dalam molekul DNA aktual (sintesis),
secara fisik mengkondisikan dan mengaturnya ke dalam perpustakaan untuk penyimpanan
jangka panjang, mengambil dan secara selektif mengaksesnya (akses acak), membaca
molekul (sekuensing) dan mengubahnya kembali menjadi data digital (decoding). 4
Penyimpanan data DNA melibatkan empat langkah utama yaitu pertama menulis. Menulis
data dalam DNA dimulai dengan pengkodean: algoritma komputer memetakan string bit
menjadi urutan DNA.Urutan DNA yang dihasilkan kemudian disintesis yang menghasilkan
banyak salinan fisik dari setiap urutan. Urutan DNA memiliki panjang yang bebas tetapi
terbatas(string bit) itu dipecah menjadi potongan-potongan kecil yang dibutuhkan untuk
kemudian dipasang kembali menjadi data asli. Untuk mengaktifkan perlu menyertakan indeks
disetiap potongan atau menyimpan potongan yang tumpang tindih dalam urutan DNA yang
berbeda. Mencirikan kapasitas penyimpanan di bawah pendekatan indeks dari perspektif
teoritis dan membuktikan bahwa berbasis indeks sederhana skema pengkodean sudah
optimal. Untuk jumlah yang menarik informasi, sejumlah besar DNA berbeda urutan perlu
disintesis, membuatnya menarik untuk menggunakan sintesis berbasis larik, yang
memungkinkan sintesis dari banyak urutan unik secara paralel. 4
Yang kedua penyimpanan. Setelah disintesis, DNA yang dihasilkan perlu disimpan.
Perkirakan bahwa secara fisik Kolam DNA yang diisolasi dapat disimpan pada kapasitas
1012 byte. Perpustakaan dari kumpulan semacam itu diperlukan untuk skala besar sistem
penyimpanan.4
Yang ketiga pengambilan. Setelah item data diminta, kumpulan DNA yang sesuai perlu
diambil secara fisik dan dijadikan sampelnya. Untuk menghindari membaca semua data di
file kolam, kita membutuhkan apa yang oleh perancang komputer disebut acak akses (random
acsess), atau kemampuan untuk memilih item data tertentu sehingga menghindari membaca
dari set yang lebih besar. Padahal fitur ini mudah untuk dilakukan di media penyimpanan
digital arus utama tetapi menjadi rintangan dalam penyimpanan molekuler karena kurangnya
organisasi fisik di seluruh item data yang sama kumpulan molekulnya. Akses acak dalam
penyimpanan data DNA bisa didukung melalui proses selektif seperti magnet ekstraksi manik
dengan probe yang dipetakan ke item data atau PCR menggunakan primer yang terkait
dengan item data selama proses pengkodean. 4
Yang terakhir pembacaan. Setelah sampel DNA dipilih, langkah selanjutnya adalah untuk
mengurutkannya sehingga menghasilkan satu set pembacaan yang sesuai dengan molekul
yang terdeteksi oleh sequencer. Bacaan ini kemudian diterjemahkan kembali menjadi data
digital asli dengan kemungkinan tinggi (high reason). Keberhasilan operasi ini bergantung
pada cakupan pengurutan dan tingkat kesalahan yang dialami selama proses berlangsung.4
Tantangan terbesar untuk penyimpanan berbasis DNA ada pada biaya yang terkait dengan
sintesis dan pengurutan informasi berskala. Sangat penting agar biaya ini dibuat lebih
terjangkau agar teknologi ini dapat diadopsi oleh usaha industri dalam waktu dekat. Dengan
semakin maraknya pembuatan data, kita membutuhkan keterjangkauan seperti itu untuk
dimasa yang akan datang. Langkah besar telah diambil dalam beberapa tahun terakhir dan
jika pertumbuhan terus berlanjut dengan kecepatan yang sama, maka tidak ada alasan
mengapa teknologi ini tidak bisa menjadi layak. 4
Tantangan lainnya adalah total waktu yang dibutuhkan dalam proses penyimpanan data
dalam DNA sistem berbasis, yang jauh lebih besar, dibandingkan dengan rekan-rekan
konvensionalnya. Sekalipun demikian ditempatkan dalam hubungannya dengan hierarki
memori saat ini dan ditempatkan di bagian bawah piramida, masih file waktu tulis dan baca
perlu ditingkatkan berkali-kali agar teknologi ini dapat diskalakan dan praktis. Itu mesin yang
digunakan saat ini dalam proses penyimpanan data dalam DNA memberikan tingkat
kesalahan yang sangat sedikit, tetapi bahkan ini pun tingkat kesalahan signifikan ketika kami
mempertimbangkan komplikasi yang terkait dengan proses penyimpanan data dan oleh
karena itu mesin perlu dibuat jauh lebih efisien dan akurat untuk mencapai kecepatan yang
lebih baik konversi yang berhasil.4
Teknologi dengan Penggunaan DNA
PCR
PCR merupakan teknik yang sangat ampuh dalam diagnosis kedokteran, forensik, dan
evolusi molekuler. Dengan penggunaan PCR, pembuatan klona dan penentuan urutan DNA
menjadi jauh lebih sederhana. Selain itu, teknik yang inovatif ini telah sangat mem-perluas
ruang lingkup dan meningkatkan teknologi rekomendasi DNA. PCR dapat mem-berikan
informasi diagnostik yang berguna bagi kedokteran. Bakteri dan virus dapat dideteksi dengan
menggunakan pemula spesifik. Contohnya, PCR dapat mengungkapkan adanya virus
imunodefesiensi manusia-1 (HIV-1) pada individu yang tidak menunjukkan respons imun
terhadap patogen ini, sehingga tak terdeteksi pada uji antibodi.1
PCR juga penting sekali di bidang kedokteran kehakiman dan forensik. Profil DNA suatu
individu sangat khas, karena banyak lokus genetik yang sangat bervariasi dalam suatu
populasi. Contohnya organ-organ yang ditransplantasi ditolak jika jenis HLA (jenis antigen
leukosit manusia) donor dan resepien tidak cocok. Dalam kasus paternitas dan imigrasi,
amplifikasi gen-gen multipel dengan PCR dipakai untuk menentukan asal-usul biologis.
Analisis noda darah dan sampel semen dengan PCR sangat membantu pada kasus
pemerkosaan dan penganiayaan. Di tempat kejadian sering ditemukan rambut. Akar selembar
rambut mengandung cukup DNA untuk penentuan dengan menggunakan PCR.1
Kloning
Setiap fragmen DNA bisa digandakan setelah dimasukkan ke dalam vektor yang cocok
untuk transformasi bakteri sel host. Kloning mengacu pada produksi jumlah besar molekul
DNA identik dan biasanya melibatkan penggunaan sel bakteri sebagai sel host untuk DNA,
walaupun kloning dapat dilakukan dalam sel eukariotik juga. kloning cDNA mengacu pada
produksi suatu perpustakaan DNA kloning (DNA library) yang mewakili semua mRNA
dalam sel atau jaringan tertentu (Peakman, TC. And Page, MJ. 1997). Kloning genom
mengacu pada produksi suatu perpustakaan DNA kloning mewakili seluruh genom suatu
organisme tertentu. Dari salah satu dari jenis DNA library dapat berasal dari isolat (dengan
berbagai protokol skrining) suatu cDNA clone tunggal atau gen.5
Dalam rangka untuk mengkloning baik cDNA atau salinan gen vektor diperlukan untuk
membawa DNA kloning. Vektor yang digunakan dalam biologi molekul dari dua kelas dasar.
Satu kelas vektor berasal dari plasmid bakteri, plasmid adalah DNA circuler ditemukan pada
bakteri yang bereplikasi secara autosomal dari genom inang. DNA ini pertama kali
diidentifikasi karena plasmid membawa gen resistensi antibiotik. Gen-gen resistensi
antibiotik ditemukan pada plasmid digunakan dalam modern plasmid vitro direkayasa untuk
memungkinkan pemilihan bakteri yang telah diambil plasmid yang berisi DNA yang
menarik. Plasmid terbatas di dalam bentuk fragmen umum pasangan basa DNA kurang dari
10.000 (pb) dapat digandakan. Dalam fragmen praktek sekitar 5.000 bp adalah batas.5
Analisis Restriction Fragment Length Polimorphism (RFLP)
Variabilitas genetik pada lokus tertentu (gen) perubahan dasar akibat kecil bahkan dapat
mengubah pola fragmen restriksi enzim pencernaan yang dapat dihasilkan. perubahan
patogen untuk genotipik bisa karena penghapusan atau sisipan di dalam gen yang dianalisis
atau bahkan substitusi nukleotida tunggal yang dapat membuat atau menghapus situs enzim
restriksi pengakuan (Mizuguchi, H dan Kay, M.A. 1998). 5
Analisis RFLP mengambil keuntungan dari hal ini dan memanfaatkan Southern blotting
direstriksi oleh endonuclease DNA genom untuk mendeteksi pola keluarga dari fragmen gen
yang diberikan, terdeteksi dengan penapisan Southern blotting dengan probe sesuai dengan
gen yang diinginkan. Sebuah contoh klasik dari penyakit yang terdeteksi oleh RFLP adalah
anemia sel sabit.5
Sekuensing DNA (DNASequencing)
Sekuensing DNA dapat dilakukan secara kimia atau cara enzimatik. Teknik konvensional
untuk sequencing dengan metode sekuensing Maxam dan Gilbert, bergantung pada replikasi
nukleotida atau DNA dan tidak secara rutin digunakan lagi. Teknik enzimatik, Sanger
sequencing, melibatkan penggunaan dideoxynucleotides (2 ', 3'-dideoksi) yang mengakhiri
sintesis DNA dan karena itu disebut sekuensing terminasi rantai dideoksi.5
Polusi Bahan Baku Logam
Gordon Moore adalah orang pertama yang memprediksi kemajuan teknologi digital yang
pesat akan berdampak terhadap lingkungan. Dalamhanya beberapa tahun dari obsesi silikon,
dia menunjukkan teorinya yang memprediksi bahwa jumlah transistor pada sebuah chipakan
berlipat ganda rata-rata setiap 2 tahun (Moore 1998). Hari ini,dengan kehadiran universal
chip silikon, hukum Moore adalahpraktis terasa di mana-mana. Meskipun ini mungkin
membuat kita"Lebih pintar secara teknologi", tetapi berkebalikan yang terjadi pada
lingkungan kita telah terjadi kerusakan yang pesat juga.6
Dalam proses pembuatannya, industri semikonduktor menggunakan bahan kimia
berbahaya dalam jumlah besartermasuk silikon tetraklorida, senyawa sianida, di-
dantrichloroethane, dan gas arsine. Selanjutnya Biro ASStatistik telah mengungkapkan
bahwa sekitar sepertiga dari pekerjadalam industri semikonduktor menderita penyakityang
disebabkan oleh polusi silikon (Chepesiuk 1999). Tambahan,sebuah pabrik pembuatan chip
menghasilkan sekitar 2 juta chip per bulan, mengonsumsi sekitar 20 juta galonair. Produksi
akses acak dinamis 32 MB tunggalmemori (DRAM) chip dengan berat sekitar dua gram
membutuhkandiperkirakan 1600 g bahan bakar fosil sekunder dan 700 ggas elemental (N2),
sedangkan listrik sekitar 1,5 kWhdikonsumsi per sentimeter persegi dari wafer silikon yang
diproses(Williams et al.2002). Selain itu, selain menjadi pencemar lingkungan, cadangan
silikon dan bahan nonbiodegradable (tidak bisa terurai) lainnya terbatas dan akan
habis.Semua metode penyimpanan data digital tersediahari ini memiliki umur yang terbatas
dan menjadi tidak dapat diandalkan setelah ajumlah waktu yang ditentukan. CD atau DVD
tidak dapat dipertahankan sebagaibagian fungsional selamanya. Oleh karena itu, kami sangat
perlu menemukannyasolusi untuk membantu kami menyimpan dan mengakses data berharga
kami, dengandampak minimal terhadap lingkungan dan konsumsi energi.6
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah saya jabarkan dapat dambil kesimpulan bahwa kita bisa
memanfaatkan DNA sebagai media penyimpanan untuk data digital, walaupun memang
pastinya ada rintangan yang menghalangi seperti bahan-bahan pembuatnya yang sulit dibuat,
DNA sebagai bahan alamiah yang sudah ada tercipta bukan artificial buatan manusia
membuat ketahanan agar ia tidak usak perlu diperhatikan dengan hati-hati, dan masih banyak
lagi. Akan tetapi, demi mengurangi polusi logam silicon akibat pembuatan chip-chip
penyimpanan data yang dapat mencemari lingkungan tempat kita hidup, pembuatan DNA
sebagai tempat penyimpanan data digittal ini sangat berharga sekali.
Daftar Pustaka
1. Rosana D. Struktur dan fungsi DNA dan RNA. Jurnal UNY. 2014
2. De Silva PY, Ganegoda GU. New trends of digital data storage in DNA. Biomed Res
Int. 2016;8072463. doi:10.1155/2016/8072463
3. Ceze L., Nivala J., Strauss K. Molecular digital data storage using DNA. Nature
Reviews Genetics.2019; 1-11.
4. Sharma D, Kumar S, Amit. DNA based storage: introduction, characteristics,
applications, and challenges.2018. DOI: 10.30991/IJMLNCE.2018v02i04.003
5. Iswari I. Teknologi DNA rekombinan (recombinant DNA technology).Simdos
Universitas Udayana.2017
6. Panda D, Molla KA, Baig MJ, Swain A, Behera D, Dash M. DNA as a digital
information storage device: hope or hype ?. 3 Biotech. 2018;8(5):239.
doi:10.1007/s13205-018-1246-7

Anda mungkin juga menyukai