BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang Masalah
Alam semesta terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik (makhluk hidup)
jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Mulai dari laut, dataran rendah, sampai di
pegunungan, terdapat makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan sangat beraneka ragam. Karena
jumlahnya banyak dan beraneka ragam, maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengenali dan
mempelajari makhluk hidup. Untuk mempermudah dalam mengenali dan mempelajari makhluk
hidup maka kita perlu cara. Cara untuk mempermudah kita dalam mengenali dan mempelajari
makhluk hidup disebut Sistem Klasifikasi (penggolongan / pengelompokan).
Dalam makalah ini kami akan membahas secara lebih mengkhusus pada klasifikasi hewan dan
tumbuhan mengingat kurangnya pengetahuan tentang bagaimana pengelompokan – pengelompokan
tentang hewan dan tumbuhan, mungkin yang kita tahu bahwa semua tumbuhan itu adalah
pepohonan yang memiliki daun yang lebat dan batang yang kuat , pada hal banyak hal yang belum
kita ketahui tentang dunia tumbuhan (Plantae).
kemudian kita juga hanya mengetahui tentang macam-macam hewan itu menurut jenisnya
saja dan padahal masih banyak pengelompokkan hewan berdasarkan ciri-ciri yang lain yang belum
kita ketahui. Khususnya sebagai calon guru kita juga harus mengetahui dan mengenali dunia hewan
dan tumbuhan berdasarkan klasifikasinya masing –masing.
B. Tujuan
Adapun tujuan disusunya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. mengetahui dan mengenali lebih dekat tentang dunia hewan dan tumbuhan.
2. mengetahui secara detail klasifikasi hewan dan tumbuhan.
3. menambah pengetahuan tentang dunia hewan dan tumbuhan bagi pembaca dan penyusun
makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
I. DUNIA TUMBUHAN
A. Tumbuhan Berpembuluh
Tumbuhan berpembuluh merupakan tumbuhan yang lebih sempurna daripada
tumbuhan tidak berpembuluh karena telah memiliki akar, batang, dan daun. Selain itu, juga
telah memiliki pembuluh yang merupakan jaringan pengangkut. Jaringan pengangkut berupa
dua pembuluh, yaitu pembuluh xilem dan pembuluh floem. Xilem berfungsi untuk
menghantarkan air dan mineral dari akar ke daun, terdiri atas sel-sel mati. Floem mengangkut
zat-zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh tubuh, terdiri atas sel-sel hidup.
Susunan tubuh tumbuhan berpembuluh lebih kompleks dibanding dengan tumbuhan tak
berpembuluh..
Tumbuhan berpembuluh ini terdiri atas dua kelompok, yaitu tumbuhan paku
(Pteridophyta) dan tumbuhan biji (Spermatophyta). Tumbuhan biji dibagi lagi menjadi
tumbuhan berbiji terbuka (gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae).
TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA)
A. Ciri-ciri Paku
1. merupakan tumbuhan kormus karena sudah memiliki akar, batang, dan daun yang
sesungguhnya.
2. sudah memiliki pembuluh angkut berupa xilem dan floem.
3. memiliki klorofil sehingga sudah bersifat autotrof (dapat membuat makanan sendiri).
4. mengalami metagenesis (pergiliran keturunan / daur hidup), dimana generasi sporofit lebih
dominan daripada generasi gametofitnya.
5. alat perkembangbiakan masih berupa spora, sehingga disebut kormofita berspora.
6. hidup di tempat yang lembab atau berair dengan cara menempel atau hidup di atas tanah.
7. mempunyai 2 macam daun, yaitu daun yang menghasilkan spora (sporofil/ental) dan daun
yang tidak menghasilkan spora (tropofil).
8. pada daun yang masih muda (dalam masa pertumbuhan) dalam keadaan menggulung, dan
pada daun yang tua mempunyai sorus (kumpulan dari beberapa kotak spora/sporangium).
9. dalam pengertian sehari-hari, yang dikenal dengan tumbuhan paku adalah generasi
sporofitnya.
10. mempunyai ukuran tubuh yang bervariasi, sebagian besar sudah bersifat makroskopis.
A. Ciri-ciri
1. menghasilkan biji sehingga disebut pula spermatophyta.
2. menghasilkan bunga (anthophyta).
3. menghasilkan embrio (embriophyta).
4. alat kelamin yang berupa benang sari dan putik terpisah (phanerogamae).
5. struktur tubuh berupa kormus.
6. mengandung klorofil, sehingga mampu berfotosintesis (fotoautotrof).
7. multiseluler, eukariotik.
B. Klasifikasi
Spermatophyta dibedakan menjadi 2 subdivisi, yaitu Gymnospermae (berbiji terbuka) dan
Angiospermae (berbiji tertutup).
C. Reproduksi
1. Reproduksi vegetative dengan tunas, rhizome, stek, akar (tunas) liar, dll.
2. Reproduksi generative
a. pada Gymnospermae
Dimulai dari serbuk sari yang mengandung sel sperma diterbangkan oleh angin
sehingga sampai di bakal biji dan menempel pada sisik strobilus betina. Kemudian terbentuk
buluh serbuk yang akan mengantar sel sperma (spermatozoid) untuk bertemu dengan sel telur
(ovum) yang ada di dalam bakal biji sehingga terjadi pembuahan (fertilisasi) membentuk biji
yang bersayap tipis. Biji itu kemudian akan diterbangkan oleh angin sehingga akan jatuh di
tempat yang sesuai dan selanjutnya berkecambah untuk berkembang menjadi tumbuhan baru.
b. pada Angiospermae
Pembuahan yang terjadi ada 2 macam, sehingga disebut pula dengan pembuahan ganda.
Prosesnya dimulai setelah terjadi penyerbukan, serbuk sari yang menempel di kepala putik
tumbuh menjadi buluh serbuk. Buluh serbuk mengantar inti spermatozoid I untuk bertemu
dengan inti sel telur di dalam bakal biji sehingga terjadi fertilisasi (pembuahan). Setelah
terjadi fertilisasi maka akan menghasilkan zigot yang pada perkembangannya akan tumbuh
menjadi embrio dan akhirnya berkecambah tumbuh menjadi tumbuhan baru. Selain itu juga
akan terjadi peleburan inti spermatozoid II dengan inti kandung lembaga sekunder
menghasilkan putik lembaga (endosperm) yang berfungsi sebagai cadangan makanan bagi
embrio.