Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


TEKNIK-TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAPAS

OLEH:
KELOMPOK IX
TINGKAT 3 REGULER B
NAMA NIM
VERIDIANA KEMBA NDEA PO.530320118449
VERONIKA Y.L. LENGARY PO.530320118450
VIRGIN GRAZIELA ASAMOY PO.530320118451
WELMINTJE C.G. LODO ROHI PO.530320118452
YOHANA DESI ROI PO.530320118453

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KUPANG


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teknik-teknik
Pembebasan Jalan Napas” ini dengan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen
Koordiator Mata Kuliah Keperawatan Gawat Garurat. Selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang “Teknik-teknik Pembebasan Jalan Napas” bagi para
pembaca dan juga bagi penulis sendiri.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Maria Y.V.B Atty, S.Kep.,Ns.,M.Kes,
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagaimana pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 14 September 2020

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Tujuan............................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6
2.1 Konsep Teknik Pembebasan Jalan Napas......................................................................6
2.2 Prinsip-prisip Pembebasan Jalan Napas........................................................................7
2.3 Prosedur Teknik Pembebasan Jalan Napas....................................................................18
2.4 Alur Tindakan Pembebasan Jalan Napas.......................................................................22
BAB III PENUTUP.............................................................................................................33
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................33
3.2 Saran..............................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................34

BAB I
PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang
Pelayanan gawat darurat merupakan bentuk pelayanan yang bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan pasien, mencegah kerusakan sebelum tindakan atau
perawatandan menyembuhkan pasien pada kondisi yang berguna bagi kehidupan.
Kondisi gawat darurat dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, seperti halnya
gangguan kesehatan, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan rumah tangga, kecelakaan kerja,
dan sebagainya.
Keberhasilan pertolongan terhadap pasien gawat darurat sangat tergantung pada
kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin cepat pasien
ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga
dapat terhindar dari kecacatan bahkan kematian.
Kondisi kekurangan oksigen merupakan salah satu penyebab kematian yang cepat.
Kondisi ini dapat dikarenakan masalah pada sistem pernapasan ataupun akibat dari
gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kondisi kekuranga oksigen akan sangat
mudah jatuh ke dalam kondisi gawat darurat, oleh karena itu sangat membutuhkan
pertolongan segera.
Agar kondisi kegawatdaruratan ini tidak mengakibatkan kecacatan dan kematian,
maka perawat sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan harus mampu
menangani masalah kesehatan seperti pembebasan jalani napas dengan cepat dan tepat,
dengan tetap memperhatikan penerapan pendekatan asuhan keperawatan gawat darurat
dengan baik dan benar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi asuhan
keperawatan gawat darurat yaitu kondisi kegawatan yang tidak terprediksi baik kondisi
pasien maupun jumlah pasien yang ada, keterbatasan sumber daya dan juga waktu,
adanya saling ketergantungan antarprofesi kesehatan, dan tindakan keperawatan yang
harus diberikan untuk semua usia, sehingga tindakan yang diberikan harus cepat dan
dengan ketepatan yang tinggi.
Dalam memberikan tindakan keperawatan yang tepat pada pasien dengan masalah
sistem pernapasan, yang harus dilakukan adalah manajamen jalan napas. Manajemen
jalan napas merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh para dokter dan petugas
kesehatan lainnya terutama yang bekerja di ruang emergensi. Manajemen jalan napas
memerlukan penilaian, mempertahankan dan melindungi jalan napas dengan
memberikan oksigenasi dan ventilasi yang efektif. Manajemen jalan napas adalah

4
tindakan yang dikerjakan untuk melapangkan atau membebaskan jalan napas dengan
tetap memperhatikan control servikal, yang bertujuan untuk membebaskan saluran napas
agar menjamin keluar masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin
kecukupan oksigen dalam tubuh.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep pembebasan jalan napas dalam tindakan
keperawatan gawat darurat.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami teknik-teknik pembebasan jalan napas
2. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip pembebasan jalan napas
3. Mahasiswa mampu memahami prosedur teknik pembebasan jalan napas
4. Mahasiswa mampu memahami alur tindakan pembebasan jalan napas

BAB II

5
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pebebasan Jalan Napas


2.1.1 Pengertian
Teknik pembebasan jalan napas merupakan tindakan yang dilakukan untuk
membebaskan jalan napas baik dengan manual maupun menggunakan alat. Teknik
pembebasan jalan napas bertujuan untuk membebaskan jalan napas sehingga jalan
masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru normal, agar kecukupan oksigenasi
tubuh terjamin.
2.1.2 Indikasi Manajemen Jalan Napas
Keputusan untuk melakukan manajemen jalan napas harus dengan cepat dan
sering tanpa adanya hasil laboraturium, radiologi atau fungsi paru. Keputusan untuk
melakukan dukungan jalan napas dalam keadaan darurat didasarkan pada pertimbangan
klinis dari tanda dan keluhan adanya oksigenasi dan adanya ventilasi yang tidak
adekuat. Tanda dari ancaman gagal napas adalah napas cepat, sesak, sianosis, agitasi,
dan penggunaan otot bantu napas. Pada kasus dengan sumbatan jalan napas parsial,
pasien akan kelihatan sangat cemas, terdengar wesing, stridor, pada kondisi ini harus
segera bertindak untuk menghilangkan sumbatan. Tanda terakhir yang mengindikasikan
perlunya bantuan jalan napas adalah hipoksia dan hiperkarbia.
2.1.3 Penilaian Awal Jalan Napas
Penilaian awal jalan napas dilakukan dengan inspeksi, palpasi dan auskulatasi
yang ditujukan untuk menetukan apakah jalan napas terbuka dan terlindung dan apakah
masih ada napas dan adekuat. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengelolaan
jalan napas adalah : lihat: lihat gerakan napas atau pengembangan dada, adanya retraksi
sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran. Pasien diamati untuk mendapat tanda
obyektif seperti sianosis, frekuensi dan pola napas. napas yang lambat atau cepat
merupakan tanda telah terjadi gangguan respirasi. Kelelahan otot pernapasan terjadi
akibat keterlibatan otot-otot bantu napas berupa retraksi otot suprasternal,
supraklavikula, atau interkostal. Lihat pengembangan dada simetris atau asimetris,
dengarkan aliran udara pernapasan, rasakan adanya aliran udara pernapasan dengan
mengginakan pipi penolong. Buka mulut dan lihat jalan napas atas. Lihat dan keluarkan
benda yang ada dalam mulut.
2.1.4 Tanda Adanya Sumbatan Jalan Napas

6
Sumbatan jalan napas dapat parsial maupun total. Sumbatan jalan napas parsial
ditandai adanya stridor, retraksi otot napas didaerah supraklaikula, suprasternal, sela iga
dan epigastrium selama inspirasi.
Napas paradoksal (saat inspirasi dinding dada menjadi cekung/datar bukan
mengembung atau membesar). Napas makin berat dan sulit. Adanya tanda sianosis
yang merupakan tanda hipoksemia akibat obstruksis jalan napas yang berat. Sedangkan
tanda sumbatan jalan napas total, serupa dengan obstruksi parsial akan tetapi gejala
lebih hebat dan stridor menghilang. Retraksi lebih jelas, gerakan paradoksal lebih jelas,
kerja otot napas tambahan meningkat dan makin jelas. Sianosis lebih cepat timbul.
Sumbatan total tidak berbunyi dan menyebabkan afiksia, henti napas dan henti jantung
dalam waktu 5-10 menit bila tidak dikoreksi. Sumbatan parsial bersisik dan harus pula
segera dikoreksi karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta dapat menyebabkan
asfiksia, henti nafas dan henti jantung dala 5-10 menit bila tidak dikoreksi. Sumbatan
parsial berisik dan harus pula segera dikoreksi karena dapat menyebabkan kerusakan
otak serta dapat menyebabkan henti napas dan henti jantung. Tanda-tanda adanya
sumbatan yakni mendengkur (snoring) yang berasal dari sumbatan pangkal lidah.

2.2 Teknik Pembebasan Jalan Napas


2.2.1 Teknik Pembebasan Jalan Napas Dengan Alat
1. Penghisapan Secret ( sucsion)
1) Indikasi :
a. Untuk mengeluarkan secret paru
b. Untuk merangsang batuk sehingga menggerakkan secret dari saluran
napas yang kecil dalam saluran napas yang lebih besar
c. Untuk mencegah obstruksi lendir
d. Untuk memperoleh contoh sputum bagi pemeriksaan analisis laboratorium
e. Untuk pendidikan pasien karena pasien yang sadar dan pasien yang yang
kooperatif menyadari setelah pemasangan “pink phyton” (kateter) guna
menghisap secret atau lendir dari jalan napasnya akan lebih baik batuk
sendiri dari pada mengalami tindakan penghisapan trakea
2) Kontraindikasi
a. Absolute : Tidak ada secret yang tertahan
b. Relative : Trauma jalan napas, gangguan perdarahan, komplikasi akibat
penghisapan sebelumnya

7
3) Peralatan
Peralatan penghisap mencakup alat-alat berikut ini:
a. Pengukur untuk menunjukkan besar tekanan negatif
b. Botol pengumpul
c. Pipa penghubung
d. Dua sarung tangan steril
e. Wadah steril berisi beberapa ons larutan garam fisiologi steril
f. Larutan garam fisiologi steril
g. Bahan pelumas yang larut dalam air
h. Bantalan kain kasa steril ukuran 4×4 inci
i. Kateter penghisap steril (lunak, lentur, tidak mudah kolaps karena tekanan
negatif)
j. Plastik bening atau karet merah sekali pakai (pink phyton), ukurannya
cukup kecil sehingga dapat melewati jalan napas
k. Untuk penghisapan nasotrakea: Dewasa 12-14 F, Anak-anak : 10 F, Bayi :
5 atau 8 F
l. Katup control ibu jari
m. Beberapa lubang penghisap pada ujung kateter
n. System penyaluran oksigen tambahan.
4) Kewaspadaan umum
a. Kenakan dua sarung tangan steril
b. Gunakan pelindung wajah atau masker
c. Gunakan pelindung mata
5) Teknik
Penghisapan lendir pada jalan napas dapat dilaksanakan dengan memasukan
kateter melalui mulut, hidung, atau melalui pipa endotrakea atau pipa
tarkeastomi.
Prosedur :
1. Jelaskan tindakan tersebut kepada pasien
2. Periksa apakah semua alat sudah tersedia

8
3. Jika pasien sedang dimonitor, lakukan pengecekan untuk memastikan
bahwa semua alat monitor (untuk oksimeter pulsa, pemeriksaan
eletrokardiografi, tekanan darah dan tekanan intrakarnial) bekerja dengan
baik. Bila hipoksia merupakan komplikasi utama dalam penghisapan jalan
napas, dianjurkan bahwa kapan pun pasien mengalami prosedur ini di
monitor dengan oksimeter pulsa.
4. Bila perlu, pasein dapat diberi premedikasi (misalnya obat vasokontsriksi
semprotan, obat analgetik topical, brokodilator inhaler).
5. Lakukan preoksigenasi pada pasien dengan oksigen 40% sampai 90 %
tergantung pada derajat disfungsi paru pasien.
6. Susun ukuran penghisap dengan tekanan negatif penghisap yang tepat
(dewasa, 80-120 mmHg; anak-anak, 80-100mmHg; Bayi, 60-80 mmHg)
7. Cuci tangan
8. Buka bungkusan kateter dan kenakan sarung tangan steril. Tangan yang
dominan (tangan yang steril) di ginakan untuk memegang dan mendorong
kateter. Tangan yang tidak dominan menyambung kateter dengan
perangkat alat penghisap dengan demikian menjadi tidak streril.
9. Keluarkan wadah steril dari bungkusan. Tuangkan larutan garam fisiologis
steril kedalam wadah steril tersebut dengan menggunakan tangan yang
tidak dominan.
10. Hisap sejumlah larurtan garam fisiologis untuk memastikan kalau alat
tersebut berfungsi dengan baik.

Pada pasien diintubasi


1. Pasein dalam posisi terlentang di atas tempat tidur.
2. Berdiri pada salah satu sisi pasien
3. Letakkan alat bag-valve yang telah dihubungkan dengan oksigen
beraliran cepat pada dada pasien sehingga dapat dijangkau dengan
mudah oleh tangan kiri anda.
4. Pastikan kalau aliran oksigen sudah dihidupkan.
5. Pegang kateter penghisap dalam posisi tergulung pada tangan anda yang
dominan dan steril.
6. Dengan tangan kiri yang tidak steril, lepaskan pipa respirator dari
selangya dan letakkan dalam bungkusan bersih tenmpat kateter berada.

9
7. Pegang kuat selang tersebut dengan tnagn kiri anda yang tidak steril.
8. Masukkan kateter kedalam jalan napas tnpa penghisapan
9. Dorong kateter sampai terasa ada tahanan. Jangan mendorongnya
dengan paksaan.
10. Sementara menarik kembali kateter, secara intermiten tutup katub
pnghisap dengan ibu jari tangan anda, yang lamanya jangan melebihi 15
detik untuk setiap penghisapan. Tetap hidupkan monitor selama
melakukan penghisapan.
11. Putarlah kateter sambil menariknya.
12. Pertahankan kateter penghisap dalam posisi tergulung pada tangan kanan
yang steril. Gunakan tangan kiri yang tidak steril untuk memasang bag-
valve berikan oksigen pada selang endotrakea dan gunakanlah untuk
member pasien 8-10 kali napas panjang.
13. Bersikan kateter dari secret dengan menghisap larutan garam fisiologi
steril.
14. Ulangi rangkaian penghisapan yang diuraikan di atas sebanyak 2 atau 3
kali lagi.
15. Respirator dihubungkan kembali.
16. Apabila sudah selesai, gulung kateter pada tangan yang dominan,
lepaskan sarung tangan dengan membaliknya lewat kateter, dan kemudia
membuang keduanya dengan benar. Dan cuci tangan.

Pada pasein tidak diintubasi


1. Pasien dalam posisi duduk dengan bagian kepala tempat tidur dinaikkan.
Pasien diminta untuk mengambil posisi menghirup udara-leher agak
hiperekstensi dan wajah menghadap ke depan.
2. Berdiri di salah satu sisi pasien.
3. Minta pasien untuk memegang masker oksigen dan menarik napas dalam
sebanyak 10-12 kali.
4. Gunakan tangan yang tidak dominan yang tidak steril untuk
menghubungkan pipa oksigen dengan kateter penghisap.
5. Anjurkan pasien untuk membuka mulut dan menjulurkan lidanya.
6. Pegang lidah pasien memakai kassa steril 4× 4 inci dengan tangan anda
yang tidak dominan

10
7. Dorong kateter penghisap melalui mulut pasien masuk kedalam laring dan
trakea. Tindakan ini dipermudah dengan menganjurkan pasien dengan
mengambil napas dalam begitu kateter didorong. Ingat, lubang untuk
mengaktifkan penghisapan harus disumbat dengan ibu jari tangan anda
sehingga oksigen akan mengalir keluar melalui ujung kateter masuk ke
dalam pernapasan pasien.
8. Dorong kateter sampai pasien mulai batuk atau sampai terasa tahanan.
Jangan memaksa kateter jika merasa adanya tahanan.
9. Dengan tangan tak dominan anda yang tidak steril, lepaskan pipa oksigen
dari kateter penghisap dan pasang pipa penghisap.
10. Sambil menarik kateter, secara intermiten lakukan penutupan katup yang
menimbulkan kativitas penghisapan dengan ibu jari tangan anda dalam
waktu yang tidak melebihi 15 detik untuk setiap kali penghisapan.
11. Putarlah kateter sambil menariknya.
12. Anjurkan pasien untuk menggunakan masker oksigen dan pasein diminta
mengambl napas dalam sebanya 10-12 kali.
13. Bersihkan keteter dari secret dengan menghisap larutan garam fisiologis
steril.
14. Ulangi rangkaian tindakan diatas 1atau2 kali lagi.
15. Ingatkan pasien betapa tidak enaknya tindakan ini dan member tahu
tindakan selanjutnya dengan “pink python” tidak diperlukan bila pasien
dapat batuk dan bernapas dalam sendiri.
16. Biarkan pasien menggunakan spirometer insentif. Pada pasein yang tidak
mampu menggunakan spirometer insentif (penyakit neuromuscular,
perubahan tingkat kesadaran) atau tidak kooperatif

11
6) Komplikasi
 Kematian
 Infeksi
 Perdarahan
 Spasme bronkus
 Hipoksia
 Hipertensi/hipotensi
 Distritmia
 Peningkatan tekanan intrakarnial
 Trauma mukosa termasuk perforasi nasofaring dan emfisema subkutan
 Muntah dan kemudian terjadi aspirasi
 Pneumotoraks

2. Krikotiroidotomi
1) Indikasi
Untuk penatalaksanaan jalan napas segera pada pasien dengan intubasi
oral atau intubasi intubasi nasal yang dikontraindikasi atau tidak dapat
terlaksanakan. Tindakan tersebut dapat dibutuhkan untuk trauma maksilofasial
atau trauma laring, obtruksi jalan napas atas (edema, benda asing, lesi massa),
atau tindakan kewsspadaan terhadap vertebra servikalis.
2) Kontraindikasi
Untuk anak-anak berusia kurang dari 8 tahun yang membutuhkan
pembedahan jalan napas, sebaiknya dilakukan krikotiroidotomi dengan jarum.
Koagulapati. Trauma leher dengan distorsi bagian-bagian penting.
3) Peralatan
Peralatan minimum : sarung tangan bedah, scalpel dan mata pisau, selang.
Peralatan yang biasa diperlukan:
 Larutan antiseptic
 Obat anastesi local
 Kain penutup/duk
 Scalpel dengan mata pisau no 11 dan no 20
 Pipa trakeostomi atau pipa endotrakea (No. 5-7)
12
 Masker
 Gaun bedah
 Goggles (alat pelindung mata)
 Semprit 5 ml
 Semprit 10 ml
 Jarum 1 inci 25G
 Jarum 1 inci 20 G
 Hemostat bengkok
 Pangikat trkeostomi
 Gunting mayo
4) Tindakan kewaspadaan
 Pakailah masker
 Gunakan pelindung mata
 Pakailah sarung tangan steril
5) Teknik
1. Jelaskan tindakan tersebut kepada pasien dan mintalah surat ijin (informed
consent) dari pasien atau keluarga.
2. Pilihlah ukuran selang trakeostomi atau selang endotrakea yang sesuai
(diameter luar kurang lebuh sama dengan kuku ibu jari tangan pasien).
3. Telitihlahuntuk memastikan agar semua alat yang diperlukan telah tersedia
dan lakukan tes terhadap manset selang.
4. Letakkan pasien dalam posisi:
a) Netral dengan imobilisasi jika terdapat kemungkinan fraktur vertebra
servikalis
b) Leher dalam posisi ekstensi jika tidak ada resiko fraktur vertebra
servikalis.
5. Pakailah gaun bedah, masker, alat pelindung mata dan sarung tangan steril.
6. Persiapkan daerah pembedahan dengan betadine,duk steril,serta lakukan
anastesi jika keadaan mengijinkan.
7. Segera tentukan lokasi membrane kritotiroid dibawah kartilago tiroid dan
diatas cincin krikoid. Letakkan ibu jari tangan dan jari telunjuk pada salah
satu sisi laring untuk melaksanakan imobilisasi laring. Gunakan jari
pertama untuk membantu mengidentifikasi merman krikotiroid.

13
8. Lakukan insisi kulit transversal 2-3cm diatas membrane krikotiroid dan
kemudian menyayatnya melaluimembran tersebut ke dalam trakea. Arahkan
gerakan semua instrument pada sudut 30-40 derajat kea rah kaudal untuk
menghindari perlukaan pada pita suara.
9. Lebarkan luka insisi tersebut dengan memasukkan ujung scalpel yang
tumpul secara horizontal dan memutarnya kea rah vertical atau dengan
menggunakan hemostat atau dilator trakea untuk melebarkan lubang luka
secara horizontal.
10. Masukkan pipa trakeostomi atau pipa endotrakea dan pompa
mansetnya.
11. Berikan ventilasi pada pasien dengan oksigen 100% dan lakukan
auskultasi suara napas.
12. Juka ventilasi dan oksigenasi yang adekuat tidak segera tersedia
setelah insersi pipa trakea, maka pipa tersebut harus segera dilepas, yaitu
diikuti ventilasi dengan bag-mask atau ventilasi transtrakea memakai jarum
dan kemudian melakukan insersi kembali pipa trakea.
13. Kuatkan pemasangan pipa tersebut diatas dengan pengikat trakea yang
ditalikan mengelilingi leher.
14. Buat foto toraks dan periksalah.

6) Komplikasi
 Hipoksia lama sekunder terhadap upaya pemasangan kanula trakea yang
lama dan tidak berhasil

14
 Perdarahan
 Infeksi
 Emfisema subkutan atau emfisema mediastinum
 Intubasi cabang utama bronkus kanan (khususnya jika digunakan selang
endotrakea)
 Pembentukan trkatus paratrakeal
 Kerusakan pita suara atau perubahan suara
 Pneumotoraks
 Laserasi trakea atau esophagus
 Stoma menetap
 Aspirasi
 Kerusakan arteri karotis, vena jugularis interna, atau nervus vagus yang
terjadi sekunder terhadap insisi terlampau lateral.

3. Krikotiroidotomi dengan jarum


1) Indikasi
Untuk penanggulangan sementara terhadap hipoksemia sekunder terhadap
obstruksi jalan napas. Tindakan ini merupakan suatu tindakan penyelamatan
hidup utnuk pasien-pasien yang dalam keadaan yang sangat kritis.
2) Kontraindikasi
Kemampuan untuk melaksanakan pengelolaan jalan napas non-bedah secara
aman dan tepat.
3) Peralatan
 Larutan betadine, lampu untuk menerangi,
 Obat anastesi local
 Kateter ukuran 14 G yang lebih besar dari jarum yang terpasang pada
semprit 10 ml (diisi larutan garam fisiologis yang steril)
4) Teknik
1. Juka status pasien dan situasinya memungkinkan, jelaskan tindakan tersebut
kepada pasien dan meminta persetujuan dari pasien atau keluarga.
2. Tentukan membrane krikotiroid yang terletak disebelah inferior kartilago
tiroid dan di sebelah superior tepi krikoid.
3. Lakukan persiapan untuk pembedahan dan anastesia

15
4. Tesukkan jarum melalui kulit dan kemudian melalui bagian inferior
membrane krikotiroid dengan penghisapan yang konstan dan posisi jarum
mementuk sudut 45 derajat terhadap kulit serta mengarah ke kaudal.
5. Begitu gelembung udara diaspirasi, kurangi sudut terhadap kulit sampai
kira-kira 15 derajat, kemudian tusukkan lebih lanjut 1-2mm, dan pastikan
kembali aspirasi udara ke dalam semprit.
6. Segera dorong kateter mengikuti jarum ke dalam trakea hingga pangkal
kateter mengenai kulit.
7. Pastikan lagi aspirasi udaranya dengan semprit.
8. Lakukan oksigenasi dan ventilasi dengan menggunakan salah satu dari
teknik berikut ini :
a) Oksigenasi difusi secara pasif pada keadaan apnea : Kalau jalan napas
pasien tersumbat total sehingga tidak terjadi ekspirasi, maka PaO2dapat
dipertahankan dengan mengalirkan oksigen 100 % ke dalam paru
dengan kecepatan kira-kira 5 L/menit. paCO2 akan terus mengalami
kenaikan dengan teknik ini, dan biasanya dalam kecepatan rata-rata 2-3
mmHg/menit namun sering sudah dapat mempertahankan jiwa pasien
untuk waktu yang cukup lama guna menyelesaikan permasalahan jalan
napas secara pasti.
b) Adapter dan pipa endotrakea pediatric berukuran 3mm dihubungkan
dengan pangkal kateter sehingga memungkinkan ventilasi dengan alat
kantong resusitasi yang dapat mengembang sendiri. Sebagai pilihan
lain, adapter dari pipa endotrakea berukuran 8 mm dapat dihubungkan
dengan tabung semprit 3 ml, lalu ujung semprit dimasukkan ke dalam
kateter, dan alat bag valve yang dipegang tangan disambung ke
adapter, dan dengan demikian tindakan ventilasi pasien dapat
dilakukan.
c) Di pasaran tersedia alat hand trigger velves yang memungkinkan
oksigen dari sumber bertekanan tinggi untuk ditiupkan langsung
melalui keteter. Dengan teknik ini katup akan terbuka sampai
pengembangan dada yang memadai terlihat dan kemudian ditutup
untuk memungkinkan ekshalasi.
9. Lakukan ventilasi terhadap pasien selama 1 detik dan biarkan selama 2
detik untuk ekshalasi. Ekshalasi harus melalui jalan napas pasien itu sendiri

16
karena adanya tahanan terhadap aliran udara melalui kateter yang sempit.
Kompresi dada dapat dilakukan untuk meningkatkan ekspresi dan aliran
melalui jalan napas yang mengalami obstruksi parsial.

2.2.2 Teknik Pembebasan Jalan Napas Tanpa Alat


1. Definisi
Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap
memperhatikan control servikal.
2. Tujuan
Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara
normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh.
3. Langkah – Langkah Tindakan/Prosedur
1. Pemeriksaan Jalan Napas
Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan secara simultan. Cara ini
dilakukan untuk memeriksa jalan napas dan pernafasan.
L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga,
warna mukosa/kulit dan kesadaran
L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan
F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi
penolong

17
Tindakan
Membuka jalan nafas dengan proteksi cervical
 Chun Lift Maneuver (tindakan mengangkat dagu)
 Jaw Thrust Maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)
 Head Tilt Maneuver (tindakan menekan dahi)
Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala hanya dilakukan maneuver
jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher
 Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut dapat dilakukan teknik
Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang
disilangkan dan menekan gigi atas dan gigi bawah
 Bila nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan
pembersihan manual dengan sapuan jari
 Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu
adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring aatu adanya henti nafas (apnea)
 Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui
mulut. Bila dada tidak mengembang maka kemungkinan ada sumbatan pada
jalan nafas dan dilakukan maneuver Heimlich.
2. Pemeriksaan Sumbatan Jalan Napas di Daerah Mulut dengan Menggunakan Teknik
Cross Finger
Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :
 Mendengkur (snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi :
chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa
endotrakeal
 Berkumur (gargling), penyebab: ada cairan di daerah hipofaring. Cara
mengatasi: finger sweep, pengisapan/suction
 Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi: cricotorotomi,
trakeostomi
3. Membersihkan Jalan Nafas
Sapuan jari (finger sweep) dilakukan bila nafas tersumbat karena adanya benda asing
pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan,
benda asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang. Cara melakukannya:
 Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian
buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang
lemas (maneuver emaresi)

18
 Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus
dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan
gerakan menyapu
4. Mengatasi Sumbatan Nafas Parsial
Dapat digunakan teknik manual thrust
 Abdominal thrust
 Chest thrust
 Back blow

Jika sumbatan tidak teratasi maka penderita akan :


 Gelisah oleh karena hipoksia
 Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)
 Gerak dada dan perut paradoksal
 Sianosis
 Kelelahan dan meninggal

Prioritas utama dala manajemen jalan nafas adalah jalan nafas bebas.
 Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancer berarti jalan nafas bebas.
 Beri oksigen 6 L/menit
 Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan dan posisi leher netral
 Nilai apakah ada suara nafas tambahan
 Pasien sadar dengan posisi terlentang, perhatikan jalan nafasnya. Pangkal lidah tampak
menutupi jalan nafas lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan nafas.
Tempatkan korban pada tempat yang datar dan kepala serta leher korban jangan terganjal.

Chin Lift
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan. Caranya: gunakan jari tengah
dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.
Head Tilt
Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien ( tidak boleh dilakukan pada pasien dengan
fraktur servikal). Caranya: letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga
kepala tengadah dan penyangga leher tegang dan lidah pun terangkat ke depan.

19
Jaw Thrust
Caranya: dorong sudut rahang kiri dan kanan kea rah depan sehingga barisan gigi bawah berada di
depan barisan gigi atas.

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)


Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang. Caranya: berikan hentakan mendadak pada ulu
hati (daerah subdiafragma-abdomen).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk


Caranya: penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban dengan kedua lengan
penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban
sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan

20
lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus
terpisah dan gerakan yang jelas.
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)
Caranya: korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas. Penolong berlutut di
sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di atas pusar
dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong
menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas. Berdasarkan ILCOR yang terbaru,
cara abdominal thrust pada posisi terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung
melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) yang dilakukan sendiri


Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas. Caranya: kepalkan sebuah
tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum, genggam
kepalan itu dengan kuat. Beri tekanan ke atas kea rah diafragma dengan gerakan yang cepat. Jika
tidak berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi.
Back Blow (untuk bayi)
Bila penderita sadar dapat batu keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan
back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan
tulang punggung/vertebrae).

Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)

21
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari
tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila penderita
sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan.

2.4 SOP Pengelolaan Jalan Napas


Pengelolaan jalan napas dengan alat
A. Pipa orofaring
Cara pemasangan :
1. Pakai sarung tangan
2. Buka mulut boneka/pasien dengan cara
chin lift atau gunakan ibu jari dan telunjuk
3. Siapkan pipa orofaring yang tepat
ukurannya
4. Bersihkan dan basahi pipa orofaring agar
licin dan mudah dimasukkan
5. Arahkan lengkungan menghadap ke langit-
langit (ke palatal)
6. Masukkan separuh, putar lengkungan
mengarah ke bawah lidah.
7. Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat.
8. Yakinkan lidah sudah tertopang dengan
pipa orofaring dengan melihat pola napas,
rasakan dan dengarkan suara napas pasca
pemasangan.
B. Pipa Nasorofaring
1. Pakai sarung tangan

22
2. Nilai besarnya lubang hidung dengan
besarnya pipa
nasofaring yang akan dimasukkan.
3. Nilai adakah kelainan di cavum nasi
4. Pipa nasofaring diolesi dengan jeli,
demikian juga lubang
hidung yang akan dimasukkan. Bila perlu
dapat diberikan
vasokonstriktor hidung.
5. Pegang pipa nasofaring sedemikian rupa
sehingga
ujungnya menghadap ke telinga.
6. Dorong pelan-pelan hingga seluruhnya
masuk, sambil
menilai adakah liran udara di dalam pipa.
7. Fikasasi dengan plester.
Membersihkan jalan napas Dilakakukan bila ada benda asing di dalam
1. Sapuan jari mulut
Cara :
a. Pasang sarung tangan
b. Buka mulut pasien dengan jaw thrust dan
tekan dagu ke bawah
c. Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari
tengah yang bersih atau dibungkus dengan
sarung tangan /kassa untuk membersihkan
dan mengorek semua benda asing dalam
mulut.
2. Dengan suction
Pengelolaan jalan napas akibat sumbatan
benda asing padat
A. Tersedak ( CHOKING )
BACK BLOW / BACK SLAPS
Korban dewasa sadar
1. Bila korban masih sempoyongan. Rangkul

23
dari
Belakang
2. Lengan menahan tubuh, lengan yang lain
melalukan Back Blow. Pertahankan korban
jangan sampai tersungkur
3. Berikan pukulan / hentakan keras 5 kaliI ,
dengan kepalan (genggaman tangan). Pada
titik silang garis imaginasi tulang belakang
dan garis antar belikat.Bila belum berhasil
secara pelan segera baringkan
korban pada posisi terlentang. Lakukan
abdominal
thrust.
ABDOMINAL THRUST
Korban berdiri/Korban dewasa sadar
1. Rangkul korban yang sedang sempoyongan
dengan kedua lengan dari belakang
2. Lakukan hentakan tarikan, 5 kali dengan
menarik kedua lengan penolong bertumpuk
pada kepalan kedua tangannya tepat di titik
hentak yang terletak pada pertengahan pusar
dan titik ulu hati korban.
Bila belum berhasil secara pelan segera
baringkan
korban pada posisi terlentang. Lakukan
abdominal
thrust.
ABDOMINAL THRUST
Korban terbaring /Korban dewasa tidak
sadar
1. Bila korban jatuh tidak sadar, segera
baringkan terlentang
2. Penolong mengambil posisi seperti naik
kuda diatas tubuh korban atau disamping
24
korban sebatas pinggul korban.
3. Lakukan hentakan mendorong 5 kali
dengan
menggunakan kedua lengan penolong
bertumpu tepat diatas titik hentakan (daerah
epigastrium).
Yakinkan benda asing sudah bergeser atau
sudah
keluar dengan cara :
- Lihat ke dalam mulut korban bila terlihat
diambil
- Bila tak terlihat, tiupkan napas mulut ke
mulut, sambil memperhatikan bila tiupan
dapat masuk paru-paru , dada mengembang
artinya jalan napas telah terbuka
- Sebaliknya bila tiupan tidak masuk artinya
jalan napas masih tersumbat, segera lakukan
abdominal thrust lagi dan seterusnya. Bila
tidak berhasil pikirkan siapkan
krikotiroidotomi kemudian disusul
trakeostomi.

Krikotiroidotomi
Pengertian
Melakukan penusukan pada membran krikotiroid dengan jarum berukuran besar sebagai jalan
pintas untuk melakukan oksigenasi dan ventilasi pada penderita gagal napas akibat sumbatan
jalan napas atas.
Tujuan pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mampu melakukan tindakan penusukan di membran krikotiroid

2. Mampu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk tindakan krikotiroidotomi

3. Mampu melakukan tindakan penangan jalan napas darurat pasca penusukan membrana
krikotiroid
Media dan alat pembelajaran:
25
1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi

2. Video dan slide krikotiroidotomi

3. Boneka manikin

4. Meja atau tempat instrumen

5. Sarung tangan

6. Larutan desinfektan (alcohol, povidon iodine) dan kapas

7. Spoit 12 cc 2 buah

8. Lidokain 2%

9. Perlengkapan Jet insufflasi : Pipa berbentu Y, dimana satu lubang dihubungkan dengan
oksigen dan tabung oksigen

10. Kateter IV polyurethane protective ukuran 12 sampai 14 sebanyak dua buah

11. Gause steril atau pembalut steril

12. Salep antibiotik

13. Plester atau pita kain

14. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic.


Indikasi
1. Bila ada sumbatan jalan napas atas yang nyata

2. Bila usaha memberikan napas bantu (ventilasi ) dengan bag-valve-mask gagal dilakukan.
Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan
Persiapan awal pra pemasangan
1. Periksa semua kelengkapan alat. Hubungkan selang oksigen
dengan salah satu lubang pipa Y dan pastikan oksigen mengalir
dengan lancar melalui selangnya
2. Pasang kateter IV ukuran 14 pada spuit 12 cc
Tindakan krikotiroidotomi
3. Desinfeksi daerah leher dengan antiseptik
4. Palpasi membran krikoidea, sebelah anterior antara
kertilago tiroid dan krikoid. Pegang trakea dengan ibu jari
dan telunjuk dengan tangan kiri agar trakea tidak bergerak ke
lateral pada waktu prosedur.
5. Dengan tangan yang lain (kanan) tusuk kulit pada garis
tengah (midline) di atas membran krikoidea dengan jarum
besar ukuran 12 sampai 14 yang telah dipasang pada semprit.

26
Untuk memudahkan masuknya jarum maka dapat dilakukan
incisi kecil di tempat yang akan ditusuk dengan pisau ukuran
11.
6. Arahkan jarum dengan sudut 45 ke arah kaudal, kemudian
dengan hati-hati tusukkan jarum sambil mengisap semprit.
Bila teraspirasi udara atau tampak gelembung udara pada
semprit yang terisi aquades menunjukkan masuknya jarum
ke dalam lumen trakea.
7. Lepas semprit dengan kateter IV kemudian tarik mandrin
sambil dengan lembut mendorong kateter ke arah bawah.
8. Sambungkan ujung kateter dengan salah satu ujung slang
oksigen berbentuk Y
9. Ventilasi berkala dapat dilakukan dengan menutup salah
satu lubang slang oksigen berbentuk Y yang terbuka dengan
ibu jari selama 1 detik dan membukanya selama 4 detik.
Tindakan seperti ini dapat bertahan selama 30 sampai 45
detik.

Pemberian Napas Bantu


Pengertian :Memberikan napas bantu dengan atau tanpa alat bantu pada penderita gagal
napas apapun penyebabnya.

Tujuan pembelajaran :
1. Mampu menyiapkan alat yang diperlukan untuk membrikan napas bantu

2. Mampu memberikan napas bantu pada penderita gagal napas tanpa alat

27
3. Mampu memberikan napas bantu pada penderita gagal napas tanpa dengan menggunakan
alat

Media dan alat pembelajaran:


1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi

2. Video dan slide Cara pengelolaan jalan napas

3. Boneka manikin intubasi dewasa dan anak

4. Pipa orofaring berbagai ukuran

5. Pipa orotrakea berbagai ukuran

6. Pipa orotrakea berbagai ukuran

7. Pipa nasotrakea berbagai ukuran

8. Bag-valve-mask

9. Slang oksigen dan tangki oksigen

10. Pegangan laringoskop dan baterai

11. Daun laringoskop berbagai ukuran dan lampu cadangan

12. Plaster

13. Stetoskop

14. Pelumas pipa endotrakea

15. Semprotan anestetik lokal untuk nasal

16. Semirigid cervical collar

17. Magill forcep

18. Stylet (introducer) pipa ndotrakea yang dapat dibengkokkan

19. Spatula lidah

20. Sarung tangan

21. Gause kering

22. Suction

23. Pipa suction kaku dan lentur


Indikasi
Dilakukan pada`penderita gagal napas
Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan

28
Persiapan Awal
Periksa semua kelengkapan alat
Ventilasi bag-valve-mask
1. Pilih ukuran masker yang cocok dengan
wajah penderita
2. Hubungkan selang oksigen dengan alat
bag-valve-mask dan atur aliran oksigen
sampai 12 L/menit.
3. Pastikan jalan napas penderita bebas dan
tetap dipertahankan dengan teknik yang telah
dijelaskan pada bab lain.
4. Pasang pipa orofaring
5. Tangan kiri memegang masker sedemikian
rupa sehingga masker rapat ke wajah
penderita dan pastikan tidak ada udara yang
keluar dari sisi masker pada saat bag
dipompa. Tangan kanan memegang bag dan
memompa sampai dada penderita (boneka)
terlihat mengembang.
6. Bila dilakukan oleh dua orang: satu orang
memegang masker dengan kedua tangan dan
satu orang lagi memegang bag (kantong) dan
memompa dengan kedua tangan.
7. Kecukupan ventilasi dinilai dengan melihat
gerakan dada penderita (boneka).
8. Ventilasi diberikan tiap 5 detik.
Intubasi orotrakea
1. Pastikan bahwa jalan napas tetap bebas dan
oksigenasi tetap berjalan.
2. Bila penderita sementara diberikan napas
bantu dengan bag-valve-mask, berikan pre
oksigenasi yang cukup sebelum dilakukan
intubasi.
3. Kembangkan pipa endotrakea untuk

29
memastikan bahwa balon tidak bocor. Bila
tidak bocor dikempiskan kembali
4. Sambungkan daun laringoskop pada
pemegangnya kemudian periksa terangnya
lampu.
5. Pegang laringoskop dengan tangan kiri.
6. Bila terpasang pipa orofaring sebelumnya
maka segera dilepaskan
7. Masukkan laringoskop pada bagian kanan
mulut penderita dan menggeser lidah ke
sebelah kiri.
8. Secara visual identifikasi epiglotis
kemudian pita suara.
9. Dengan hati-hati masukkan pipa
endotrakea ke dalam trakea tanpa menekan
gigi atau jaringan di mulut.
10. Kembangkan balon dengan udara dari
spuit secukupnya sampai tidak terdengar
udara dari sela pipa endotrakea dan trakea.
11. Sambungkan pipa endotrakea dengan bag-
valve kemudian pompa sambil melihat
pengembangan dada.
12. Auskultasi dada kiri-kanan apakah bunyi
pernapasan sama. Auskultasi abdomen untuk
memastikan pipa terpasang dengan benar.
13. Pasang pipa orotrakea kemudian pipa
endotrakea difiksasi dengan plaster ke mulut.

Torachostomy dengan Jarum


Pengertian
Melakukan penusukan pada dinding dada di interkostal dua dengan maksud mengeluarkan
udara di pleura pada kasus tension pneumotoraks
Tujuan pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :

30
1. Mampu melakukan tindakan penusukan jarum di interkostal dua

2. Mampu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk tindakan torakostomi jarum


Media dan alat pembelajaran:
1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi

2. Video dan slide torakostomi jarum

3. Boneka manikin

4. Meja atau tempat instrumen

5. Sarung tangan

6. Larutan desinfektan (alcohol, povidon iodine) dan kapas

7. Spoit 12 cc sebanyak dua buah

8. Lidokain 2%

9. Kateter IV polyurethane protectif ukuran 12 sampai 14 sebanyak dua buah

10. Gause steril atau pembalut steril

11. Cairan nacl 0,9 % steril

12. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic


Indikasi
Pada kasus tension pneumotoraks
Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan
Persiapan awal pra pemasangan
1. Periksa semua kelengkapan alat
2. Pasang kateter IV ukuran 14 pada spoit
12 cc yang telah diisi air kira-kira 5 ml.
Tindakan torakostomi jarum
3. Desinfeksi daerah dada yang akan
ditusuk dengan antiseptik
4. Identifikasi daerah sela iga dua di daerah
pertengahan clavicula. Bila pasien sadar
bisa disuntikkan anestesi local.
5. Tusukkan jarum yang telah dihubungkan
dengan spuit di bagian atas dari kosta tiga
hingga keluar udara ditandai dengan adanya
gelembung pada air di spuit.
6. Evaluasi ulang pernapasan pasien,

31
apakah ada perbaikan atau tidak.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keputusan untuk melakukan manajemen jalan napas harus dengan cepat dan sering
tanpa adanya hasil laboraturium, radiologi atau fungsi paru. Keputusan untuk melakukan
dukungan jalan napas dalam keadaan darurat didasarkan pada pertimbangan klinis dari
tanda dan keluhan adanya oksigenasi dan adanya ventilasi yang tidak adekuat. Tanda dari
ancaman gagal napas adalah napas cepat, sesak, sianosis, agitasi, dan penggunaan otot
bantu napas. Pada kasus dengan sumbatan jalan napas parsial, pasien akan kelihatan
sangat cemas, terdengar wesing, stridor, pada kondisi ini harus segera bertindak untuk
menghilangkan sumbatan. Tanda terakhir yang mengindikasikan perlunya bantuan jalan
napas adalah hipoksia dan hiperkarbia.
Pembebasan Jalan Napas Dengan Alat yaitu : Penghisapan Jalan Napas,
Kritotiroidotomi,Krikotiroidotomi dengan jarum. Pembebasan Jalan Napas Tanpa Alat
yaitu Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap
memperhatikan control servikal.Tujuan untuk membebaskan jalan napas untuk menjamin
jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenasi
tubuh.
3.2 Saran

32
Semoga dengan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiwa dalam mempelajari
pembebasan jalan napas menggunakan alat maupun tanpa alat.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Anestesiologi Sistem Emergensi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran


Universitas Hasanuddin. (2016). Buku Panduan Instruktur Skills Learning Sistem Emergensi
& Traumatologi Pengelolaan Jalan Napas

Michael S. Jastremski, M. D. (1996). Prosedur Kedaruratan. Jakarta: EGC Buku


Kedokteran.

Prof. DR. dr. I Made Bakta, SpPD-KHOM, FINASIM dkk. (2006). Emergency in Internal
Medicine. Bali: PT Percetakan Bali

33
34

Anda mungkin juga menyukai