Anda di halaman 1dari 69

PROPOSAL

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), LOAN TO DEPOSIT

RATIO (LDR), NON PERFORMING LOAN (NPL), BIAYA OPERASIONAL

DAN PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP RETURN

SAHAM BANK UMUM KONVENSIONAL TAHUN 2015-2018

NAMA : PIRA SANDITA

NIM : 17.01.031.085

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang mempunyai

peranan paling besar dalam bidang perekonomian. Bank digunakan oleh

perusahaan, badan-badan pemerintah dan swasta sebagai tempat untuk

menyimpan dana-dananya. Selain sebagai tempat menyimpan dana, melalui

kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan

pembiayaan dan melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor

perekonomian. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara

keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

(surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) serta

sebagai lembaga yang berfungsi untuk melancarkan aliran lalu lintas pembayaran

(Booklet Perbankan Indonesia, 2014).

Menurut UU Nomor 21 Tahun 2011 menyatakan bahwa perbankan

adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya

secara konvensional dan syariah. Bank syariah adalah perbankan yang segala

sesuatu menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya. Bank Konvensional yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional yang mana dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran berdasarkan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Kegiatan utama bank konvensional adalah menerima dana dari masyarakat dalam

1
2

bentuk giro, tabungan dan deposito, serta menyalurkan kembali dana yang

diterima dari masyarakat kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman baik untuk

konsumtif, modal kerja, atau investasi. Atas kegiatan penghimpunan dana dari

masyarakat, bank akan memberikan bunga atas simpanan tersebut. Sebaliknya

atas dana yang disalurkam kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman, maka

bank akan mengenakan bunga atas pinjaman tersebut.

Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut bank untuk meningkatkan

kinerjanya agar dapat menarik investor. Investor sebelum menginvestasikan

dananya memerlukan informasi mengenai kinerja perusahaan. Pengguna laporan

keuangan bank membutuhkan informasi yang dapat dipahami, relevan, andal dan

dapat dibandingkan dalam mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja bank serta

berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (Standar Akuntansi Keuangan,

2004). Kondisi kesehatan bank atau kinerja pada suatu bank dapat kita analisis

melalui laporan keuangan yaitu dengan tujuan melaporkan keuangan untuk

memberikan informasi bagi para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan

keputusan. Laporan keuangan mencerminkan kinerja bank yang sebenarnya.

Dengan memiliki kinerja yang baik masyarakat pemodal dapat menanamkan

dana pada saham bank tersebut. Hal ini menunjukkan adanya kepercayaan

masyarakat bahwa bank dapat memenuhi harapannya.

Saham merupakan tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya

disebut dengan pemegang saham. Daya tarik yang ditawarkan saham beraneka

ragam dibandingkan dengan produk investasi lainnya yang berbentuk financial

asset. Pasar modal (Capital market) merupakan sarana pendanaan bagi

perusahaan maupun instansi untuk sarana kegiatan berinvestasi. Pasar modal


3

yang menjadi salah satu sasaran bagi bank untuk memperoleh dana dari

masyarakat yang dibutuhkan bagi kegiatan usahanya. Dengan adanya pasar

modal ini akan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya di

pasar modal. Bank harus mampu menawarkan saham yang telah memberikan

keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain yang menjadi

pesaing antar perusahaan perbankan. Halim (2005) menyatakan bahwa return

saham disebut juga sebagai pendapatan saham dan merupakan perubahahan nilai

harga saham periode t dengan t-1 yang berarti semakin tinggi perubahan harga

saham maka semakin tinggi return saham yang dihasilkan. Dengan semakin

banyak peminat untuk berinvestasi di bank maka semakin tinggi pula return

sahamnya. Hal ini menunjukkan perusahaan mampu memberikan dividen yang

besar bagi para investor. Dalam penetapan harga saham yang diberikan pada

pasar dipengaruhi variabel-variabel kondisi perusahaan sejenis (perbankan).

Dividen adalah laba atau keuntungan yang diterima oleh pemilik saham

yang berasal dari keuntungan perusahaan dalam menjalankan usaha selama satu

periode. Pemilik saham menerima dividen dalam keadaan utuh, tidak dipotong

oleh pajak sama sekali. Namun, jika perusahaan mengalami kerugian maka

perusahaan tidak akan bisa membayar atau membagikan dividen kepada pemilik

saham. Pembayaran dividen yang diberikan kepada pemilik saham sebanding

dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pemilik saham.

Pembagiannya disahkan oleh direksi dalam Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS). Dalam RUPS juga diumumkan mengenai laba atau kerugian yang

dialami perusahaan selama satu periode.


4

Untuk menilai return saham banyak faktor yang dapat digunakan sebagai

parameter, dari berbagai macam faktor tersebut antara lain adalah informasi

keuangan perusahaan yang dapat dicerminkan dengan rasio keuangan. Analisis

rasio keuangan merupakan instrumen analisis perusahaan yang menjelaskan

berbagai perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu

dan membantu menggambarkan perubahan tersebut untuk kemudian

menunjukkan peluang dan risiko pada perusahaan yang bersangkutan. Rasio-

rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabungkan angka-angka di

dalam laporan keuangan. Rasio keuangan menjadi salah satu alat oleh para

pengambil keputusan baik bagi pihak internal maupun eksternal terutama

kreditur dan investor, rasio keuangan dapat digunakan dalam menentukan apakah

suatu perusahaan wajar untuk diberikan kredit atau untuk dijadikan lahan

investasi yang baik. Sedangkan bagi pihak manajemen, analisis rasio keuangan

sangat bermanfaat untuk perencanaan dan pengevaluasian prestasi atau kinerja

perusahaannya bila dibandingkan dengan rata-rata industri (Munawir, 2012).

Dengan demikian analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis,

pihak pemerintah, dan para pemakai lapoan keuangan lainnya dalam menilai

kondisi keuangan perusahaan, tidak terkecuali industri perbankan.

Menurut SEOJK nomor 14/SEOJK.03/2017 tentang penilaian tingkat

kesehatan bank umum menyatakan bahwa manajemen bank perlu memperhatikan

prinsip umum sebagai landasan dalam melakukan penilaian terhadap tingkat

kesehatan bank sebagai berikut :

1. Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan pihak lain dalam memenuhi

kewajiban pada bank. Termasuk risiko kredit akibat kegagalan debitur dan
5

risiko konsentrasi kredit. Untuk mengukur risiko kredit digunakan proxy Non

Performing Loan (NPL). NPL adalah perbandingan antara kredit bermasalah

terhadap total kredit. Sebuah bank yang baik dapat ditandai dengan nilai NPL

yang rendah. Semakin tinggi nilai NPL mengindikasikan bahwa banyak dana

yang tertahan pada nasabah, karena dana tersebut seharusnya dapat

digunakan untuk kegiatan operasional bank. Menurut Kasmir (2010), Non

Performing Loan (NPL) atau risiko kredit adalah risiko dari kemungkinan

terjadinya kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit

yang diberikan bank kepada debitur. Semakin tinggi rasio NPL maka

semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah

semakin besar sehingga dapat menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam

kondisi bermasalah semakin besar.

Apabila Non Performing Loan (NPL) naik maka akan berdampak

negatif bagi bank karena akan mengurangi jumlah modal yang dimiliki oleh

bank tersebut. Jika bank bermasalah maka para investor akan menarik

kembali dana yang telah diinvestasikan sehingga return saham bank tersebut

menurun. Hasil penelitian mengenai pengaruh NPL terhadap return saham

menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan oleh

Wismaryanto (2013) dan Saputra (2018) mengatakan bahwa NPL tidak

berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan menurut Muliyanti, Badria,

Nuraeni (2017) dan Martanorika (2018) menunjukkan bahwa NPL

berpengaruh negatif terhadap return saham.

2. Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi

liabilitas yang jatuh waktu dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset
6

liquid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa menggangu aktivitas

dan kondisi keuangan bank. Rasio likuiditas di proxykan dengan Loan to

Deposit Rasio (LDR). LDR merupakan perbandingan antara kredit terhadap

dana pihak ketiga. Kredit yang dimaksud adalah kredit sebagaimana diatur

dalam ketentuan bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset bank

umum, sedangkan dana pihak ketiga yang dimaksud adalah dana yang

bersumber dari pihak ketiga seperti giro, tabungan, deposito namun tidak

termasuk giro dan deposito yang berasal antar bank. Loan to Deposit Ratio

(LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap

dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan

keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit, sementara

dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi

(Kasmir, 2010).

Semakin tinggi nilai LDR suatu bank berarti semakin besar laba suatu

bank, karena bank dinilai dapat menyalurkan dana pihak ketiga dengan baik.

Semakin besarnya laba suatu bank, maka para investor tertarik untuk

berinvestasi di bank tersebut. Dengan banyaknya investor yang

menginvestasikan dananya di bank tersebut maka return saham juga akan

meningkat. Penelitian mengenai LDR terhadap return saham menunjukkan

hasil yang inkonsisten. Menurut Wismaryanto (2013) dan Martanorika (2018)

menunjukkan LDR berpengaruh negatif terhadap return saham. Namun

menurut Rosita, Harjum, Mulyo (2015) dan Muliyanti, Badria, Nuraeni

(2017) mengatakan bahwa LDR berpengaruh positif terhadap return saham.


7

3. Risiko rentabilitas adalah penilaian yang meliputi evaluasi terhadap kinerja

rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan rentabilitas, dan

manajemen rentabilitas. Risiko operasional adalah risiko akibat

ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan

manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang

mempengaruhi operasional bank. Proxy yang digunakan untuk mengukur

risiko operasional yaitu Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional

(BOPO). Rasio BOPO dinilai sebagai cerminan dari efisiensi suatu bank.

Menurut Rivai dkk (2013) rasio Biaya Operasional dan Pendapatan

Operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan

pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan

bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Hal ini dikarenakan, suatu bank

mengoperasikan usahanya telah menggunakan semua sumber daya atau

faktor produksi yang maksimal guna memperoleh pendapatan. BOPO yang

baik dinilai sebagai kesuksesan sebuah manajemen mengelola beban

operasional dan pendapatan.

Apabila nilai dari rasio BOPO menghasilkan hasil yang besar

mencerminkan bahwa suatu bank tidak efisien karena bank dinilai tidak

mampu menekan atau menurunkan biaya operasional. Dengan demikian, para

investor akan beralih ke bank lain untuk menyimpan atau menginvestasikan

dana mereka sehingga return saham akan menurun. Hasil penelitian mengenai

pengaruh BOPO terhadap return saham mennjukkan hasil yang bertolak

belakang. Menurut Rosita, Harjum, Mulyo (2015) menunjukkan bahwa BOPO


8

tidak berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan menurut Wismaryanto

(2013) menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap return saham.

4. Risiko permodalan adalah penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi

terhadap kecukupan modal dan kecukupan pengelolaan permodalan. Proxy

yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal adalah Capital Adequacy

Ratio (CAR). CAR atau rasio kecukupan modal adalah perbandingan antara

modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko. Sebuah bank yang baik

adalah memiliki modal yang dapat meng-cover kerugian-kerugian yang

mungkin terjadi. Semakin tinggi CAR suatu bank maka semakin baik

kemampuan modal suatu bank untuk meng-cover kemungkinan-kemungkinan

risiko yang mungkin terjadi, dan semakin tinggi CAR maka mengindikasikan

kinerja suatu bank akan semakin baik.

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk

kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang

mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan

(Dendawijaya, 2009). Kecukupan modal bank mencerminkan modal sendiri

perusahaan, semakin besar kecukupan modal bank maka manajemen bank

sangat leluasa dalam menempatkan dananya kedalam aktivitas investasi yang

menguntungkan sehingga return saham bank tersebut semakin meningkat.

Penelitian mengenai CAR terhadap return saham menunjukkan hasil yang

bertentangan. Menurut Wismaryanto (2013), dan Rosita, Harjum, Mulyo

(2015) mengatakan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap return saham.

Namun menurut Muliyanti, Badria, Nuraeni (2017) dan Martanorika (2018)


9

menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap return saham.

Menurut Saputra (2018) CAR berpengaruh negatif terhadap return saham.

Tabel 1.1 Kondisi Umum Perbankan Konvensional


Rasio 2014 2015 qtq
  TW IV TW I  
Total aset (Rp Milyar) 5.615.150 5.783.994 3,01%
Kredit (Rp Milyar) 3.674.308 3.679.871 0,15%
Dana pihak ketiga (Rp
Milyar) 4.114.420 4.198.577 2,05%
Giro (Rp Milyar) 889.586 952.048 7,02%
Tabungan (Rp Milyar) 1.284.458 1.202.101 (-6,41%)
Deposito (Rp Milyar) 1.940.376 2.044.429 5,36%
CAR (%) 19,57 20,98 1,41
ROA (%) 2,85 2,69 (0,16)
NIM (%) 4,23 5,30 1,07
NPL Gross (%) 2,04 2,27 0,23
NPL Net (%) 0,98 1,16 0,18
LDR (%) 89,42 87,58 1,84
BOPO 76,29 79,49 3,2
Sumber : Lampiran 1

Menurut Otoritas Jasa keuangan (OJK) yang paling penting digunakan

dalam mengukur kinerja bank adalah dengan melihat permodalan, dana pihak

ketiga, kredit, dan risiko operasional. OJK menyebutkan bahwa untuk mengukur

rasio permodalan digunakan proxy Capital Adequacy Ratio (CAR). Dapat dilihat

pada tabel 1.1 rasio CAR mengalami peningkatan dari 19,57% di tahun 2014

menjadi 20,98% di tahun 2015. Hal ini menandakan bahwa kondisi permodalan

dapat dikatakan baik. Untuk mengukur dana pihak ketiga digunakan proxy Loan

to Deposit Ratio (LDR) yaitu digunakan untuk menghitung seberapa besar dana

pihak ketiga (DPK) yang mampu ditarik oleh bank. Jika DPK semakin naik

mengindikasikan bahwa kinerja bank naik. Dapat dilihat pada tabel 1.1 jumlah
10

DPK di tahun 2015 naik sebesar 2,05% dari tahun 2014 yaitu dari Rp 4.144

triliun menjadi Rp 4.198 triliun. DPK yang semakin meningkat mengindikasikan

bahwa kinerja bank sangat baik. Kemudian kredit juga menjadi indikator penting

dalam mengukur kinerja bank terutama menyangkut kredit macet. Proxy yang

digunakan yaitu Non Performing Loan (NPL). Dari data tabel 1.1 dapat kita lihat

bahwa rasio NPL gross naik sebesar 0,23% yaitu dari 2,04% di tahun 2014

menjadi 2,27%. Sedangkan NPL net naik sebesar 0,18% dari 0,98% di tahun

2014 menjadi 1,16% di tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa rasio kredit

bermasalah (NPL) relatif masih rendah dari batas aman NPL yaitu 5% yang

berarti kinerja perbankan masih tergolong baik.

Selanjutnya yaitu risiko rentabilitas. Dalam risiko rentabilitas terdapat

risiko operasional yang di proxykan dengan biaya operasional dan pendapatan

operasional. Risiko ini sangat penting karena pendapatan operasional merupakan

sumber pendapatan utama bank, jika pendapatan meningkat otomatis akan

meningkatkan kinerja perbankan. Peneliti tidak memilih variabel ROA untuk

diteliti karena pada tabel 1.1 variabel ROA mengalami penurunan sebesar 0,16%

yaitu di tahun 2014 sebesar 2,85% menjadi 2,69% di tahun 2015 namun

dikatakan pada laporan profil industri perbankan OJK 2015 bahwa kinerja bank

tergolong baik dikarenakan BOPO mengalami peningkatan. BOPO meningkat

sebesar 3,2% dari tahun 2014 yaitu sebesar 76,29% menjadi 79,49%. Hal ini

berarti selama BOPO meningkat maka kinerja perusahaan perbankan dikatakan

baik meskipun variabel ROA mengalami penurunan. Hal ini yang membuat

peneliti tertarik untuk meneliti CAR, LDR NPL dan BOPO dikarenakan rasio ini

penting untuk mengukur kinerja perbankan. Kinerja bank yang baik akan
11

memberikan sinyal yang positif (good news) yang secara tidak langsung akan

meningkatkan return saham.

Tabel 1.2 Rata-rata Return saham, CAR, LDR, NPL, dan


BOPO Bank Konvensional
Keterangan 2015 2016 2017 2018
Return Saham (%) 0,01 0,33 0,22 0,03
CAR (%) 21,39 22,93 23,18 22,97
LDR (%) 92,11 90,70 90,04 94,78
NPL (%) 1,82 2,03 1,81 1,67
BOPO (%) 81,49 82,22 78,64 77,86
Sumber : Lampiran 1

Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2016

Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum menyatakan

bahwa minimal CAR yaitu sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

(ATMR). Terlihat pada data tabel 1.1 bahwa rata-rata CAR dari tahun 2015-2018

berada di atas 8%. Hal ini berarti nilai CAR sudah memenuhi syarat yang

ditentukan oleh OJK. Menurut Hasibuan (2009) Capital Adequacy Ratio (CAR)

adalah salah satu cara untuk menghitung apakah modal yang ada pada suatu bank

telah memadai atau belum. Semakin tinggi CAR semakin baik kinerja suatu

bank. Penyaluran kredit yang optimal akan menaikkan laba yang akhirnya

meningkatkan return saham. Modal bank merupakan bagian dari kegiatan bank

apabila kapasitas mesinnya terbatas maka sulit bagi bank untuk meningkatkan

kapasitas kegiatan usahanya khusus dalam penyaluran kredit. CAR di bawah 8%

tidak mempunyai peluang untuk memberikan kredit. Padahal kegiatan utama

bank adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit.
12

Dengan menggunakan rasio CAR yang cukup bank akan dapat beroperasi

sehingga terciptalah laba. Menurut teori sinyal besarnya modal suatu bank akan

mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Semakin

tinggi CAR maka semakin baik kinerja perusahaan, hal ini berarti sinyal yang

diberikan adalah good news. Penyaluran kredit yang optimal, dengan asumsi

tidak terjadi macet akan menaikkan laba yang akhirnya akan meningkatkan

return saham, maka dari itu CAR akan berpengaruh positif terhadap return

saham.

Berdasarkan data pada tabel 1.2 CAR berbanding terbalik dengan

return saham sedangkan menurut teori yang ada CAR berbanding lurus dengan

return saham. Dapat dilihat pada tabel 1.2 di tahun 2017 data CAR

menunjukkan bahwa terjadi perbedaan antara teori dan kenyataan. Teori

menunjukkan bahwa rasio CAR berbanding lurus dengan return saham, yang

artinya semakin tinggi CAR maka return saham akan semakin meningkat.

Namun kenyataannya pada data tabel 1.2 kenaikan CAR di tahun 2017 yaitu

sebesar 23,18% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 22,93% tidak

menyebabkan return saham meningkat. Justru sebaliknya return saham

mengalami penurunan di tahun 2017 yaitu sebesar 0,22% dibandingkan tahun

sebelumnya yaitu sebesar 0,33%.

Sesuai Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) Nomor

14/SEOJK.03/2017 batas aman LDR adalah di bawah 110%. Terlihat pada data

tabel 1.1 rata-rata LDR berada di bawah 110%. Hal ini mengindikasikan bahwa

LDR telah memenuhi standar dari OJK. Tingkat pengembalian dana terhadap

pinjaman yang dilakukan nasabah juga sangat berpengaruh terhadap tingkat laba
13

suatu bank. Menurut Kasmir (2014) Loan to Deposit Ratio adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan

dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang

digunakan. Peningkatan LDR berarti penyaluran dana ke pinjaman semakin

besar sehingga laba akan meningkat. Dengan meningkatnya laba maka investor

akan merespon positif terhadap informasi tersebut (good news). Dengan

demikian LDR sejalan dengan return saham.

Namun, pada tabel 1.2 di tahun 2016 LDR tidak sejalan atau

berbanding terbalik dengan return saham. Menurut teori yang ada, jika LDR

tinggi maka return saham akan meningkat. Kenyataannya LDR terus mengalami

penurunan persentase dari tahun 2015 sampai tahun 2017. Tahun 2015 sebesar

92,11% turun menjadi 90,70% di tahun 2016 kemudian menjadi 90,04% di

tahun 2017. Sedangkan return saham mengalami peningkatan di tahun 2016

dengan nilai sebesar 0,33%. Hal ini menunjukkan bahwa antara teori dan

kenyataan terdapat perbedaan. Hal ini juga mengindikasikan bahwa bank-bank

umum konvensional belum mampu memanfaatkan dana pihak ketiga dengan

baik atau maksimal.

Dengan adanya Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) Nomor

14/SEOJK.03/2017 yang menyebutkan bahwa batas aman NPL adalah di bawah

5%. Dapat dilihat pada data tabel 1.1 rata-rata NPL berada di bawah 5%. Hal ini

menandakan bahwa NPL telah memenuhi standar dari OJK. Dendawijaya

(2009) menyatakan bahwa Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio untuk

mengukur kemampuan manajemen bank untuk mengatasi kredit bermasalah

yang diberikan oleh bank. Kredit bermasalah tersebut yaitu kredit yang
14

diklasifikasikan dalam kredit kurang lancar, diragukan, dan macet. Sedangkan

kredit bermasalah itu sendiri dihitung secara kotor dengan tidak mengurangkan

penyisihan penghapusan aktiva produktif. Dengan adanya kenaikan NPL maka

akan menyebabkan cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang ada

tidak mencukupi sehingga pemacetan kredit tersebut harus diperhitungkan

sebagai beban biaya yang langsung berpengaruh terhadap keuntungan bank.

Kredit yang diberikan kepada masyarakat sebagai salah satu bentuk produk jasa

yang ditawarkan oleh industri perbankan, semakin tinggi tingkat kredit

bermasalah maka risiko yang ditanggung oleh bank menggambarkan kinerja

perbankan tersebut tidak baik atau tidak sehat. Hal ini akan menjadi sinyal bad

news bagi investor dan akan memengaruhi keputusan investor dalam

menanamkan modal sehingga mampu mempengaruhi return saham, jadi NPL

berpengaruh negatif terhadap return saham.

Dapat dilihat pada tabel 1.2 data NPL menunjukkan adanya perbedaan

antara teori dan kenyataan. Menurut teori NPL berpengaruh negatif terhadap

return saham, yang berarti semakin tinggi NPL maka return saham akan turun.

Namun kenyataan menunjukkan bahwa semakin tinggi NPL maka return saham

semakin naik. Terbukti dalam tabel 1.1 pada data tahun 2016 yang menyatakan

bahwa NPL naik sebesar 2,03% dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2015 sebesar

1,82%. Sedangkan nilai return saham naik di tahun 2016 sebesar 0,33%

dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,01%. Kemudian di tahun 2017

NPL turun sebesar 1,81% diikuti oleh menurunnya return saham sebesar 0,22%.

Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) Nomor

14/SEOJK.03/2017 menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah di


15

bawah 90%. Pada data 1.1 dapat dilihat bahwa rata-rata BOPO dari tahun 2015-

2018 berada di bawah 90%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa BOPO

telah memenuhi kriteria ketentuan OJK. Menurut Rivai dkk (2013) rasio Beban

Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) adalah perbandingan antara

biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat

efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin

kecil rasio BOPO akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat

menutup beban operasional dengan pendapatan operasionalnya sehingga sinyal

yang diberikan baik (good news). Sehingga dapat dikatakan BOPO berbanding

terbalik dengan return saham.

Dilihat dari data pada tabel 1.2 bahwa rasio BOPO di tahun 2018

mengalami penurunan. Tingkat persentase tertinggi terjadi pada tahun 2016

yaitu sebesar 82,22%. Dikatakan demikian karena rasio BOPO pada tahun 2015

yaitu sebesar 81,49% dan di tahun 2017 sebesar 78,64%. Menurut teori sinyal,

semakin kecil BOPO mengindikasikan bahwa return saham semakin naik.

Namun kenyataannya berbeda, kenyataan mengatakan bahwa semakin tinggi

BOPO maka return saham semakin naik. Terbukti dengan naikknya BOPO di

tahun 2016 sebesar 82,22% diikuti oleh naikknya return saham sebesar 0,33% di

tahun 2016. Di tahun 2017 BOPO turun menjadi 78,64% diikuti oleh turunnya

return saham sebesar 0,22%. Menurut teori semakin kecil BOPO maka return

saham akan semakin naik, namun kenyataan menunjukkan bahwa BOPO

mengalami kenaikan di tahun 2016 dan return saham juga meningkat di tahun

tersebut. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan antara teori dan kenyataan

yang ada.
16

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan pemaparan dilatar belakang , maka dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Return

Saham?

2. Apakah Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Return Saham?

3. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap Return Saham?

4. Apakah Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

berpengaruh terhadap Return Saham?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap

Return Saham.

2. Untuk mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return

Saham.

3. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return

Saham.

4. Untuk mengetahui pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional

(BOPO) terhadap Return Saham.


17

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi program

Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Teknologi

Sumbawa.

1.4.2 Manfaat teoretis

a. Diharapkan dapat bermanfaat dalam ilmu pengetahuan terutama dalam

bidang perbankan.

b. Dapat melengkapi bahan penelitian selanjutnya yang berguna untuk

mengembangkan ilmu.

1.4.3 Manfaat praktis

a. Manfaat bagi investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

investor dalam berinvestasi dengan melihat CAR, LDR, NPL, dan

BOPO sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

investasi di bank umum konvensional.

b. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi atau acuan bagi

peneliti selanjutnya mengenai pengaruh CAR, LDR, NPL, dan BOPO

terhadap Return Saham pada bank umum konvensional.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

Teori-teori yang digunakan sebagai dasar pemikiran yaitu diambil dari

jurnal, buku dan internet. Teori-teori yang dijadikan dasar pemikiran pada

penelitian ini meliputi: Saham, investasi di pasar modal, return saham, teori

sinyal, pengertian perbankan, bank konvensional, analisis kinerja keuangan,

analisis laporan keuangan, analisis rasio keuangan, Capital Adequacy Ratio

(CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Beban

Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), serta penelitian terdahulu.

2.1.1 Saham

1. Pengertian Saham

Menurut Fahmi (2012) saham merupakan salah satu instrumen

pasar modal yang paling banyak diminati oleh investor, karena mampu

memberikan tingkat pengembalian yang menarik. Saham adalah kertas

yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, dan

diikuti dengan hak dan kewajiban yang telah dijelaskan kepada setiap

pemegangnya. Darmadji dan Fakhruddin (2012) saham (stock)

merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan

dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud

selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut

adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.

18
19

2. Jenis-jenis Saham

Saham dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu saham biasa

(common stock) dan saham preferen (prefered stock).

a. Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa adalah jenis saham yang paling dikenal

masyarakat diantara emiten (perusahaan yang menerbitkan surat

berharga). Saham juga merupakan yang paling banyak digunakan

untuk menarik dana dari masyarakat. Saham biasa merupakan

saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior atau akhir

terhadap pembagian dividen dan hak atas kekayaaan perusahaan

apabila perusahaan tersebut dilikuidasi atau tidak memiliki hak-hak

istimewa (Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Karakteristik lain dari

saham biasa adalah dividen dibayarkan selama perusahaan

memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam

rapat umum pemegang saham. Pemegang saham biasa memiliki

tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi

sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan

sahamnya kepada orang lain.

b. Saham Preferen ( Preferred Stock)

Saham preferen merupakan saham yang memiliki

karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa

menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Persamaan

saham preferen dengan obligasi terletak pada 3 (tiga) hal, antara

lain; ada klaim atas laba dan aset sebelumnya, dividen tetap selama
20

masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat

dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.

Di dalam praktiknya terdapat beberapa jenis saham

preferen yaitu:

a) Cumulative preferred stock. Pemilik saham jenis ini

memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian dividen

yang sifatnya kumulatif dalam suatu persentase atau jumlah

tertentu.

b) Non cumulative preferred stock. Pemilik jenis saham ini

mendapatkan prioritas dalam pembagian dividen sampai pada

suatu persentase atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat

kumulatif.

c) Participating preferred stock. Pemilik saham jenis ini selain

memperoleh dividen ekstra, setelah dividen dibayarkan penuh

kepada seluruh pemegang saham preferen, mereka juga

memperoleh dividen ekstra bersama-sama dengan pemegang

saham biasa.

2.1.2 Investasi di Pasar Modal

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah

keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2010). Investasi merupakan

penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang

efisien selama periode waktu yang tertentu (Hartono, 2008). Pasar modal

(capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan


21

jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti

(saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya.

2.1.3 Return Saham

Menurut Tandelilin (2010) return saham adalah salah satu faktor yang

memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian

investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Secara umum,

return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham

investor atas investasi yang dilakukannya yang terdiri atas dividen dan capital

gain/loss. Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada pemilik saham

berdasarkan banyaknya jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik saham.

Dividen terdiri atas 2 macam yaitu :

1. Dividen saham

Dividen saham merupakan pemberian keuntungan perusahaan dalam

bentuk penambahan saham yang berarti nilai saham yang dimiliki

oleh pemegang saham akan semakin meningkat seiring

bertambahnya laba perusahaan.

2. Dividen tunai

Dividen tunai merupakan dividen yang dibayarkan atau diberikan

dalam bentuk tunai atau cash kepada pemilik saham sehingga

keuntungan bisa langsung digunakan.

Sedangkan capital gain/loss merupakan kenaikan atau penurunan

harga suatu saham yang bisa memberikan keuntungan atau kerugian bagi

investor.
22

1. Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh seorang investor

ketika harga penjualan dikurangi harga beli saham. Selisih dari

harga penjualan dan harga beli kemudian diperhitungkan sebagai

capital gain.

2. Capital loss adalah kerugian yang disebabkan ketika harga jual

lebih rendah dari harga beli.

Return dibedakan menjadi dua, yaitu return yang telah terjadi yang

dihitung berdasarkan data historis dan return yang diharapkan akan diperoleh

investor di masa mendatang. Jogiyanto (2010) menyatakan bahwa return

saham dibedakan menjadi dua yaitu :

(1) return realisasi merupakan return yang telah terjadi,

(2) return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh

oleh investor di masa yang akan datang, yaitu return saham

sesungguhnya (realized return) dan return yang diharapkan

atau return ekspektasi.

Return sesungguhnya merupakan return yang sudah terjadi yang

dihitung dari selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya.

Sedangkan return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh

oleh investor di masa yang akan datang. Return tersebut memilki dua

komponen yaitu current income dan capital gain. Bentuk dari current

income berupa keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang

bersifat periodik berupa dividen sebagai hasil kinerja fundamental

perusahaan. Sedangkan capital gain berupa keuntungan yang diterima

kerena selisih antara harga jual dan harga beli saham. Besarnya capital gain
23

suatu saham akan positif, bilamana harga jual dari saham yang dimiliki

lebih tinggi dari harga belinya. Return saham adalah keuntungan yang

diterima karena adanya selisih antara harga jual dengan harga beli saham

dari suatu instrumen investasi. Return saham sangat tergantung dari harga

pasar instrumen investasi yang berarti bahwa instrumen investasi harus

diperdagangkan di pasar. Dengan adanya perdagangan, maka akan timbul

perubahan nilai suatu instrumen investasi yang nantinya memberikan

return saham.

Expected return merupakan return (kembalian) yang diharapkan

oleh investor atas suatu investasi yang akan diterima pada masa yang akan

datang. Faktor yang mempengaruhi return suatu investasi meliputi faktor

internal perusahaan dan faktor eksternal. Faktor internal perusahaan

meliputi kualitas dan reputasi manajemen, struktur permodalan, struktur

hutang, tingkat laba yang dicapai dan lain-lain kondisi internal perusahaan.

Faktor eksternal meliputi pengaruh kebijakan moneter dan fiskal,

perkembangan sektor industri, faktor ekonomi dan sebagainya. Return

merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003).

Return saham dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Pt −P(t−1)
Rt =
Pt −1
Keterangan:

Rt : Return saham

Pt : Harga saham pada periode tertentu t

Pt-1 : Harga saham pada periode t-1


24

2.1.4 Teori sinyal ( Signalling Theory )

Konsep signalling pertama kali dipelajari dalam konteks kerja dan

produk pasar oleh Akerlof and Arrow yang dikembangkan oleh equilibrum

signal oleh Spence (1973) yang menyatakan bahwa perusahaan yang baik

dapat membedakan diri dengan perusahaan yang buruk dengan

mengirimkan sinyal yang kredibel mengenai kualitas ke pasar modal.

Berdasarkan informasi asimetris antara manajemen dan investor, sinyal dari

laporan keuangan perusahaan sangat penting untuk mendapatkan sumber

daya keuangan. Signalling theory dari berbagai literatur merupakan efek

yang terjadi akibat adanya pengumuman laporan keuangan yang diterima

oleh investor. Informasi tersebut ditangkap dalam bentuk sinyal sebagai

peluang atau ancaman ke depan berkaitan dengan keputusan investasi yang

akan dilakukan oleh para investor. Signalling effect menurut Penman

(2003) merupakan hasil informasi baru dari pengumuman pada laporan

keuangan, bukan dari sebuah issue yang sedang terjadi. Kesesuaian suatu

informasi adalah sebagai bentuk pemantauan dari seorang investor dalam

menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan.

Teori sinyal menekankan kepada pentingnya informasi yang

dikeluarkan oleh perusahaan perbankan terhadap keputusan investasi pihak

luar perusahaan. Hal ini menyatakan bahwa manajemen selalu

mengungkapkan informasi yang dibutuhkan oleh investor, khususnya

apabila informasi tersebut adalah berita baik (good news). Informasi

mengenai kinerja perbankan merupakan sinyal bagi para investor dalam


25

mengambil keputusan untuk berinvestasi. Sinyal yang diberikan dapat

berupa sinyal positif maupun sinyal negatif.

Menurut Jama’an (2008), teori sinyal mengemukakan tentang

bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa

yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan

pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan

bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori

sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk

mengurangi asimetri informasi. Sinyal yang diberikan dapat berupa good

news maupun bad news. Sinyal good news dapat berupa kinerja perusahaan

perbankan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang dapat di

lihat dari pertumbuhan labanya dan tingkat return saham yang baik.

Sedangkan bad news dapat berupa penurunan kinerja yang semakin

mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Keputusan investasi yang didasari motivasi signalling yang

berkaitan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio

(LDR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional dan Pendapatan

Operasional (BOPO), terhadap return saham adalah dengan harapan bahwa

kinerja perusahaan dapat memberikan sinyal positif terhadap return dari

suatu investasi. Sinyal tersebut akan membuat investor untuk melakukan

keputusan pembelian atau penjualan saham perusahaan. Semakin banyak

para investor yang menginvestasikan dananya kepada suatu perusahaan,

maka akan meningkatkan transaksi volume perdagangan yang


26

menyebabkan kenaikan pada harga sahamnya. Keadaan ini akan

menyebabkan peningkatan pasar saham perusahaan yang nantinya

berpengaruh terhadap peningkatan return saham di pasar modal. Kondisi

sebaliknya jika semakin banyak investor yang menarik dananya dari suatu

perusahaan, maka akan menurunkan volume perdagangannya yang

kemudian akan menurunkan harga pasar sahamnya yang nantinya akan

berpengaruh juga terhadap penurunan return saham.

2.1.5 Pengertian Perbankan

1. Pengertian Perbankan

Menurut UU Nomor 21 Tahun 2011 menyatakan bahwa

perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan

kegiatan usahanya secara konvensional dan syariah. Bank adalah badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat (Otoritas Jasa

Keuangan, OJK). Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana

dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito.

Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti bunga dan

hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat.

Beberapa manfaat perbankan dalam kehidupan:

1. Sebagai model investasi yang berarti, transaksi derivatif dapat

dijadikan sebagai salah satu model berinvestasi. Walaupun pada


27

umumnya merupakan jenis investasi jangka pendek (yield

enhancement).

2. Sebagai cara lindung nilai yang berarti, transaksi derivatif dapat

berfungsi sebagai salah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan

jalan lindung nilai (hedging), atau disebut juga sebagai risk

management.

3. Informasi harga yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi

sebagai sarana mencari atau memberikan informasi tentang harga

barang komoditi tertentu dikemudian hari (price discovery).

4. Fungsi spekulatif yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan

kesempatan spekulasi (untung-untungan) terhadap perubahan nilai

pasar dari transaksi derivatif itu sendiri.

5. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien yang

berarti, transaksi derivatif dapat memberikan gambaran kepada

manajemen produksi sebuah produsen dalam menilai suatu

permintaan dan kebutuhan pasar pada masa mendatang.

2. Jenis-jenis bank yang ada di Indonesia

Menurut Ardiansyah (2019) jenis-jenis bank yang ada di

Indonesia yaitu:

1. Jenis bank berdasarkan fungsinya

a. Bank Sentral

Bank sentral di suatu negara, pada umumnya adalah

sebuah instansi yang bertanggung jawab atas kebijakan

moneter di wilayah negara tersebut. Bank sentral berusaha


28

untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor

perbankan, dan sistem finansial secara keseluruhan. Di

Indonesia, fungsi bank sentral diselenggarakan oleh Bank

Indonesia. Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan

tunggal yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek yaitu

kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta

kestabilan terhadap mata uang negara lain.

b. Bank umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip

syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalalah umum,

dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.

Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di

seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil

(commercial bank).

c. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau

berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR

jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank


29

umum karena BPR dilarang menerima simpanan giro, kegiatan

valas, dan perasuransian.

2. Jenis-Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya

a. Bank Milik Pemerintah

Bank pemerintah adalah bank yang sebagian atau

seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia.

b. Bank Milik Swasta Nasional

Bank swasta adalah bank dimana sebagian besar

sahamnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya

pun didirikan oleh swasta.

c. Bank Milik Koperasi

Bank milik koperasi adalah bank yang kepemilikan

sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum

koperasi.

d. Bank Milik Campuran

Bank campuran adalah bank yang kepemilikan

sahamnya bercampur antara pihak asing dan pihak swasta

nasional. Saham bank ini sebagian besar dimiliki oleh warga

Indonesia.

e. Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di

luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing.

Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri.


30

3. Jenis-Jenis Bank Dilihat dari Statusnya

a. Bank Devisa

Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan

transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata

uang asing secara keseluruhan. Persyaratan untuk menjadi bank

devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.

b. Bank Non-Devisa

Bank non devisa adalah bank yang belum mempunyai

izin untuk melakukan kegiatan transaksi layaknya bank devisa.

Jadi, bank non-devisa hanya melakukan kegiatan transaksi

dalam batas-batas wilayah negara yang terbatas.

4. Jenis-jenis Bank Berdasarkan Kegiatan Operasionalnya

a. Bank Konvensional

Bank konvensional adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran secara umum

berdasarkan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.

b. Bank Syariah

Bank syariah ialah perbankan yang segala sesuatu

menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan

proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.


31

5. Jenis-Jenis Bank Menurut Bentuk Badan Usaha

a. Bank berbentuk perseroan terbatas (PT).

b. Bank berbentuk firma.

c. Bank berbentuk koperasi.

d. Bank berbentuk perusahaan perseorangan.

6. Jenis-Jenis Bank Menurut Organisasinya

a. Unit banking

Yaitu bank yang hanya memiliki satu organisasi dan tidak

memiliki cabang di daerah lain.

b. Branch banking

Yaitu bank yang memiliki cabang-cabang di daerah lain.

c. Correspondency banking

Yaitu bank yang dapat melakukan kegiatan pemeriksaan

dokumen ekspor-impor dan kegiatan utamanya di luar negeri.

2.1.6 Bank Konvensional

1. Pengertian Bank Konvensional

Bank konvensional yaitu bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional yang mana dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran berdasarkan prosedur dan ketentuan yang

telah ditetapkan. Menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)

No.31 bank adalah lembaga yang berperan sebagai lembaga keuangan

antara pihak-pihak yang memiliki dana lebih dan lembaga yang


32

membutuhkan dana, serta lembaga-lembaga yang mendukung lalu lintas

pembayaran.

2. Fungsi bank konvensional

Fungsi bank konvensional menurut Ardiansyah (2019) yaitu :

a. Agent of Trust

Aktivitas perbankan dapat berjalan dengan baik hanya jika ada

kepercayaan dari masyarakat. Jika masyarakat percaya pada bank,

mereka tidak akan ragu untuk menyetor dana mereka di bank.

Kepercayaan masyarakat bahwa dana yang mereka setor di bank akan

selalu aman dan dapat dicairkan kapan saja. Demikian pula sebaliknya,

dalam menyalurkan dana yang disetor ke masyarakat dalam bentuk

pinjaman didasarkan pada kepercayaan dan hukum yang berlaku.

b. Agent of Development

Dalam kegiatan ekonomi ada dua hal yang tidak dapat

dipisahkan, yaitu sektor riil dan sektor moneter. Keduanya saling

mempengaruhi. Kegiatan bank untuk mengumpulkan dan menyalurkan

dana publik membuka peluang bagi publik untuk melakukan kegiatan

investasi, distribusi, dan kegiatan ekonomi lainnya yang tidak dapat

dipisahkan dari penggunaan uang. Jika semua kegiatan ini dapat

berjalan dengan baik, itu akan berdampak besar pada peningkatan

ekonomi masyarakat secara keseluruhan.

c. Agent of Service

Selain mengumpulkan dan menyalurkan dana, bank juga

memiliki layanan bank lainnya yang ditawarkan kepada masyarakat.


33

Sebagaimana disebutkan dalam definisi bank di atas, layanan bank

tersebut mencakup layanan transfer uang, layanan pembayaran,

tabungan, kartu kredit, dan lainnya.

2.1.7 Analisis Kinerja Perbankan

Jones (2007) menyatakan bahwa kinerja keuangan adalah hasil dari

banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh

manajemen. Oleh karena itu, untuk menilai kinerja perbankan ini perlu

dilibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan,

dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif.

Kinerja badan usaha merupakan satu hal yang sangat penting karena kinerja

merupakan cermin kemampuan badan usaha mengelola sumber daya yang

ada. Sebagai suatu badan usaha, bank sangat berkepentingan untuk mencapai

kinerja yang baik agar kepercayaan masyarakat (nasabah) semakin meningkat

(Samsudin dan Mukhyi, 2008).

Kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi

yang dicapai bank dalam operasionalnya. Baik menyangkut aspek keuangan,

pemasaran penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber

dana manusia (Jumingan, 2009). Penilaian kinerja perbankan meliputi seluruh

aspek operasional maupun non operasional bank tersebut. Kinerja bank

menunjukkan keberhasilan bank dalam menarik dana masyarakat dan

menyalurkan kembali melalui pelaksanaan manajemen yang telah ditentukan

(Rivai dkk, 2013). Kinerja bank dapat diukur dengan menganalisa laporan

keuangan. Dalam analisa laporan keuangan tersebut, kinerja keuangan


34

periode terdahulu dijadikan dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan

kinerja di masa datang.

2.1.8 Analisis Laporan Keuangan

Menurut kasmir (2017) laporan keuangan adalah laporan yang

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu

periode tertentu. Laporan keuangan memuat catatan informasi keuangan

suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk

menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang

lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan

ekuitas, laporan arus kas, dan catatan lain serta materi penjelasan yang

merupakan bagian terintegrasi dari laporan keuangan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan adalah menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai

dalam pengambilan keputusan. Pemakai yang dimaksud diantaranya adalah

investor, karyawan, pemberi pinjaman (kreditur), pemasok, pelanggan,

pemerintah, maupun masyarakat. Tujuan pemakai melihat laporan keuangan

agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini misalnya

mencakup keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam

perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti

manajemen.
35

2.1.9 Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka

yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan

angka lainnya. Rasio keuangan bertujuan untuk membantu pemilik

kepentingan untuk mendapatkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan

dari suatu perusahaan, selain itu rasio keuangan memberikan informasi

kepada manajer perusahaan untuk pengambilan keputusan yang sesuai

keadaan. Menurut Hanafi (2012) analisis rasio dikelompokkan menjadi lima

macam yaitu:

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan memenuhi

likuiditas jangka pendek dengan melihat aktiva lancar perusahaan

terhadap utang lancar. Aktiva yang dimaksud adalah aktiva yang akan

berubah menjadi kas dalam suatu periode siklus bisnis.

2. Rasio Aktivitas

Rasio ini menjelaskan sejauh mana efektivitas perusahaan

menggunakan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset. Rendahnya

tingkat aktivitas perusahaan akan menyebabkan kelebihan dana yang

tertanam pada aktiva.

3. Rasio Solvabilitas

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan suatu perusahaan

untuk membayar hutang jangka panjangnya. Suatu perusahaan dikatakan

tidak solvable ketika total hutang lebih besar dibandingkan dengan total

aset yang dimiliki.


36

4. Rasio Profitabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk

mendapatkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham

tertentu.

5. Rasio Pasar

Rasio ini lebih banyak digunakan oleh para investor, karena

rasio ini mengukur harga pasar relative terhadap nilai buku.

2.1.10 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk

kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang

mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan

(Dendawijaya, 2009). Dengan melihat variabel Capital Adequacy Ratio

(CAR) diharapkan emiten (perusahaan) mampu menyediakan dana untuk

keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko

kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Menurut Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2016 Tentang Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum Bank Umum menyatakan bahwa minimal

CAR yaitu sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Sedangkan, bagi investor Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan strategi investasinya. Karena

semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) suatu bank, maka semakin

tinggi juga kinerja keuangan yang berarti semakin tinggi return saham bank

tersebut. Sesuai surat edaran OJK Nomor 14/SEOJK.03/2017, adapun

formula untuk CAR sebagai berikut :


37

Modal inti+ Modal pelengkap


CAR=
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

Tabel 2.1 Klasifikasi Peringkat CAR


Peringkat Nilai Komposit Predikat
1 > 12% Sangat Baik
2 9,01% < CAR ≤ 12% Baik
3 8,01% < CAR ≤ 9% Cukup Baik
4 6,01% < CAR ≤ 8% Kurang Baik
5 CAR ≤ 6% Tidak baik
Sumber : Lampiran SEOJK No. 14/SEOJK.03/2017

2.1.11 Loan to Deposit Ratio ( LDR )

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga

yang dihimpun oleh bank. Kredit merupakan kredit yang sebagaimana diatur

dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai penilaian kualitas aset

bank umum. Sedangkan yang dimaksud dana pihak ketiga adalah dana yang

berhasil dihimpun oleh bank mencakup giro, tabungan, dan deposito serta

tidak termasuk giro dan deposito antar bank. Sesuai Surat Edaran Otoritas

Jasa Keuanagan (SEOJK) Nomor 14/SEOJK.03/2017 Batas aman LDR

adalah dibawah 110%.

Menurut Dendawijaya (2009), Loan to Deposit Ratio (LDR)

menyatakan kemampuan suatu bank memenuhi penarikan kembali oleh

deposan atas dana yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit

kepada pihak lain. Semakin tinggi rasio LDR maka mencerminkan makin

tingginya laba suatu bank karena bank dinilai dapat menyalurkan dana pihak
38

ketiga dengan baik. Sesuai surat edaran OJK Nomor 14/SEOJK.03/2017,

Kredit
adapun formula untuk LDR sebagai berikut : LDR =
Dana pihak ketiga

Tabel 2.2 Klasifikasi Peringkat LDR


Peringkat Nilai Komposit Predikat
1 60% < LDR ≤ 75% Sangat Baik
2 75% < LDR ≤ 85% Baik
3 85% < LDR ≤ 100% Cukup Baik
4 100% < LDR ≤ 110% Kurang Baik
5 LDR > 110% Tidak Baik
Sumber : Lampiran SEOJK No. 14/SEOJK.03/2017

2.1.12 Non Performing Loan (NPL)

Menurut Kasmir (2010), Non Performing Loan (NPL) atau risiko

kredit adalah risiko dari kemungkinan terjadinya kerugian bank sebagai

akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan bank kepada

debitur. Semakin tinggi rasio NPL maka semakin buruk kualitas kredit yang

menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga dapat

menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin

besar. Apabila Non Performing Loan (NPL) naik maka akan berdampak

negatif bagi bank karena akan mengurangi jumlah modal yang dimiliki oleh

bank tersebut. Semakin kecil Non Performing Loan (NPL) maka semakin

kecil risiko kredit yang dimiliki oleh bank atau perusahaan tersebut.

Menurut Dendawijaya (2009) Non Performing Loan (NPL)

merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank untuk

mengatasi kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Risiko kredit suatu

bank merupakan salah satu risiko yang diterima dari usaha atau kegiatan
39

perbankan yang diakibatkan tidak dilunasinya kredit yang diberikan bank

kepada debitur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Non

Performing Loan (NPL) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

manajemen bank untuk mengatasi kredit bermasalah karena nasabah tidak

sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya.

Sesuai surat edaran OJK Nomor 14/SEOJK.03/2017, adapun formula

Total Kredit Bermasalah


untuk NPL sebagai berikut : NPL =
Total Kredit yang Diberikan

Tabel 2.3 Klasifikasi Peringkat


NPL
Peringkat Nilai Komposit Predikat
1 NPL ≤ 2% Sangat Baik
2 2% ≤ NPL < 5% Baik
3 5% ≤ NPL < 8% Cukup Baik
4 8% ≤ NPL < 12% Kurang Baik
5 NPL ≥ 12% Tidak Baik
Sumber : Lampiran SEOJK No. 14/SEOJK.03/2017

2.1.13 Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap

pendapatan operasional. Rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur

kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional.

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) Nomor 14/SEOJK.03/2017

menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah di bawah 90%, karena

jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati angka 100% maka bank

tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya.


40

Sesuai surat edaran OJK Nomor 14/SEOJK.03/2017, adapun

formula untuk BOPO sebagai berikut :

Total biaya operasional


BOPO =
Total pendapatan operasional

Tabel 2.4 Klasifikasi Peringkat BOPO


Peringkat Nilai Komposit Predikat
1 > 83% Sangat Baik
2 83,1% < BOPO ≤ 85% Baik
3 85,1% < BOPO ≤87% Cukup Baik
4 87,1% < BOPO ≤ 89% Kurang Baik
5 BOPO ≤89% Tidak Baik
Sumber : Lampiran SEOJK No. 14/SEOJK.03/2017

2.1.14 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rosita, Harjum, dan Mulyo (2015)

dengan judul analisis pengaruh tingkat kesehatan bank dengan metode

CAMELS terhadap return saham (studi kasus pada bank listed di BEI

periode 2008-2014). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya

pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM),

Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Rasio

Biaya Operasional dan pendapatan (BOPO), Sensitivitas kredit atas

perubahan inflasi, Sensitivitas kredit atas perubahan suku bunga

terhadap return saham. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

yaitu teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa CAR, NPL, dan BOPO tidak berpengaruh terhadap return

saham. LDR dan NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap

return saham. sensitivitas kredit atas perubahan inflasi dan sensitivitas


41

atas perubahan suku bunga bepengaruh negatif dan singnifikan

terhadap return saham.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Muliyanti, Badria, dan Nuraeni (2017)

dengan judul pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham bank

umum konvensional di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan

yang terbagi kedalam empat komponen rasio keuangan yaitu

permodalan, risiko kredit, risiko likuiditas, dan rentabilitas terhadap

return saham bank umum konvensional di Bursa Efek Indonesia tahun

2013-2016. Permodalan dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR), risiko kredit diukur

dengan menggunakan Non Performing Loan (NPL), risiko likuiditas

diukur dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR), rentabilitas

diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif dan verifikatif. Purposive sampling digunakan untuk

menentukan sampel penelitian dengan jumlah sampel sebanyak 10

bank selama 4 tahun penelitian. Analisis statistik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier multipel data panel.

Berdasarkan hasil pengujian keberartian koefisien regresi (Uji F)

menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk mengambil

suatu kesimpulan. Sedangkan hasil uji t menunjukkan bahwa

permodalan berpengaruh positif terhadap return saham, risiko kredit

berpengaruh negatif terhadap return saham, rentabilitas berpengaruh


42

positif terhadap return saham, risiko likuiditas berpengaruh positif

tidak signifikan terhadap return saham.

3. Wismaryanto (2013) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh

NPL, LDR, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan CAR terhadap return

saham pada sub sektor perbankan yang terdaftar di bursa efek

indonesia tahun 2008-2012. Teknik analisis yang digunakan yaitu

analisis regresi linier berganda dengan purposive sampling sebagai

metode pengambilan sampel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa NPL, CAR, dan ROA tidak berpengaruh terhadap return saham.

LDR dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return

saham. NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Martanorika (2018) yang berjudul

pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL),

Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM) terhadap

return saham bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2014-2016. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Pengaruh LDR, NPL, CAR, NIM terhadap return saham.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kasual komparatif. Populasi

penelitian ini adalah Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2014-2016. Pengambilan sampel menggunakan

teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah

statistik deskriptif, uji asumsi klasik, analisis regresi linier sederhana

dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa Loan to Deposit Ratio dan Non Performing Loan berpengaruh


43

negatif dan signifikan terhadap return saham. Capital Adequacy Ratio

dan Net Interest Margin berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap return saham.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2018) dengan judul pengaruh

tingkat kesehatan bank terhadap return saham pada industri perbankan

di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

tingkat kesehatan bank yaitu dengan menggunakan metode RGEC

yang terdiri dari variabel risk profile (NPL), good corporate

governance ( GCG), rentability (ROA) dan capital (CAR) terhadap

return saham. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 25 perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012-

2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel rentability (ROA)

terbukti berpengaruh positif terhadap return saham. Variabel risk

profile (NPL), good corporate governance (GCG) tidak berpengaruh

terhadap return saham. Dan capital (CAR) berpengaruh negatif

terhadap return saham.

2.2 Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis

2.2.1 Rerangka Konseptual

Rerangka konseptual adalah suatu sistem yang menunjukkan

keterkaitan tujuan dan fundamental yang diharapkan dapat digunakan

dalam pembentukan standar yang konsisten yang mampu menjelaskan arti,

tujuan serta keterbatasan akuntansi dan pelaporan.


44

Rerangka konseptual dari penelitian ini yaitu :

CAR (X1) H1

LDR (X2) H2 Return Saham (Y)

NPL (X3) H3

BOPO (X4) H4

2.2.2 Pengembangan Hipotesis

a. Pengaruh CAR terhadap Return Saham

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang

mendeskripsikan tentang tingkat permodalan. Kondisi permodalan

dalam hal ini menggunakan rasio CAR, berkaitan dengan penyediaan

modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang

mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva produksi yang

mengandung risiko. CAR adalah rasio kinerja bank untuk kecukupan

modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung

atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan

(Dendawijaya, 2009). Tingkat CAR yang tinggi menunjukan bahwa

kinerja perusahaan dapat dikatakan baik sehingga masyarakat dan

investor akan percaya terhadap kemampuan permodalan bank dan

dana yang diserap dari masyarakat meningkat yang akhirnya akan

meningkatkan return saham . Bank diharapkan untuk memiliki modal

yang cukup dalam upaya untuk melindungi dari risiko, sehingga minat
45

investor terhadap saham suatu perusahaan didasari oleh keyakinan

terhadap kinerja perusahaan.

Nilai CAR yang meningkat akan menghasilkan laba yang

meningkat pula. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah

modal sendiri yang dapat digunakan untuk mengelola aktiva yang ada

dan perputaran aktiva tersebut dapat meningkatkan kinerja perusahaan

secara tidak langsung. Sehingga akan memberikan sinyal positif

terhadap investor dan secara tidak langsung akan meningkatkan return

saham perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Muliyanti, Badria, Nuraeni (2013), Martanorika (2018), yang

menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap

return saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio CAR

berpengaruh positif terhadap return saham

H1 = CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham.

b. Pengaruh LDR terhadap Return Saham

Menurut Simorangkir (2004) Loan to Deposit Ratio merupakan

perbandingan antara kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga. Loan

to Deposit Ratio (LDR) yang tinggi artinya jumlah kredit yang telah

diberikan dan dibiayai dengan dana pihak ketiga serta mengukur tingkat

kemampuan bank untuk membayar dana pihak ketiga dari pengambilan

kredit yang telah diberikan. Rendahnya peringkat kesehatan bank

menunjukkan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang

bersangkutan sehingga mengurangi kepercayaan investor. Investor akan

merespon negatif terhadap informasi tersebut (bad news).


46

Likuiditas yang tinggi dalam hal ini telah ditetapkan oleh Bank

Indonesia yaitu maksimal LDR sebesar 110%, maka hal tersebut akan

meningkatkan konsumen pada bank tersebut. Semakin tinggi LDR maka

sinyal yang diberikan adalah good news sehingga investor akan melirik

perusahaan perbankan untuk menanamkan modal dan akan berdampak

terhadap kenaikan return saham. Hal ini berbanding lurus dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rosita, Harjum, Mulyo (2015), Muliyanti,

Badria, Nuraeni (2017) yang menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif

terhadap return saham. Dengan demikian, Loan to Deposit Ratio (LDR)

berpengaruh terhadap return saham.

H2 = LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham.

c. Pengaruh NPL terhadap Return Saham

Idroes dan Sugiarto (2006) menyatakan bahwa Non Performing

Loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator kunci

untuk menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai

lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki

kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Risiko dapat

dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran.

Salah satu fungsi dari bank adalah menyalurkan dana pihak ketiga ke

dalam kredit. Dalam menjalankan fungsi tersebut melekat risiko kredit

yaitu risiko kegagalan counter party dalam memenuhi kewajibannya.

Kredit bermasalah didefinisikan sebagai risiko yang dikaitkan dengan

kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana

debitur tidak dapat melunasi hutangnya (Ghozali, 2011).


47

Pengaruh Non Performing Loan terhadap return saham terdukung

dengan teori sinyal, yang menunjukkan bahwa nilai NPL yang tinggi akan

memberikan sinyal yang buruk terhadap calon investor sehingga return

saham dapat menurun. Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh Muliyanti, Badria, Nuraeni (2017), Martanorika (2018) yang

menyebutkan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

return saham.

H3 = NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return Saham.

d. Pengaruh BOPO terhadap Return Saham

Rasio ini mencerminkan tingkat efisiensi bank dalam menjalanakan

operasionalnya. BOPO merupakan perbandingan dari biaya yang

dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan aktivitas utamanya terhadap

pendapatan yang diperoleh dari aktivitas tersebut. Biaya Operasional

adalah aktivitas utama bank seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya

pemasaran dan biaya operasi lainnya. Sedangkan pendapatan operasional

adalah pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam

bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Semakin kecil rasio ini

menunjukkan semakin efisien suatu bank dalam menjalankan aktivitas

usahanya.

Pengaruh BOPO terhadap return saham, didukung teori signalling

yang menunjukkan bahwa BOPO yang besar akan memberikan sinyal

yang kurang baik (bad news) terhadap pasar sehingga return sahamnya

menurun. Semakin tinggi BOPO menunjukkan semakin tidak efisiensinya

suatu bank dalam menjalankan operasionalnya. Ketidakefisienan ini


48

menimbulkan alokasi biaya yang lebih tinggi sehingga dapat menurunkan

pendapatan bank. Teori ini dibenarkan oleh peneliti Wismaryanto (2013)

dan Juliana, Cepi, Yunus (2019) yang menyatakan bahwa BOPO

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Dengan

demikian, BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham.

H4 = BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return Saham.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Sugiyono (2016)

mengemukakan bahwa penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui pengaruh ataupun hubungan antara dua variabel atau lebih.

Terdapat beberapa macam penelitian asosiatif yaitu simetris, kausal, dan

interaktif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif kausal. Menurut

Sugiyono (2016) hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab dan

akibat, jadi disini terdapat variabel independen (variabel yang mempengaruhi)

dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi).

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini yaitu perbankan konvensional yang terdaftar Bursa

Efek Indonesia (BEI) periode 2015 sampai 2018.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2012) populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) dalam kurun waktu penelitian (2015 sampai 2018). Jumlah

populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 44 bank umun konvensional.

49
50

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2012) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 bank umum konvensional yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel menggunakan

metode Purposive Sampling. Menurut Sugiyono (2012) purposive sampling

adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria

pengambilan sampel sebagai berikut:

1. Seluruh bank umum konvensional yang memenuhi syarat telah tercatat

di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 4 tahun berturut-turut pada

periode 2015 sampai 2018.

2. Seluruh bank umum konvensional yang memiliki laba sebelum pajak

positif.
51

Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel perusahaan bank

umum konvensional periode 2015-2018 yaitu :

Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan Bank Umum Konvensional


No Kode Perusahaan
1 BBKP PT BANK BUKOPIN, Tbk
2 BBTN PT BANK TABUNGAN NEGARA (Persero), Tbk
3 BMRI PT BANK MANDIRI (Persero). Tbk
4 BBRI PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk
5 BTPN PT BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL Tbk
6 BVIC PT BANK VICTORIA INTERNASIONAL Tbk
MAY
7 A PT BANK MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk
8 MEGA PT BANK MEGA Tbk
9 PNBN PT BANK PAN INDONESIA Tbk
10 SDRA PT BANK WOORI SAUDARA INDONESIA 1906 Tbk
11 BACA PT BANK CAPITAL INDONESIA, Tbk
12 BBCA PR BANK CENTRAL ASIA, Tbk
13 BBNI PT BANK NEGARA INDONESIA (Persero) Tbk
14 BBNP PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN, Tbk
15 BDMN PT BANK DANAMON INDONESIA, Tbk
PT BANK PEBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT
16 BJBR DAN BANTEN, Tbk
17 BNGA Tbk PT BANK CIMB NIAGA, Tbk
18 INPC PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL Tbk
19 MCOR PT BANK WINDU KENTJANA INTERNASIONAL Tbk
20 NISP PT BANK OCBC NISP Tbk
Sumber : Lampiran 3

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Klasifikasi Variabel

Klasifikasi variabel dalam penelitian ini yaitu :

1. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat menurut Sugiyono

(2012) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,


52

karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini variabel yang

digunakan sebagai variabel dependen adalah Return Saham (Y).

2. Variabel Independen

Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa variabel bebas adalah

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat). Pada Penelitian ini variabel

yang digunakan sebagai variabel independen adalah Capital Adequacy

Ratio (XI), Loan to Deposit Ratio (X2), Non Performing Loan (X3),

Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (X4).

3.4.2 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual sebagai berikut :

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Dendawijaya (2009) mengatakan bahwa Capital Adequacy

Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk kecukupan modal

yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung

atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.

b. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Menurut Riyadi (2015) Loan to Deposit Ratio (LDR)

merupakan perbandingan antara total kredit terhadap dana

pihak ketiga.

c. Non Performing Loan (NPL)


53

Menurut Dendawijaya (2009) Non Performing Loan (NPL)

merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen

bank untuk mengatasi kredit bermasalah yang diberikan oleh

bank.

d. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut Rivai dkk (2013) rasio Biaya Operasional dan

Pendapatan Operasional (BOPO) adalah perbandingan antara

biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam

mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam

melakukan kegiatan operasinya.

e. Return Saham

Menurut Tandelilin (2010) return saham adalah salah satu

faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga

merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung

risiko atas investasi yang dilakukannya.

2. Definisi operasional

Definisi operasional yaitu sebagai berikut :

1. Sesuai surat edaran OJK Nomor 14/SEOJK.03/2017, adapun

formula untuk CAR sebagai berikut :

Modal inti+ Modal pelengkap


CAR ¿
Aktiva tertimbang menurut risiko

Keterangan :
54

a. Modal inti adalah modal yang terdiri dari modal inti utama

(Common Equity Tier 1) dan modal inti tambahan

(Additional Tier 1)

b. Modal pelengkap adalah modal yang terdiri dari instrumen

modal, agio atau disagio, cadangan umum PPA dan

cadangan tujuan.

c. Modal pelengkap tambahan yaitu modal yang terdiri dari

capital conservation buffer, countercyclical buffer,

capitalsurcharge untuk D-SIB

d. Aktiva tertimbang menurut risiko adalah hasil penjumlahan

dari perhitungan berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva

pada neraca yang dikalikan dengan bobot risiko masing-

masing.

2. Sesuai surat edaran OJK Nomor 14/SEOJK.03/2017, adapun

formula untuk LDR yaitu :

Kredit
LDR ¿
Dana pihak ketiga

Keterangan :

a. Kredit merupakan seluruh total kredit yang diberikan kepada

pihak ketiga.

b. Dana pihak ketiga adalah dana yang dipercayakan oleh

masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan

dana yang merupakan kewajiban bank kepada masyarakat


55

dimana dana/simpanan tersebut dapat ditarik/dicairkan oleh

masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Macam-

macam dana pihak ketiga yaitu giro, tabungan,

deposito.Tidak termasuk giro dan deposito antar bank.

3. Sesuai surat edaran OJK Nomor 14/SEOJK.03/2017, adapun

formula untuk NPL sebagai berikut :

Total Kredit Bermasalah


NPL =
Total Kredit yang Diberikan

a. Total Kredit bermasalah merupakan seluruh total kredit

bermasalah dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya.

b. Total Kredit yang diberikan merupakan seluruh total kredit

yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit

kepada bank lain.

4. Sesuai surat edaran OJK Nomor 14/SEOJK.03/2017, adapun

formula untuk BOPO adalah :

Total biaya operasional


BOPO ¿
Total pendapatan operasional

Keterangan :

a) Biaya operasional merupakan total biaya yang dikeluarkan

oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha

pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya

pemasaran dan biaya operasi lainnya).


56

b) Pendapatan operasional merupakan total pendapatan utama

bank, yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari

penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi

lainnya.

5. Menurut Jogiyanto (2003), Return saham dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

Pt −P(t−1)
Rt =
P( t−1)

Keterangan :

Rt : Return saham

Pt : Harga saham pada periode tertentu t

Pt-1 : Harga saham pada periode t-1

3.5 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

sampel survey. Survey yang dimaksud bukan survey lapangan, akan tetapi survey

pustaka dengan cara melakukan pengamatan, mencatat, dan mempelajari laporan

tahunan serta laporan keuangan perusahaan perbankan konvensional yang

dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui www.idx.co.id.

3.6 Prosedur Analisis Data

Prosedur analisis data yang digunakan yaitu :

3.6.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menurut Sugiyono (2016) merupakan

statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara


57

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah berkumpul

sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini, uji asumsi klasik perlu dilakukan untuk

mengetahui data yang digunakan sudah memenuhi syarat dalam model

analisis regresi. Adapun uji asumsi klasik yang digunakan adalah

sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas memiliki tujuan untuk menguji suatu model

regresi apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji

statistik. Analisis grafik digunakan dengan cara melihat grafik

histogram yang membandingkan data observasi dengan distribusi

yang mendekati distribusi normal. Analisis statistik dilakukan

dengan melihat uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov

(K-S). Model dengan nilai K-S jauh di bawah α = 0,05 maka berarti

variabel independen tidak berdistribusi secara normal (Ghozali,

2011).

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji ada tidaknya

korelasi antar variabel independen, karena model yang baik

seharusnya tidak memiliki korelasi antar variabel independen. Bila


58

antar variabel independen ditemukan saling berkorelasi maka dapat

dikatakan variabel tersebut tidak ortogonal, karena variabel

ortogonal adalah variabel yang memiliki nilai korelasi antar sesama

variabel independen sama dengan nol.

Menurut Ghozali (2011) beberapa cara mendeteksi ada tidaknya

multikolinieritas adalah sebagai berikut:

1. Memiliki nilai R2 yang dihasilkan oleh estimasi model regresi

empiris sangat tinggi. Namun masing-masing variabel

independen banyak yang tidak mempengaruhi variabel

dependen secara signifikan.

2. Jika pada suatu model terdapat korelasi antar variabel

independen yang ditandai dengan nilai korelasi > 0,90, maka

mengindikasikan terdapat multikolinieritas. Namun nilai

korelasi yang rendah tidak berarti bebas dari multikolinieritas.

3. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance

inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas suatu

variabel independen yang tidak dijelaskan oleh variabel

independen lain. Nilai tolerance yang tinggi maka akan sama

dengan nilai VIF yang rendah. Umumnya nilai tolerance yang

digunakan adalah = 0,10 atau nilai VIF = 10 pada tingkat

kolonieritas 0,95.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya penyimpangan asumsi klasik auto korelasi yaitu korelasi


59

yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan

pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus dipenuhi

adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode

pengujian yang digunakan adalah uji Durbin-Waston (Uji DW)

dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka

hipotesis 0 ditolak, yang berarti terdapat auto korelasi.

b) Jika d terletak antara dU dan (4-dU) maka hipotesis 0

diterima, yang berarti tidak terdapat autokorelasi.

c) Jika d terletak antara (4-dL) dan (4-dU) maka tidak

menghasilkan kesimpulan pasti.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada

atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas

yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua

pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus dipenuhi

oleh model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas.

Ada beberapa metode pengujian yang digunakan diantaranya

adalah uji park, uji glejser, melihat pola grafik regresi, dan uji

koefisien korelasi spearman. Dalam penelitian ini menggunakan

metode pengujian uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan cara

meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut

residualnya (ABS_RES). Jika nilai signifikansi antara variabel


60

independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak

terjadi masalah heteroskedastisitas.

3.6.3 Uji F

Uji F digunakan untuk menguji keandalan model regresi

apakah memenuhi kriteria BLUE (best linear unbiased estimator).

BLUE berarti koefisien regresi yang linier, tidak mengalami bias,

konsisten walaupun sampel diperbesar menuju tak terhingga. Taksiran

yang didapat akan tetap mendekati nilai parameternya serta efisien atau

memiliki variansi yang minimum. Secara statistik uji F dapat dilihat

dari nilai F-test. Nilai F pada penelitian ini menggunakan tingkat

signifikansi F hitung < 0,05. Apabila nilai signifikansi F hitung < 0,05

maka model regresi yang digunakan adalah layak. Sedangkan apabila

nilai signifikansi F hitung > 0,05 maka model regresi tidak layak atau

tidak memenuhi ketentuan uji F.

3.6.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui

pengaruh antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat

(dependen) dan mengukur seberapa besar pengaruh yang diberikan

antara kedua variabel tersebut. Adapun persamaan analisis regresi

linier berganda yaitu :

Y = α + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

Keterangan :
61

Y = Return Saham

α = Konstanta

β1-β4 = Koefisien regresi dari setiap variabel independen

X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

X2= Loan to Deposit Ratio (LDR)

X3 = Non Performing Loan (NPL)

X4 = Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

e = Disturbance Error

3.6.5 Uji hipotesis

a) Uji t (uji parsial)

Uji t (uji parsial) digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi

pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan

asumsi variabel bebas yang lain dalam keadaan tetap (cateris paribus).

Adapun langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut :

1) Merumuskan hipotesis

H0 : β1 = 0 (tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap variabel Y)

β2 = 0 (tidak ada pengaruh variabel X2 terhadap Y)

β3 = 0 (tidak ada pengaruh variabel X3 terhadap Y)

β4 = 0 (tidak ada pengaruh variabel X4 terhadap Y)

Ha : β1 ≠ 0 (ada pengaruh variabel X1 terhadap Y)

β2 ≠ 0 (ada pengaruh variabel X2 terhadap Y)

β3 ≠ 0 (ada pengaruh variabel X3 terhadap Y)

β4 = 0 (ada pengaruh variabel X4 terhadap Y)

2) Menetukan taraf nyata ( Level of Significance)


62

Taraf nyata (α) = 5% atau 0,05

Nilai kritisnya t(α_df)

Dimana df = v = n-1

Df = Degree of freedom (derajat bebas)

n = jumlah sampel

3) Menentukan statistik uji dan daerah kritis

b−B
th =
Sb

keterangan :

th = t hitung

B = koefisien parsial

b = koefisien regresi

Sb = standar deviasi

4) Menghitung nilai statistik uji

5) Membuat kesimpulan

Jika t hitung < t tabel, maka H0 ditolak

Jika t hitung > t tabel, maka H0 diterima

b) Uji Koefisiensi Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menggambarkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel penelitian memberikan informasi yang dibutuhkan untuk

menjelaskan variabel dependen, sedangkan nilai koefisien determinasi

mendekati 0 berarti variabel-variabel independen memberikan informasi


63

dependen secara terbatas. Kelemahan koefisien determinasi adalah bias

terhadap jumlah variabel independen yang terdapat dalam model. Setiap

tambahan satu variabel independen maka R2 akan meningkat. Oleh karena

itu dianjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 untuk mengevaluasi

model regresi yang terbaik (Ghozali, 2011). Nilai adjusted R2 adalah nilai

yang sudah mempertimbangkan jumlah sampel data dan jumlah variabel

yang digunakan.

Adjusted R2 akan menghitung setiap tambahan variabel dan

mengestimasi nilai R2 dari penambahan variabel tersebut. Apabila

penambahan baru tersebut ternyata memperbaiki model regresi lebih baik

daripada estimasi, maka penambahan variabel tersebut akan meningkatkan

nilai adjusted R2. Namun, jika pola baru dari penambahan variabel tersebut

menunjukkan hasil yang kurang dari estimasinya, maka nilai adjusted R2

akan berkurang. Sehingga nilai adjusted R2 tidak selalu bertambah apabila

dilakukan penambahan variabel. Nilai adjusted R2 memungkinkan untuk

bernilai negatif. Artinya MSEnya lebih besar dibandingkan (SST/p-1).

Artinya jika erornya lebih besar, maka benar model tidak baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyansah.2019. Bank konvensional. https://guruakuntansi.co.id/bank-konvensional/


diakses pada tanggal 16 November 2019.
64

Basuki, Prawoto. 2017. Analisis regresi dalam penelitian ekonomi dan bisnis :
dilengkapi aplikasi SPSS & EVIEWS. PT Rajagrafindo Persada, Depok.
Booklet Perbankan Indonesia 2014 : https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-
dan-statistik/booklet-perbankan-indonesia/pages/booklet-perbankan-indonesia-
2014.aspx diakses pada tanggal 15 November 2019.
Darmadji, Fakhruddin. 2006. Pasar Modal Di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab.
Jakarta : Salemba Empat
_________________. 2012. Pasar Modal di Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta :
Salemba Empat.
Dendawijaya. 2009. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan. Kedua. Bogor
Jakarta.Ghalia Indonesia.
Fahmi. 2012. Analisis Kinerja Keuangan, Bandung : Alfabeta
Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim. 2005. Analisis investasi. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat.
Hanafi . 2012. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : (UUP) STIM YKPN.
Hasibuan. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta : Bumi
Aksara.
Hartono. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta :
BPFE.
________. 2008.Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima. Yogyakarta :
BPFE.
________.2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Ketujuh. Yogyakarta.
BPFE.
Https://www.google.com/search?
q=rerangka+konseptual&oq=re&aqs=chrome.1.69i59l2j69i60l3.2621j0j4&clien
t=ms-android-samsung&souceid=chrome-mobile&ie=UTF-8. Diakses pada
tanggal 05 Januari 2020.
Https://www.google.com/amp/s/exponensial/.wordpress.com/2009/12/31/goodness-
of-fit/amp/. Diakses pada tanggal 11 Januari 2020.
Https://www.google.com/amp/s/agungbudisantoso.com/apa-perbedaan-r-square-r-
square-adjusted-dan-r-square-predicted/. Diakses pada tanggal 11 Januari 2020.
Https://www.ojk.go.id/id/regulasi/otoritas-jasa-keuangan/undang-
undang/pages/undang-undang-nomor-21-tahun-2011-tentang-otoritas-jasa-
keuangan.aspx. Diakses pada tanggal 11 Januari 2020.
Https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-ojk/pages/pojk11-
kewajiban-penyediaan-modal-minimum-bank-umum.aspx
IAI. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba 4.
Idroes, Sugiarto. 2006. Manajemen Resiko Perbankan.
Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan KualitasKantor
Akuntans Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan di BEJ”,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Universitas Diponegoro, Semarang.
Jones. 2007. Pengantar Kebijakan Publik. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Jumingan. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Bumi Aksara.
Juliana. Cepi. Yunus. Faktor-faktor yang mempengaruhi return saham perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI periode 2012-2017. JMBI vol.15 No 3 2019.
65

Kasmir . 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Kencana Prenada Media


Grup.
_____. 2014. Dasar-dasar Perbankan. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
____ . 2017. Analisis laporan keuangan. Jakarta : Rajawali Pers.
Laporan Tahunan : https://www.ojk.go.id/id/data-dan-statistik/laporan-
tahunan/depault.aspx diakses pada tanggal 19 Januari 2019.
Martanorika. 2018. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan
(NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM) terhadap
harga saham bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2014-2016.
Marviana. 2009. Pengaruh faktor fundamental terhadap return saham perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tesis Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatra Medan.
Munawir. 2012. Analisis Laporan Keuangan.
Muliyanti. Badria. Nuraeni. 2017. Pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham
bank umum konvensional di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2016.
Pengertian dan penjelasan uji auto korelasi Durbin Waston :
https://www.google.com/search?
q=autokorelasi&oq=autoqo&aqs=chrome.1.69i57j0l2j69i60l2.6119j0j4&client=
ms-android-samsung&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8. Diakses pada
tanggal 10 Januari 2020.
Penman. 2003. Financial Statement Analysis and Security Valuation”. Second
Edition, McGraw Hill.
PSAK Nomor 31 Dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999: 31.1) Pengertian Bank.
Rivai dkk. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Rajawali
Pers, Jakarta.
Rosita. Harjum. dan Mulyo. 2015. Analisis pengaruh tingkat kesehatan bank dengan
metode CAMELS terhadap return saham (studi kasus pada bank listed di BEI
periode 2008-2014.
Saputra. 2018. Pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap return saham pada industri
perbankan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
tingkat kesehatan bank yaitu dengan menggunakan metode RGEC yang terdiri
dari variabel risk profile (NPL), good corporate governance ( GCG), rentability
(ROA) dan capital (CAR) terhadap return saham.
Simorangkir. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non bak. Cetakan
kedua. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : PT
Alfabet.
_______. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : PT
Alfabet.
Surat Edaran : https://ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/surat-edaran-bank-
indonesia/depault.aspx diakses pada tanggal 16 November 2019.
Syamsuddin, Mukhyi. 2008. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Bank Devisa dan
Non Devisa di Indonesia”, Jurnal Kinerja Keuangan.
Tandelilin. 2010. Portofolio dan Investasi, Kanisius, Yogyakarta.
66

Uji heteroskedastisitas : http://duwiconsultant.blogspot.com/2011/11/uij-


heteroskedastisitas.html?m=1. Diakses pada tanggal 10 Januari 2020.
Uji F dan Uji T https://www.statistikian.com/2013/01/iji-f-dan-uji-t.html?amp.
Diakses pada tanggal 16 November 2019.
Wismaryanto. 2013. Pengaruh NPL, LDR, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan CAR
terhadap harga saham pada sub sektor perbankan yang terdaftar di bursa efek
indonesia tahun 2008-2012.

Anda mungkin juga menyukai