NIM: 120710059
Istilah epidemiologi berasal dari kata 'epi' (atas), 'demos' (rakyat;penduduk), dan 'logos'
(ilmu), sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai'ilmu yang mempelajari tentang hal-
hal yang terjadi/menimpa penduduk'. Epidemiologi tidak terbatas hanya mempelajari
tentang epidemi (wabah).
Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian epidemiologi mencakup:
- Penyakit menular wabah
- Penyakit menular bukan wabah
- Penyakit tidak menular
- Masalah kesehatan lainnya
Secara praktis ruang lingkup epidemiologi lapangan dan komunitas dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu studi mengenai fenomena dan studi mengenai penduduk (tabel 1.1),
sedangkan ruang lingkup epidemiologi klinik yang mempelajari mengenai peristiwa klinik
serta kaitannya dengan riwayat alamiah penyakit diperlihatkan pada diagram 1.1.
masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia atau masyarakat. Artinya
bila dikaitkan dengan masalah penyakit menunjukkan banyaknya kelompok masyarakat
yang terserang penyakit.
Konsep ini bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit menular
dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai agen, namun selanjutnya dapat
pula digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit tidak menular dengan
memperluas pengertian ‘agen’.
Dalam konsep ini faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Agen penyakit (faktor etiologi)
a) Zat nutrisi: ekses (kolesterol) / defisiensi (protein)
b) Agen kimiawi: zat toksik (CO) / alergen (obat)
c) Agen fisik (radiasi, trauma)
- (d) Agen infeksius: - parasit (skistosomiasis)
- protozoa (amuba)
- bakteri (tuberkulosis)
- jamur (kandidiasis)
- riketsia (tifus)
- virus (poliomielitis)
d) Agen psikis: trauma psikologis
2. Faktor pejamu (faktor intrinsik): mempengaruhi pajanan, kerentanan, respons
terhadap agen.
a) Genetik (buta warna)
b) Usia
c) Jenis kelamin
d) Ras
e) Status fisiologis (kehamilan)
f) Status imunologis (hipersensitivitas)
g) Penyakit lain yang sudah ada sebelumnya
h) Perilaku manusia (diet)
3. Faktor lingkungan (faktor ekstrinsik): mempengaruhi keberadaan agen, pajanan,
atau kerentanan terhadap agen
a) Lingkungan fisik (iklim)
b) Lingkungan biologis:
a. Populasi manusia (kepadatan penduduk)
b. Flora (sumber makanan)
c. Fauna (vektor artropoda)
c) Lingkungan sosial-ekonomi:
a. Pekerjaan (pajanan terhadap zat kimia)
b. Urbanisasi dan perkembangan ekonomi (kehidupan perkotaan, atmosfer,
rowding)
c. Bencana dan musibah (banjir)
YULIA NINGSIH
NIM: 120710059
Inferensi Kausal
Hubungan kausal dalam epidemiologi memiliki pengertian yang lebih mendasar
daripada yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya gaya gravitasi selalu akan
menyebabkan benda-benda yang dilepaskan jatuh ke tanah, namun hanya sebagian kecil
di antara mereka yang merokok seumur hidupnya akan menderita kanker paru, walaupun
dikatakan bahwa merokok menyebabkan kanker paru.
Hubungan antara dua faktor A dan B dapat diklasifikasikan sebagai:
1. Ada hubungan deterministik: Jika A, pasti B
2. Ada hubungan statistik
a. Ada asosiasi kausal
b. Tidak ada asosiasi kausal
3. Tidak ada hubungan statistik antara A dan B
Inferensi kausal dalam epidemiologi adalah hubungan statistik dengan asosiasi kausal,
yang harus dijelaskan dalam pengertian probabilistik, yaitu bahwa keberadaan faktor A
(pajanan) akan meningkatkan peluang terjadinya faktor B (timbulnya penyakit). Sebuah
pajanan harus memenuhi berbagai persyaratan untuk dapat dinyatakan sebagai faktor
kausal bagi suatu penyakit, di antaranya yang terpenting adalah asosiasi temporal, yaitu
pajanan harus ada mendahului terjadinya penyakit.
Sifat kausal dibedakan lagi atas kausa cukup (sufficient cause) dan kausa perlu (necessary
cause). Kausa cukup tidak selalu harus ada untuk menimbulkan penyakit, namun jika
kausa cukup ada penyakit pasti akan timbul. Kausa perlu harus ada untuk menimbulkan
penyakit, namun jika kausa perlu ada pun penyakit tidak selalu timbul. Agar dapat
dinyatakan sebagai faktor kausal sebuah penyakit, sebuah pajanan harus merupakan
kausa cukup maupun kausa perlu bagi penyakit tersebut.
berakhir dengan AIDS dan kematian. Beberapa penyakit memiliki karakteristik alami,
meskipun kerangka waktu dan manifestasi spesifik penyakit dapat bervariasi dari individu
ke individu dan dipengaruhi oleh tindakan pencegahan dan terapeutik.
Perjalanan penyakit dimulai dari tahap peka, tahap pragejala, tahap klinis, dan tahap
ketidakmampuan.
Tahap peka, meliputi orang yang sehat tetapi mempunyai faktor risiko/ predisposisi untuk
terkena penyakit. Faktor risiko dapat berupa :
- Genetik/ etnik
- Kondisi fisik
- Jenis kelamin
- Umur
- Kebiasaan hidup
- Sosial-ekonomi
Tahap pragejala/subklinis, yaitu tahap dimana telah terjadi infeksi tapi belum
menunjukkan gejala dan masih belum terjadi gangguan fungsi organ.
Tahap klinis, dimana telah terjadi gangguan fungsi organ yang terinfeksi/ terkena dan
menimbulkan gejala.
Tahap ketidakmampuan, ketika telah terjadi keterbatasan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari. Sifat-sifat ketidakmampuan :
- Gangguan fungsi somatis atau psikis
- Bersifat sementara atau menetap
- Terjadinya lama atau singkat
Proses ini dimulai dengan paparan yang sesuai atau akumulasi beberapa faktor
yang cukup untuk menyebabkan sebuah proses penyakit pada pejamu yang rentan. Untuk
penyakit menular, paparannya adalah mikroorganisme. Untuk kanker, paparannya
mungkin saja merupakan faktor yang memulai proses, misalnya serat asbes atau
komponen dalam asap tembakau (pada kanker paru-paru), atau zat yang dapat
mendorong/ meningkatkan proses alamiah penyakit, misalnya esterogen (pada kanker
YULIA NINGSIH
NIM: 120710059
endometrium). Setelah proses penyakit dipicu, terjadi perubahan patologis tanpa disadari
oleh pejamu tersebut. Pada tahap subklinis, mulai dari paparan hingga timbulnya
penyakit biasa juga disebut sebagai masa inkubasi untuk penyakit menular. Dan periode
latensi untuk penyakit kronis. Selama tahap ini, penyakit dinyatakan asimptomatik (tanpa
gejala) atau innapparent. Periode ini bisa sangat singkat dan bisa pula sangat lama.
Berikut adalah masa inkubasi dari beberapa paparan hingga menyebabkan penyakit :
Untuk agen infeksius, infektivitas mengacu pada proporsi individu terpapar yang
terinfeksi. Patogenesitas mengacu pada proporsi individu yang terinfeksi yang
berkembang menjadi penyakit klinik yang jelas. Virulensi mengacu pada proporsi dari
YULIA NINGSIH
NIM: 120710059
kasus klinik jelas yang parah atau fatal. Karena spektrum penyakit mencakup penyakit
asimptomatik (tanpa gejala) dan kasus ringan, diagnosis penyakit yang ditegakkan sering
hanya mewakili puncak dari gunung es. Banyak kasus yang mungkin terlalu dini untuk
didiagnosis atau tidak pernah berkembang menjadi kasus klinis. Sayangnya, orang yang
berada pada fase tanpa gejala atau tidak terdiagnosis tetap berpotensi untuk menularkan
penyakit/ infeksi kepada orang lain. Individu yang terinveksi penyakit tapi dalam fase
subklinis disebut carrier. Tantangan bagi petugas kesehatan masyarakat adalah bahwa
individu yang carrier tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi dan dapat menular ke
orang lain, lebih mungkin tanpa disadari menyebarkan infeksi daripada orang dengan
penyakit yang jelas.
2. Tindakan pencegahan
Tindakan pencegahan penyakit dibagi menjadi tiga tingkatan sesuai dengan
perjalanan penyakit, yaitu:
a.Pencegahan primer (primary prevention), yang dilakukan dalam fase ‘pre-
patogenesis’ sebelum proses itu terjadi
b.Pencegahan sekunder (secondary prevention), di mana proses penyakit sudah
mulai memasuki fase ‘patogenesis’ tapi masih dalam tahap ringan dan belum
nyata
c. Pencegahan tersier (tertiary prevention), di mana dalam fase ‘patogenesis’
tersebut proses penyakit sudah nyata dan berlanjut dan mungkin dalam taraf
sudah akan berakhir (sembuh, menahun, kelainan yang menetap atau kematian)
3. Tahap-tahap Pencegahan
a) Tahap primary prevention
YULIA NINGSIH
NIM: 120710059
2) Tahap rahebilytation
Tindakan ‘pencegahan’ tahap akhir ini merupakan tindak lanjut setelah penderita
berhasil melalui masa ‘diability’ atau ketidakmampuannya dan masuk dalam
proses penyembuhan. Pengertian sembuh di sini juga harus diartikan secara fisik,
mental dan social, dan bahkan juga ‘spiritual’
4. Tingkatan Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit menurut Leavel and Clark ada 5 tingkatan, yaitu:
a. Peningkatan kesehatan (Health Promotion)
b. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit - penyakit tertentu (General and
Spesifik Protection)
c. Menegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis and prompt treatment)
d. Pembatasan kecacatan (Disability Limitation)
e. Penyembuhan kesehatan (Rehabilitation)